Rubrik Rubrik Utama Utama Desain Manajemen Perubahan Dalam Pengembangan Indonesia Science Technopark (I-STP) Menunjang Pembangunan Ekonomi Indonesia Oleh: Lindawati Kartika, SE, M.Si Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Prof. Dr. Ir. M. Syamsul Maarif, M.Eng, Dipl.Ing, DEA Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Volume 18 No. 2, Desember 2013 11
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) didirikan berdasarkan Keppres nomor 43/1976 tanggal 1 Oktober 1976. Pada saat itu, Puspiptek ditujukan sebagai kawasan terpadu untuk menempatkan sejumlah pusat penelitian milik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan Badan Tenaga Atom Nasional yang sekarang sudah berganti nama menjadi Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan). Penempatan pusat-pusat tersebut dalam satu kawasan dimaksudkan agar dapat membentuk kemampuan yang kuat bagi pengamanan dan pelaksanaan kegiatan penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang berhubungan dengan Program Riset Nasional. Seiring dengan bertambahnya usia Puspiptek bergerak dalam aktivitas layanan jasa dan menghasilkan produk dengan dukungan 30 unit laboratorium dari berbagai disiplin ilmu dibawah naungan BATAN, BPPT, LIPI, dan Kementerian Lingkungan Hidup, serta dukungan SDM sebanyak 4000 orang, dengan 150 orang S3 dan 500 orang S2. Berbagai sarana-prasarana yang ada menuntut pemeliharaan, perbaikan dan perbaruan agar Puspiptek berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Peralatan yang sudah aging, sumber daya manusia (SDM) yang sebagian besar sudah aging dan adanya gap yang lebar antara SDM muda dengan pegawai senior akibat kebijakan zero growth, serta peningkatan kebutuhan sarana-prasarana pendukung kawasan seperti listrik, air bersih, jalan, dan jaringan komunikasi untuk mendukung aktivitas laboratorium; menuntut adanya revitalisasi Puspiptek dalam aspekaspek tersebut. Disamping itu, kebijakan pemerintah yang mendorong riset berbasis kebutuhan pasar (demand driven) menuntut fungsi Puspiptek berperan sebagai intermediator dan front office antara lembaga litbang dengan pengguna, khususnya industri. energi dan energi baru dan terbarukan, 4) teknologi informasi dan komunikasi, 5) teknologi transportasi, 6) teknologi pertahanan dan keamanan, dan 7) Material maju. Pengembangan Indonesia-Science & Technology Park (I-STP) di Puspiptek diharapkan mewujudkan sinergi yang kuat antar aktor inovasi: akademisi/peneliti (A), sektor bisnis (B), dan pemerintah/government (G) dalam sebuah kawasan yang dikelola secara khusus. I-STP diharapkan menjadi hub sistem inovasi daerah (SIDa) yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah berbasis inovasi, meningkatkan daya saing daerah, sekaligus menjadi model penguatan sistem inovasi nasional (SINas). Untuk menjadi I-STP terintegrasi dan berkelanjutan memerlukan manajemen strategi dalam merevitalisasi Puspiptek baik dari segi kelembagaan, kerja sama internal dan eksternal, sarana prasarana dan SDM peneliti dan pengelola (manajemen). Kemampuan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi modal dasar untuk dapat menghasilkan sebuah inovasi yang sangat bermanfaat untuk pengembangan ekonomi agar dapat bersaing secara global. Karena itu, Kementerian Riset dan Teknologi (Kemeristek) perlu merevitalisasi dan memodernisasi sarana dan prasarana iptek di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) yang berlokasi di Serpong dalam rangka mempersiapkan Indonesia Science Techno Park (ISTP). I-STP memiliki beberapa fungsi di antaranya sebagai pusat unggulan teknologi, dari sisi akademis bisa menjadi publikasi paten, penciptaan wirausaha baru berbasiskan teknologi, maupun sebagai pusat pelayanan uji industri. Selain itu, I-STP juga bisa menjadi pusat alih teknologi dari pusat-pusat riset yang bisa dimanfaatkan industri. