GAMBAR 6.1 KOMPOSISI PENGUNJUNG YANG DATANG DAN TERDAPAT DI KOTA BANDUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBAR 6.1 KOMPOSISI PENGUNJUNG YANG DATANG DAN TERDAPAT DI KOTA BANDUNG"

Transkripsi

1 BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai temuan-temuan studi yang didapat dari penelitian kali ini yang akan menjurus kepada suatu kesimpulan dari penelitian ini. Selain dari temuan studi dan kesimpulan, pada bab ini juga akan dijelaskan menganai rekomendasi yang dapat penulis berikan kepada pemerintah Kota Bandung, kelemahan dari studi yang dilakukan, serta saran untuk studi lanjutan. 6.1 Karakteristik Pengunjung dan Kunjungan Wisatawan di Kota Bandung Berdasakan penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa terdapat perbedaan antara karakteristik pengunjung dan kunjungan wisatawan yang datang ke Kota Bandung. Berdasarkan hasil penelitian terhadap karakteristik pengunjung dan kunjungan di kawasan tersebut, maka diketahui bahwa komposisi wisatawan yang terdapat di Kota Bandung. Berikut ini pada GAMBAR 6.1 dapat dilihat mengenai komposisi pengunjung yang datang dan terdapat di Kota Bandung berdasarkan hasil analisis. GAMBAR 6.1 KOMPOSISI PENGUNJUNG YANG DATANG DAN TERDAPAT DI KOTA BANDUNG Responden Luar Kota Bandung 67% Kota Bandung (Penduduk Kota Bandung) 33% Day Tripper (Ekskursionis, Pelancong) 28% Menginap (Wisatawan) 39% Regional Nasional Regional Nasional Internasional Sumber : Hasil Analisis 2008

2 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap pola kunjungan dan karakteristik pengunjung yang datang di beberapa kawasan wisata di Kota Bandung, maka ditemukan bahwa terdapat perbedaan karakteristik antara pengunjung yang datang ke kawasan wisata berdasarkan asal daerah pengunjung, dan lama kunjungan. Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa terdapat dua kelompok besar pengunjung yang datang ke Kota Bandung. Kelompok pengunjung yang dimaksud adalah pengunjung yang berasal dari Kota Bandung dan pengunjung yang berasal dari luar Kota Bandung. Pengunjung yang berasal dari luar Kota Bandung sendiri terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu para day trippers dan para wisatawan. Berdasarkan hasil pengolahan data, analisis dan wawancara, diketahui bahwa karakteristik kunjungan yang dilakukan oleh pengunjung dipengaruhi oleh daerah asal pengunjung. Sebagai contoh, pengunjung yang datang dari daerah yang cukup jauh dari Kota Bandung pasti akan memilih untuk menghabiskan waktu lebih dari satu malam untuk berkegiatan di Kota Bandung. Aksesibilitas yang baik juga dapat mempengaruhi pola kunjungan pengunjung dalam berkegiatan di Kota Bandung. Sebagai contoh, dengan adanya jalan tol Purbaleunyi, pengunjung yang datang dari Jakarta dan sekitarnya dapat lebih mudah untuk memilih untuk menginap atau kembali lagi ke daerah asalnya pada hari yang sama. Karakteristik pengunjung dan kunjungan juga dapat mempengaruhi pemilihan moda transportasi dalam menuju Kota Bandung maupun selama berada di Kota Bandung. Sebagian besar (46%) pengunjung memilih untuk menggunakan mobil pribadi untuk menuju Kota Bandung, khususnya pengunjung yang mengunjungi kawasan wisata belanja Riau dan Cihampelas. Untuk pemilihan moda transportasi selama berada di Kota Bandung, pengunjung lebih banyak yang memilih untuk menggunakan mobil pribadi (36%) dan angkutan kota (33%). Berdasarkan komposisinya, terdapat beberapa persamaan antara pengunjung datang ke kawasan wisata belanja Riau dan Cihampelas, lalu pengunjung yang datang ke kawasan Alun-alun dan Kebon Binatang. Pengunjung yang datang ke kawasan wisata belanja Riau dan Cihampelas didominasi oleh pengunjung dengan lama tinggal di Kota Bandung lebih dari 24 jam. Hal tersebut dapat menjelaskan

3 bahwa sebagian besar pengunjung yang datang ke kawasan wisata belanja Riau dan Cihampelas adalah kelompok wisatawan. Pengunjung yang datang ke kawasan Alun-alun dan Kebon Binatang didominasi oleh pengunjung dengan lama tinggal kurang dari 24 jam. Hal tersebut menjelaskan bahwa pengunjung yang datang ke kawasan Alun-alun dan Kebon Binatang didominasi oleh para day tripper atau pelancong yang memliki lama kunjungan di Kota Bandung kurang dari 24 jam. Berdasarkan hasil pengolahan data, diketahui bahwa terjadi perubahan dalam penggunaan moda transportasi dari travel atau kereta api menjadi angkutan umum perkotaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa keberadaan travel dapat menjadi salah satu solusi untuk menekan jumlah kendaraan khususnya mobil pribadi ke Kota Bandung. Karakteristik pengunjung yang datang ke Kota Bandung juga dapat menyebabkan kemacetan lalu lintas. Tingginya penggunaan mobil pribadi baik oleh pengunjung yang berasal dari luar Kota Bandung maupun yang berasal dari Kota Bandung menyebabkan Kota Bandung menjadi makin penuh, khususnya pada waktu akhir pekan. Hal tersebut menyebabkan kapasitas atau daya tampung jalan terlampaui sehingga menimbulkan kemacetan lalu lintas. Walaupun merupakan golongan minoritas, pengunjung yang tidak bersedia berjalan kaki dalam berpindah objek wisata dalam satu kawasan juga dapat menyebabkan kemacetan. Apabila dihubungakan dengan hipotesa awal tentang adanya perbedaan karakteristik pengunjung yang datang ke Kota Bandung antara pengunjung yang datang ke wilayah Bandung Utara dengan Bandung Selatan, maka hipotesa tersebut dianggap tidak terbukti. Walaupun hipotesa terdapatnya perbedaan karakteristik pengunjung yang datang ke Kota Bandung terdapat perbedaan, namun perbedaan karakteristik bukan dipengaruhi oleh kondisi geografis Kota Bandung, melainkan berdasarkan asal daerah pengunjung. 6.2 Pengaruh Kemacetan Lalu Lintas Terhadap Perkembangan Kepariwisataan Kota Bandung Berdasarkan RTRTW Kota Bandung Tahun dan berdasarkan hasil observasi, kemacetan lalu lintas memang menjadi salah satu permasalahan

