BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

TUGAS INDUSTRI TEACHING

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR...i. DAFTAR ISI...iii. DAFTAR GAMBAR...vi. DAFTAR TABEL...viii. INTISARI...x BAB I PENDAHULUAN...1

1. Salut gula memberikan permukaan yang halus dan berkilau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

1. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum Pembuatan kurva baku... 35

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Pemeriksaan Bahan Baku Pemeriksaan bahan baku ibuprofen, HPMC, dilakukan menurut Farmakope Indonesia IV dan USP XXIV.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang

Tablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP)

LAMPIRAN A HASIL DETERMINASI TANAMAN PISANG AGUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

PENGARUH VARIASI KADAR POLIVINIL PIROLIDON (PVP) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET HISAP EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini di Indonesia, pemanfaatan tanaman obat sebagai obat tradisional

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

HASIL DAN PEMBAHASAN. yang optimum untuk gum arabika dan tapioka yang kemudian umur simpannya akan

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

KETOKONAZOL TABLET PREFORMULASI DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 (SATU) C S1 FARMASI 2013

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

UJI STABILITAS FISIK DAN ANTISEPTIK TERHADAP TABLET HISAP EKSTRAK KERING DAUN SOSOR BEBEK (Kalanchoe pinnata Pers.)

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

2.1.1 Keseragaman Ukuran Kekerasan Tablet Keregasan Tablet ( friability Keragaman Bobot Waktu Hancur

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik di pasar domestik maupun internasional. Selain itu, juga didukung dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi

Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. pada umunya merupakan hasil proses pengeringan menggunakan spray dryer.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Lampiran 2. Morfologi Tanaman Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. selama penyimpanan (teroksidasinya senyawa fenol, perubahan warna), kurang praktis dalam penanganan, distribusi dan aplikasinya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

FORMULASI TABLET EKSTRAK DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata N.) SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN KOMBINASI MANITOL SORBITOL SEBAGAI BAHAN PENGISI

UJI PENDAHULUAN FORMULA PELET EFFERVESCENT DENGAN VARIASI KONSENTRASI POLIVINIL PIROLIDON (PVP) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT. Universitas Udayana

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

membentuk warna biru keunguan maka amilum ganyong banyak mengandung

BAB III METODE PENELITIAN

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SORBITOL-LAKTOSA-ASPARTAM

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

sediaan tablet cukup kecil dan wujudnya padat sehingga memudahkan pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutannya (Siregar, 1992). Telah diketahui bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, termasuk keanekaragaman buah tropisnya.

Gambar Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco

PEMBUATAN TABLET HISAP EKSTRAK ETANOLIK DAUN SAGA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik. Pati

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

a. Pemeriksaan Organoleptis b. Uji Susut Pengeringan... 25

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

Di Indonesia, penggunaan rosella di bidang kesehatan memang belum begitu popular. Namun akhir-akhir ini, minuman berbahan rosella mulai banyak

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan rimpang lengkuas merah

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat. Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

obat tersebut cenderung mempunyai tingkat absorbsi yang tidak sempurna atau tidak menentu dan seringkali menghasilkan respon terapeutik yang minimum

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Kecipir

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

PEMBAHASAN. R/ Acetosal 100 mg. Mg Stearat 1 % Talkum 1 % Amprotab 5 %

OPTIMASI FORMULA TABLET EKSTRAK ETANOL SALAM-SAMBILOTO MENGGUNAKAN PVP K-30 SEBAGAI PENGIKAT DAN CROSPOVIDONE SEBAGAI PENGHANCUR

I. PENDAHULUAN. poliaromatik hidrokarbon / PAH (Panagan dan Nirwan, 2009). Redestilat asap cair

1. PROSPEK TEH HIJAU SEBAGAI INDUSTRI HILIR TEH

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

Lampiran 1. Gambar Berbagai Jenis Kentang. Kentang Putih. Kentang Kuning. Kentang Merah. Universitas Sumatera Utara

OPTIMASI PENYALUT TABLET SALUT ENTERIK EKSTRAK AIR KERING BUAH APEL (MALUS DOMESTICA L.) DENGAN PENYALUT EUDRAGIT L-100 DAN PLASTISAISER GLISEROL

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5)

BAB II. STUDI PUSTAKA...4

Transkripsi:

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini dikembangkan formulasi pelet ekstrak air sambiloto (Andrographis paniculata) yang disalut dengan Eudragit E-100 untuk menutupi rasa pahit sehingga dapat dikembangkan menjadi sediaan farmasi. Hasil karakterisasi ekstrak kental adalah sebagai berikut : Organoleptik : Warna Bau Rasa Viskositas Bobot Jenis Tabel 4.1 Tabel Karakteristika Ekstrak Kental Sambiloto Parameter Hasil Coklat kehitaman Menyengat tidak menyenangkan Sangat Pahit 1100 cps 1,4 gram/ml Kadar air 59,5 ±1,5 % Kadar Andrografolida 588 ± 8 µg/gram (0,058%) Kadar andrografolida yang diperoleh relatif kecil. Hal ini disebabkan kelarutan andrografolida sukar larut dalam air. Pelarut air digunakan karena adannya pustaka yang menyebutkan efek imunostimulan dari ekstrak air sambiloto. Pada penelitian ini teknik penutupan rasa yang digunakan adalah metode penyalutan lapis tipis dengan polimer. Penyalutan lapis tipis dilakukan dengan menggunakan alat fluid bed dryer. Prinsip penggunaan alat fluidized bed dryer adalah suspensi udara, dicmana terdapat aliran udara yang mensuspensikan partikel, dan tekanan penyemprotan penyalut sehingga dapat menyaluti partikel. Titik kritis pada penyalutan dengan fluid bed dryer adalah bentuk dan ukuran partikel. Bentuk ukuran partikel yang terlalu kecil dan kurang sferis seperti granul akan cenderung untuk bergabung satu sama lain sehingga tidak terbentuk penyalutan. Oleh karena itu, ekstrak sambiloto dibentuk pelet agar menghasilkan proses salut yang baik. Bentuk pelet yang dihasilkan dari metode ekstrusi-sferonasi bergantung pada kandungan lembab massa granul. Massa granul yang terlalu kering dapat membentuk ekstrudat yang

akan menghasilkan sejumlah besar serbuk pada saat sferonisasinya. Sementara massa granul yang terlalu basah menghasilkan ekstrudat yang akan berikatan satu sama lain dan membentuk aglomerat, meskipun ekstrudat tersebut dapat terpisahkan pada tahap ekstrusi tapi cenderung membentuk aglomerat saat sferonisasi sehingga pelet yang diperoleh berukuran besar. Oleh karena itu massa granul harus memiliki kekuatan mekanik yang cukup untuk membentuk ekstrudat yang berbentuk batang pada saat ekstrusi, tapi juga harus dapat dan mudah terpecah menjadi batang pendek yang seragam untuk membentuk pelet dengan distribusi ukuran yang sempit. Hasil optimasi perbandingan jumlah ekstrak dengan Avicel PH 101 dapat dilihat pada tabel berikut: For mula Tabel 4.2 Hasil Optimasi Perbandingan Ekstrak dan Absorben. Ekstrak : Avicel PVP (%) Kandungan lembab massa granul (%) Keterangan P1 3 : 1 3 52,1 Massa terlalu lengket, ekstrudat cenderung menggumpal kembali. P2 2 : 1 3 42,4 Ekstrudat sangat basah, menghasilkan pelet yang membentuk aglomerat P3 3 : 2 3 31,3 Ekstrudat basah dan menghasilkan pelet dengan distribusi ukuran yang sempit. P4 1 : 1 3 26,4 Ekstrudat basah, namun pada saat sferonisasi banyak terbentuk serbuk sehingga rendemen sangat kecil. Hasil optimasi pelet di atas memberikan hasil bahwa pelet formula P3 dengan perbandingan ekstrak : avicel = 3 : 2 memberikan hasil yang paling baik. Pada proses penyalutan dengan Fluidized Bed Dryer, pelet akan mengalami tumbukan satu sama lain dan juga tekanan. Oleh karena itu perlu dipastikan bahwa pelet yang akan disalut tidak rapuh. Penambahan pengikat diharapkan dapat menyelesaikan masalah kerapuhan pelet karena dengan adanya pengikat akan terbentuk suatu jembatan padat yang lebih kuat mengikat antar partikel. Tabel 4.3 : Tabel Evaluasi Pelet Ekstrak Sambiloto Parameter P3.3 PVP 3.2 Kandungan lembab (%) 1,19 1,73 Rendemen (%) 57,32 51,76 Friksibilitas (%) 0,81 4,46 Friabilitas (%) 0,187 3,54

