BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB IV ANALISIS KINERJA TRANSPORTASI DI KOTA SOREANG BERDASARKAN INDIKATOR EKONOMI DALAM TRANSPORTASI BERKELANJUTAN

KAJIAN INDIKATOR EKONOMI DALAM TRANSPORTASI PERKOTAAN YANG BERKELANJUTAN (Studi Kasus : Kota Soreang) TUGAS AKHIR. Oleh : LYDIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Yogi S, dan M. Ikhsan. Standar Pelayanan Publik di Daerah

BAB II TRANSPORTASI PERKOTAAN YANG BERKELANJUTAN

BAB III. tahapan penelitian yang dilakukan sebagai pendekatan permasalahan yang ada. MULAI SURVEY

BAB I PENDAHULUAN. murah, aman dan nyaman. Sebagian besar masalah transportasi yang dialami

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STRATEGI PENGEMBANGAN DAN ANALISIS PENENTUAN LOKASI KAWASAN INDUSTRI TEMBAKAU

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISIS PENENTUAN TINGKAT LAHAN KRITIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Transportasi adalah proses memindahkan suatu benda mencakup benda hidup

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern.

BAB I PENDAHULUAN. ketepatan waktu, sehingga kereta api sangat dapat diandalkan (reliable). Pesaing

BAB I PENDAHULUAN SURAKARTA. Gambar 1.1. Jaringan Transportasi Kota Surakarta dengan Kota Kota di Pulau Jawa Sumber : Widiyanto_2005,Analisis Penulis

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan ini merupakan pergerakan yang umum terjadi pada suatu kota. memberikan suatu transportasi yang aman, cepat, dan mudah.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE ANALISIS YANG DIGUNAKAN DALAM PENENTUAN PUSAT PELAYANAN

ANALISIS INTENSITAS BANGUNAN KORIDOR JALAN RAYA CIMAHI BERDASARKAN KAPASITAS JALAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. penting, mengingat bahwa fasilitas ruang parkir merupakan bagian dari sistem

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

TERMINAL PULO GEBANG DENGAN FASILITAS PENDUKUNG SHOPPING MALL, JAKARTA TIMUR PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR HIGH-TECH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

POLA SPASIAL DISTRIBUSI MINIMARKET DI KOTA KOTA KECIL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan sehari-hari dikota-kota besar di Indonesia. Dalam suatu sistem jaringan

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan

I. PENDAHULUAN. lainnya dapat hidup dan beraktivitas. Menurut Undang-Undang Nomor 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

PERENCANAAN TRAYEK KERETA API DALAM KOTA JURUSAN STASIUN WONOKROMO STASIUN SURABAYA PASAR TURI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Yagi Sofiagy, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BSD INTERMODAL TRANSPORT FACILITY M. BARRY BUDI PRIMA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. penduduk. Untuk mendukung kelancaran pergerakan dan interaksi penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Surat Pernyataan... Lembar Pengesahan Tugas Akhir... Tanda Lulus Mempertahankan Tugas Akhir...

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha,

GAMBAR 6.1 KOMPOSISI PENGUNJUNG YANG DATANG DAN TERDAPAT DI KOTA BANDUNG

WILLINGNESS TO PAY PENGGUNA ANGKUTAN UMUM UNTUK PELAYANAN BUS RAPID TRANSIT (BRT) KORIDOR I DI KOTA SURAKARTA: APLIKASI METODE CONTINGENT VALUATION

BAB III. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN Kondisi Provinsi DKI Jakarta Kondisi Geografis Jakarta Kondisi Demografis

TERMINAL BUS TIPE A KOTA SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor khususnya dari sektor

EVALUASI PELAYANAN PUSAT PRIMER ALUN-ALUN KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Tata guna lahan ialah pengarahan penggunaan lahan dengan kebijakan umum

BAB III. METODOLOGI. diperoleh kesimpulan untuk mencapai tujuan dari suatu penelitian. Metodologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Rekomendasi Keterbatasan Studi DAFTAR PUSTAKA... xv

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Umum. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan. manusia, karena transportasi mempunyai pengaruh besar terhadap

Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengidentifikasi beberapa pertanyaan yang terdiri dari segi keamanan,

PENGANTAR TEKNIK TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu hal yang menjadi fokus perhatian di berbagai bidang saat ini adalah berkaitan dengan upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Definisi berkelanjutan menurut Brutland Commission (Shiftan et al, 2003 :324) adalah memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang untuk melakukan hal yang sama. Dalam konsep pembangunan berkelanjutan ditekankan pentingnya pertimbangan keberlanjutan ekonomi (economy), lingkungan (environment), dan pemerataan (equity) terhadap lintas generasi. Konsep berkelanjutan ini juga dirasakan sangat penting dalam bidang transportasi sebagai salah satu sektor yang mempengaruhi pembangunan suatu wilayah. Seperti halnya yang diungkapkan Litman and Burwell, 2004 (pada Litman, 2005), bahwa terdapat peningkatan perhatian pada keberlanjutan dan implikasinya terhadap perencanaan transportasi. Oleh sebab itu, pentingnya konsep transportasi berkelanjutan ini, tidak dapat dipungkiri lagi. Transportasi yang menyangkut perpindahan barang dan manusia menuju tempat dan waktu yang berbeda berperan sebagai fasilitator dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Fungsinya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang saling melengkapi dengan sektor-sektor lainnya. Menurut Steg (Linda Steg, 2005:61), sustainable transportation sebagai bagian dari sustainable development secara umum dikembangkan melalui tiga syarat, yaitu peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat (economy), meminimasi dampak pembangunan terhadap lingkungan hidup (environment), serta keberlanjutan sumber daya (equity). Dengan kata lain, dalam interaksi tersebut, transportasi memegang peranan penting di mana perencanaan dan penyediaan sistem transportasi harus memperhatikan segi ekonomi, lingkungan dan masyarakat. Penilaian berkelanjutan atau tidaknya sistem transportasi di suatu wilayah didasarkan atas indikator (kriteria) tertentu. Saat ini, belum terdapat indikator baku yang dapat digunakan untuk menilai tingkat keberlanjutan transportasi tersebut. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan kajian indikator yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberlanjutan transportasi perkotaan yang

2 nantinya akan memperkuat pemahaman dalam mendefinisikan konsep transportasi berkelanjutan dan variabel yang mempengaruhinya. Kajian ini akan dicoba untuk direfleksikan dalam penerapan di Kota Soreang. Pesatnya pertumbuhan suatu kawasan perkotaan dapat memicu terjadinya perkembangan di di daerah sekitarnya (Bourme, 1998 : 126). Fenomena seperti ini juga terjadi di kawasan Metropolitan Bandung. Perkembangan yang cukup pesat di wilayah Kota Bandung saat ini telah memberikan dampak ke wilayah sekitarnya termasuk Kota Soreang. Status Kota Soreang dalam konstelasi Wilayah Metropolitan Bandung adalah sebagai kota satelit 1 yaitu kawasan perkotaan di sekitar dan/atau terkait langsung dengan kota inti Bandung Cimahi. Karena status yang dimiliki ini, intensitas hubungan antara kedua kawasan akan sangat tinggi sehingga menimbulkan pola pergerakan yang juga tinggi. Tingginya intensitas pergerakan penduduk dari dan ke Kota Bandung dan Soreang setiap harinya merupakan salah satu faktor pendorong perkembangan yang terjadi di Kota Soreang (Baskoro, 2006 :51). Dari segi transportasi Kota Soreang memiliki fungsi sebagai simpul utama pergerakan di selatan Metropolitan Bandung. Hal ini dapat dilihat dari rencana pengembangan terminal tipe B di Kota Soreang, pengaktifan kembali jalur kereta api yang melewati Kota Soreang dan stasiun, dan rencana pembangunan jalan tol Soreang-Pasir Koja yang tentunya akan mendorong Kota Soreang menjadi salah satu transhipment point utama di wilayah Metropolitan Bandung. Berbagai permasalahan dalam pembangunan termasuk permasalahan dalam sektor transportasi dapat muncul sebagai akibat perkembangan yang terjadi di Kota Soreang. Sehingga diperlukan upaya untuk mengarahkan pembangunan yang dilaksanakan di kota ini. Kajian keberlanjutan transportasi di Kota Soreang ini secara tidak langsung dapat menilai kinerja sistem transportasi di daerah tersebut. Sehingga diharapkan dapat menjadi masukan positif bagi pengembangan sistem transportasi di Kota Soreang. 1.2 Rumusan Persoalan Pemahaman terhadap keberlanjutan transportasi sebagai bagian dari upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan mutlak diperlukan. Hal ini dapat dimulai dari pendefinisian konsep transportasi berkelanjutan, dan merumuskan indikator yang digunakan untuk melihat tingkat keberlanjutannya. Penggunaan konsep berkelanjutan sebagai solusi dalam menyelesaikan permasalahan sistem

