Inflasi mtm sedikit meningkat, BI Rate Akan Kembali Diturunkan Inflasi Akhir semester I 2009 Inflasi sebesar 0,11% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 114,10 terjadi pada penghujung Jun. Inflasi ini meningkat tipis dibandingkan bulan Mei yang tercatat 0,04%. Secara year on year inflasi bulan Juni tercatat sebesar 3,65%. Secara umum pada bulan Jun ini tidak terdapat gejolak harga barang di masyarakat, sehingga inflasi yang terciptapun tidak terlampau tinggi. Tekanan inflasi yang cukup tinggi diperkirakan akan terjadi pada bulan Jul, yang antara lain berasal dari efek atas pengeluaran biaya untuk pendidikan pada tahun ajaran baru ini yang pada gilirannya berimbas pada meningkatnya inflasi. Inflasi pada Jun terjadi karena terdapatnya kenaikan indeks pada kelompok sandang 0,30%, kelompok makanan & minuman jadi serta rokok & tembakau sebesar 0,29%, kelompok komunikasi & jasa keuangan 0,25%, dan kelompok kesehatan 0,23%, Tabel-1 Perkembangan & Proyeksi Inflasi yoy Jun 08 Des 08 Jan 09 Feb 09 Mar 09 Apr 09 Mei 09 Jun 09 Des 09 (proy) CPI (yoy) 11,03% 11,06% 9,17% 8,60% 7,92% 7,31% 6,04% 3,35% 5,68% Sumber : BPS, Bloomberg dan APBN 2009, diolah Neraca Perdagangan Indonesia Bulan Me Surplus US$ 2,08 miliar Neraca perdagangan Indonesia pada bulan Me mencatat surplus US$ 1,41 miliar. Nilai ekspor Indonesia Me mencapai US$9,26 miliar atau naik 9,52% dibanding April 2009, sementara dibanding Mei 2008 turun 28,28%. Ekspor non migas pada bulan Me mencapai US$8,16 miliar atau naik 13,3% dibanding April 2009, sedangkan apabila dibanding Mei 2008 turun 15,77%. Secara kumulatif nilai ekspor periode Januari sampai Me mencapai US$ 40,74 miliar atau turun 29,24% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pada periode Me, ekspor Indonesia tertinggi adalah ke Jepang senilai US$ 937,7 juta, diikuti Amerika Serikat US$ 845,7 juta, dan Singapura US$ 779,2 juta. Sementara itu untuk impor pada Me mencapai US$ 7,85 miliar atau naik 17% dibanding April 2009. Nilai impor Indonesia periode Januari sampai Me mencapai US$ 33,65 miliar atau turun 36,56% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Negara pengimpor terbesar ke Indonesia adalah dari Cina US$ 4,85 miliar atau sebesar 17,36% dari total impor. Sementara itu impor dari Jepang senilai US$ 3,5 miliar (12,54%), Singapura US$ 3,15 miliar (11,28%). BI Rate Masih Akan Turun Kondisi makro ekonomi sampai dengan Jun dimana inflasi lebih rendah dari ekspektasi pasar (0,1-0,2%) tampaknya akan memberikan peluang bagi Bank Indonesia pada RDG Jumat, 3 Jul untuk kembali menurunkan bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 6,75% dari semula sebesar 7,00%. Penurunan BI Rate ini diprediksikan akan berlanjut pada bulan Agustus 2009 mendatang menjadi 6,50%, mengingat ekspektasi inflasi pada masa mendatang, relatif tidak banyak berubah. Penurunan BI Divisi Renstra 1
Rate pada Jul ini diperlukan untuk memberikan sinyal positif kepada pasar dan pelaku usaha untuk mendorong daya beli masyarakat serta untuk memberikan efek positif bagi emiten perbankan. Beberapa alasan yang mendukung koreksi tersebut antara lain adalah sebagai berikut : 1. Inflasi bulan Jun (mtm) yang masih relatif rendah. 2. Penguatan Rupiah. 