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ke-3 yaitu 2015 2019 sesuai dengan amanat Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 2025, Ilmu pengetahuan dan teknologi pada RPJM 3 berfokus pada Pembangunan Keunggulan Kompetitif Perekonomian yang berbasis: 1) sumber daya alam (SDA) yang tersedia, 2) SDM yang berkualitas, 3) kemampuan Iptek, dimana kemampuan iptek sesuai bidang strategis RPJPN adalah bidang 1) pertanian dan ketahanan pangan, 2) teknologi kesehatan dan obat, 3) 12 Volume 18 No. 2, Desember 2013
Rubrik Utama Analisis Urgensi Revitalisasi Puspiptek Sebagai Media Strategis Dalam Rangka Pengembangan I-STP Keberadaan Puspiptek yang dibangun pada 1976 perkembangannya cukup lamban, Keberadaan Puspiptek bahkan nyaris kurang terasa kontribusinya di masyarakat sehingga perlu dilakukan revitalisasi. Puspiptek berdiri di lahan seluas 460 ha berdasar Keppres No 43 Tahun 1976. Puspiptek selama ini didesain sekadar sebagai pendukung kebutuhan industri strategis dan keperluan testing, kalibrasi, serta pelayanan industri. Merujuk pada tidak optimalnya perkembangan Puspiptek dapat ditelusuri melalui Fishbone analysis yang hasilnya dipaparkan pada Gambar 1. Tidak optimalnya kinerja Puspiptek berdasarkan hasil analisis in-depth interview pakar pada kawasan Puspiptek dan Kemenristek serta opini publik dan hasil observasi disebabkan oleh beberapa hal berikut : 1. Lemahnya posisi dan peran Puspiptek sebagai strategic management partner Kemenristek terhadap stakeholder. Puspiptek memiliki visi dan misi yang menginduk kepada Kemenristek, sebagai perpanjangan tangan dari Kemenristek dalam mengelola kawasan bagi Lembaga Pemerintahan Non Kementerian (LPNK) dan institusi lain yang turut berpartisipasi di lingkungan Puspiptek. Hal ini menjadi penyebab utama lemahnya posisi tawar Puspiptek dengan LPNK dan revitalisasi serta pengembangan menjadi I-STP dikarenakan tidak berfungsinya peran strategis Puspiptek sebagai lembaga pengelola dan regulator bagi LPNK maupun lembaga/institusi lainnya dalam kawasan. 2. Tidak adanya one stop database integrated system bagi stakeholder kawasan Puspiptek. Puspiptek dalam mengelola kawasan idealnya memiliki data penelitian baik inovasi maupun invensi (temuan) dari LPNK atau lembaga lainnya yang menempati kawasan. Selain itu juga data kepakaran, kinerja, serta sarana prasarana dan kerja sama yang dimiliki oleh masing-masing LPNK/lembaga. Oleh karena itu, perlu dibentuknya sebuah struktur unit atau satuan kerja dari Puspiptek yang mengelola perkembangan dari partisipan kawasannya serta melakukan monitoring, evaluasi dan langkah strategis pengembangan baik jangka pendek maupun jangka panjang yang berbasis pada keterkinian perkembangan proses bisnis yang menempati kawasan. 3. Pembangunan Kawasan Puspiptek yang belum berbasis keunggulan strategis Nasional. Pembangunan sarana dan prasarana kawasan Puspiptek saat ini berbasis dari kepemilikan LPNK dan sumber daya dari masing-masing lembaganya, sehingga ego-sektoralnya sangat besar, berdasarkan hasil benchmarking dari pembentukan science Technopark di Korea, Thailand, dan China yang sudah lebih dahulu mapan dalam pengembagan technopark. Basis pembentukan technopark adalah kolaborasi bidang ilmu dari berbagai lembaga baik pemerintah, swasta maupun akademis