TINGKAT STRES DAN DISMENOREA PADA REMAJA KELAS XI PROGRAM AKSELERASI DAN REGULER DI SMA N 3 SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Stres merupakan suatu respon fisiologis, psikologis manusia yang mencoba

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA MTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan keluhan-keluhan fisik lain yang salah satunya adalah gangguan siklus

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 6 Gorontalo mulai 5 Mei sampai dengan 5 juni

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

BAB I PENDAHULUAN. waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MENSTRUASI TERHADAP UPAYA PENANGANAN DISMENORE PADA SISWI SMA NEGERI 1 BUNGKU TENGAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG DISMENORE DI AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA BANJARMASIN ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

Tingkat Pengetahuan Mahasiswi Akademi Farmasi Yamasi Makassar Terhadap Penanganan Nyeri Haid (Dysmenorrhea)

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS HAID PADA MAHASISWI PRODI D III KEBIDANAN TINGKAT II STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu. Meskipun menstruasi adalah proses fisiologis, namun banyak perempuan

BAB III METODE PENELITIAN. Surakarta. Penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Pendekatan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA NEGERI 2 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu periode dalam siklus kehidupan. Pada masa

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN SISWI SMA KELAS XI TENTANG MENSTRUASI DENGAN PERILAKU PENANGANAN DISMENORRHEA

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NYERI MENSTRUASI (DISMENOREA) PADA REMAJA PUTRI DI BEBERAPA SMA DI KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI

BAB VI PEMBAHASAN. A. Pembahasan Univariat 1) Kejadian Dismenore Responden. yang tidak mengalami dismenore sebanyak 55 orang (55%).

BAB 1 PENDAHULUAN. Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore atau nyeri haid biasanya

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda, namun hampir 90% wanita memiliki siklus hari dan hanya 10-15%

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN ORANG TUA (IBU) DENGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DISMENOREA DAN PENANGANANNYA DI MA AN-NUR KOTA CIREBON TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN USIA MENARCHE DENGAN DISMENORHEA PRIMER PADA REMAJA PUTRI KELAS XI SMA NEGERI 15 PALEMBANG

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

EFEKTIVITAS PEMBERIAN GUIDED IMAGERY TERHADAP NYERI DISMINORE PADA REMAJA DI SMPN III COLOMADU KARANGANYAR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anak gadis terjadi antara umur 10 dan 16 tahun (Knight, 2009). Menstruasi

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Yunita Andriani

BAB I PENDAHULUAN. produksi zat prostaglandin (Andriyani, 2013). Disminore diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu

Hubungan Olahraga Dengan Kejadian Dismenorea Mahasiswi Tingkat 1 Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki yang akan ditunjukan pada orang lain agar terlihat berbeda dari pada

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MAHASISWI KEPERAWATAN SI DALAM MENGATASI DISMENORE

2013 GAMBARAN TINGKAT STRES PADA ANAK USIA SEKOLAH MENGHADAPI MENSTRUASI PERTAMA (MENARCHE) DI SEKOLAH DASAR NEGERI GEGERKALONG GIRANG

[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan

HUBUNGAN ANTARA DISMENOREA DENGAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA SMP N 4 BOYOLALI

METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional, yaitu pengukuran variabel-variabelnya

HUBUNGAN STRES DENGAN GANGGUAN SIKLUS MENSTRUASI PADA TINGKAT 2 PRODI DIII KEBIDANAN STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN. Sri Wahyuni ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak. menuju masa dewasa. Banyak perubahan-perubahan yang terjadi

HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG DISMINORE DENGAN PERILAKU DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE DI SMPN 12 KOTA BATAM

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang

BAB I PENDAHULUAN. punggung bagian bawah dan paha (Badziad, 2003). Dismenorea merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dimana remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia yang tercatat

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan hubungan status gizi dengan siklus menstruasi. Penelitian. satu kali pada satu saat (Nursalam, 2013).