3. Membaiknya sentimen di pasar modal. Tingkat Suku Bunga Perbankan Belum akan Turun Secara Signifikan Meskipun suku bunga acuan BI telah menurun beberapa kali sepanjang semester I 2009, namun diprediksikan tingkat suku bunga perbankan di pasar belum akan menurun secara signifikan, paling tidak sampai dengan akhir tahun 2009. Hal ini antara lain diindikasikan/disebabkan oleh : 1. Ketatnya likuiditas di pasar akhir-akhir ini membuat perbankan domestik masih berusaha keras untuk tetap mempertahankan dan terus meningkatkan dana masyarakat. Hal ini mengakibatkan daya tawar lebih kuat berada pada para pemilik dana yang masih mengharapkan suku bunga tinggi, yang jauh diatas tingkat suku bunga penjaminan atau bahkan BI rate. Saat ini nasabah prima masih menghendaki suku bunga deposito sampai dengan 11% p.a (berdasarkan pada data pasar 19 Juni 2009). Untuk memperoleh dana-dana tersebut, perbankan harus membayar bunga deposito sekitar 4% lebih tinggi dari bunga counter (counter rate) yang diumumkannya. Gambar-1 Bunga Deposito Perbankan Domestik masih di atas Counter Rate Divisi Renstra 2
2. Tingginya premi SWAP yang mencerminkan tingginya ekspektasi masyarakat atas tingkat suku bunga simpanan Rupiah. Swap premium USD terhadap Rupiah yang pada dasarnya merupakan selisih antara suku bunga Rupiah dan USD, masih menunjukkan angka yang tinggi, yakni sekitar 9% per tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa pasar masih mengharapkan suku bunga simpanan (investasi) yang tinggi. Grafik di bawah ini memperlihatkan premi swap USD terhadap Rupiah. Gambar-2 Premi Swap Masih Relatif Tinggi 3. Yield instrumen utang pemerintah RI dalam USD masih relatif tinggi. Meskipun Fed Fund Rate hanya sekitar 0,25% dan LIBOR jangka 6 bulan hanya sekitar 1,16%, namun instrumen utang Pemerintah RI (USD sovereign bond) masih diperdagangkan pada yield yang cukup tinggi. Pada Februar Pemerintah RI telah menerbitkan USD sovereign bond dengan coupon mencapai 10,375%. Hal ini menunjukkan masih mahalnya dana USD bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia. Gambar-3 Yield Utang Pemerintah RI Dalam USD Masih Relatif Tinggi Divisi Renstra 3
4. Yield instrumen utang Pemerintah RI dalam Rupiah juga masih tinggi. SUN Rupiah masih diperdagangkan pada yield antara 7,65% - 12,45%. Artinya untuk jangka panjang eksposure kepada Pemerintah, pasar masih tetap mengharapkan tingkat suku bunga sekitar 12,5%. Gambar-4 Yield Utang Pemerintah RI Dalam Rupiah Masih Relatif Tinggi Berdasarkan kondisi di atas maka tidak heran bahwa rata-rata base lending rate perbankan di Indonesia masih berkisar antara 16,00% - 16,50% per tahun, sebagaimana terlihat pada tabel berikut. Divisi Renstra 4
Tabel-1 Rata-rata Base Lending Rate Perbankan Indonesia Analist Eko Trilaksono Kepala Bagian ALP eko_trilaksono@bri.co.id Divisi Renstra KP. BRI Gedung BRI I, Lantai 15 Jl. Jenderal Sudirman Kav.44 46 Jakarta 10210 INDONESIA Tel: (62 21) 5751518 Fax: (62 21) 2510326 DISCLAIMER Copyright 2008 oleh Divisi Renstra. Seluruh data dan informasi yang termuat dalam laporan ini diperoleh dari berbagai sumber yang diyakini tingkat reabilitasnya oleh Divisi Renstra. Divisi Renstra tidak melakukan audit atau verifikasi atas kebenaran dan keakuratan data dan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut. Dengan demikian, data, informasi dan opini dalam laporan ini disajikan sebagaimana adanya (as is). Divisi Renstra tidak bertanggung jawab atas ketidakakuratan dan ketidaksempurnaan data, informasi dan opini dalam laporan ini dan tidak ada kewajiban kami untuk melakukan perbaikan data. Laporan ini dibuat untuk disirkulasikan untuk keperluan internal BRI. Divisi Renstra 5