3 transportasi, pada awalnya dapat dilakukan dengan mengenali karakteristik permasalahan yang dapat diketahui melalui indikator tertentu. Pada dasarnya belum terdapat indikator baku yang dapat digunakan untuk menilai tingkat keberlanjutan transportasi perkotaan. Untuk itu diperlukan kajian untuk menemukenali indikator tersebut dan melihat penerapannya di Kota Soreang. Namun, fokus kajian yang dilakukan dalam penelitian ini lebih ditekankan pada keberlanjutan transportasi dalam aspek ekonomi. Hal ini didasari atas beberapa pertimbangan. Pertimbangan pertama berkaitan keterbatasan waktu dan tenaga mengingat sangat luasnya cakupan transportasi berkelanjutan bila dilakukan pembahasan terhadap ketiga aspek terkait (ekonomi, sosial dan lingkungan). Pertimbangan lain berkaitan dengan terdapatnya orientasi yang berbeda antara negara maju dan negara berkembang dalam memandang sustainable development (Mitchel, 2000). Konsep pembangunan berkelanjutan pada negara maju cenderung lebih berorientasi kepada kelestarian lingkungan, sedangkan negara berkembang masih berkutat pada pemenuhan kebutuhan dasar, sehingga pertimbangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat masih memiliki prioritas tinggi dibandingkan kelestarian lingkungan. Pertimbangan seperti ini tentunya berlaku pula terhadap sektor transportasi. Secara garis besar, pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Indikator-indikator ekonomi apa saja yang dapat digunakan untuk melihat keberlanjutan transportasi perkotaan? b. Bagaimana kinerja dan bentuk permasalahan sistem transportasi yang ada di Kota Soreang bila dilihat berdasarkan indikator ekonomi dalam transportasi berkelanjutan tersebut? 1.3 Tujuan dan Sasaran Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi indikator ekonomi dalam transportasi perkotaan yang berkelanjutan yang kemudian digunakan untuk menilai kinerja transportasi yang ada di Kota Soreang. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai dalam mencapai tujuan tersebut adalah sebagai berikut : a. Teridentifikasinya indikator-indikator ekonomi yang dapat menunjukkan keberlanjutan transportasi perkotaan.

4 b. Teridentifikasinya karakteristik permasalahan transportasi di Kota Soreang berdasarkan indikator ekonomi dalam transportasi perkotaan yang berkelanjutan yang menggambarkan kinerja sektor transportasi di kota ini. c. Teridentifikasinya tingkat keterkaitan antar indikator ekonomi yang digunakan untuk menilai transportasi perkotaan yang berkelanjutan. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibagi dalam dua bagian, yaitu ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi. Ruang lingkup wilayah merupakan pembatasan pada wilayah studi dari sudut pandang geografis, sedangkan ruang lingkup materi berkaitan dengan batasan materi yang akan dibahas dalam penelitian ini. 1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah Studi Ruang lingkup wilayah studi dalam penelitian ini adalah Kota Soreang. Alasan pemilihan wilayah studi tersebut disebabkan oleh pentingnya untuk mengarahkan perkembangan yang terjadi di Kota Soreang sebagai akibat dari pesatnya perkembangan di Kota Bandung. Terutama pada sektor transportasi yang ditandai dengan semakin tingginya intensitas pergerakan antara Kota Bandung dan Soreang. Secara lebih spesifik, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1986 tentang Pemindahan ibukota Kabupaten Bandung ke Kota Soreang Pasal 1 ayat 2 yang menyatakan bahwa wilayah Kota Soreang meliputi dua kecamatan dengan delapan desa yaitu : 1. Kecamatan Soreang, yang terdiri dari desa-desa sebagai berikut : a. Desa Karamatmulya b. Desa Pamekaran c. Desa Soreang d. Desa Sadu e. Desa Panyirapan 2. Kecamatan Katapang, yang terdiri dari desa-desa sebagai berikut : a. Desa Parung Serab b. Desa Sekarwangi c. Desa Cingcin Batasan wilayah studi dapat dilihat pada Gambar 1.1