4 yang dapay menghambat pertumbuhan pariwisata di Kota Bandung. Kemacetan lalu lintas yang terjadi di Kota Bandung disebabkan oleh penumpukan kendaraan di jalan yang dapat disebabkan oleh antrian kendaraan pengunjung yang mencari parkir. Hambatan tersebut menyebabkan berkurangnya kacepatan laju kendaraan sehingga menyebabkan penumpukan volume kendaraan di jalan. Pertumbuhan kepariwisataan Kota Bandung dipengaruhi oleh pengunjung yang datang dan berwisata ke Kota Bandung serta daya dukung yang dimiliki oleh Kota Bandung. Oleh karena itu, daya tahan atau tingkat toleransi terhadap kemacetan lalu lintas pengunjung dapat mempengaruhi pertumbuhan pariwisata di Kota Bandung. Berikut ini pada TABEL VI-1 dapat diilhat mengenai nilai rata-rata toleransi pengunjung terhadap kemacetan lalu lintas yang terjadi di Kota Bandung. TABEL VI-1 RATA-RATA NILAI TOLERANSI PENGUNJUNG TERHADAP KEMACETAN LALU LINTAS PER WILAYAH STUDI Pengunjung Luar Kota Seluruh Responden Lokasi Bandung Penduduk Kota Bandung Mean N Mean N Mean N Riau Cihampelas Alun-alun Kebon Binatang Rata-rata Total Sumber : Hasil Analisis 2008 Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pengunjung yang datang ke Kota Bandung memiliki tingkat toleransi yang cukup rendah, yaitu dengan nilai modus yang mencapai angka delapan, dengan nilai ratarata 5,79. Nilai toleransi dengan nilai delapan menandakan bahwa terdapat pengunjung yang mulai telah merasa jera untuk kembali berwisata ke Kota Bandung. Hal tersebut juga dapat dilihat dari sebagian besar pengunjung yang memiliki nilai tolernasi yang lebih besar dari nilai tengah dan nilai rata-rata toleransi baik nilai toleransi di setiap wilayah studi maupun nilai toleransi pengunjung secara keseluruhan. Nilai yang lebih besar dari nila tengah dan nilai

5 rata-rata menjelaskan bahwa pengunjung tersebut memiliki tingkat tolenansi dari nilai rata-rata toleransi lebih kecil dan sudah mulai merasa tidak tahan dalam menghadapi kemacetan lalu lintas yang terjadi di Kota Bandung. Seperti nilai modus pengunjung, nilai modus penduduk Kota Bandung terhadap kemacetan lalu lintas di berbagai kawasan wisata juga mencapai angka delapan. Hal yang berbeda adalah nilai rata-rata toleransi penduduk yang mencapai nilai 6,34. Hal tersebut menandakan penduduk Kota Bandung lebih merasa tidak tahan terhadap kemacetan lalu lintas yang terjadi di kecamatan lalu lintas di berbagai kawasan wisata di Kota Bandung. Tingkat toleransi yang rendah akan mempengaruhi perkembangan kepariwisataan Kota Bandung. Berdasarkan RIPPDA Kota Bandung, kondisi pariwisata di Kota Bandung dalam Tourism Life Cycle berada dalam tahap konsolidasi, dimana kegiatan pariwisata di Kota Bandung hampir mencapai puncaknya yang kemudian dapat terus berkembang atau akan menurun. Apabila keadaan yang terjadi di Kota Bandung masih seperti sekarang, ditakutkan bahwa Kota Bandung telah kehilangan daya dukungnya terhadap perkembangan kepariwisataan Kota Bandung. Rendahnya tingkat toleransi pengunjung juga menandakan bahwa pengunjung sudah mulali merasa tidak tahan dalam menghadapi kemacetan lalu lintas di berbagai kawasan wisata di Kota Bandung. Hal tersebut dapat memperkuat pernyataan bahwa saat ini daya dukung Kota Bandung sedang dipertanyakan, dan apabila permasalahan yang terjadi tidak segera diselesaikan, maka akan mempengaruhi kepariwisataan Kota Bandung. Apabila dihubungakan dengan tindakan yang dilakukan oleh pengunjung yang datang ke Kota Bandung setelah mengalami kemacetan lalu lintas di Kota Bandung, sebagian besar pengunjung memilih untuk tetap meneruskan perjalanan di Kota Bandung. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa alasan. Pertama, kunjungan yang dilakukan oleh pengunjung tidak bersifat rutin atau sering, sehingga pengunjung rela terkena kemacetan lalu lintas di Kota Bandung. Alasan kedua adalah pengunjung merasa sebagai salah satu kota besar, kemacetan lalu lintas merupakan hal yang biasa, sehingga pengunjung tersebut tetap mereruskan perjalanan walaupun terjebak kemacetana lalu lintas. Alasan yang ketiga adalah