yang berdasarkan pada cluster (area) pengembangan industri strategis nasional. khususnya bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dalam 7 bidang strategis Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) pengembangan, yakni: pertanian dan ketahanan pangan, teknologi kesehatan dan obat, energi dan energi baru dan terbarukan, Teknologi Informasi dan Komunikasi, teknologi transportasi, teknologi pertahanan dan keamanan dan material maju. Pembentukan kawasan ini berdampak pada terjadinya sinergi antar LPNK dalam lingkup triple helix (academic, government, dan business) dalam bekerja sama dan sama-sama bekerja mewujudkan kontribusi terbaik dalam menghasilkan temuan serta inovasi berbasis keunggulan nasional. Volume Volume 18 18 No. No. 2, 2, Desember Desember 2013 2013 13 13
Rendahnya komitmen dan kerja sama stakeholder (Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK), Lembaga lainnya) kawasan puspiptek dalam pengembangan Puspiptek Pembangunan Kawasan Puspitek yang belum berbasis keunggulan strategis Nasional Tidak adanya one stop database integrated system bagi stakeholder kawasan Puspiptek PENYEBAB LANGSUNG AKIBAT Lemahnya Positioning Puspitek Sebagai Strategic Management Partner Kemenristek terhadap Stakeholder Urgensi Revitalisasi Puspitek Rendahnya keterkaitan antara road map penelitian dan kepakaran dengan permintaan pasar nasional dan tantangan global Belum sinergisnya peran pusat dan daerah dalam pengembangan inovasi dan invensi riset berbasis keunggulan nasional Insentif Peneliti yang tidak mendukung penelitian inovatif berkelanjutan Gambar 1. Fishbone Analysis Sebab-akibat Urgensi Revitalisasi Puspitek 4. Rendahnya komitmen dan kerja sama stakeholder (LPNK, Lembaga lainnya) kawasan puspiptek dalam pengembangan Puspiptek. Rendahnya komitmen dari stakeholder disini tidak hanya secara internal Puspiptek namun juga faktor eksternal terkait seperti regulasi dan birokrasi dari Kemenristek, forum komunikasi yang sinergis antara Puspiptek dan masing-masing LPNK/institusi/lembaga lain yang menempati kawasan Puspiptek dalam mengembangkan Puspiptek dan perwujudan I-STP yang berkelanjutan. 5. Insentif peneliti yang tidak mendukung penelitian inovatif berkelanjutan. Terbatasnya aturan dalam penggunaan pendapatan negara bukan pajak (PNBP) seperti dana Corporate Social Responsibility (CSR) dari swasta baik dalam maupun luar negeri, hibah, dan lain sebagainya dengan mekanisme pertanggungjawaban yang sulit dan tidak berbasis outcome dapat menurunkan motivasi, minat dan potensi peneliti dalam melakukan riset inovatif dan temuan yang bermanfaat dan berbasis masyarakat. 6. Belum sinergisnya peran pusat dan daerah dalam pengembangan inovasi dan invensi riset berbasis keunggulan nasional. Pusat dan daerah memiliki peran strategis baik secara Top-Down (Pusat- Daerah) maupun Bottom-Up (Daerah-Pusat) yang keduanya harus berjalan harmonis dengan prinsip win-win solution. Peran pusat kepada daerah adalah dalam hal melakukan komersialisasi temuan dan inovasi daerah yang berbasis keunggulan daerah/kearifan lokal ke industri, wilayah, negara yang merupakan pangsa pasar yang potensial dan strategis dalam pengembangan, ekspansi serta eksekusi dan implementasi payung kerja sama nasional dan internasional baik dengan academic, bussiness maupun government dalam jangka pendek maupun jangka panjang yang terdapat di pusat/ Puspiptek (Bottom Up). Selain itu sinergisitas Top down dapat berupa sosialisasi atau cascading (penurunan) Memorandum of Understanding (MOU) yang dimilki pusat untuk disosialisasikan dan