BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin

dokumen-dokumen yang mirip
SINTESIS DAN KARAKTERISASI KATALIS CuO/ZnO/AL 2 O 3 SECARA KOPRESIPITASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

4 Hasil dan Pembahasan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

BAB III METODE PENELITIAN

4 Hasil dan Pembahasan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. komposit. Jenis material ini menjadi fokus perhatian karena pemaduan dua bahan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab II Tinjauan Pustaka

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I

Metodologi Penelitian

Preparasi Ion Cu Yang Didukung Oleh ZnAl 2 O 4

Bab IV Hasil dan Pembahasan

3 Percobaan. Peralatan yang digunakan untuk sintesis, karakterisasi, dan uji aktivitas katalis beserta spesifikasinya ditampilkan pada Tabel 3.1.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas

Bab III Metodologi Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging

Sintesis ZSM-5 Mesopori menggunakan Prekursor Zeolit Nanocluster : Pengaruh Waktu Hidrotermal

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KRISTAL NANO ZnO

Oleh : Yanis Febri Lufiana NRP :

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

4 Hasil dan Pembahasan

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif.

Soal-Soal. Bab 7. Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Larutan Penyangga

I. PENDAHULUAN. material, antara lain sebagai komponen dari pembentukan gelas (Doweidar et al.,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2013 di Laboratorium

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar

Hariadi Aziz E.K

MODIFIKASI ZEOLIT ALAM SEBAGAI KATALIS MELALUI PENGEMBANAN LOGAM TEMBAGA

III. REAKSI KIMIA. Jenis kelima adalah reaksi penetralan, merupakan reaksi asam dengan basa membentuk garam dan air.

BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

Bab III Metodologi Penelitian

I. PENDAHULUAN. kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material.

Bab III Metodologi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

4 Hasil dan pembahasan

Bab 4 Data dan Analisis

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KATALIS CU/ZEOLIT DENGAN METODE PRESIPITASI

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

Desain Prototipe Reaktor Steam Reforming Menggunakan Ultrasonik Nebulizer

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS

Bab III Metodologi Penelitian. Sintesis CaCu(CH 3 COO) 4.xH 2 O. Karakterisasi. Penentuan Rumus kimia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

PENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

I. PENDAHULUAN. Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas

I. PENDAHULUAN. Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan

θ HASIL DAN PEMBAHASAN. oksida besi yang terkomposit pada struktur karbon aktif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

METODE. Penentuan kapasitas adsorpsi dan isoterm adsorpsi zat warna

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Oleh: Arifta Henda Kurniatullah Dosen Pembimbing: Dr. Didik Prasetyoko, M.Sc Arif Fadlan, M.Si

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2 Skema Pembuatan elektrode pasta karbon.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 Pembahasan Degumming

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam,

ABSTRAK ABSTRACT. Kata Kunci: katalis Cu/ZnBr 2 /γ-al 2 O 3, XRD, SEM-EDX, sitronelal.

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pada senyawa berukuran atau berstruktur nano khususnya dalam

BAB III METODE PENELITIAN

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

Pengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis Katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 Katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 disintesis dengan metode kopresipitasi dengan rasio fasa aktif Cu, promotor ZnO, penyangga dan Al 2 O 3 yaitu 4:2:1 dengan sampel yang dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin memperbesar fasa aktif Cu. Pada fasa aktif ini dianggap merupakan proses penting pada reaksi reduksi kukus metanol (SRM). Selain itu pada fasa aktif ini juga merupakan proses penting dalam menyediakan gugus oksigen sebagai tempat berlangsungnya reaksi kukus metanol (SRM) yang menggunakan alat reaktor mikro. Tetapi prosedur ini tidak dilanjutkan peneliti. Sintesis katalis ini diawali dengan melarutkan Cu(NO 3 ) 2.3H 2 O, Zn(NO 3 ) 2.6H 2 O, Al(NO 3 ) 3.9H 2 O dalam aguadest sebanyak 52,54 ml proses pelarutan dilakukan di atas stiret magnet selama 5 jam, warna larutannya yang dihasilkan berwarna biru. Warna biru larutan ini disebabkan oleh pelarutan garam nitrat Cu(NO 3 ) 2 dalam air terbentuk kompleks ion heksaaquatembaga(ii). Reaksi yang terjadi dapat dilihat pada persamaan IV. 1 berikut ini : Cu(NO 3 ) 2 (s) + 6 H 2 O (l) [Cu(H 2 O) 6 ] 2+ (aq) + 2(NO 3 ) - (aq) (Pers. IV.1) Kation-kation lain dalam larutan dari garam nitrat seperti alumina dan seng membentuk kompleks ion heksaaguaaluminium dan kompleks ion heksaaguaseng 18