6 perbedaan pendapat mengenai kemacetan lalu lintas itu sendiri. Berdasarkan berbagai pertimbangan diatas dapat diketahui bahwa saat ini daya dukung Kota Bandung sebagai kota tujuan wisata sudah hampir mencapai puncaknya. Hal tersebut dapat dilihat dari kemacetan lalu lintas yang sering terjadi di berbagai kawasan wisata di Kota Bandung. Selain itu, dapat pula dilihat dari tingkat persentase pengunjung yang mengurangi jumlah kunjungan objek wisata. Melihat dari tingkat toleransi dan tindakan yang dilakukan pengunjung, diketahui bahwa walaupun daya dukung Kota Bandung hampir mencapai puncaknya, namun kepariwistaan Kota Bandung masih dapat terus berjalan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh daya tarik yang dimiliki Kota Bandung sebagai kota tujuan wisata sangat besar, sehingga pengunjung tetap terus berdatangan walaupun setelah mengalami kemacetan lalu lintas di Kota Bandung. 6.3 Kebutuhan Sarana Prasarana Penunjang Kepariwisataan Kota Bandung Perkembangan kagiatan pariwisata selain sangat bergantung pada pengunjung juga sangat bergantung pada ketersediaan sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata. Berdasarkan hasil wawancara dan analisis yang dilakukan, maka sarana prasarana yang paling dibutuhkan oleh pengunjung adalah jalan raya, lahan parkir dan moda transportasi. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil suara terbanyak yang selalu ada dalam peringkat pertama, kedua dan ketiga akan kebutuhan sarana prasarana di Kota Bandung. Kebutuhan akan sarana prasarana penunjang kegiatan pariwista juga dipengaruhi oleh karakteristik pengunjung yang datang. Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara yang dilakukan, ditemukan beberapa kesenjangan antara kebutuhan dengan ketersediaan sarana prasarana tersebut. Kesenjangan-kesenjangan yang dimaksud dapat menjadi salah satu penyebab rendahnya tingkat toleransi pengunjung terhadap permasalahan pariwisata di Kota Bandung yang diakibatkan oleh rendahnya daya dukung yang dimiliki Kota Bandung. Jalan raya merupakan salah satu prasarana yang paling dibutuhkan dalam upaya mengurangi kemacetan lalu lintas, namun dengan keterbatasan lahan yang ada, maka penambahan panjang jalan atau lebar jalan tidak dapat menjadi solusi yang optimal untuk mengurangi kemacetan lalu lintas

7 di Kota Bandung. Jalan raya juga sangat berpengaruh terhadap aksesibilitas antara kawasan wisata di Kota Bandung. Sebagai salah satu prasarana yang dianggap sangat penting, lahan parkir dapat menjadi salah satu pemecahan masalah kemacetan lalu lintas di Kota Bandung. Kemacetan lalu lintas yang terjadi di berbagai kawasan wisata di Kota Bandung disebabkan oleh penumpukan kendaraan di jalan akibat antrian keluar masuk kendaraan untuk parkir. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya kecepatan kendaraan, penumpukan volume kendaraan lalu menyebabkan kemacetan lalu lintas. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada pengunjung, berikut ini adalah beberapa sarana prasarana yang masih dibutuhkan oleh pengunjung karena ketersediaannya saat ini dirasa belum optimal di berbagai kawasan wisata di Kota Bandung. Sarana kebersihan Taman/Peneduh Kendaraan wisata Urutan kebutuhan sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata berdasarkan persepsi pengunjung yang datang ke Kota Bandung dapat dilihat pada TABEL VI-2 berikut ini. TABEL VI-2 URUTAN KEBUTUHAN SARANA PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA DI KOTA BANDUNG BERDASARKAN PERSEPSI PENGUNJUNG Urutan Sarana Prasarana Riau Cihampelas Alun-alun Kebon Binatang Kota Bandung 1 Jalan Raya Jalan Raya Jalan Raya Jalan Raya Jalan Raya 2 Moda Transportasi Lahan Parkir Moda Transportasi Lahan Parkir Lahan Parkir 3 Lahan Parkir Moda Transportasi Lahan Parkir Moda Transportasi Moda Transportasi 4 Zebra Cross Zebra Cross Trotoar Zebra Cross Zebra Cross 5 Trotoar Penunjuk Jalan Zebra Cross Trotoar Trotoar 6 Jasa Perbankan Jasa Perbankan Jasa Perbankan Jasa Perbankan Jasa Perbankan 7 Penunjuk Jalan Trotoar Penunjuk Jalan Penunjuk Jalan Penunjuk Jalan 8 Information Center Sumber : Hasil Analisis 2008 Information Center Information Center Information Center Information Center

8 Dari hasil analisis yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan terhadap urutan kebutuhan sarana prasarana berdasarkan persepsi pengunjung maupun penduduk Kota Bandung. Jenis sarana prasarana yang paling dibutuhkan oleh pengunjung yang datang ke Kota Bandung adalah jalan raya, lahan parkir dan moda transportasi. Perbedaan urutan kebutuhan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah karakteristik pengunjung dan kunjungan yang datang ke Kota Bandung. Perbedaan urutan kebutuhan sarana prasarana juga sedikit berbeda antara pada day tripper, wisatawan, first timers, dan repeaters. Untuk kepuasan terhadap ketersediaan sarana prasarana, baik pengunjung maupun penduduk Kota Bandung memiliki tingkat rata-rata kepuasan yang berada pada sekitar nilai tengah. Pengunjung maupun penduduk Kota Bandung tidak merasa puas maupun tidak merasa kecewa terhadap ketersediaan sarana prasarana pendukung pariwisata. Hal tersebut menjelaskan bahwa menurut pengunjung, daya dukung yang dimiliki Kota Bandung belum dapat mendukung kepariwisataan Kota Bandung secara maksimal. Belum maksimalnya daya dukung yang dimiliki oleh Kota Bandung kemudian menyebabkan berbagai permasalahan seperti kemacetan lalu lintas di berbagai kawasan wisata di Kota Bandung. Selain berdasarkan tabel diatas, kebutuhan sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata juga dapat dilihat dari matriks persebaran kebutuhan sarana prasarana dengan lokasi studi. Dari tabel matriks skalogram yang terdapat dalam lampiran dapat dilihat mengenai persebaran kebutuhan sarana prasarana berdasarkan persepsi pengunjung. Matriks persebaran sarana prasarana yang dimaksud tidak menjelaskan tentang urutan kebutuhan sarana prasarana, melainkan akan menjelaskan mengenai kebutuhan sarana prasarana yang dibutuhkan berdasarkan persebarannya. Walaupun secara urutan tidak berada di urutan teratas, namun berdasarkan persebarannya, jalan raya, information center dan jasa perbankan merupakan jenis sarana prasarana yang muncul di seluruh lokasi studi secara sekaligus. Hal tersebut menjelaskan bahwa pengunjung juga memerlukan sarana prasarana tersebut sehingga ketersediaannya harus diperhatikan. Jalan raya merupakan prasarana yang mutlak dibutuhkan oleh pengunjung, namun information center dan jasa perbankan merupakan jenis