di implementasikan di daerah dan melakukan sosialisasi temuan dan inovasi di pusat untuk di sosialiasikan atau dikomersialkan di wilayah 7. Rendahnya keterkaitan antara road map penelitian dan kepakaran dengan permintaan pasar nasional dan tantangan global. Perlunya perencanaan road map penelitian yang inline dengan kepakaran dan implementasi riset-riset berbasis kebutuhan pasar nasional dan global. Hal ini sangat mendukung dapat terwujudnya hasil riset berbasis outcome yang dapat dimanfaatkan bagi dunia industri nasional dan global bukan berbasis anggaran dan kenginan atau ketertarikan peneliti. 14 Volume 18 No. 2, Desember 2013
Rubrik Utama Rancangan Utama Manajemen Perubahan Revitalisasi Puspiptek dan Pengembangan I-STP Revitalisasi Puspiptek menjadi I-STP merupakan salah satu rekomendasi dari Komite Inovasi Nasional (KIN) dan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi (MP3EI). Langkah merevitalisasi sebagai bukti bahwa pemerintah ingin menghidupkan lagi dan menjadikan Puspiptek sebagai salah satu lokomotif pembangunan ekonomi. Dalam mencapai tahap pengembangan I-STP, perlu dilakukan revitalisasi Puspiptek sebagai langkah awal. Revitalisasi Puspiptek sampai dengan pengembangan I-STP dilakukan bertahap secara bertahap (incremental), adapun tahapan manajemen perubahan dapat dilakukan melalui enam tahap. Adapun tahapan manajemen perubahan dapat dilakukan melalui enam tahap melalui pendekatan optimis dalam jangka waktu lima tahun. Berdasarkan Gambar 2 dapat dijelaskan bahwa dalam melakukan revitalisasi Puspiptek dan pengembangan Indonesia- Science Technopark adalah terbagi menjadi dua tahap yakni revitalisasi Puspiptek yang terdiri dari : 1. Prima Kelembagaan dan Reposisi Peran Puspiptek Analisis kelembagaan dan peran Puspiptek. Untuk memberikan gambaran secara jelas terhadap analisis kelembagaan dan peran Puspiptek, hal yang diperlu dilakukan yaitu : a. Evaluasi internal melalui analisis peran dan kinerja Puspiptek beserta kekuatan dan kelemahan Puspiptek. b. Reposisi fungsi dan peran kelembagaan Puspiptek melalui regulasi Kemenristek, Puspiptek merupakan strategic business partner dari Kemenristek atau Perpanjangan tangan dari Kemenristek untuk memajukan industri strategis nasional RI. c. Pemetaan potensi kepakaran dari masing-masing LPNK dalam meningkatkan industri strategis nasional. d. Perbaikan Tusi dari Puspiptek. e. Regulasi reposisi dalam bentuk UU. Peran suatu organisasi terkandung dalam visi dan misi organisasi tersebut. Sebagai sebuah organisasi, Puspiptek mengacu pada masterplan Puspiptek 2009 dalam laporan akhir ISTP 2011 Visi Puspiptek 2029 adalah Mewujudkan Puspiptek Sebagai Tahap 1 : (1 tahun) Prima Kelembagaan dan Reposisi Peran Puspiptek Tahap 2 : (1 tahun) Internal Self Evaluation Tahap 3 : (1 Tahun) Pemapanan Integrasi Triple Helix & STP Partnership Tahap 4 : (0,5 Tahun) Sosialisasi, Advokasi & Konsiliasi Stakeholder Tahap 5 : (0,5 tahun) Implementasi I-STP terintegrasi antara pusat dan daerah Tahap 6 : (1 Tahun) I-STP Holistik berbasis Keunggulan Industri Strategis Nasional Pengembangan I-STP (3 Tahun) Revitalisasi Puspiptek ( 2 Tahun) Gambar 2. Grand Design Manajemen Perubahan Revitalisasi Puspiptek dan Pengembangan I-STP Volume 18 No. 2, 2, Desember 2013 15 15