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

HUBUNGAN STRES BELAJAR DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN SIKAP REMAJA PRE MENARCHE DI SMPN 1 BRATI

BAB I PENDAHULUAN. menarche sampai menopause. Permasalahan dalam kesehatan reproduksi

Hubungan Tingkat Stress Dengan Siklus Menstruasi Pada Mahasiswa Kebidanan Tingkat I Dan II Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. hormone yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang

HUBUNGAN DISMENOREA TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWI SMA MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

PENGETAHUAN MENSTRUASI REMAJA YANG MENGALAMI SUBSTITUSI POLA ASUH PADA KELUARGA TKI. Hery Ernawati

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN REMAJA TENTANG MANDI BESAR PADA SISWI SMA 7 MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 1 WONOSARI KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu. perkembangan tersebut adalah perkembangan hormone Gonadotropin

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengambil peran yang cukup besar daripada ayah terutama pada. perkembangan anak perempuan, karena kesamaan gender dan

HUBUNGAN KECEMASAN REMAJA DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PADA SISWI SMP X BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah sebuah periode transisi dari dari kanak-kanak menjadi

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN SINDROMA PRAMENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 4 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

HUBUNGAN SINDROM PRAMENSTRUASI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA SISWI KELAS XI JURUSAN AKUTANSI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE ORGAN GENITALIA PADA PELAJAR PUTRI DI SMK N 7 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bentuk observasional atau survey analitik (Setiadi, antara pengetahuan dan sikap mengenai vulva hygiene

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan

HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA DENGAN TINGKAT DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI KELAS X DAN XI DI SMAN 1 TELADAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Keterangan: Xxx = koefisien korelasi Kendall Tau yang besarnya (-1<0<1) A = jumlah ranking atas

HUBUNGAN PERAN IBU SEBAGAI PENDIDIK DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SISWI KELAS VII SMP NEGERI I TANGEN SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. fisik, biologis, psikologis dan sosial budaya (Sarwono, 2008). dan hormonal yang terjadi selama masa remaja awal.

BAB I PENDAHULUAN. antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Menurut WHO (World

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN SISWI KELAS I TENTANG DISMENOREA (Study kasus di SMP Negeri 2 dan MTs As-safi iyah Kayen) SKRIPSI

Transkripsi:

TINGKAT STRES DAN DISMENOREA PADA REMAJA KELAS XI PROGRAM AKSELERASI DAN REGULER DI SMA N 3 SURAKARTA Indah Noviandari, Winarni Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta bunda.aya06@gmail.com Latar belakang ABSTRAC sekolah untuk berprestasi menyebabkan remaja mudah rejama mudah mengalami stres. Keadaan tersebut bisa menyebabkan gangguan sistem reproduksi, salah satunya dismenorea. Tujuan Mengetahui hubungan tingkat stres dengan dismenorea pada remaja kelas XI di SMA Negeri 3 Surakarta. Metode Jenis penelitian ini adalah observasional analitik. Sampel diambil dengan menggunakan tehnik insidental sampling pada 30 siswi akselerasi dan 30 siswi reguler. Analisis Hasil penelitian menunjukkan siswi kelas XI akselerasi mayoritas mengalami tingkat stres sedang (30%) dengan dismenorea (67%), siswi kelas XI reguler mayoritas mengalami tingkat stres ringan (43%) dengan tidak dismenorea (57%), sedangkan dari seluruh sampel mayoritas mengalami tingkat stres ringan (40%) dengan dismenorea (55%). Analisis statistik dengan chi kuadrat pada siswi kelas XI akselerasi nilai X 2 >X 2 2 >X 2 tabel yaitu 18,723>7810, nilai 2 >X 2 dan seluruh sampel 0,620. Simpulan Ada hubungan antara tingkat stres dengan dismenorea pada remaja kelas XI di SMA Negeri 3 Surakarta. Terdapat hubungan yang kuat antara tingkat stres dengan dismenorea. Kata kunci :, Remaja, stres A. PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Masa remaja mengalami perubahan yang meliputi semua perkembangan tubuh sebagai persiapan yang cepat, perkembangan psikologis yang belum matang, dan tuntutan untuk berprestasi di sekolah, menyebabkan remaja mudah mengalami stres (Kusmiran, 2011 : 4). yang dialami remaja dapat mengganggu sistem reproduksinya. Salah 58

