BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

S U T A R T O NIM : Program Studi Teknik dan Manajemen industri

BAB VI PERANCANGAN KEBIJAKAN. 6.1 Arah Kebijakan dan Proses Perancangan Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan semakin tinggi. Maka dengan ini upaya untuk mengantisipasi hal

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.

I. PENDAHULUAN. bagaimana keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, sementara itu

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI PERANCANGAN KEBIJAKAN

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

I. PENDAHULUAN. kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian.

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat.

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Asean sebagai basis produksi pasar dunia. Dilanjutkan dengan WTO ( World Trade Organization ) yaitu organisasi

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB V PERANCANGAN KEBIJAKAN DAN ANALISIS PERILAKU MODEL. V.1 Arah Kebijakan Direktorat Industri Alat Transportasi Darat dan Kedirgantaraan (IATDK)

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pelabuhan umum di Indonesia terdiri dari pelabuhan umum yang

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMASARAN INTERNASIONAL

MRP Pertemuan 6 BAB 6 IMPLIKASI STRATEGI MANAJEMEN RANTAI PASOKAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Bela kang Pene litian

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tidak sekedar di tunjukan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi. perekonomian kearah yang lebih baik. (Mudrajad,2006:45)

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah

I. PENDAHULUAN. khususnya yang dihasilkan dari industri agro perlu dianalisis, dipahami

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan Indonesia pada khususnya, maka semakin banyak peluang bagi penyelenggara

Pembahasan Materi #8

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor industri yang dipandang strategis adalah industri manufaktur.

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Dalam periode September Oktober 2009 terbukti telah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah. mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai

I. PENDAHULUAN. Pada awal setiap tahun anggaran, pemerintah Indonesia selalu menetapkan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya persaingan di era globalisasi saat ini, maka

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I PENDAHULUAN. (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan

PENDAHULUAN. Indonesia telah menyelesaikan Pembangunan Jangka Panjang I selama lirna Pelita

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP MANAJEMEN PEMASARAN Oleh : Adisty Bramantyo Sahertian Dosen : Nanang Suryadi NIM :

ERD GANGAN INTERNA INTERN SIONA SION L

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun industri lainnya. Hal ini disebabkan oleh karena adanya perkembangan pesat

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor

1.1 Latar Belakang Hasalah

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

Poppy Ismalina, M.Ec.Dev., Ph.D., Konsultan ILO

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB I PENDAHULUAN. Liberalisasi perdagangan mulai berkembang dari pemikiran Adam Smith

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

BAB I PENDAHULUAN. ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. strategi rantai pasok tersebut umumnya terjadi trade off antara kecepatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis dan persaingan antar perusahaan pada masa

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

CAPAIAN KINERJA PERDAGANGAN 2015 & PROYEKSI 2016

BAB I PENDAHULUAN. membantu membiayai pembangunan nasional, sedangkan impor dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

SISTEM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak kepada ketatnya persaingan, dan cepatnya perubahan lingkungan usaha. Perkembangan global dan regional juga berdampak terhadap kondisi sektor industri. Tekanan eksternal liberalisasi selain karena dorongan upaya regionalisasi terjadi pada akhir 1980-an hingga pertengahan 1990-an (seperti dengan pembentukan AFTA (ASEAN Free Trade Agreement) dan APEC (Asia Pacific Economic Cooperation) juga karena keterikatan komitmen terhadap Kesepakatan Putaran Uruguay (the Uruguay Round Agreement) sebagai bagian dari rangkaian putaran GATT (General Agreement on Tax and Tariff) yang kemudian diubah menjadi organisasi formal bernama WTO (World Trade Organization) (Feridhanusetyawan dan Pangestu, 2003). Berdasarkan kenyataan tersebut maka kebijakan dalam pembangunan industri Indonesia harus dapat menjawab tantangan globalisasi ekonomi dunia dan mampu mengantisipasi perkembangan perubahan lingkungan yang cepat. Persaingan internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara, sehingga fokus strategi pembangunan industri di masa depan adalah membangun daya saing sektor industri yang berkelanjutan di pasar domestik dan internasional (Depperin, 2005). Indonesia telah mulai menyongsong tahapan keunggulan komparatif yang lebih tinggi, yaitu ke sektor padat teknologi dan padat tenaga ahli. Hal ini terlihat dengan meningkatnya pertumbuhan nilai ekspor produk dari industri padat teknologi dan padat tenaga ahli. Di antara produk ekspor yang naik adalah barangbarang elektronika, peralatan telekomunikasi, komputer dan komponennya. Thoha (1996) dalam Kuncoro (2005), menyatakan bahwa industri elektronika merupakan salah satu industri strategis dan peranannya dalam perekonomian 1