9 sarana prasarana dan jasa yang juga dibutuhkan di setiap lokasi, sehingga walaupun bukan merupakan urutan teratas, namun ketersediaannya juga harus diperhatikan. 6.4 Kesimpulan Studi Dari berbagai analisis yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain: 1. Tingkat toleransi penduduk Kota Bandung terhadap kemacetan lalu lintas lebih rendah apabila dibandingkan dengan tingkat toleransi pengunjung. Hal tersebut menjelaskan bahwa penduduk Kota Bandung lebih merasa tidak tahan terhadap kemacetan lalu lintas yang terjadi di Kota Bandung khususnya pada waktu akhir pekan. Pengunjung yang berasal dari luar Kota Bandung khususnya Jakarta beranggapan bahwa kemacetan lalu lintas di Kota Bandung belum sebanding dengan kemacetan yang terjadi di Jakarta. Hal tersebut mempengaruhi persepsi pengunjung terhadap kemacetan lalu lintas di Kota Bandung. 2. Sarana prasarana yang terdapat di Kota Bandung tidak hanya digunakan oleh penduduk Kota Bandung saja, namun juga digunakan oleh pengunjung yang datang ke Kota Bandung. Jenis sarana prasarana yang paling dibutuhkan oleh penduduk maupun pengunjung adalah jalan raya dan lahan parkir. 3. Pengunjung yang datang ke Kota Bandung terdiri dari berbagai segmentasi dan karakteristik. Perbedaan karakteristik pengunjung tersebut menyebabkan perbedaan pola kunjungan yang akan berpengaruh kepada kebutuhan akan sarana prasarana. 4. Daya tarik yang dimiliki Kota Bandung sebagai salah satu kota tujuan wisata cukup kuat. Timbulnya berbagai permasalahan seperti kemacetan lalu lintas masih belum dapat mengurangi minat pengunjung untuk kembali datang dan berwisata ke Kota Bandung.

10 Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan diatas, dapat diketahui bahwa dalam pengembangan kepariwisataan Kota Bandung, penduduk Kota Bandung merupakan salah satu stakeholder yang perlu diperhatikan. Seperti yang sudah dijelaskan dalam konsep destinasi, penduduk lokal merupakan pihak yang ikut berpengaruh dan menerima dampak terhadap perkembangan pariwisata. Oleh karena itu, pengembangan pariwisata Kota Bandung juga harus memperhatikan penduduk Kota Bandung, jangan hanya fokus pada pengunjung saja. Daya dukung Kota Bandung untuk mendukung kegiatan penduduk dan pengunjung telah terlampaui. Oleh karena telah terlampauinya daya dukung tersebut, maka Kota Bandung membutuhkan berbagai macam sarana prasarana terutama jalan raya dan lahan parkir. Kebutuhan sarana prasarana dipengaruhi oleh karakteristik pengunjung yang kemudian akan berpengaruh kepada pola kunjungan pengunjung ke Kota Bandung maupun selama berada di Kota Bandung. Walaupun daya dukung Kota Bandung telah terlampaui, namun daya tarik yang dimiliki Kota Bandung masih dapat terus menarik pengunjung untuk kembali datang dan berwisata ke Kota Bandung. 6.5 Rekomendasi Kepada Pemerintah Kota Bandung Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan daya dukung Kota Bandung harus segera diselesaikan guna menghindari penurunan kualitas dan daya tarik yang dimiliki Kota Bandung. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan yang kemudian menghasilkan berbagai temuan studi dan kesimpulan, dapat diberikan beberapa rekomendasi kepada pemerintah Kota Bandung yang berhubungan dengan perkembangan kegiatan pariwisata di Kota Bandung. Rekomendasi yang dimaksud antara lain adalah sebagai berikut: Salah satu hal yang menyebabkan kemacetan lalu lintas di Kota Bandung adalah terbatasnya lahan parkir umum khususnya yang terdapat di titiktitik keramaian atau kawasan wisata yang menjadi pemusatan kendaraan pengunjung. Berdasarkan analisis yang dilakukan juga diketahui bahwa ketersediaan sarana parkir cenderung menurun dalam beberapa tahun terakhir. Minimnya lahan parkir menyebabkan penumpukan jumlah

11 kendaraan di jalan sehingga menghambat laju lalu lintas dan menyebabkan kemacetan. On street parking yang disebabkan oleh kurangnya ketersediaan lahan parkir juga turut menjadi penyebab kemacetan lalu lintas yang terjadi di Kota Bandung. Oleh karena itu, penambahan lahan parkir yang berupa pelataran parkir umum maupun gedung parkir umum sangat diperlukan di Kota Bandung, khususnya di kawasan yang menjadi pemusatan kepadatan pengunjung seperti Dago, Riau, dan Cihampelas. Penerapan konsep Park and Ride di kawasan wisata di Kota Bandung juga dapat menjadi salah satu upaya penyelesaian permasalahan kemacetan, dimana kendaraan pengunjung diparkir di suatu lahan parkir atau gedung parkir di suatu kawasan wisata, kemudian pengunjung dapat menggunakan kendaraan khusus wisata yang disediakan untuk berwisata di kawasan tersebut. Selain dapat mengurangi jumlah kendaraan yang melalui kawasan tersebut, kendaraan khusus wisata tersebut dapat menjadi objek atau daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang datang ke Kota Bandung. Memperbaiki kualitas moda transportasi umum yang terdapat di Kota Bandung agar pengunjung tertarik dan dapat merasa nyaman saat memanfaatkan jasa moda transportasi umum selama berwisata di Kota Bandung. Pesatnya perkembangan jasa angkutan seperti travel juga dapat mendukung pengurangan jumlah kendaraan pribadi yang masuk ke Kota Bandung, sehingga diharapkan dapat mengurangi kemacetan lalu lintas di Kota Bandung.