satu gangguan reproduksi yang dialami remaja adalah dismenorea. Hal ini terkait dengan beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya dismenorea, yang salah satunya adalah kondisi psikologis. merupakan suatu gangguan yang sering dialami wanita pada saat menstruasi. dapat dialami oleh wanita tanpa batasan usia, akan tetapi keadaan ini lebih sering dialami oleh wanita usia remaja. Terjadinya dismenorea pada remaja menyebabkan aktivitas dan konsentrasi terganggu. Remaja yang mengalami dismenorea memiliki waktu kerja yang lebih rendah dan prestasi di sekolah yang kurang dibandingkan remaja yang tidak mengalaminya. Beberapa diantaranya bahkan harus izin sekolah atau beristirahat di UKS saat mengalami dismenorea (Gunarso, dalam Kusmiran, 2011). Angka kejadian dismenorea di Indonesia pada tahun 2010 sebesar (64,25%) yang terdiri dari (54,89%) dismenorea primer dan (9,36%) dismenorea sekunder (Anonim, 2012, Info sehat, 1, http://digilib.unimus.ac.id, diperoleh tanggal 24 April 2013). Pada penelitian yang dilakukan oleh Hadi (2009), didapatkan hasil bahwa remaja sebagian besar mengalami dismenorea (87%). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 3 Surakarta dengan melakukan wawancara, pada 15 siswi yang di wawancarai, terdapat (66%) siswi yang juga mengalami dismenorea. Penelitian ini penting dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan dismenorea pada remaja kelas XI Program Akselerasi dan Reguler di SMA Negeri 3 Surakarta. B. BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik yaitu peneliti mencoba mencari hubungan antara variabel bebas (faktor risiko) dengan variabel terikat (efek) pada waktu yang sama dan dengan pendekatan waktu cross sectional yaitu peneliti menilai pengetahuan tentang resiko stres sebagai variabel bebas bersamaan dengan menilai kejadian dismenorea sebagai variabel terikatnya (Notoatmodjo, 2010: 37). Lokasi penelitian dilakukan di SMA Negeri 3 Surakarta pada bulan Juni 2013. Populasi seluruh remaja kelas XI sejumlah 121 siswi. Jumlah sampel yang diambil dengan insidental sampling dimana bagian populasi yang ditemui dan memenuhi kriteria diambil sebagai sampel (Sugiyono, 2010: 67). Variabel penelitian ini: Variabel Independent adalah merupakan variabel yang 59

mempengaruhi atau yang menjadi sebab yang timbulnya variabel terikat atau dependent. Dalam penelitian ini variabel Independent adalah tingkat stres dan Variabel dependent adalah merupakan variable yang dipengaruhi ataupun yang menjadi akibat karena adanya variabel sebab, dalam penelitian ini variabel dependent adalah dismenorea. Instrumen penelitian berupa kuesioner. Analisis data menggunakan Variabel yang dianalisis secara univariat dalam penelitian ini adalah karakteristik responden berdasarkan umur, tingkat stres dan disminorhea. Analisis bivariat dilakukan untuk mencari hubungan tingkat stres dengan dismenorea dan metode statistik yang digunakan untuk menguji pengaruh tingkat stres yang berskala ordinal dengan dismenorea yang berskala nominal menggunakan rumus chi square dengan kesalahan 0,05 dan df : 3. C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat a. Umur Tabel 1: Ditribusi Frewkwensi Umur Siswi Kelas XI Akselerasi SMA N 3 Surakarta Umur Jumlah Percentase remaja awal 0 0% remaja pertengahan 11 63% Umur Jumlah Percentase remaja lanjut 19 37% Total 30 100% Dari 30 siswi akselerasi yang digunakan sebagai subyek penelitian, sebagian besar tergolong dalam remaja lanjut yaitu sebanyak 19 orang (63%), diikuti remaja pertengahan dengan jumlah 11 orang (37%), tidak ada satupun siswi yang tergolong dalam remaja awal. Tabel 2: Ditribusi Frewkwensi Umur Siswi Kelas XI Reguler SMA N 3 Surakarta Umur Jumlah Percentase remaja awal 0 0% remaja pertengahan 17 57% remaja lanjut 13 43% Total 30 100% Dari 30 siswi reguler yang digunakan sebagai subyek penelitian, sebagian besar merupakan remaja pertengahan yaitu sebanyak 17 orang (57%), diikuti remaja lanjut dengan jumlah 13 orang (43%), tidak ada satupun siswi yang tergolong dalam remaja awal. 60

