Kata Pengantar. Deputi Kepala BPKP Bidang Investigasi. Iswan Elmi NIP Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

dokumen-dokumen yang mirip
RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN

LAPORAN AKUNTAB BILITAS KINERJA TAHUN 2012

Tabel 2.1 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat

Suplemen Rencana Strategis

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Papua Barat. Ringkasan Eksekutif

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : KEP- 486 /K/SU/2009 TENTANG RENCANA KEGIATAN BPKP TAHUN 2009

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Sulawesi Utara. Ringkasan Eksekutif

LAPORAN KINERJA DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN 2016

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

LAP-86/PW14/6/17 3 APRIL 2017 PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI UTARA LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

Tabel RE.1. Capaian Sasaran Strategis

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN LAPORAN KINERJA TRIWULAN IV 2013 PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Gambaran singkat Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara periode tahun dapat diuraikan sebagai berikut :

Untuk mencapai target kinerja outcome dan output seperti yang telah diuraikan di atas, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan didukung dengan

LAPORAN KINERJA TRIWULAN III TAHUN 2014 TINGKAT SATUAN KERJA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPKP TAHUN 2013

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN BPKP PROPINSI DKI JAKARTA LAPORAN KINERJA TRIWULAN IV TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA TAHUN 2015 DEPUTI BIDANG INVESTIGASI. Nomor: LAP-2/D6/02/2016 Tanggal 29 Januari 2016

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

LAPORAN KINERJA BPKP untuk Indonesia

Rencana Kerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DEPUTI BIDANG INVESTIGASI

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1. Meningkatnya Kualitas 1 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, 95% Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga, dan 95% Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KEPUTUSAN KEPALA PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

Sasaran 7 dari Tujuan 5 : Dari 2 IKU dominan, tercapai 100,00% Sasaran 4 dari Tujuan 3 : Dari 1 IKU dominan tercapai 100,00%

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN

PENETAPAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKIP)

KOTA BANDUNG TAHUN 2016

Rencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi D.I. Yogyakarta

L A P O R A N K I N E R J A

Lampiran Keputusan Nomor KEP-5987/PW20/1/2012

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun Kata Pengantar

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik

BAB I P E N D A H U L U A N

INSPEKTORAT KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR

KOTA BANDUNG TAHUN 2014

erbitnya Peraturan Pemerintah RI nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem melakukan pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembina

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN

No Sasaran Indikator Kinerja Sasaran Satuan Target Realisasi. Persentase IPP yang Mendapat Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

VISI, MISI DAN TUJUAN VISI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Revisi Suplemen Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Papua Barat Tahun Maret 2013

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN INSPEKTORAT LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) INSPEKTORAT BPKP TAHUN 2012

INFORMASI KINERJA. No Tujuan Capaian Kinerja

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2016

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. yang langsung bertanggungjawab kepada Presiden dalam melaksanakan fungsi

I N S P E K T O R A T

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR

Pemerintah Kota Pagar Alam Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare

BAB PENDAHULUAN Latar Belakang

LAKIP. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah PERWAKILAN BPKP PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

2017, No Berencana Nasional tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berenc

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Selatan

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG

Oleh Kepala BPKP. A. Pendahuluan

SUPLEMEN RENSTRA TAHUN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U

KATA PENGANTAR. Alhamdulillaah,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014

Transkripsi:

DEPUTI BIDANG INVESTIGASI Nomor: LAP-2/D6/02/2015 Tanggal 28 Januari 2015

Kata Pengantar Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas perkenannya Deputi Bidang Investigasi dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014. Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN dan RB) Nomor 53 Tahun 2014 tanggal 1 Desember 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan Kinerja ini merupakan media pertanggungjawaban Deputi Bidang Investigasi dalam mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 memberikan gambaran mengenai pertanggungjawaban atas pemanfaatan sumber daya yang dikelola Deputi Bidang Investigasi beserta seluruh Direktorat yang berada dalam struktur di bawahnya dalam rangka menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Pada tahun 2014 sebagian besar kegiatan dalam rangka mencapai sasaran program terealisasi melebihi target yang telah ditetapkan. Namun demikian, masih ada beberapa kegiatan yang belum memenuhi target kinerja dan dengan penuh kesadaran hal tersebut akan menjadi perhatian bagi seluruh jajaran di lingkungan Deputi Bidang Investigasi untuk meningkatkan kinerja dengan lebih baik dan profesional pada tahun-tahun mendatang. Deputi Kepala BPKP Bidang Investigasi Iswan Elmi NIP 19600127 198102 1 001 Deputi Bidang Investigasi i

Ringkasan Pimpinan Sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tanggal 28 Agustus 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan dalam rangka membantu pemerintah mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, BPKP telah merumuskan visi: Auditor Presiden yang responsif, interaktif, dan terpercaya untuk mewujudkan akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas Berdasarkan visi BPKP tersebut telah dirumuskan 4 (empat) misi. Misi BPKP yang terkait dengan Deputi Bidang Investigasi adalah misi 1: Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara yang mendukung tata kelola kepemerintahan yang baik dan bebas KKN Penjabaran atau implementasi dari misi yang akan dicapai dituangkan dalam tujuan dan sasaran strategis. Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dengan memperhatikan sumber daya organisasi dan kondisi lingkungan, Deputi Bidang Investigasi menetapkan program dan kegiatan dalam Renstra yang dinyatakan dalam suatu indikator kinerja yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan berjangka waktu. Keberhasilan program diukur dengan indikator hasil (outcome), sedangkan keberhasilan kegiatan diukur dengan menggunakan indikator keluaran (output). Pada tahun 2014, rata-rata capaian kinerja outcome adalah sebesar 101,09% yang dihitung berdasarkan indikator : 1) Persentase tingkat pemahaman dan kepedulian publik atas permasalahan korupsi sebesar 86,50% atau 108,13% dari target 80%. 2) IPP/IPD/BUMN/BUMD berisiko fraud yang mengimplementasikan Fraud Control Plan sebanyak 17 instansi atau 120% dari target 14 instansi. 3) IPP/IPD/BUMN/BUMD yang membuat/mengoreksi kebijakan sebanyak 6 instansi atau 120% dari target 5 instansi. 4) Persentase terselesaikannya kasus Hambatan Kelancaran Pembangunan, Klaim, dan Eskalasi sebesar 84,21% atau 100,25% dari target 84%. Deputi Bidang Investigasi ii