Media Terdepan Dalam Pengembangan Science and Technology Hasil Inovasi Karya Bangsa Indonesia yang dapat bersaing di Dunia Internasional. Adapun misi Puspiptek 2029 yaitu: a. Mewujudkan Kawasan Puspiptek Sebagai Kawasan Model Kota Science dan Technology Inovasi Bangsa Indonesia. b. Mewujudkan Kelembagaan Puspiptek Sebagai Lembaga operasional yang profesional dalam pengembangan bisnis Science dan Technology Inovasi Indonesia c. Mewujudkan Kerja sama Lokal, Regional dan Internasional Dalam Pengembangan Science dan Technology Inovasi yang dibutuhkan oleh pasar. Salah satu permasalahan regulasi yang diidentifikasikan dapat menghambat pelaksanaan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia adalah pelaksanaan PP No. 35/2007 tentang Pengalokasian Sebagian Pendapatan Badan Usaha untuk kegiatan Perekayasaan, Inovasi dan Difusi Teknologi. Pelaksanaan PP No. 35/2007 dalam upaya revitalisasi Puspiptek merupakan salah satu alternatif mendorong kolaborasi riset melalui kegiatan perekayasaan, inovasi, dan difusi teknologi. Penerapan fasilitas fiskal maupun non fiskal perlu diberikan bagi kolaborasi riset yang dilakukan di Puspiptek. Oleh karena itu perlu juga menetapkan penggunaan fasilitas Puspiptek sesuai empat konsep penggunaan aset negara yang ada, di samping menetapkan bentuk Science & Techno Park (STP) pada Puspiptek sebagai langkah awal pelaksanaan PP No. 35/2007. Kebijakan ini perlu diikuti dengan kebijakan penggunaan aset negara di Puspiptek, dan selanjutnya PP No. 35/2007 dapat diterapkan untuk mendorong kolaborasi riset antara penghasil iptek yang berada di kawasan Puspiptek dengan badan usaha, maupun masyarakat. 2. Perbaikan evaluasi diri internal (Internal Self Evaluation) Tahap kedua dalam kegiatan revitalisasi Puspiptek adalah dengan perbaikan evaluasi diri Puspiptek. Tahap kedua ini terdiri dari beberapa langkah yaitu: a. Dibangunnya one stop data base system untuk seluruh LPNK yang ada dibawah Kemenristek. b. Perbaikan dan kompilasi seluruh MoU nasional dan internasional seluruh LPNK yang telah dimiliki sampai dengan 2012. c. Seleksi MOU nasional yang sustainable untuk menjadi payung kerja sama bagi seluruh LPNK dan stakeholder Puspiptek. d. Seleksi MOU internasional yang berkelanjutan untuk menjadi payung kerja sama bagi seluruh LPNK dan stakeholder Puspiptek. Evaluasi dalam konteks manajemen digunakan untuk membantu memilih dan merancang kegiatan yang akan datang. Studi evaluasi dapat digunakan untuk menilai atau menduga keadaan yang dihasilkan suatu kegiatan. Dalam konteks ini kegiatan yang dilakukan adalah perubahan organisasi (mencakup keluaran/ output dan hasil/outcome) dan distribusi manfaat diantara berbagai kelompok sasaran, dan dapat menilai efektivitas biaya dari proyek dibanding dengan pilihan lainnya. Evaluasi diperlukan untuk melihat kesenjangan antara kondisi yang diharapkan dengan kondisi yang sebenarnya. Oleh karena itu, kesempurnaan dan keakuratan data yang digunakan dalam evaluasi sangat penting. Tahap revitalisasi Puspiptek memerlukan waktu dua tahun melalui pendekatan optimistik. kedua tahapan tersebut merupakan langkah strategis Puspiptek mempertegas posisi dan kontribusi perannya dalam kontribusi pengembangan industri strategis nasional khususnya yang berbasis riset dan teknologi informasi, apabila implementasi tahap satu dan dua telah tercapai, maka Puspiptek dapat melakukan langkah selanjutnya yakni melakukan pengembangan I-STP dimana tahapannya adalah sebagai berikut : 16 16 Volume 18 No. 2, 2, Desember 2013