Tabel 3: Ditribusi Frewkwensi Umur Siswi Kelas XI Akselerasi Dan Reguler SMAN 3 Surakarta Umur Jumlah Percentage remaja awal 0 0% remaja pertengahan 28 47% remaja lanjut 32 53% Total 60 100% Dari 30 siswi akselerasi dan 30 siswi reguler yang digunakan sebagai subyek penelitian, sebagian besar merupakan remaja lanjut yaitu sebanyak 32 orang (53%), diikuti remaja pertengahan dengan jumlah 28 orang (47%), tidak ada satupun siswi yang tergolong dalam remaja awal. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa siswi kelas XI akselerasi dan reguler memiliki rata-rata umur yang sama. Siswi akselerasi mayoritas tergolong dalam remaja lanjut, sedangkan siswi reguler mayoritas tergolong dalam remaja pertengahan, akan tetapi dari keduanya tidak terdapat perbedaan umur yang mencolok karena baik akselerasi maupun reguler tidak ada satupun responden yang tergolong dalam remaja awal. Menurut Sriati (2008) Kondisi psikologis remaja dipengaruhi oleh umur. Seiring pertambahan umur, psikologis remaja akan semakin matang dan stabil. Adanya perbedaan respon psikologis seorang remaja pada tahap awal, pertengahan dan lanjut berarti akan mempengaruhi pada kondisi kesehatan reproduksi seorang remaja. Remaja dengan kematangan psikologis yang lebih baik akan memberikan respon yang lebih positif terhadap perubahan yang mereka alami, sehingga hal ini dapat menjelaskan tentang adanya keterkaitan antara umur, psikologis, dan kesehatan reproduksi. Meskipun demikian, masih terdapat banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi kondisi psikologis remaja, sehingga kondisi psikologis remaja tidak hanya diukur dengan umur. b. stres Tabel 4: Ditribusi Frewkwensi Pada Siswi Kelas XI Akselerasi SMA N 3 Surakarta Jumlah Normal 6 23% Ringan 8 27% Percentage 61

Jumlah Sedang 9 30% Parah 7 20% Percentage Total 30 100% Dari 30 responden yang menjadi subjek penelitian, sebagian besar responden mengalami tingkat stres sedang yaitu sebanyak 9 orang (30%), diikuti tingkat stres ringan 8 orang (27%), tingkat stres parah 7 orang (23%), dan tingkat stres normal 6 orang (20%). Tabel 5: Ditribusi Frewkwensi Pada Siswi Kelas XI Reguler SMA N 3 Surakarta Jumlah Percentage normal 8 27% ringan 13 43% sedang 4 13% parah 5 17% Total 30 100% Dari 30 responden yang menjadi subjek penelitian, sebagian besar responden mengalami tingkat stres ringan yaitu sebanyak 13 orang (43%), diikuti tingkat stres normal 8 orang (27%), tingkat stres parah 5 orang (17%), dan tingkat stres sedang 4 orang (13%). Tabel 6: Ditribusi Frewkwensi Pada Siswi Kelas XI Akselerasi Dan Reguler SMA N 3 Surakarta Jumlah Percentage normal 14 23% ringan 21 40% sedang 13 25% parah 12 9% Total 60 100% Dari 30 siswi akselerasi dan 30 siswi reguler yang menjadi subjek penelitian, sebagian besar responden mengalami tingkat stres ringan yaitu sebanyak 21 orang (35%), diikuti tingkat stres normal 14 orang (23%), tingkat stres sedang 13 orang (22%), dan tingkat stres parah 12 orang (20%). Berdasarkan data tersebut diatas, dapat diketahui bahwa siswi akselerasi mengalami tingkat stres yang lebih tinggi (mayoritas sedang) dibandingkan dengan siswi reguler (mayoritas ringan). yang dialami oleh sebagian besar responden (siswi akselerasi dan reguler) adalah tingkat stres ringan. Menurut Papalia, dkk.,(dalam Nurmalitasari, 2010) masa remaja 62