Desa Kutawaringin Desa Katapang Gambar 1.1 Peta Wilayah Studi Desa Sukamulya Desa Parungserab Desa Padasuka KEC. KATAPANG Desa Sekarwangi Legenda : Jalan Utama Desa Buminagara Batas Desa Desa Pamekaran Desa Cingcin Batas Kota Batas Kecamatan Desa Sadu KEC. SOREANG Desa Soreang Desa Gandasari Desa Karamatmulya Desa Panyirapan Desa Ciluncat Desa Sukajadi Desa Sukanagara Desa Pananjung Ngamprah Padalarang Cimahi Utara Cimahi Tengah Batujajar Cimahi Selatan Kotamadya Bandung Cileunyi Margaasih Cililin Dayeuhkolot Bojongsoang Rancaekek Margahayu Ketapang Soreang Ciparay Pamengpeuk Banjaran Majalaya Arjasari PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN 2008

6 1.4.2 Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi dalam penelitian ini dibatasi pada hal -hal berikut : a. Pemaparan berbagai definisi transportasi perkotaan yang berkelanjutan dan tiga aspek yang termasuk di dalamnya yaitu aspek ekonomi, lingkungan dan sosial b. Pemaparan indikator transportasi perkotaan yang berkelanjutan yang berkaitan dengan definisi, dan berbagai pertimbangan dalam memilih indikator tersebut c. Pemaparan berbagai indikator ekonomi dalam transportasi perkotaan yang berkelanjutan yang merupakan indikator terpilih dari long list indikator yang diperoleh dari berbagai referensi d. Pembahasan mengenai kinerja dan karakteristik permasalahan transportasi di Kota Soreang yang dilihat berdasarkan indikator ekonomi dalam transportasi perkotaan yang berkelanjutan yang terpilih e. Pembahasan tentang tingkat keterkaitan/ asosiasi antar indikator terpilih f. Pembahasan berbagai rekomendasi dari permasalahan transportasi di Kota Soreang setelah diketahui karakteristik permasalahannya. 1.5 Metodologi Penelitian Sesuai dengan tujuan, sasaran dan ruang lingkup penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka metodologi penelitian ini dibagi menjadi 3 bagian yakni metode pengumpulan data, metode pengambilan sampel dan metode pengolahan data. 1.5.1 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah prosedur yang sistemik yang dilakukan untuk memperoleh data yang diperlukan. Dalam studi ini dilakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut : a. Survei data sekunder Survei data sekunder dilakukan dengan dua metode yaitu studi literatur dan survei instansi. Studi literatur Dilakukan untuk mendapatkan informasi dari berbagai sumber untuk memperjelas konsep transportasi perkotaan yang berkelanjutan. Terdiri