12 6.6 Kelemahan Studi Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis menemukan beberapa kelemahan studi yang terdapat pada studi kali ini. Kelemahankelemahan studi yang dimaksud antara lain adalah sebagai berikut: Penggunaan metode purposif dalam pemilihan lokasi dan kuota untuk pemilihan sampel menyebabkan sampel yang diambil tidak dapat mewakili populasi pengunjung di Kota Bandung. Sampling error sebesar 7%. 6.7 Saran Studi Lanjutan Penelitian kali ini hanya membahas persepsi pengunjung terhadap toleransinya terhadap kemacetan lalu lintas dan ketersediaan sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata di Kota Bandung. Untuk penelitian lanjutan, penulis menyarankan untuk meneliti beberapa hal, yaitu: Penelitian mengenai Level of Service maupun kapasitas sarana prasarana transportasi di Kota Bandung. Penelitian mengenai pemusatan kegiatan pariwisata di Kota Bandung. Kejenuhan pengunjung terhadap jenis pariwisata di Kota Bandung.

BAB 4 TOLERANSI PENGUNJUNG DAN WISATAWAN TERHADAP KEMACETAN LALU LINTAS DI KOTA BANDUNG

BAB 4 TOLERANSI PENGUNJUNG DAN WISATAWAN TERHADAP KEMACETAN LALU LINTAS DI KOTA BANDUNG BAB 4 TOLERANSI PENGUNJUNG DAN WISATAWAN TERHADAP KEMACETAN LALU LINTAS DI KOTA BANDUNG Pada bab ini akan dijelaskan mengenai temuan yang telah dilakukan pada seluruh sampel yang telah disebarkan kepada

Lebih terperinci

BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA

BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA Pada bab ini akan lebih dibahas mengenai sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata. Permasalahan sarana prasarana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota-kota yang pesat merupakan salah satu ciri dari suatu negara yang sedang berkembang. Begitu pula dengan Indonesia, berbagai kota berkembang secara

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dari studi penelitian dan rekomendasi yang bisa di ambil dalam studi. Selain itu akan dibahas mengenai kelemahan studi dan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu bidang pembangunan yang semakin hari semakin besar kontribusinya dalam pembangunan. Hal ini dibuktikan dengan besarnya penyerapan tenaga

Lebih terperinci

PENGARUH KEMACETAN LALU LINTAS TERHADAP PERKEMBANGAN KEPARIWISATAAN KOTA BANDUNG

PENGARUH KEMACETAN LALU LINTAS TERHADAP PERKEMBANGAN KEPARIWISATAAN KOTA BANDUNG PENGARUH KEMACETAN LALU LINTAS TERHADAP PERKEMBANGAN KEPARIWISATAAN KOTA BANDUNG (Studi Kasus: Kawasan Wisata Riau, Cihampelas, Alun-alun dan Kebon Binatang) TUGAS AKHIR Disusun Oleh Aditio Adi Nugroho

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, 130 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulkan sebagai berikut: 1. Kawasan Cihampelas termasuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan ibukota Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY ) yang memiliki banyak obyek wisata. Kota Yogyakarta terkenal dengan kebudayaan yang sangat khas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Parkir merupakan salah satu unsur sarana yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Parkir merupakan salah satu unsur sarana yang tidak dapat dipisahkan dari BAB I PENDAHULUAN I. 1. Umum Parkir merupakan salah satu unsur sarana yang tidak dapat dipisahkan dari sistem transportasi jalan raya secara keseluruhan. Dengan meningkatnya jumlah penduduk suatu kota

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Surakarta (Solo) ini, tentunya berusaha untuk memenuhi kebutuhan - kebutuhan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Surakarta (Solo) ini, tentunya berusaha untuk memenuhi kebutuhan - kebutuhan di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota kota besar berkembang yang ada di Indonesia seperti halnya kota Surakarta (Solo) ini, tentunya berusaha untuk memenuhi kebutuhan - kebutuhan di berbagai bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan suatu kota ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitas sosial ekonomi. Hal ini tercermin dengan semakin meningkatnya penggunaan lahan baik

Lebih terperinci

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan temuan penelitian mengenai elemen ROD pada kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: -

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi memiliki peran penting dalam sistem transportasi setiap kota karena

BAB I PENDAHULUAN. tetapi memiliki peran penting dalam sistem transportasi setiap kota karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas berjalan kaki merupakan suatu bagian integral dari aktivitas lainnya. Bagi masyarakat di daerah tropis, berjalan kaki mungkin kurang nyaman karena masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah suatu pergerakan orang dan barang. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehariharinya, sehingga transportasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu kota besar di Indonesia kekayaan alam dan budaya yang sangat indah. dikenal kehidupan masyarakatnya yang sederhana, kental budaya, arif, dan ramah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung

BAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu kota besar yang memiliki banyak potensi untuk dikembangkan adalah kota Yogyakarta. Dengan jumlah penduduk yang cukup padat dan banyaknya aset wisata yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM Pemerataan pembangunan di seluruh penjuru tanah air merupakan program pemerintah sebagai usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan terutama dibidang ekonomi.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Suatu kota selalu berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk, aktivitas dan yang kebutuhan kelengkapan kota lainnya. Sejalan dengan waktu suatu kota dibangun dari

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil analisis dari studi yang dilakukan terhadap persepsi wisatawan terhadap Objek Wisata Batu Mentas, maka selanjutnya diuraikan kesimpulan dan rekomendasi

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA Pada bab sebelumnya telah dilakukan analisis-analisis mengenai karakteristik responden, karakteristik pergerakan responden,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

LAMPIRAN A KUISIONER

LAMPIRAN A KUISIONER 0 LAMPIRAN A KUISIONER A-1 LAMPIRAN A KUISIONER Metode penentuan sampling yang digunakan dalam kajian ini adalah menggunakan non probability sampling, dimana metode ini lebih tepat digunakan dalam kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. City walk adalah trotoar untuk pejalan kaki yang didesain unik dan menarik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. City walk adalah trotoar untuk pejalan kaki yang didesain unik dan menarik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah City walk adalah trotoar untuk pejalan kaki yang didesain unik dan menarik ditengah kota. Pada tahun 2012 ini beberapa kota besar di Indonesia sedang berlomba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trotoar adalah jalur bagi pejalan kaki yang terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari pembahasan pada bab