memiliki tingkat stres yang meningkat karena remaja harus berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan African American Male High School Students:Implications for School Counselors menjelaskan terjadi dalam hidupnya. Melihat memprediksi kemampuan siswa untuk realita yang terjadi pada masa remaja ini, serta dihadapkan dengan stressor yang tinggi tentunya akan sangat berpengaruh pada kondisi psikologis remaja. Menurut Davidson dan Coper (dalam Nurmalitasari, 2010) terdapat dua faktor yang mempengaruhi stres yaitu faktor eksternal dan internal. Salah satu faktor internal individu yaitu karakteristik kepribadian. Karakteristik kepribadian adalah satu aspek yang disebut locus of control diri merupakan kepercayaan yang membuat perilaku berbeda-beda. Berdasarkan penelitian Uwah, dkk.,(dalam Nurmalitasari, 2010) yang berjudul School Belonging, Educational Aspirations, and lebih tinggi memiliki kemampuan akademis yang lebih tinggi karena mereka akan lebih gigih, dan mengembangkan penentuan sasaran lebih baik serta monitoring waktu strategi dibandingkan siswa lain. prestasi siswa akselerasi cenderung lebih baik dibandingkan siswa reguler meskipun siswa akselerasi memiliki tingkat stres yang lebih tinggi, karena siswa akselerasi memiliki kesiapan yang lebih matang terhadap tantangan belajar yang lebih berat. c. Tabel 7: Ditribusi Frewkwensi Pada Siswi Kelas XI akselerasi SMA N 3 Surakarta Kategori Jumlah Percentage dismenorea 20 67% tidak dismenorea 10 33% Total 30 100% 63

Dari 30 siswi akselerasi yang menjadi subjek penelitian, sebagian be sa r re s ponde n me ngala mi dismenorea yaitu sebanyak 20 orang (67%), sedangkan siswi yang tidak mengalami dismenorea terdapat 10 orang (33%). Tabel 8: Ditribusi Frewkwensi Pada Siswi Kelas XI Regulair SMA N 3 Surakarta Kategori Jumlah Percentage dismenorea 17 57% tidak dismenorea 13 43% Total 30 100% Dari 30 siswi reguler yang menjadi subjek penelitian, sebagian besar responden tidak mengalami dismenorea yaitu sebanyak 17 orang (57%), sedangkan siswi yang mengalami dismenorea terdapat 13 orang (43%). Tabel 9: Ditribusi Frewkwensi Disminorea Pada Siswi Kelas XI Akselerasi Dan Reguler SMA N 3 Surakarta Kategori Jumlah Percentage dismenorea 33 55% tidak dismenorea 27 45% Total 60 100% Dari 30 siswi akselerasi dan 30 siswi reguler yang menjadi subjek penelitian, sebagian besar responden mengalami dismenorea yaitu sebanyak 33 orang (55%), sedangkan siswi yang tidak mengalami dismenorea terdapat 27 orang (45%). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kejadian dismenorea pada siswi akselerasi lebih tinggi (67%) dibandingkan dengan kejadian dismenorea pada siswi reguler (43%). Persentase kejadian dismenorea di SMA Negeri 3 Surakarta sebesar (55%). Menurut Selye (dalam fernand, 2007) Kondisi respon stres yang ketegangan pada organ tubuh dan menyebabkan penyakit. Colbert (2011: 19) berpendapat bahwa stres menyebabkan respon hormonal yang sama dalam tubuh. Hal ini berarti pada saat terjadi kenaikan tingkat stres, juga terjadi peningkatan respon hormonal dalam tubuh. Terjadinya peningkatan respon hormonal ini mempengaruhi 64

sistem endokrin dalam tubuh, yang salah satunya mensekresi hormon prostaglandin secara berlebihan. Hormon prostaglandin bekerja untuk meningkatkan kontraksi otot-otot rahim. Hal ini yang menyebabkan terjadinya nyeri yang berlebihn (dismenorea) pada saat menstruasi. Oleh karena itu, penulis dapat menyimpulkan adanya kemungkinan bahwa stres dapat menyebabkan gangguan menstruasi seperti siklus yang tidak teratur, nyeri berlebihan (dismenorea) saat menstruasi, dan bahkan haid terhenti untuk sementara waktu (Proverawati dan Misaroh, 2009: 83). dapat mengaktivasi hipotalamus untuk bertindak memberikan respon terhadap stres yang berupa sekresi hormon. Seperti yang dijelaskan Sriati (2008) bahwa hipotalamus akan mensekresi hormon CRF (Corticotropin Releasing Factor) yang dapat mengaktifkan korteks adrenal. Hormon CRF (Corticotropin Releasing Factor) juga bekerja pada akan mensekresi hormon ACTH (adenocorticotropin hormon) yang akan dibawa melalui aliran darah ke korteks adrenal. Hormon ini dapat memberi sinyal ke kelenjar endokrin lain untuk melepaskan sekitar 30 hormon, termasuk hormon prostaglandin yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan reproduksi, sehingga melalui jalan ini stres menyebabkan gangguan dismenorea (Dawood, 2006:12). 2. Analisis Bivariat Analisis bivariate digunakan untuk mengetahui hubungan antara variable bebas yaitu tingkat stres dengan variable terikat yaitu dismenorea. a. Hubungan tingkat stres dengan dismenorea pada remaja kelas XI akselerasi Tabel 10: Hubungan dengan pada Remaja Kelas XI Akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta Tidak Total n % n % n % Normal 5 16,7 1 3,3 6 100 Ringan 5 16,7 3 10 8 100 Sedang 0 0 9 30 9 100 Parah 0 0 7 23,3 7 100 Total 10 33 20 67 30 100 65