nasional semakin penting. Hal ini terlihat dari pertumbuhan ekspor rata-rata industri pada tahun 1995, meskipun industri elektronika berada pada posisi ketiga dari nilai ekspor di sektor industri tapi pertumbuhannya jauh melampaui sektor lainnya. Dari total ekspor elektronika Indonesia, semikonduktor sebesar 5%, industri komponen sebesar 24,5% dan elektronika konsumsi sebesar 53% (BPS, 2004). Industri elektronika Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk terus berkembang di masa depan karena tiga alasan, yaitu: (a) merupakan sarana bagi terlaksananya pembangunan secara umum (misalnya telekomunikasi, radio, TV), (b) teknologi elektronika sangat vital dan strategis bagi kelangsungan hidup bangsa di masa depan, (c) dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Pangsa pasar produk elektronika di dunia pada tahun 2001 sebesar US$ 1,19 trilyun (termasuk produk IT) dengan segmen terbesar adalah produk elektronika bisnis/industrial sebesar 52,31%, produk elektronika konsumer sebesar 30,99% dan produk komponen elektronika sebesar 16,71% (Depperin, 2007). Tetapi tidak dipungkiri bahwa Industri elektronika masih mempunyai kelemahankelemahan diantaranya struktur industrinya berbentuk oligopoli dan lebih menitikberatkan pada pasar dalam negeri (Kuncoro, 2005). Kandungan impor berkisar 80-90 %, hanya sekitar 10-20 % dari kebutuhan bahan baku dan bahan penolong pada industri ini yang dapat dipasok dari dalam negeri (BPS, 2004), sehingga perlu adanya kebijakan pengadaan bahan baku terutama bagi industri PMDN (Yogaswara, 1999). Tingginya penggunaan bahan baku dan komponen impor menandakan bahwa keterkaitan antara industri hulu dan hilir masih lemah. Faktor-faktor lingkungan (pasar, teknologi, tenaga kerja, kondisi ekonomi, keuangan dan bahan baku) sangat menentukan terhadap perkembangan industri elektronika Jumono (1990). Berdasarkan strukturnya, industri komponen elektronika merupakan industri pendukung industri elektronika (Gambar 1.1). Dengan besarnya segmen pasar produk elektronika membuat peluang yang dimiliki oleh produk komponen juga besar. Peluang ini harus bisa dimanfaatkan oleh Indonesia untuk mengembangkan sektor industri ini sehingga bisa menjadi industri pendukung industri elektronika 2

dalam negeri maupun ekspor. Perkembangan impor produk komponen elektronika sejak tahun 2000 2004 mengalami peningkatan dengan pertumbuhan 0,014 % per tahun, sedangkan pertumbuhan ekspor hanya 0,007% per tahun. Pada tahun 2000 nilai impor mencapai Rp. 966 milyar dan pada tahun 2004 mencapai Rp. 1.031 milyar (BPS, 2004). Gambar 1.1 Kerangka Keterkaitan Industri Elektronika (Depperin, 2005) Peran pemerintah cukup menentukan dalam rangka mengantisipasi dampak perubahan perdagangan dunia. Pemberlakuan kebijakan akan meningkatkan pertumbuhan industri sehingga dapat menambah daya saing. Pertumbuhan industri merupakan kombinasi beberapa faktor yang secara garis besar dikelompokkan menjadi dua, yaitu sisi penawaran (produksi) dan sisi permintaan. Sisi penawaran antara lain adalah tenaga kerja, kapital, teknologi, energi, bahan baku dan infrastruktur. Sementara sisi permintaan adalah konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, input antara dan ekspor impor (Tambunan, 2006). Salah satu kebijakan tersebut adalah kebijakan tarif bea masuk dan kuota ekspor. Kebijakan tarif dan kuota dapat meningkatkan daya saing produk domestik dan akan terjadi peningkatan pertumbuhan industri (Cakravastia, 1997). Pertumbuhan industri juga meningkat dalam jangka panjang dengan adanya perdagangan bebas (Fadhlina, 2007). Pengembangan sistem industri merupakan suatu proses yang kompleks dan dinamis karena melibatkan interaksi dinamis antara industri dan lingkungan 3