Rubrik Utama 1. Pemapanan Integrasi Triple Helix (kolaborasi Academic, Business dan Government) & I-STP Partnership Langkah-langkah dalam penerapan model triple helix adalah sebagai berikut : a. Ekspansi kerja sama dengan institusi akademik potensial nasional dan internasional b. Kerja sama dengan dunia industri potensial dalam bentuk kerja sama pemanfaatan hasil riset, funding dalam bentuk CSR (pendanaan penelitian) dan pemagangan c. Kerja sama dengan institusi dan asosiasi dalam bentuk regulasi dan sosialisasi hasil penelitian dan perencanaan penelitian berdasarkan kebutuhan masyarakat d. Peningkatan capacity building SDM peneliti dalam menghasilkan peneliti unggulan Peran puspiptek kedepan diharapkan bisa menjadi hubungan atau antarmuka sinergi antara academia, bisnis dan pemerintah sekaligus sebagai centre of excellence pengembangan sains dan teknologi untuk memperkuat sistem inovasi nasional dan sistem inovasi daerah seperti yang terdapat pada Gambar 3. 2. Sosialisasi, advokasi, dan konsiliasi stakeholder Sosialisasi rencana pengembangan I-STP internal dilakukan sebagai langkah awal pngembangan dengan maksud agar pihak-pihak yang berhubungan dengan I-STP diberi informasi agar turut serta dalam pengembangan. Sosialisasi kepada pihak internal meliputi semua LPNK dalam kawasan Puspiptek dan pengelola Puspiptek yang akan menjadi I-STP masa depan. Sosialisasi eksternal dilakukan kepada universitas dan industri potensial yang dapat memperkuat I-STP kedepan. 3. Implementasi I-STP terintegrasi antara pusat dan daerah Pengembangan kerja sama sinergis antara pusat dan daerah dapat dilakukan dengan mengedepankan kekhasan potensi unggulan daerah/wilayah. Pengembangan kerja sama ini didahului dengan mendaftar semua potensi daerah. Pengembangan kerja sama ini dapat dilakukan dengan mengkolaborasikan sistem inovasi nasional dan sistem inovasi daerah yang sudah dibentuk di daerah. Di level implementasi pengembangan I-STP ideal dan partnership, kolaborasi ini dikembangkan menjadi eksekusi riset-riset unggulan daerah yang berkontribusi bagi dunia usaha di daerah dan pemilihan riset unggulan yang dapat dikomersialkan. RISTEK Sistem Inovasi Nasional Sistem Inovasi Daerah Universitas UI ITB IPB UPH SGU ITI Knowledge Institutions I-STP Science Technology Insfrastructure Technology Innovation Industries & Venture Firms Institusi R&D PUSPIPTEK (LIPI, BPPT, Batan) Hi- teck Industrial Park Gambar 3. Peran I-STP dalam SINas/SIDa Volume 18 No. 2, Desember 2013 17
4. Terbentuknya I-STP Holistik berbasis keunggulan industri strategis nasional Kolaborasi SiNas dan Sida yang terbentuk bisa menjadi hubungan pengembangan usaha yang membutuhkan perspektif penelitian dan pengembangan, regulasi pemerintah melalui kemenristek dalam memotivasi inovasi dan pihak industri perbankan atau investor yang bisa menjadi alternatif pembiayaan. Kasus tersebut tentu akan banyak diuntungkan oleh integrasi I-STP pusat maupun STP daerah karena pengetahuan akan bambu varietas yang sesuai tentunya akan dapat ditemui di STP dimana terdapat potensi lahan bambu, pembiayaan dapat dilakukan dengan pola inkubasi dan teknologi manufaktur bisa ditemukan di I-STP pusat maupun STP daerah. Kolaborasi holistik antara Pemerintah dalam hal ini Puspiptek, Kemenristek, Perguruan Tinggi dan Industri dalam mewujudkan Bussiness Technology Center (BTC) dan Bussiness Inovation Center (BIC) sebagai bagian integrasi dari Puspiptek. Pembentukan Indonesia Science Technopark (I-STP) holistik dan berkelanjutan adalah melalui desain diagram alir input, proses, output, outcome, benefit, dan impact sebagai berikut pada Gambar 5. Berdasarkan diagram alir dapat diketahui bahwa fungsi dan peran Puspiptek dalam pengembangan I-STP sangat penting dalam mewujudkan I-STP yang berkelanjutan oleh karena itu sebagai ilustrasi dapat dideskripsikan pada lingkup input, proses, dan output berdasarkan diagram alir pada Gambar 6. Penataan yang dilakukan adalah penataan radikal secara alih fungsi dari berbasis kelembagaan menjadi berbasis strategis bidang keunggulan nasional (Gambar 6), dimana prinsip penataan yang akan dilakukan mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Tidak mengubah secara radikal pada hubungan, koordinasi dan penataan sarana dan prasana fisik yang ada pada kondisi terkini LPNK atau institusi lainnya di kawasan. 