Berdasarkan hasil uji analisis statistik chi-kuadrat, dengan df=3 didapatkan nilai X 2 >X 2 tabel yaitu 17,813>7810. Nilai p=0,00 dengan á=0,05 didapatkan hasil p<á sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stres dengan dismenorea pada remaja kelas XI akselerasi di Hasil uji analisis statistik chikuadrat, dengan df=3 didapatkan nilai X 2 >X 2 tabel yaitu 18,723>7810. Nilai p=0,00 dengan á=0,05 didapatkan hasil p<á sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stres dengan dismenorea pada remaja kelas XI reguler di SMA Negeri 3 Surakarta. kontingensi sebesar 0,610, berdasarkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara variabel tingkat stres dengan dismenorea pada siswi akselerasi. b. Hubungan dengan pada Remaja Kelas XI di SMA Negeri 3 Surakarta Program Reguler Tabel 11: Hubungan dengan pada Remaja Kelas XI Reguler di SMA Negeri 3 Surakarta Tidak Total n % n % n % Normal 8 26,7 0 0 8 100 Ringan 9 30 4 13,3 13 100 Sedang 0 0 4 13,3 4 100 Parah 0 0 5 16,7 5 100 Total 17 57 13 43 30 100 korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara variabel tingkat stres dengan dismenorea pada siswi reguler. c. Hubungan dengan pada Remaja Kelas XI di SMA Negeri 3 Surakarta Program Akselerasi dan Reguler Tabel 12: Hubungan dengan pada Remaja Kelas XI Akselerasi dan Reguler di SMA N 3 Surakarta Tidak Total n % n % n % Normal 13 21,7 1 1,7 14 100 Ringan 14 23,3 7 11,7 21 100 Sedang 0 0 13 21,7 13 100 Parah 0 0 12 20 12 100 Total 27 45 33 55 60 100 Sumber: data primer diolah tahun 2013 66

Hasil uji analisis statistik chikuadrat, dengan df=3 didapatkan nilai X 2 >X 2 tabel yaitu 37,393>7810. Nilai p=0,00 dengan á=0,05 didapatkan hasil p<á sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stres dengan dismenorea pada remaja kelas XI program akselerasi dan reguler di SMA Negeri 3 Surakarta. Pada saat ini, telah banyak fakta yang mengungkapkan hubungan antara stres dengan menstruasi yang merupakan masalah kesehatan bagi wanita (Kaplan and Manuck, dalam Nazar, 2012). Berdasarkan data wawancara dari beberapa s t u d i, m e n u n j u k k a n b a h w a gangguan reproduksi yang abnormal berhubungan dengan stres psikologi (Nepomnaschy, dalam Nazar, 2012), dan dari hasil penelitian beberapa studi juga menjelaskan bahwa sewaktu stres korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara variabel tingkat stres dengan dismenorea pada siswi akselerasi dan reguler di SMA Negeri 3 Surakarta. Tabel 10 menunjukkan bahwa siswi dengan tingkat stres sedang dan parah mengalami dismenorea, tabel 11 menunjukkan bahwa siswi dengan tingkat stres sedang dan parah mengalami dismenorea, sedangkan pada tabel 12 yang merupakan data dari keseluruhan siswi (akselerasi dan reguler) menunjukkan bahwa siswi dengan tingkat stres sedang dan parah seluruhnya mengalami dismenorea. terjadi aktivasi aksis hipotalamuspituitari-adrenal bersama-sama dengan sistem saraf autonom yang menyebabkan beberapa perubahan, diantaranya pada sistem reproduksi (Chrousos dkk, dalam Nazar, 2012). Berdasarkan uji analisis statistik dengan chi kuadrat tentang hubungan tingkat stres dengan dismenorea pada remaja kelas XI di SMA Negeri 3 Surakarta, baik program akselerasi, program reguler, maupun seluruh siswi (akselerasi dan reguler) didapatkan hasil X 2 >X 2 tabel. Hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima dengan 67