sosioekonominya. Oleh karena itu metode dinamika sistem cocok untuk membahas permasalahan sistem industri (Jan&Cen,2005). Dinamika sistem merupakan metodologi yang dapat digunakan untuk mengeksplorasi struktur sistem dan meningkatkan proses pengambilan keputusan dengan menginterpretasikan dalam bentuk feedback loops, stocks and flow, time delay dan ketidaklinieran (Jan and Hsiao, 2004). Pembangunan industri untuk jangka waktu yang lama, struktur yang mendasarinya dapat berkembang menurut perubahan internal dan eksternal yang terjadi di lingkungannya (Sterman, 2002). Peran faktor-faktor pertumbuhan industri terhadap daya saing produk komponen elektronika ditingkat domestik maupun tingkat global sangat penting. Fungsi strategis industri komponen elektronika sebagai industri pendukung dan kompleknya hubungan antara industri dan lingkungannya, maka perlu adanya pendekatan metodologi dinamika sistem untuk mengkaji kebijakan industri. 1.2 Rumusan Masalah Pertumbuhan industri komponen elektronika sebagai industri pendukung industri elektronika masih kurang karena dipengaruhi oleh faktor internal seperti rendahnya pemakaian bahan baku lokal dan faktor eksternal seperti perubahan kondisi perdagangan dunia. Kondisi lingkungan industri yang berubah tersebut apabila tidak diantisipasi oleh pemerintah selaku pengambil kebijakan maka akan menyebabkan penurunan daya saing produk industri dalam negeri. Berdasarkan uraian di atas dan industri komponen elektronika dipandang sebagai suatu sistem, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: Bagaimanakah mengembangkan model untuk mendukung pertumbuhan industri komponen elektronika? Bagaimanakah dampak perangkat kebijakan peningkatan tarif bea masuk, peningkatan produktivitas tenaga kerja dan local content terhadap pertumbuhan industri komponen elektronika? 4

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: Pengembangan model dinamika sistem sebagai alat analisis. Mengkaji dampak penerapan kebijakan peningkatan tarif bea masuk, peningkatan produktivitas tenaga kerja dan local content terhadap pertumbuhan industri komponen elektronika. I.4 Batasan Masalah Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Sektor industri yang menjadi obyek penelitian adalah industri komponen elektronika. 2. Waktu simulasi selama 20 tahun. I.5 Posisi Penelitian Pada penelitian ini akan dibangun model yang ditinjau dari beberapa model pada penelitian terdahulu tentang industri elektronika, pertumbuhan industri dan studi kebijakan nasional. Setelah dilakukan studi berbagai literatur tersebut kemudian dilakukan pengembangan terhadap model yang sesuai dengan kondisi industri komponen elektronika. Jumono (1990) menyatakan bahwa industri elektronika masih sangat tergantung terhadap komponen dan bahan baku dari luar negeri sehingga perlu adanya pengembangan terhadap industri komponen sebagai industri pendukung. Penelitian ini menggunakan analisis SWOT untuk menganalisis kondisi industri elektronika. Sementara Yogaswara (1999) menggunakan metode balanced scorecard untuk mengukur tingkat produktivitas pada industri elektronika. Dengan mengamati empat perspektif yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal dan belajar dan berkembang diperoleh hasil bahwa industri elektronika masih perlu adanya kemudahan bagi masuknya bahan pembantu dan bahan baku untuk bisa berkembang. 5