7 dari definisi, aspek-aspek yang terkait di dalamnya, dan indikator transportasi perkotaan yang berkelanjutan khususnya dalam aspek ekonomi. Survei Instansi Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi tentang gambaran umum wilayah studi dan gambaran lebih lanjut tentang sektor transportasi yang ada di Kota Soreang. Survei ini dilakukan ke Pemerintah Kabupaten Bandung dan Pemerintah Kota Soreang (Kecamatan Soreang dan Katapang). Data yang dikumpulkan melalui survei ini adalah : gambaran umum wilayah, gambaran sektor transportasi yang menyangkut kapasitas dan jumlah sarana prasarana transportasi yang tersedia, varietas moda transportasi baik angkutan barang ataupun penumpang, kondisi jaringan jalan, dan terminal. Selain itu dikumpulkan data tentang kondisi ekonomi masyarakat dan pemerintah yang menjadi penentu perkembangan sektor transportasi. b. Survei data primer Survei data primer dilakukan untuk memperoleh data secara langsung dari lapangan, di wilayah studi Kota Soreang, Kabupaten Bandung. Metode yang digunakan dalam survei data primer ini adalah penyebaran kuesioner, wawancara dan observasi langsung di lapangan. Penyebaran kuesioner Penyebaran kuesioner ini digunakan sebagai basis analisis untuk mengetahui persepsi mayarakat tentang kinerja transportasi di Kota Soreang. Persepsi masyarakat berkaitan dengan kondisi sarana dan prasarana transportasi, tingkat aksesibilitas yang menyangkut akses ke basic services, dan akses untuk mendapatkan pelayanan transportasi. Penyebaran kuesioner juga dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik aktivitas transportasi harian masyarakat yang meliputi rata-rata frekuensi pergerakan harian, waktu tempuh, dan jarak perjalanan. Selain itu, informasi yang ingin diperoleh melalui kuesioner ini berkaitan dengan kondisi perekonomian masyarakat yaitu jumlah pendapatan dan distribusi income tersebut dan untuk mengetahui tingkat keterjangkauan biaya

8 transportasi yang harus dikeluarkan masyarakat dalam sektor transportasi yang meliputi ongkos perjalanan, biaya parkir, bahan bakar dan pajak yang harus dikeluarkan serta biaya yang harus ditanggung untuk pemeliharaan kendaraan bila terjadi kerusakan. Wawancara Metode ini dilakukan untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dari pemerintah dan instansi terkait sehubungan dengan kondisi sektor transportasi di Kota Soreang, hambatan yang ditemukan dalam sektor ini dan bentuk kebijakan yang telah dilakukan untuk mendukung perkembangan sektor transportasi. Data ini dapat digunakan untuk menilai lebih lanjut kinerja dan permasalahan yang ditemukan dalam sektor transportasi di wilayah tersebut. Observasi langsung di lapangan Metode ini dilakukan untuk dapat menunjang informasi yang telah diperoleh sebelumnya yaitu untuk mengetahui kondisi jaringan jalan, terminal, jenis moda yang biasa digunakan, dan mixed use penggunaan lahan yang dapat diamati langsung di lapangan. 1.5.2 Metode Pengambilan Sampel Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Kota Soreang. Sedangkan sampel diambil secara proporsional terhadap jumlah penduduk yang ada di setiap desa yakni Desa Karamatmulya, Desa Pamekaran, Desa Soreang, Desa Sadu, Desa Panyirapan, Desa Parung Serab, Desa Sekarwangi dan Desa Cingcin. Penentuan jumlah sampel ini mempertimbangkan dua hal, yaitu : keterbatasan waktu, keterbatasan biaya dan tenaga. Selain itu, jumlah sampel tersebut memenuhi syarat yang harus dipenuhi dalam menentukan jumlah sampel apabila proporsi jumlah sampel dan jumlah populasi tidak diketahui. Syarat yang harus dipenuhi dalam menentukan jumlah sampel adalah : 2 n > p (1 p) Z (0.5 α) b