19 yang tidak berwarna. Reaksi yang terjadi dapat di lihat pada Persamaan IV.2 dan IV.3 berikut ini : Zn(NO 3 ) 2 (s) + 6 H 2 O (l) [Zn(H 2 O) 6 ] 2+ (aq) + 2 (NO 3 ) - (aq) (Pers IV.2) Al(NO 3 ) 3 (s) + 6 H 2 O (l) [Al(H 2 O) 6 ] 3+ (aq) + 3(NO 3 ) - (aq) (Pers IV.3) Setelah proses pelarutan dengan stiret magnet, selanjutnya larutan prekursor ini diendapkan dengan cara menambahkan dengan Na 2 CO 3 2 M sebanyak 50 ml sampai terbentuk endapan yang berwarna biru. Kemudian endapan tersebut disaring dengan menggunakan kertas saring warna endapan berwarna biru. Endapan yang dihasilkan dari proses tersebut di cuci dengan aquadest tujuannya untuk menghilangkan sisa karbonat dan ion natrium yang terlarut pada endapan tersebut. Pencucian dihentikan setelah filtrat yang dihasilkan tidak berwarna biru lagi. Pada kondisi ini dianggap bahwa campuran logam hdiroksida yang terbentuk telah terbebas dari sisa Na 2 CO 3 dan ion natrium. Proses ini dapat dilihat pada Gambar IV.1 berikut ini : a b Gambar IV.1. (a). Campuran logam hidroksida sebelum disaring ; (b). Endapan logam hidroksida yang terbentuk.

20 Sedangkan proses terbentuknya endapan logam hidroksida Cu(OH) 2, Zn(OH) 2, Al(OH) 3 dapat dilihat pada persamaan reaksi IV.4, IV.5 dan IV.6 berikut ini : [Cu(H 2 O) 6 ] 2+ (aq) + Na 2 CO 3 (aq) (Pers IV.4) Cu(OH) 2 (aq) + 2Na + (l) + CO 3 (l) + 5 H 2 O (l) [Zn(H 2 O) 6 ] 2+ (aq) + Na 2 CO 3 (aq) Zn(OH) 2 (aq) + 2Na + (l) + CO 3 (l) + 5 H 2 O (l) (Pers IV.5) [Al(H 2 O) 6 ] 3+ (aq) + Na 2 CO 3 (aq) Al(OH) 3 (aq) + 2Na + (l) + CO 3 (l) + 5 H 2 O (l) (Pers IV.6) Endapan logam-logam hidroksida yang dihasilkan dari proses kopresipitasi ini dimasukkan dalam krus alumina dan dikeringkan dalam oven selama 1 jam pada suhu 110 0 C. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang berlebihan serta sisa karbonat yang tertinggal dalam padatan. Hasil pengeringan dalam oven dapat dilihat pada Gambar IV.2 berikut ini : Gambar IV.2 Wujud dan warna logam hidroksida setelah di oven. Proses penting dalam sintesis katalis adalah kalsinasi, kalsinasi bertujuan untuk mengubah campuran Cu(OH) 2, Zn(OH) 2, dan Al(OH) 3 menjadi CuO, ZnO,

21 dan Al 2 O 3 dengan melepaskan air, natrium dan pelarut organik lainnya seperti karbonat. Reaksi yang terjadi pada proses kalsinasi dilihat pada persamaan reaksi IV.7, IV.8, dan IV.9 berikut ini : Cu(OH) 2 (aq) + 2Na + (l) + CO 3 (l) + 5 H 2 O (l) CuO (s) (Pers IV.7) Zn(OH) 2 (aq) + 2Na + (l) + CO 3 (l) + 5 H 2 O (l) ZnO (s) (Pers IV.8) Al(OH) 3 (aq) + 2Na + (l) + CO 3 (l) + 5 H 2 O (l) Al 2 O 3 (s) (Pers IV.9) Suhu kalsinasi yang dipilih adalah 470 0 C selama 5 jam, suhu ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Marsih dkk, 2006) untuk katalis yang sama tetapi variasi yang berbeda. Pada suhu tersebut diharapkan sudah terbentuk logamlogam oksida. Hasil katalis setelah dikalsinasi dilihat pada Gambar IV.3 berikut ini: Gambar IV.3 Wujud dan warna katalis setelah dikalsinasi Logam-logam yang telah diperoleh pada proses kalsinasi ini dikarakterisasi menggunakan Scanning Elektron Microscopy (SEM) dan Difraksi Sinar-X.