Penelitian yang membahas tentang pertumbuhan industri telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Tambunan (2006) menyebutkan bahwa pertumbuhan industri merupakan kombinasi beberapa faktor yang secara garis besar dikelompokkan menjadi dua, yaitu sisi penawaran (produksi) dan sisi permintaan. Sisi penawaran antara lain adalah tenaga kerja, kapital, teknologi, energi, bahan baku dan infrastruktur. Sementara sisi permintaan adalah konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, input antara dan ekspor impor. Fadhlina (2007) menggunakan beberapa variabel seperti modal, jumlah tenaga kerja, ekspor, tarif dan pendidikan sebagai variabel yang mewakili pertumbuhan industri. Dengan menggunakan pendekatan ekonometrik diperoleh hasil bahwa pertumbuhan industri dalam jangka panjang berdampak positif dengan adanya perdagangan bebas. Pertumbuhan industri memerlukan campur tangan pemerintah dengan pemberian insentif dan kebijakan yang mendukungnya. Cakravastia (1997) menggunakan perangkat kebijakan berupa tarif, kuota dan nilai tukar untuk meningkatkan pertumbuhan industri plastik dan produk dari plastik. Dengan pendekatan metodologi dinamika sistem, terdapat delapan sub sistem yang terbentuk untuk menggambarkan mekanisme pertumbuhan industri yang diamati. Hunt (2006) menggunakan GEM (General Economic Model) untuk melihat pengaruh kenaikan harga minyak terhadap inflasi. Terdapat tiga faktor yang membentuk permintaan agregat yaitu konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan industri. Pada penelitian ini akan dilakukan pengembangan model kebijakan sektor industri untuk mendukung pertumbuhan industri komponen elektronika. Pendekatan dinamika sistem digunakan untuk menggambarkan kondisi sektor industri komponen elektronika. Model yang dikembangkan terdiri dari tujuh sub sistem yang terdiri dari sub sistem yang menggambarkan permintaan agregat (pemerintah, permintaan domestik, ekspor impor, industri elektronika) dan sub sistem yang menghasilkan produk beserta faktor-faktor produksinya (industri komponen, bahan baku, tenaga kerja). Posisi penelitian secara lengkap terdapat pada Tabel 1.1. 6

