BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan keluhan-keluhan fisik lain yang salah satunya adalah gangguan siklus

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stres adalah respons tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap tuntutan beban yang merupakan respon fisiologis, psikologis dan perilaku dari manusia yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal (stresor). Stresor dapat mempengaruhi semua bagian dari kehidupan seseorang, menyebabkan stres mental, perubahan perilaku, masalah-masalah dalam interaksi dengan orang lain dan keluhan-keluhan fisik lain yang salah satunya adalah gangguan siklus menstruasi. Dalam pengaruhnya terhadap pola menstruasi, stres melibatkan sistem neuroendokrinologi sebagai sistem yang besar peranannya dalam reproduksi wanita (Sriati, 2008). Stres diketahui sebagai faktor penyebab (etiologi) terjadinya gangguan siklus menstruasi. Kebanyakan wanita mengalami sejumlah perubahan dalam siklus menstruasi selama reproduksi. Dalam pengaruhnya terhadap siklus menstruasi, stres melibatkan sistem hormonal sebagai sistem yang berperan besar pada reproduksi wanita (Perdanakusuma, 2010). Perempuan lebih sensitif terhadap hormon stres yaitu corticotropin releasing factor (CRF). Sedikit saja hormon tersebut bisa mengacaukan emosi perempuan. Tetapi lelaki relatif kebal terhadap

2 2 hormon tersebut, bahkan dalam jumlah besar (Tarigan, 2010). Terbukti dari riset yang digagas Organisasi Stroke di Inggris menyebutkan 50% perempuan di Inggris merasakan stres di luar kontrol atau dua kali lipat laki-laki. Satu dari tujuh warga Inggris mengalami stres berat (Beeby, 2008). Di Indonesia sebagian besar perempuan belum tahu jika dirinya lebih rentan mengalami stres dibandingkan laki-laki. Gangguan pada siklus menstruasi terdiri dari tiga, yaitu siklus menstruasi pendek yang disebut juga dengan Polimenore, siklus menstruasi panjang atau oligomenore, dan amenore jika menstruasi tidak datang dalam 3 bulan berturut-turut (Proverawati & Misaroh, 2009; Wiknjosastro, 2005). Beberapa studi menyatakan bahwa wanita usia reproduksi memiliki masalah dengan menstruasi yang abnormal, seperti sindrom premenstruasi dan menstruasi yang tidak teratur (Caulter, 1991; Johnson, 2004). Prevalensi siklus menstruasi yang abnormal berdasarkan evaluasi medis, terdapat 9-13% wanita usia reproduksi mengalami menstruasi yang tidak teratur (Caulter, 1991), pada populasi di US menunjukkan 19% wanita usia tahun mengalami gangguan dengan menstruasinya (Strine, 2005), dan juga dari hasil penelitian di India, mayoritas dari wanita yang dilaporkan memiliki rata-rata 37,9% menglami menstruasi tidak teratur (Williams, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Mahbubah (2006) tentang hubungan tingkat stres dengan siklus menstruasi pada wanita usia tahun 2006 di Kelurahan Sidoarjo Kecamatan Pacitan didapatkan bahwa

3 3 sebagian besar responden (64,9%) memiliki siklus menstruasi yang normal dan sebanyak 35,1% mengalami siklus menstruasi terganggu yaitu polimenore 23,1%, oligomenore 69,2% dan amenore 7,7%. Responden yang cenderung mengalami gejala stres berat yaitu sebanyak 44,6%. Sedangkan berdasarkan penelitian Isnaeni (2010) yang dilakukan terhadap 89 responden yang merupakan mahasiswi semester II dan semester IV Kebidanan Universitas Sebelas Maret didapatkan hasil bahwa responden dengan stres ringan sebanyak 62 responden (84,93%) dengan perincian siklus menstruasi normal sebanyak 55 responden (88,70%), 2 responden (2,74%) dengan siklus menstruasi polimenorea, 4 responden (2,74%) dengan siklus menstruasi oligomenorea. Pada saat sekarang ini, telah banyak fakta yang mengungkapkan hubungan antara stres dengan menstruasi yang merupakan masalah kesehatan bagi wanita (Kaplan and Manuck, 2004; Wang dkk, 2004). Berdasarkan data wawancara dari beberapa studi, menunjukkan bahwa siklus menstruasi yang abnormal ini berhubungan dengan stres psikologi (Hatch, 1999; Fenster dkk, 1999; Newton dkk, 2006; Nepomnaschy, 2007), dan dari hasil beberapa penelitian juga menjelaskan bahwa sewaktu stres terjadi aktivasi aksis hipotalamus-pituitari-adrenal bersama-sama dengan sistem saraf autonom yang menyebabkan beberapa perubahan, diantaranya pada sistem reproduksi yakni siklus menstruasi yang abnormal (Chrousos dkk, 2004; Kanjantie dan Phillips, 2006). Pelajar perawat di Kyushu University dilaporkan sebanyak 34% mengalami