2. Prioritas perubahan penataan home cluster berdasarkan pada adanya aset vital yang sulit untuk direlokasi sehingga penempatan cluster home harus mengikuti keberadaan aset vital. 3. Prioritas pada sarana prasarana produktif terbesar sehingga penempatan home cluster akan mengikuti keberadaaan sarana prasarana yang produktif tersebut dengan mempertimbangkan keberlangsungan produktivitas riset dan penelitian 4. Prioritas pada mayoritas kedekatan setiap bisnis inti LPNK atau institusi lainnya di kawasan sehingga akan menjadi satu home cluster dan lainnya akan mengikuti. 5. Penataan bersifat partisipatif melalui proses sosialisasi, internalisasi dan forum dialog para pelaku dan pemangku kepentingan terait di kawasan Puspiptek. 6. Perubahan penataan harus bertujuan dalam rangka efisiensi dan efektivitas mewujudkan berkembangnya industri strategis nasional berdasarkan RPJPN mempertimbangkan diantaranya faktor ekonomi dan sosial. Hubungan LPNK dengan arahan riset nasional dapat dilihat pada Tabel 2. Gambar 4. Kolaborasi Holistik antara Pemerintah, Akademis dan Industri Baik Pusat Maupun Daerah 18 Volume 18 No. 2, Desember 2013
Rubrik Utama Input Gedung 1 : Human Capital Learning Center Membangun dan mengembangkan SDM di kawasan dan masyarakat peneliti yang Kompeten, memiliki motivasi dan performance yang baik pada bidang keahliannya Process Mewujudkan misi rencana strategis IPTEK berdasarkan RPJPN pada 7 bidang yakni yang akan dibuat 7 cluster utama berbasis kolaborasi akademis, bisnis dan pemerintah (Triple Helix) : 1 Pertanian dan ketahanan pangan, 2 Teknologi kesehatan dan obat, 3 Energi dan energi baru dan terbarukan, 4 Teknologi Informasi dan Komunikasi, 5 Teknologi transportasi, 6 Teknologi pertahanan dan keamanan, dan 7 Material maju Output tercapainya kinerja optimal Puspitek dan I-STP yang diharapkan institusi, pemangku kepentingan dan masyarakat melalui Cluster Gedung Inovation and Invention Exhibition Center di kawasan Puspitek dengan melakukan komersialisasi riset unggulan di kawasan dan daerah (technopark) secara mutakhir serta science and technlogy center sebagai media simulator proses bisnis berbagai riset unggulan di kawasan dan daerah sebagai bahan pembelajaran umum. Outcome Tercapainya tujuan dan sasaran dalam seluruh program strategis yang diselenggarakan secara actual (kinerja organisasi dan i-stp yang tinggi) yang memberikan eksternalitas positif bagi pelaku dan masyarakat Benefit Meningkatnya kesejahteraan para peneliti, kalangan akademisi dan bisnis serta tercapainya efektivitas dan efisiensi dari berbagai aspek terkait pengembangan industri strategis yang diinginkan organisasi/institusi Impact Meningkatnya citra, tata kelola organisasi Puspitek dan I-STP yang baik di mata masyarakat dengan selalu mengedepankan continous improvement di berbagai bidang khususnya teknologi, invensi dan inovasi Gambar 5. Diagram Alir Dampak Revitalisasi Puspitek dan Pengembangan I-STP Volume 18 No. 2, Desember 2013 19