Gambar 4.1 : Grafik distribusi ukuran pelet Dari data evaluasi terlihat bahwa rendemen pelet sangat rendah yaitu 57 dan 51%. Hal ini disebabkan berkurangnya massa air dalam ekstrak kental selama proses pengeringan selain itu juga kehilangan massa yang cukup besar pada saat sferonisasi. Pada penggunaan PVP dengan konsentrasi 3% diperoleh pelet yang sangat kuat, dilihat dari data friksibilitas dan friabilitas yang dibawah 1%. Hal ini dapat disebabkan adanya pengaruh ekstrak kental yang juga berfungsi sebagai pengikat sehingga meningkatkan ikatan antar partikel. Selain itu konsentrasi 3% terhitung dari jumlah avicel dan jumlah ekstrak kental, ekstrak kental mengandung air 59%, sehingga ketika air menguap selama proses pengeringan maka konsentrasi PVP dalam pelet akan meningkat. Tabel 4.4. Hasil Penetapan Kadar Andrografolida dalam Pelet Formula Kadar andrografolida (µg/g) Persentase perolehan kembali (%) P3.3 504,55 ± 25,72 85,8 P3.2 525,6 ± 10,72 89,38 Kadar andrografolida dalam pelet dibandingkan dengan kadar andrografolida dalam ekstrak kental yang dinilai sebagai kadar awal 100% sehingga diperoleh persentase perolehan kembali andrografolida dalam pelet. Hasil persentase perolehan kembali relatif kecil namun masih dalam rentang perolehan kembali yang diperbolehkan untuk ekstrak yaitu 80-120%.

Jumlah Pelet (g) Tabel 4.5. Hasil Optimasi Konsentrasi Larutan Eudragit E-100 Jumlah Eudragit E-100(g) Konsentrasi dalam etanol 95% (b/v) Waktu Penyalutan (jam) Berat akhir (g) Efisiensi penyalutan (%) Rasa Akhir 50 10 1% 15 53,4 34 Tidak pahit 50 10 2% 6 53,1 31 Tidak pahit 50 10 5% 2 50,5 5 Pahit Dari hasil optimasi kondisi penyalutan, diketahui bahwa konsentrasi larutan penyalut yang rendah yaitu 1 dan 2% lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi 5%. Konsentrasi yang lebih rendah menyebabkan adsorpsi partikel penyalut pada permukaan pelet lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi tinggi. 1 2 3 Gambar 4.2: Hasil pengamatan morfologi mikroskopik pelet salut Keterangan: 1 : Muka pelet, perbesaran 80x 2 : Penampang pelet, perbesaran 80x 3 : Penampang pelet, perbesaran 1000 X. Dari pengamatan morfologi mikroskopik pelet salut menunjukkan adanya lapisan tipis pada permukaan pelet dengan ketebalan ±10 µm. Lapisan yang terbentuk sangat tipis sehingga tidak mempengaruhi distibusi ukuran. Terlihat dari gambar perbandingan distribusi ukuran pelet di bawah, penambahan jumlah distribusi ukuran tidak menunjukkan perubahan berarti.

Gambar 4.3: Grafik perbandingan distribusi ukuran pelet salut dan pelet tidak salut. Dari hasil penetapan kadar andrografolida pada pelet salut, diperoleh kadar andrografolida pada PS3.3 adalah 494±22.07 µg/g dan pada PS3.2 521.7±13.96 µg/g. Dengan demikian perolehan kembali masing-masing terhitung dari kadar pelet sebelum salut adalah 98.01% untuk PS3.3 dan 99.25% untuk PS3.2. Uji rasa dilakukan untuk melihat keberhasilan proses penyalutan dalam menutupi rasa pahit dari pelet sambiloto. Hasil statistika uji rasa menggunakan metode student t berpasangan dengan Confidence Interval 95% menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara rasa pelet yang setelah disalut dengan pelet yang sebelum disalut dan tidak terdapat perbedaan bermakna antara penelis laki-laki dan wanita. Akan tetapi sebagian besar panelis merasakan after taste pahit setelah menelan pelet. After taste ini dapat terjadi akibat larutnya penyalut sehingga menyebabkan rasa pahit dari dalam pelet keluar. Dengan demikian jumlah penyalut perlu ditingkatkan agar ketebalan salut meningkat.