Tabel 1.1 Posisi Penelitian Nama, tahun Juwono, 1990 Andi Cakravastia, 1997 Yogaswara, 1999 Hunt, 2006 Fadhlina, 2007 Sutarto, 2008 Jenis industri Industri elektronika Industri produk dari plastik Industri elektronika Industri manufaktur Industri manufaktur Industri komponen elektronika Judul Studi mengenai industri Studi Kebijakan Industri Pengembangan sistem Oil price shocks and the US Pengaruh liberalisasi Pengembangan model elektronika nasional dan Nasional dengan Metodologi pengukuran produktivitas stagflation of the 1970s: perdagangan terhadap kebijakan sektor industri langkah-langkah Dinamika Sistem dan kebijakan peningkatan some insights from GEM pertumbuhan industri: Bound komponen elektronika (ISIC pengembangannya produktivitas pada sektor testing untuk Indonesia 321) dengan pendekatan industri elektronika tahun 1976-2005 dinamika sistem Pendekatan SWOT Dinamika sistem Balanced Scorecard Global Economic Model Ekonometrik Dinamika sistem Sub sistem Ukuran performansi Skenario Implikasi kebijakan Produksi, tenaga kerja, total ekspor dan impor, pasar dunia Daya saing Pengembangan R&D dengan melibatkan pemerintah, lembaga pendidikan dan industri Pengadaan bahan baku/komponen untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor dan memperkuat struktur industri 8 sub sistem: Bahan baku, produksi, barang kapital, tenaga kerja, pemerintah, perdagangan internasional, rumah tangga Pangsa pasar, tingkat produksi, neraca perdagangan Model dasar, kebijakan tahun 2003, kebijakan penawaran 2003, kebijakan penawaran dan permintaan 2003 Pemberlakuan tarif dan kuota harus berhasil sebelum diberlakukannya pasar bebas ASEAN Kebijakan penyediaan bahan baku dan barang kapital membutuhkan suatu sistem distribusi nasional yang mendukung Pengembangan pasar Mempercepat proses tersedianya tenaga kerja trampil dengan cara memperbaiki sistem pendidikan 4 sub sistem: keuangan, pelanggan, proses bisnis internal dan belajar&berkembang Pertumbuhan ekspor, tenaga kerja, kepuasan tenaga kerja, nilai tambah tenaga kerja, bahan baku, bahan Bantu, perbaikan&jasa, rasio penjualan luar negeri, ekspor Perlunya kemudahan pengadaan bahan baku terutama bagi industri PMDN Untuk meningkatkan produktivitas maka harus ada kebijakan untuk meringankan bea masuk bagi bahan pembantu proses produksi. Untuk memperluas pangsa pasar maka perlu adanya kebijakan untuk pengembangan promosi 10 sub sistem: investasi, konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, produk yang tidak diperjualbelikan, produk antara tidak diperjualbelikan, produk antara diperjualbelikan, impor, energi, kapital, tenaga kerja Permintaan energi, penawaran energi, pendapatan tenaga kerja Modal, Tenaga kerja, ekspor, tarif dan pendidikan 7 sub sistem: industri komponen, permintaan domestik, tenaga kerja, ekspor impor, industri elektronika, bahan baku, pemerintah Nilai tambah Tingkat produksi, permintaan pasar domestik, permintaan pasar ekspor, neraca perdagangan Harga energi Tarif Model dasar, pengendalian inflasi, penguatan nilai tukar mata uang, proporsi pemakaian bahan baku lokal, akses pasar. Peningkatan harga energi Perlu insentif pemerintah Local content yang lebih tinggi akan dapat dikurangi dengan untuk penyediaan modal dan akan meningkatkan daya saing mengintegrasikan antara sisi kemudahan ijin impor barang industri dalam negeri penawaran dan penyesuaian modal gaji tenaga kerja Diperlukan kebijakan ketenaga kerjaan yang seimbang antara kepentingan pengusaha dan buruh Perlu adanya kebijakan tentang promosi ekspor dengan dukungan infrastruktur Peningkatan produktivitas tenaga kerja akan meningkatkan produksi yang akhirnya akan berpengaruh pada daya saing produk domestik. Pemberlakuan tarif bea masuk tidak boleh dalam jangka waktu lama karena kemandirian industri menjadi rendah 7

1.6 Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I. Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang permasalahan yang meliputi perubahan kondisi global, kinerja dan permasalahan industri elektronika dan komponen elektronika serta tinjauan sistem industri sebagai suatu sistem. Selanjutnya adalah perumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, batasan penelitian, posisi penelitian dan sistematika penulisan. BAB II. Tinjauan Pustaka Bab ini menerangkan tinjauan pustaka pertumbuhan industri, dinamika sistem dan teori ekonomi. BAB III. Metodologi Penelitian Bab ini menguraikan metodologi penelitian yang meliputi studi literatur, perumusan masalah, perumusan tujuan, penentuan batasan masalah, penentuan metode studi, sejarah pembangunan industri elektronika, pengembangan model, pengumpulan data, konstruksi program komputer, validasi model, pengembangan dan penerapan skenario pada model, analisis perilaku model, perancangan kebijakan, kesimpulan. BAB IV. Pengembangan model Bab ini membahas tentang kondisi sistem tinjauan, pengembangan model, pembentukan causal loop, formulasi model dan validasi model. BAB V. Analisis Perilaku Model Bab ini membahas tentang analisis perilaku model dasar terhadap ukuran performansi model yang telah ditetapkan. BAB VI. Perancangan Kebijakan Bab ini berisi tentang penerapan kebijakan yang diusulkan terhadap model kemudian dilakukan analisis perilaku model serta implikasinya terhadap industri yang diamati. 8

BAB VII. Kesimpulan dan saran Bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran untuk kepentingan dan pengembangan lebih lanjut, berkaitan dengan peningkatan pertumbuhan industri komponen elektronika. 9