Inovation and Invention Exhibition Center Human Capital Learning Center Output Input Process Keterangan: 1 Pertanian dan ketahanan pangan, 2 Teknologi kesehatan dan obat, 3 Energi dan energi baru dan terbarukan, 4 Teknologi Informasi dan Komunikasi, 5 Teknologi transportasi, 6 Teknologi pertahanan dan keamanan, dan 7 Material maju Gambar 6. Ilustrasi Konsep Revitalisasi Puspitek berbasis Kolaborasi Triple Helix dalam Kluster Keunggulan Industri Strategis Nasional Tabel 2. Hubungan LPNK dengan Arahan Riset Nasional Arahan Riset Nasional BATAN LIPI BPPT Pertanian dan ketahanan pangan v v v Teknologi kesehatan dan obat v v v Energi, energi baru dan terbarukan Teknologi informasi dan komunikasi v v v v v v Teknologi transportasi v v Teknologi pertahanan dan keamanan Material maju v v Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah: Penyebab pentingnya revitalisasi Puspiptek adalah lemahnya positioning Puspiptek sebagai strategic management partner kemenristek terhadap stakeholder, tidak adanya one stop database integrated system bagi stakeholder kawasan Puspiptek, Pembangunan Kawasan Puspiptek yang belum v v berbasis keunggulan strategis nasional, rendahnya komitmen dan kerja sama stakeholder (LPNK, Lembaga lainnya) kawasan puspiptek dalam pengembangan Puspiptek, Insentif Peneliti yang tidak mendukung penelitian inovatif berkelanjutan, Belum sinergisnya peran pusat dan daerah dalam pengembangan inovasi dan invensi riset berbasis keunggulan nasional, dan rendahnya keterkaitan antara road map penelitian dan kepakaran dengan permintaan pasar nasional dan tantangan global Revitalisasi Puspiptek terdiri dari dua tahap yaitu Prima kelembagaan dan reposisi peran Puspiptek dan Internal self evaluation. Pengembangan Indonesia- Science Technopark adalah terbagi menjadi 4 tahap yakni : a. Pemapanan Integrasi Triple Helix (kolaborasi Academic, Business dan Government) & I-STP Partnership. b. Sosialisasi, advokasi & konsiliasi stakeholder. c. Implementasi I-STP terintegrasi antara pusat dan daerah. d. Terbentuknya I-STP Holistik berbasis Keunggulan Industri Strategis Nasional. 20 Volume 18 No. 2, Desember 2013
Rubrik Utama Penataan revitalisasi Puspiptek secara alih fungsi dilakukan dari berbasis kelembagaan menjadi berbasis strategis bidang keunggulan nasional sesuai RPJPN dan best in field study. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sangat berperan sangat signifikan dalam menciptakan inovasi nasional untuk memanfaatkan SDA yang berlimpah dalam memajukan ekonomi nasional. Referensi Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2009. Master Plan Puspiptek 2009. Tangerang: Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. 2011. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025. Jakarta: Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia. 2011. Revitalisasi Puspiptek [Dokumen PDF] Rakornas RISTEK, Jakarta. Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia. 2010. Keputusan Menteri Riset dan Teknologi Republik Indonesia No. 193/M/Kp/IV/2010 tentang Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Tahun 2010-2014. Jakarta: Bagian Hukum, Biro Hukum dan Humas Kemenristek. Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang No.17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 2025. Jakarta: Sekretariat Negara. Republik Indonesia. 2007. Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2007 tentang Pengalokasian Sebagian Pendapatan Badan Usaha untuk kegiatan Perekayasaan, Inovasi dan Difusi Teknologi. Jakarta: Sekretariat Negara. Republik Indonesia. 1976. Keputusan Presiden No. 43 Tahun 1976 tentang Pembangunan Pusat Penelitian, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi Di Serpong. Jakarta: Sekretariat Kabinet RI. Volume 18 No. 2, Desember 2013 21