BAB V KESIMPULAN. Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari pembahasan pada bab BAB V KESIMPULAN Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari pembahasan pada bab sebelumnya. Pada bab ini juga terdapat implikasi penelitian secara manajerial, serta akan menjabarkan mengenai keterbatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagai pejalan kaki atau orang yang berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan suatu kota pada umumnya disertai dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini pada akhirnya akan menyebabkan

Lebih terperinci

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street parking menjadi Off-street parking (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri)

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street parking menjadi Off-street parking (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri) 1 Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street parking menjadi Off-street parking (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri) Deka Agrapradhana, Ir. Ervina Ahyudanari ME, Ph.D. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota besar yang ada di Indonesia. Banyaknya tempat wisata di sertai dengan suasana kota yang nyaman, membuat Yogyakarta menjadi salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah maka akan bertambah pula taraf hidup masyarakat di daerah tersebut. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah maka akan bertambah pula taraf hidup masyarakat di daerah tersebut. Hal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring bertambahnya populasi manusia dan peningkatan ekonomi suatu daerah maka akan bertambah pula taraf hidup masyarakat di daerah tersebut. Hal ini juga menimbulkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Rekomendasi Keterbatasan Studi DAFTAR PUSTAKA... xv

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Rekomendasi Keterbatasan Studi DAFTAR PUSTAKA... xv DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii ABSTRACT... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v MOTTO DAN PERSEMBAHAN... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan perdagangan adalah kawasan atau tempat yang kegiatannya diperuntukan untuk jual beli barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari. Di Kawasan perdagangan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Yogyakarta terletak di Propinsi D. I. Yogyakrta mempunyai lokasi yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Yogyakarta terletak di Propinsi D. I. Yogyakrta mempunyai lokasi yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogyakarta terletak di Propinsi D. I. Yogyakrta mempunyai lokasi yang sangat strategis terhadap lalu-lintas nasional, terutama yang melewati jalur selatan. Seiring

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA PRAKATA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRACT DAFTAR ISI i iii viii ix xv xvi xvii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Permasalahan... 9 1.3. Pertanyaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan ditunjukan dengan adanya peningkatan jumlah pemakaian

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan ditunjukan dengan adanya peningkatan jumlah pemakaian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring pertambahan jaman dan perkembangan suatu kota dengan peningkatan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat mengakibatkan peningkatan kebutuhan transportasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan perekonomian daerah yang sedang bertumbuh dan memberikan akses kepadadaerah-daerah yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan kesimpulan akhir dari studi yang dilakukan dan beberapa saran dan rekomendasi terhadap studi lanjutan pengembangan pariwisata daerah studi. Kesimpulan berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kota-kota di Indonesia saat ini semakin pesat dari tahun ke tahun. Perkembangan kota tentunya membutuhkan perkembangan transportasi pula. Dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Perpindahan tempat yang dilakukan manusia ke tempat lainnya dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini, peneliti akan membahas mengenai kesimpulan, rekomendasi, kelemahan studi, dan studi lanjutan terkait dari Kajian Remote Parking Untuk Melayani Komuter Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Pembangunan di segala bidang yang dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia merupakan usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan terutama di bidang ekonomi. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali merupakan daerah yang sudah dikenal di dalam negeri dan mancan negara sebagai daerah pariwisata. Bali memiliki keanekaragaman kegiatan dan tempat yang dapat menarik

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Oleh: RICO CANDRA L2D

TUGAS AKHIR. Oleh: RICO CANDRA L2D STUDI KONTRIBUSI PLAZA CITRA MATAHARI DAN TERMINAL BUS MAYANG TERURAI TERHADAP KEMACETAN LALU LINTAS DI PENGGAL RUAS JALAN TUANKU TAMBUSAI KOTA PEKANBARU TUGAS AKHIR Oleh: RICO CANDRA L2D 301 330 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan industri yang turut berperan serta dalam membangun perekonomian negara melalui pemasukan devisa negara dari wisatawan. Selain itu, industri pariwisata

Lebih terperinci

PENGARUH PERKEMBANGAN OBYEK WISATA CANDI BOROBUDUR TERHADAP BANGKITAN LALU LINTAS DI PENGGAL RUAS JALAN SYAILENDRA RAYA TUGAS AKHIR

PENGARUH PERKEMBANGAN OBYEK WISATA CANDI BOROBUDUR TERHADAP BANGKITAN LALU LINTAS DI PENGGAL RUAS JALAN SYAILENDRA RAYA TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN OBYEK WISATA CANDI BOROBUDUR TERHADAP BANGKITAN LALU LINTAS DI PENGGAL RUAS JALAN SYAILENDRA RAYA TUGAS AKHIR Oleh: NUNUK KUSTANTI L2D 001 446 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angkutan. Terminal mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. angkutan. Terminal mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan peningkatan ekonomi, sosial dan pendidikan biasanya terjadi begitu pesat di kota-kota besar. Sejalan dengan pertumbuhan dan peningkatan yang terjadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Semarang sebagai ibukota propinsi Jawa Tengah adalah suatu kota yang saat ini berusaha berkembang seperti halnya kota-kota besar lainnya yang ada

Lebih terperinci

Kota dianggap sebagai tempat tersedianya berbagai kebutuhan dan lapangan kerja

Kota dianggap sebagai tempat tersedianya berbagai kebutuhan dan lapangan kerja BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Permasalahan Transportasi Perkotaan Kota dianggap sebagai tempat tersedianya berbagai kebutuhan dan lapangan kerja selain itu kota menawarkan begitu banyak kesempatan baik di