4 4 menstruasi tidak teratur akibat stress (Onimura dan Yamaguchi, 1996). Wanita yang pertama kali dipenjara dilaporkan sebanyak 30% mengalami menstruasi tidak teratur akibat stres (Allsworth dkk, 2007). Wanita dipenjara mewakili populasi yang mengalami tingkat signifikan dari stres yang berasal dari beberapa sumber. Selain tekanan penahanan (Fogel, 1993), wanita dipenjara lebih mungkin telah mengalami peristiwa kehidupan masa lalu yang menimbulkan stres seperti kekerasan dan kesulitan ekonomi. Selanjutnya, populasi perempuan dipenjara termasuk jumlah yang disproporsional dari minoritas ras dan etnis. Menurut data tabulasi dari Sensus 2000 oleh Human Rights Watch, sekitar 39 per perempuan kulit putih yang dipenjara, kontras dengan 99 per untuk wanita Hispanik dan 492 per bagi perempuan kulit hitam (Human Rights Watch, 2002). Studi sebelumnya telah menemukan bahwa wanita yang dipenjara memiliki angka yang jauh lebih tinggi terhadap stres dan gangguan kecemasan daripada populasi umum (Jordan, Schlenger, Fairbank, & Caddell, 1996; Teplin, Abram, & McClelland, 1996; Zlotnick, 1997). Meski belum ada penelitian yang menguji hubungan dengan fungsi reproduksi, stres selama masa penahanan telah terbukti terkait dengan depresi, penambahan berat badan, dan jumlah gejala fisik yang dilaporkan (Fogel, 1993). Wanita dipenjara sangat rentan. Mereka sering memiliki riwayat penyimpangan dan kekerasan dan kemudian mungkin mengalami stres

5 5 sekali sebagai konsekuensi dari penahanan mereka. (Allsworth dkk, 2007). Berdasarkan hasil studi pendahuluan, didapatkan data terakhir total jumlah penghuni Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Yogyakarta pada bulan November 2013 adalah sebanyak 76 orang yang terdiri dari narapidana dewasa perempuan sebanyak 45 orang dan tahanan dewasa perempuan sebanyak 31 orang. Sedangkan untuk fasilitas di Lapas sendiri telah memiliki balai pengobatan berijin dengan 1 dokter umum, 1 dokter gigi dan 6 orang perawat. Selama ini di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Yogyakarta belum pernah ada penelitian terkait stres dan pola menstruasi. Berdasarkan fakta-fakta di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut pada warga binaan wanita di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang di atas, peneliti merumuskan masalah: Apakah ada perbedaan rerata tingkat stres dengan pola menstruasi pada warga binaan wanita di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Yogyakarta?

6 6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan rerata tingkat stres dengan pola menstruasi pada warga binaan wanita di lembaga pemasyarakatan. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tingkat stres pada warga binaan wanita di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Yogyakarta. b. Mengetahui siklus menstruasi pada warga binaan wanita di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Yogyakarta. c. Mengetahui lama menstruasi pada warga binaan wanita di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Yogyakarta. d. Menganalisis perbedaan rerata tingkat stres dengan siklus menstruasi pada warga binaan wanita di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Yogyakarta. e. Menganalisis perbedaan rerata tingkat stres dengan lama menstruasi pada warga binaan wanita di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Yogyakarta. f. Menganalisis gejala menstruasi yang paling banyak dialami warga binaan wanita di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Yogyakarta.

7 7 D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang didapatkan adalah sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis : Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca khususnya bagi peneliti mengenai tingkat stres dengan pola menstruasi. 2. Manfaat praktis : a. Bagi penyedia layanan kesehatan, penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan evaluasi rutin mengenai fungsi reproduksi dan menstruasi saat masuk dan selama penahanan untuk perawatan yang lebih baik pada populasi ini. b. Bagi lembaga pemasyarakatan, penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk menyisipkan mengenai kesehatan reproduksi dan menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai. c. Bagi peneliti memberikan gambaran untuk penelitian selanjutnya mengenai stres dan pola menstruasi pada warga binaan wanita di lembaga pemasyarakatan. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan tentang hal-hal yang berkaitan dengan hubungan stres dengan pola menstruasi yaitu : 1. Wahyuningsih (2006), yaitu Hubungan Stresor Psikososial dengan Gangguan Menstruasi pada Tenaga Kerja Wanita Industri Tekstil di

8 8 Sleman Yogyakarta. Metode yang digunakan adalah cross-sectional dan alat ukur yang digunakan adalah instrumen instrumen psikososial Social Readjustment Rating Scale (SRRS) oleh Sumarni (2006) dan instrumen gangguan menstruasi yang merupakan modifikasi dari Puspasari (2004). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara stresor psikososial dengan gangguan menstruasi. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat dari jenis variabelnya, yaitu variabel terikat adalah pola menstruasi dan variabel bebas adalah stres, alat ukur menstruasi yang digunakan adalah Menstrual Cycle Diary. 2. Mahbubah (2006), yaitu Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi pada Wanita Usia tahun (Studi Kasus di Kelurahan Sidoharjo, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan). Metode yang digunakan adalah survei penjelasan dengan studi belah lintang. Sampel adalah wanita usia tahun yang tidak sedang menggunakan alat kontrasepsi hormonal. Sampel diambil secara acak sederhana sebanyak 74 orang dari populasi 279 orang. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden (64,9 %) siklus menstruasinya normal yaitu polimenore 23,1%, oligomenore 69,2% dan amenore 7,7%. Empat puluh empat koma enam persen responden cenderung mengalami gejala stres berat. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variable terikat pada penelitian yang akan dilakukan adalah pola menstruasi dan cara pengambilan

9 9 sampel pada penelitian yang akan dilakukan adalah dengan purposive sampling.