kesimpulan ada hubungan antara tingkat stres dengan dismenorea pada remaja kelas XI di SMA Negeri 3 mendapatkan hasil yang berada pada rentang nilai 0,60-0,799 yang berarti ada hubungan yang kuat antara tingkat stres dan dismenorea pada remaja kelas XI di SMA Negeri 3 Surakarta. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Yuli (2009) dengan judul Hubungan antara dengan kejadian Primer yang mendapatkan hasil penelitian bahwa sebanyak (76,0%) dari sampel mempunyai kategori cenderung mengalami stres berat dan mengalami dismenorea primer. Hasil serupa juga didapatkan oleh Purwanti (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan antara dengan Kejadian Pada Remaja Putri di SMK Hidayah Banyumanik yaitu terdapat hubungan antara tingkat stres dengan kejadian dismenorea pada remaja putri di SMK Hidayah Banyumanik. D. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan tingkat stres dengan dismenorea pada remaja kelas XI di SMA N 3 Surakarta dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Mayoritas siswi kelas XI di SMA Negeri 3 Surakarta Program Akselerasi mengalami tingkat stres sedang (30%), Mayoritas siswi kelas XI di SMA Negeri 3 Surakarta Program Reguler mengalami tingkat stres ringan (43%), Mayoritas siswi kelas XI di SMA Negeri 3 Surakarta Program Akselerasi dan Reguler mengalami tingkat stres ringan (40%), Mayoritas siswi kelas XI di SMA Negeri 3 Surakarta Program Akselerasi mengalami dismenorea (67%), Mayoritas siswi kelas XI di SMA Negeri 3 Surakarta Program Reguler tidak mengalami dismenorea (57%), Mayoritas siswi kelas XI di SMA Negeri 3 Surakarta Program Akselerasi dan Reguler mengalami dismenorea (55%), Ada hubungan antara tingkat stres dengan dismenorea pada remaja kelas XI akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta, Ada hubungan antara tingkat stres dengan dismenorea pada remaja kelas XI reguler di SMA Negeri 3 Surakarta, Ada hubungan antara tingkat stres dengan dismenorea pada remaja kelas XI Program Akselerasi dan Reguler 68

di SMA Negeri 3 Surakarta, stres pada siswi akselerasi lebih tinggi (sedang) disertai kejadian dismenorea yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat stres (ringan) dan kejadian dismenorea yang dialami siswi reguler. DAFTAR PUSTAKA Anonim. (24 April 2013), Info Sehat, (Angka kejadian dismenorea di Indonesia), Tersedia (Diakses : 24 April 2013) Bakker, J., Pechenizkiy, M. & Sidorova, N. (2012), what s your current stress level?, Detection of s Patterns from GSR Sensor Data, Department of Computer Science Eindhoven University of Technologi, Netherlands. Colbert, D. (2011). s Cara Mencegah dan Menanggulanginya. Denpasar : Udayana University Press. Dawood, MY. (2006). Primary dysmenorrhea advances in pathogenesis and management. Departments of Obstetrics and Gynecology and Physiology 108(2):428-41. West Virginia University School of Medicine, Morgantown. Fernand. (2007), How to Measure s in Humans, Document Prepared by the Centre for Studies on Human s, Lafontaine Hospital, Quebec, Canada. Kusmiran, E. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba Medika. Nazar, M. (2012). Hubungan terhadap Siklus Menstruasi pada Remaja Kelas XII di SMA Negeri 64 Jakarta. Skripsi, S I Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nurmalitasari, I.W. (2010). Akademik dan Jenis Kelas. Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang. Proverawati, A. & Misaroh, S. (2009). Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta : Mulia Medika. 69

Purwanti, S. (2008). Hubungan antara dengan Kejadian Dismenore Pada Remaja Putri di SMK Hidayah Banyumanik. Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Sriati, A. (2008), Tinjauan Tentang, Universitas Padjadjaran Fakultas Ilmu Keperawatan, Jatinagor, Bandung. Sugiyono. (2010), Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Yuli, F. (2009). Hubungan antara dengan Kejadian Dismenore Primer. Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. 70