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 155 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dari studi penelitian dan rekomendasi yang bisa di ambil dalam studi. Selain itu akan dibahas mengenai kelemahan studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting, mengingat bahwa fasilitas ruang parkir merupakan bagian dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. penting, mengingat bahwa fasilitas ruang parkir merupakan bagian dari sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan ruang parkir merupakan masalah yang menjadi fenomena biasa terutama di kota-kota besar, seiring dengan meningkatnya kepemilikan kendaraan bermotor fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata muncul sebagi salah satu sektor yang cukup menjanjikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata muncul sebagi salah satu sektor yang cukup menjanjikan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata muncul sebagi salah satu sektor yang cukup menjanjikan dalam pembangunan Negara Indonesia saat ini. Menurut Djulianto Susatio (2003: 1) Pariwisata merupakan

Lebih terperinci

PERENCANAAN TRAYEK KERETA API DALAM KOTA JURUSAN STASIUN WONOKROMO STASIUN SURABAYA PASAR TURI TUGAS AKHIR

PERENCANAAN TRAYEK KERETA API DALAM KOTA JURUSAN STASIUN WONOKROMO STASIUN SURABAYA PASAR TURI TUGAS AKHIR PERENCANAAN TRAYEK KERETA API DALAM KOTA JURUSAN STASIUN WONOKROMO STASIUN SURABAYA PASAR TURI TUGAS AKHIR Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik Sipil (S-1) Diajukan

Lebih terperinci

Perencanaan Park and Ride Mayjend Sungkono Kota Surabaya

Perencanaan Park and Ride Mayjend Sungkono Kota Surabaya Perencanaan Park and Ride Mayjend Sungkono Kota Surabaya Disusun oleh : Rozy zahar iqbal NRP 3112040604 Dosen pembimbing Ir. Wahyu Herjianto, MS. NIP 19620906 198903 1 012 Program Studi D4 Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I.1 Jumlah Kendaraan di Kota Bandung pada Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I.1 Jumlah Kendaraan di Kota Bandung pada Tahun BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Bandung merupakan kota besar di Indonesia. Sebagai ibukota Jawa Barat, Kota Bandung menjadi kota yang terkenal kemacetan kedua di Indonesia. Kota Bandung juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa nomor. sektor Migas, sektor Batubara, dan Kelapa Sawit.

BAB I PENDAHULUAN. penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa nomor. sektor Migas, sektor Batubara, dan Kelapa Sawit. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata di Indonesia telah dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa nomor satu (Suwantoro,

Lebih terperinci

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street Parking Menjadi Offstreet. (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri)

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street Parking Menjadi Offstreet. (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street Parking Menjadi Offstreet Parking (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri)

Lebih terperinci

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Oleh M.ARIEF ARIBOWO L2D 306 016 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan penduduk di Indonesia pada masa saat sekarang ini semakin pesat, bila tidak diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi yang baik maka bangsa ini akan mengalami

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Samosir secara garis besar berada pada fase 3 tetapi fase perkembangannya ada

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Samosir secara garis besar berada pada fase 3 tetapi fase perkembangannya ada BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Perkembangan pariwisata menurut teori Miossec terjadi di Kabupaten Samosir secara garis besar berada pada fase 3 tetapi fase perkembangannya ada yang berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Transportasi Massal di Kota Bandung Salah satu kriteria suatu kota dikatakan kota modern adalah tersedianya sarana dan prasarana transportasi yang memadai bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun 2015 ini," ujar Andi G Wirson. Hal tersebut menandakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun 2015 ini, ujar Andi G Wirson. Hal tersebut menandakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang General Manager PT Angkasa Pura II (Persero) Bandara Adisutjipto Andi G Wirson mengatakan tren penumpang angkutan udara di DIY pada tahun 2015 cenderung dikisaran rata-rata

Lebih terperinci

BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA Bab ini berisi analisis mengenai karakteristik dan preferensi pengguna mobil pribadi, taksi, maupun bus DAMRI yang menuju

Lebih terperinci

yaitu apabila bangkitan parkir tidak dapat tertampung oleh fasilitas parkir di luar

yaitu apabila bangkitan parkir tidak dapat tertampung oleh fasilitas parkir di luar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Asal kata parkir dari park yang berarti taman, dan menurut Kamus Besar Indonesia sebagai tempat penyimpanan. Menurut Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan kendaraan (demand), belum tersedianya fasilitas transportasi yang

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan kendaraan (demand), belum tersedianya fasilitas transportasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemacetan lalu lintas seringkali menjadi masalah, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Secara umum ada beberapa faktor yang menyebabkan kemacetan

Lebih terperinci

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi)

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi) KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi) TUGAS AKHIR Oleh: SYAMSUDDIN L2D 301 517 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain. Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah perkotaan mempunyai sifat yang sangat dinamis, berkembang sangat cepat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Perkembangan daerah perkotaan dapat secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Negara Negara yang telah maju maupun oleh Negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. oleh Negara Negara yang telah maju maupun oleh Negara yang sedang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Transportasi merupakan masalah yang selalu dihadapi baik oleh Negara Negara yang telah maju maupun oleh Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Salah satu permasalahan penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan Kota Bandung adalah permasalahan transportasi. Transportasi adalah penunjang fungsi sosial ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertahanan keamanan. Pertumbuhan sektor ini akan mencerminkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. pertahanan keamanan. Pertumbuhan sektor ini akan mencerminkan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor transportasi merupakan salah satu mata rantai jaringan distribusi barang dan penumpang yang telah berkembang sangat dinamis serta berperan di dalam menunjang

Lebih terperinci

Kebijakan Perencanaan Tata Ruang dan Transportasi

Kebijakan Perencanaan Tata Ruang dan Transportasi Kebijakan Perencanaan Tata Ruang dan Transportasi Tren Perencanaan Tata Ruang Untuk Transportasi Peningkatan mobilitas memerlukan lahan yang lebih luas untuk transportasi Pemilikan kendaraan bermotor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Pembangunan di segala bidang yang dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia merupakan usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan terutama di bidang ekonomi. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Transportasi pada zaman sekarang ini bukanlah sesuatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Transportasi pada zaman sekarang ini bukanlah sesuatu hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi pada zaman sekarang ini bukanlah sesuatu hal yang baru, karena hampir setiap hari kita menggunakannya. Transportasi merupakan alat/teknik/cara untuk melawan

Lebih terperinci

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : Arif Rahman Hakim L2D 303 283 JURUSAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. : Biaya Perjalanan, Tundaan.