9 dimana : n : ukuran sampel p : besar proporsi sampel terhadap populasi Z (0.5 α) : tingkat kepercayaan α B : derajat kepercayaan yang diinginkan : estimasi tingkat kesalahan Karena p tidak diketahui, maka nilai p dianggap 0,5. Nilai ini adalah nilai maksimum yang mungkin dicapai. Dengan demikian nilai p(1-p) adalah 0,25. Dalam studi ini digunakan tingkat kepercayaan sampel 95 %, sehingga nilai Z (0.5 α) adalah 1,96. Nilai b dianggap 0,1 yang berarti tingkat kekeliruan dalam menarik kesimpulan dianggap 10 %. Dengan demikian dari hasil perhitungan diperoleh n > 97. Jadi sampel dianggap representatif jika telah melebihi 97 buah. Dalam studi ini, jumlah sampel yang ditentukan adalah 100 buah dan akan didistribusikan secara proporsional berdasarkan jumlah penduduk kepada desa-desa yang terletak di Kota Soreang. Dengan demikian, distribusi sampel untuk studi ini adalah : Desa Karamatmulya : 9 sampel Desa Pamekaran : 15 sampel Desa Soreang : 21 sampel Desa Sadu : 11 sampel Desa Panyirapan : 7 sampel Desa Parung Serab : 9 sampel Desa Sekarwangi : 7 sampel Desa Cingcin : 21 sampel Total : 100 sampel 1.5.3 Metode Pengolahan Data Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam studi ini, maka dilakukan beberapa pendekatan analisis yang secara sistematis dapat diuraikan sebagai berikut : a. Melakukan kajian transportasi perkotaan yang berkelanjutan dari berbagai literatur. Kajian ini menyangkut definisi, aspek yang terkait di dalamnya, dan indikator transportasi perkotaan yang berkelanjutan beserta kriteria dalam pemilihan indikator yang akan digunakan. Di samping itu, juga dilakukan

10 kajian lebih lanjut tentang indikator ekonomi dalam transportasi perkotaan yang berkelanjutan khususnya yang biasa digunakan beberapa negara b. Membuat short list indikator yang akan digunakan lebih lanjut dalam penelitian ini yang berasal dari long list indikator yang telah dirangkum dari berbagai referensi c. Mengidentifikasi kinerja sektor transportasi di Kota Soreang dan permasalahan yang ditemukan berdasarkan indikator ekonomi dalam transportasi perkotaan yang berkelanjutan yang terpilih. Identifikasi ini dilakukan melalui analisis deskriptif dan kualitatif sebagai berikut : Analisis deskriptif terhadap karakteristik ekonomi masyarakat Kota Soreang. Analisis ini memberikan beberapa gambaran yang meliputi besarnya PDRB per kapita, tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran di Kota Soreang. Analisis Kualitatif terhadap Supply dan Demand sarana dan prasarana transportasi yang ada di Kota Soreang. Analisis ini bertujuan untuk melihat tingkat keseimbangan Supply dan Demand pada sektor transportasi. Analisis ini menggambarkan ketersediaan moda transportasi baik angkutan penumpang (untuk pergerakan internal dan eksternal) maupun angkutan barang, kapasitas dan kondisi jaringan jalan, dan kapasitas terminal. Analisis deskriptif untuk menggambarkan tingkat aksesibilitas di Kota Soreang. Gambaran tingkat aksessibilitas ini dilihat melalui persepsi masyarakat tentang akses ke basic service (tempat kerja, sekolah, pasar, pusat kesehatan), akses untuk mendapatkan pelayanan transportasi (untuk pergerakan internal dan eksternal) dan mixed use penggunaan lahan Analisis deskriptif untuk menggambarkan aktivitas transportasi masyarakat Kota Soreang yang menyangkut rata-rata pergerakan harian (rata-rata frekuensi perjalanan), rata-rata waktu perjalanan dan jarak perjalanan (pergerakan internal dan eksternal) Analisis deskriptif terhadap besarnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk sektor transportasi (Transport cost). Biaya transportasi ini terdiri atas travel cost (ongkos perjalanan), facility cost (biaya parkir, bahan bakar dan pajak), dan crash cost (biaya untuk pemeliharaan/perbaikan kendaraan bila terjadi kerusakan). Di