22 4.2 Karakterisasi Katalis Menggunakan Scanning Elektron Microscopy (SEM) Scanning Elektron Microscopy (SEM) adalah jenis mikroskop elektron yang menggunakan berkas elektron untuk menggambarkan profil permukaan benda. Foto SEM katalis dapat dilihat pada Gambar IV.4 di bawah ini : v Gambar IV.4 Morfologi permukaan katalis. (a) Perbesaran 3500 kali ; dan (b) perbesaran 10000 kali. Berdasarkan profil Gambar IV.4 di atas, morfologi permukaan katalis yang diperoleh dari foto SEM pada perbesaran 3500 kali, terlihat ada bentuk bola seperti agregat-agregat kecil. Ketika pada titik tertentu diperbesar menjadi 10000 kali terlihat ada partikel yang berbentuk jarum kecil yang tidak tersebar merata, diduga sebagian besar partikel CuO, ZnO, Al 2 O 3 saling membelit membentuk partikel bola di permukaan katalis. Sehingga teramati sebarannya tidak homogen tetapi memiliki luas permukaan yang cukup besar. Katalis ini diharapkan dapat digunakan pada reaksi kukus metanol tetapi, proses ini belum dapat dilanjutkan mengigat keterbatasan alat yang mengharuskan menggunakan reaktor mikro. 4.3 Karakterisasi Katalis Menggunakan Difraksi Sinar-X

23 Difraksi Sinar-X merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi adanya fasa kristalin (Cu, ZnO, Al 2 O 3 ) di dalam material-material benda dan serbuk, dan untuk menganalisis sifat-sifat struktur (seperti stress, ukuran butir, fasa komposisi orientasi kristal, dan cacat kristal) dari tiap fasa (Zakaria, dalam Jamaludin 2010). Untuk mempertegas keadaan fasa kristalin di dalam katalis, maka katalis ini diidentifikasi spesi logam oksidanya menggunakan difraksi sinar X. berikut pola Difraktogram katalis CuO/ZnO/ Al 2 O 3 dan difraktogram standar katalis CuO, ZnO, dan Al 2 O 3 diperlihatkan pada Gambar IV.5 di bawah ini : Gambar IV.5 Difraktogram Katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 dan Difraktogram katalis CuO, ZnO serta Al 2 O 3 Puncak difraktogram yang diamati pada Gambar IV.5 menunjukan adanya spesi logam oksida CuO, ZnO, Al 2 O 3 dengan puncak-puncak yang khas. Dengan mengacu pada perbandingan difraktogram standar untuk CuO, ZnO dan Al 2 O 3. Dengan perbandingan tersebut maka dapat ditentukan spesi logam CuO, ZnO, Al 2 O 3

24 dari Gambar IV.5 di atas. Hasil difraktogram Pada Gambar IV.5 terdapat spesi logam CuO, ZnO, Al 2 O 3 dengan puncak yang tajam dan masih berbentuk amorf. Puncak khas CuO muncul berturut-turut pada 2 35,0 o, 39,0 o, 49,0 o, 54,0 o, 61,0 o, 67,0 o, dan 75,0 o, puncak khas untuk Al 2 O 3 muncul berturut-turut pada 2 23,0 o, 43,0 o, dan 59,0 o, sedangkan puncak khas untuk ZnO muncul berturut pada 2 32,0 o, 34,0 o, 46,0 o, 57,0 o, dan 68,0 o. Namun pada puncak pada 2 11,0 o terdapat satu puncak yang tidak dapat diidentifikasi sebagai puncak khas CuO, ZnO, maupun Al 2 O 3 hal ini dipengaruhi oleh alat furnance yang tidak terkalibrasi, suhu pemanasannya yang tidak stabil dan krusnya yang tidak bersih sehingga pada saat pemanasan zat yang terdapat pada krus terdekomposisi pada katalis tetapi, katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 setelah dikarakterisasi dengan difraksi Sinar-X dapat teramati ada spesi-spesi yang khas, untuk fasa aktif, promotor dan penyangga.