ABSTRAK. : Biaya Perjalanan, Tundaan. ABSTRAK Sebagai destinasi pariwisata utama pulau Bali, Kabupaten Badung merupakan salah satu kota wisata yang paling banyak diminati para wisatawan manca negara dan wisatawan nusantara. Disamping dampak

Lebih terperinci

c. Pada tahun 2014 (5 tahun setelah Paragon City beroperasi), baik saat akhir pekan maupun hari kerja, terutama pada saat jam-jam puncak, simpang

c. Pada tahun 2014 (5 tahun setelah Paragon City beroperasi), baik saat akhir pekan maupun hari kerja, terutama pada saat jam-jam puncak, simpang BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Dari hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada Simpang Bersinyal telapak kaki a. Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Pemindahan atau pergerakan adalah hasil dari kebutuhan manusia untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitas yang dilakukan oleh manusia.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkir dan Pedestrian Menurut Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (1996) yang menyatakan bahwa parkir adalah suatu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab 106 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Pedoman dalam memberikan kesimpulan, maka data-data yang dipergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perekonomian dan jumlah penduduk di suatu daerah. fasilitas transportasi yang cukup memadai untuk membantu kelancaran

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perekonomian dan jumlah penduduk di suatu daerah. fasilitas transportasi yang cukup memadai untuk membantu kelancaran BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pertumbuhan perekonomian dan jumlah penduduk di suatu daerah menyebabkan mobilitas orang dan barang ikut meningkat, sehingga dibutuhkan fasilitas transportasi yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii vi vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 4 1.3 Tujuan dan Sasaran... 5 1.3.1 Tujuan...

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KAJIAN PENGELOLAAN DAN PENGATURAN PERPARKIRAN DI KOMPLEK PERKANTORAN BANK INDONESIA JAKARTA

TUGAS AKHIR KAJIAN PENGELOLAAN DAN PENGATURAN PERPARKIRAN DI KOMPLEK PERKANTORAN BANK INDONESIA JAKARTA TUGAS AKHIR KAJIAN PENGELOLAAN DAN PENGATURAN PERPARKIRAN DI KOMPLEK PERKANTORAN BANK INDONESIA JAKARTA Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun oleh : N A M A :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Batam adalah kota terbesar di provinsi Kepulauan Riau dan merupakan kota terbesar ke tiga populasinya di Sumatera setelah Medan dan Palembang, dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil evaluasi lokasi alternatif dalam rangka pemindahan PKL di Koridor Fly Over Cimindi dapat ditarik kesimpulan dan diberikan rekomendasi yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk perkembangan suatu daerah, yaitu untuk mempermudah memindahkan barang dan manusia dari suatu tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi daerah yang memiliki daya tarik tersendiri yang mampu menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi daerah yang memiliki daya tarik tersendiri yang mampu menarik minat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu daerah yang terkenal dengan sebutan kota budaya dan kota pelajar. Sebagai kota budaya dan kota pelajar, Yogyakarta menjadi daerah yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penulis mengambil lokasi penelitian di sekitar Jalan Cihampelas yaitu dimulai dari Jalan Bapa Husen sampai Hotel Promenade yang telah di gambarkan di

Lebih terperinci

PENETAPAN TARIF PARKIR SEBAGAI INSTRUMEN PENGENDALI PENGGUNA JASA PARKIR DI KAWASAN SIMPANGLIMA SEMARANG TUGAS AKHIR

PENETAPAN TARIF PARKIR SEBAGAI INSTRUMEN PENGENDALI PENGGUNA JASA PARKIR DI KAWASAN SIMPANGLIMA SEMARANG TUGAS AKHIR PENETAPAN TARIF PARKIR SEBAGAI INSTRUMEN PENGENDALI PENGGUNA JASA PARKIR DI KAWASAN SIMPANGLIMA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: Ramadan Sabran L2D 300 374 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Malang telah dinobatkan sebagai kota pendidikan dan juga merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa Timur karena potensi alam dan iklim yang dimiliki. Kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan perkotaan yang manusiawi merupakan lingkungan perkotaan yang ramah

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan perkotaan yang manusiawi merupakan lingkungan perkotaan yang ramah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan perkotaan yang manusiawi merupakan lingkungan perkotaan yang ramah bagi pejalan kaki yang mempunyai ukuran dan dimensi berdasarkan skala manusia (Nasution,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Perbandingan Temuan dengan Proposisi

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Perbandingan Temuan dengan Proposisi BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Perbandingan Temuan dengan Proposisi Hasil Penelitian menunjukkan bahwa proposisi pertama Perkembangan pola tata ruang kawasan destinasi pariwisata kepulauan di pengeruhi

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS

BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS 31 BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS 3.1 Gambaran Umum Kota Bandung Dalam konteks nasional, Kota Bandung mempunyai kedudukan dan peran yang strategis. Dalam Peraturan Pemerintah No.47 Tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ruas Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I- BAB I PENDAHULUAN.. LATAR BELAKANG Seiring dengan adanya peningkatan pola kehidupan dan aktivitas manusia, kebutuhan akan sarana dan prasarana yang lebih baik semakin besar pula. Tuntutan-tuntutan akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang transportasi sangat membantu manusia dalam menghemat waktu perjalanan yang tadinya berlangsung sangat lama menjadi lebih cepat. Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 TUGAS AKHIR PERENCANAAN FLY OVER PERLINTASAN JALAN RAYA DAN JALAN REL DI BENDAN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 TUGAS AKHIR PERENCANAAN FLY OVER PERLINTASAN JALAN RAYA DAN JALAN REL DI BENDAN PEKALONGAN PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan aktifitas akan menyebabkan terjadinya kebutuhan ruang yang semakin bertambah. Hal ini sering menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dalam sebuah kota, maupun pendapatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dalam sebuah kota, maupun pendapatan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mobilitas yang tinggi menjadikan transportasi sebagai prasarana yang sangat penting dalam aktivitas sehari-hari. Transportasi terus berkembang seiring dengan kebutuhan

Lebih terperinci