11 samping itu juga digambarkan persepsi masyarakat tentang tingkat keproporsionalan distribusi income yang diperoleh untuk sektor transportasi. d. Melakukan analisis crosstab (tabulasi silang), dan pengujian metode chi square terhadap indikator-indikator yang digunakan khususnya yang berdasarkan persepsi masyarakat untuk diketahui hubungan/asosiasinya. Analisis ini memberikan gambaran hubungan antar indikator yang digunakan yaitu ketersediaan angkutan penumpang untuk pergerakan internal dan eksternal, kapasitas jaringan jalan, akses ke basic services (tempat kerja, sekolah, pasar, pusat kesehatan), akses mendapatkan pelayanan transportasi, alokasi income untuk transportasi, rata-rata waktu tempuh untuk pergerakan internal dan eksternal dan rata-rata jarak perjalanan untuk pergerakan internal dan eksternal. e. Membuat kesimpulan dan merumuskan rekomendasi yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan dalam sektor transportasi di Kota Soreang yang telah diperoleh berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya. 1.6 Sistematika Pembahasan Untuk mempermudah pembahasan maka studi ini akan disusun berdasarkan sistematika pembahasan berikut : BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, rumusan persoalan, tujuan dan sasaran studi, ruang lingkup materi dan wilayah, dan metodologi penelitian yang terdiri atas metode pengumpulan data, pengambilan sampel dan pengolahan data. BAB 2 TRANSPORTASI PERKOTAAN YANG BERKELANJUTAN Pada bab dua akan dilakukan tinjauan literatur terhadap definisi transportasi perkotaan yang berkelanjutan, aspek yang terkait di dalamnya, definisi indikator dan kriteria dalam penentuan indikator yang akan digunakan dari berbagai referensi. Hal yang akan dipaparkan lebih

12 lanjut pada bab ini adalah berkaitan dengan indikator ekonomi dalam transportasi perkotaan yang berkelanjutan. BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Bab tiga membahas gambaran umum Kota Soreang yang dibagi menjadi dua bagian yaitu tinjauan eksternal dan internal. Gambaran eksternal didasarkan pada kedudukan Kota Soreang dalam konstelasi wilayah Bandung Metropolitan Area. Sedangkan gambaran internal Kota Soreang adalah mengenai kependudukan, karakteristik ekonomi, sektor transportasi, fasilitas dan utilitas Kota Soreang. BAB 4 ANALISIS KINERJA TRANSPORTASI DI KOTA SOREANG BERDASARKAN INDIKATOR EKONOMI DALAM TRANSPORTASI BERKELANJUTAN Pada bab empat ini akan dilakukan analisis untuk mengetahui bentuk permasalahan dalam sektor transportasi di Kota Soreang berdasarkan indikator yang digunakan. Analisis ini meliputi analisis terhadap karakteristik ekonomi masyarakat, keseimbangan supply dan demand, tingkat aksessibilitas, aktivitas transportasi (transport activity), dan biaya transportasi (transport cost) di Kota Soreang. Selain itu juga dilihat keterkaitan/asosiasi antar indikator yang digunakan. BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab lima merupakan bagian akhir dari studi, di dalamnya akan dibahas berbagai temuan studi, kesimpulan dan rekomendasi. Selain itu akan dipaparkan berbagai kelemahan studi dan saran untuk penelitian lanjutan. 1.7 Kerangka Pemikiran Berdasarkan latar belakang dan metodologi penelitian yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, dapat dirumuskan suatu kerangka pemikiran yang terdapat pada gambar 1.2 berikut.

13 Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran Pentingnya Konsep Sustainable Development Perkembangan Kota Soreang Sebagai Sub center Kota Bandung Implikasi Terhadap Pentingnya Sustainable Transportation Perkembangan di Kota Soreang Berimplikasi terhadap Sektor Transportasi Aspek dalam Sustainable Transportation Aspek Ekonomi Aspek Sosial Aspek Lingkungan Perlunya arahan perkembangan dalam Sektor Transportasi Identifikasi Indikator Ekonomi dalam Sustainable Transportation Identifikasi Permasalahan & Kinerja Transportasi di Kota Soreang berdasarkan indikator terpilih Kondisi Ekonomi Masyarakat Supply dan Demand Aksesibilitas Aktivitas Transportasi Biaya Transportasi Besarnya PDRB Tingkat kemiskinan Tingkat pengangguran Ketersediaan moda transportasi Kapasitas dan kondisi jaringan jalan Kapasitas terminal akses ke basic service akses mendapat pelayanan transportasi mixed use lahan Rata-rata frekuensi perjalanan Rata-rata waktu perjalanan Jarak perjalanan Distribusi income yang diperoleh Travel cost Facility & crash cost Analisis crosstab (tabulasi silang) Antar Indikator Dengan Metode Chi square Perumusan Solusi Terhadap Permasalahan Transportasi di Kota Soreang

14