5) Target persentase penyerahan kasus pada Instansi Penegak Hukum terealisasi 99,50% atau 117,06% dari target 85%. 6) Hasil audit investigatif yang ditindaklanjuti oleh instansi berwenang terealisasi 21,34% atau 42,68% dari target 50%. 7) Persentase telaahan terhadap laporan penugasan investigasi yang memenuhi standar terealisasi 97,15% atau 107,95% dari target 90%. 8) Reviu terhadap laporan dan pengaduan masyarakat yang ditindaklanjuti tercapai 9,26% atau 92,59% dari target 10%. Pencapaian sasaran outcome tersebut didukung dengan peningkatan kapasitas SDM, sarana prasarana pelaksanaan tugas, dan tersedianya anggaran pelaksanaan kegiatan. Deputi Bidang Investigasi iii

Daftar Isi Halaman Kata Pengantar Ringkasan Pimpinan Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN i ii iv A. Tugas, Fungsi, dan Wewenang Organisasi 1 B. Aspek Strategis Organisasi 2 C. Kegiatan dan Layanan Produk Organisasi 3 D. Struktur Organisasi 4 E. Sistematika Penyajian 8 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Rencana Strategis 2010-2014 10 B. Perjanjian Kinerja Tahun 2014 19 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja 22 B. Analisis Capaian Kinerja 25 C. Akuntabilitas Keuangan 75 D. Lain-lain 76 BAB IV PENUTUP 85 Lampiran Deputi Bidang Investigasi iv

BAB I PENDAHULUAN A. Tugas, Fungsi, dan Wewenang Organisasi Berdasarkan Surat Keputusan Kepala BPKP Nomor: KEP-06.00.00-080/K/2001 tanggal 20 Februari 2001 Deputi Bidang Investigasi mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang investigasi. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Deputi Bidang Investigasi menyelenggarakan fungsi: 1. Perumusan kebijakan teknis investigasi dan penyusunan rencana investigasi. 2. Penyusunan pedoman teknis dan pemberian bimbingan teknis investigasi. 3. Koordinasi dan pelaksanaan investigasi terhadap kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan negara dan terhadap hambatan kelancaran pembangunan pada instansi pemerintah pusat dan daerah, badan usaha milik negara, badanbadan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan pemerintah, dan badan usaha milik daerah. 4. Pemberian bantuan investigasi terhadap kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan negara dan terhadap hambatan kelancaran pembangunan pada instansi pemerintah pusat dan daerah, badan usaha milik negara, badan-badan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan pemerintah, dan badan usaha milik daerah atas permintaan pihak yang berwenang, instansi atau badan usaha yang bersangkutan, instansi penyidik dan/atau instansi/lembaga yang berwenang lainnya. 5. Pemantauan tindak lanjut hasil investigasi. 6. Evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan investigasi. 7. Analisis, evaluasi, dan penyusunan laporan hasil investigasi. Deputi Bidang Investigasi 1

B. Aspek Strategis Organisasi Sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2008 tanggal 28 Agustus 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), BPKP memiliki mandat sebagai pengawas intern akuntabilitas keuangan negara dan pembina penyelenggaraan SPIP. Terbitnya PP No. 60 Tahun 2008 menjadi pemicu terjadinya perubahan visi BPKP karena cakupan penugasan BPKP yang semakin luas, dan adanya perubahan paradigma yang lebih mengedepankan pencegahan dengan pembangunan suatu system yang mampu mencegah kecurangan/ penyimpangan atau memudahkan pendeteksian adanya kecurangan/ penyimpangan. Selain itu, terdapat ekspektasi dari stakeholder agar BPKP mendorong pengelolaan pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance) dan meningkatkan upaya-upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. Prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik dan bersih tersebut menuntut Deputi Bidang Investigasi mempertajam strategi pengawasan yang berorientasi pada pemberian bantuan dalam rangka mencegah terjadinya tindak pidana korupsi. Korupsi di negara Republik Indonesia telah merusak sendi-sendi ekonomi kehidupan bangsa. Pembangunan bangsa dan negara menjadi terhambat karena penggunaan sumber daya yang dimiliki negara tidak teralokasikan secara baik untuk kepentingan bangsa dan negara, tetapi hanya dinikmati segelintir orang. Berdasarkan pemikiran tersebut, Deputi Bidang Investigasi menerapkan tiga pilar strategi pemberantasan korupsi yang bersifat komprehensif yang meliputi upaya represif, upaya preventif, dan upaya edukatif/pre-emptif, yang saling terkait satu dengan yang lainnya. Ketiga pilar tersebut merupakan langkah-langkah strategis dalam memerangi Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), yang dilakukan secara bertahap, yang ditujukan untuk menciptakan sistem dan iklim yang mencegah dan memudahkan pengungkapan kejadian KKN. Upaya untuk memerangi KKN tersebut mempertimbangkan berbagai aspek kejadian KKN yang antara lain penyebabnya berasal dari institusi/administrasi, manusia, dan sosial budaya. Disamping optimalisasi pilar investigatif yang dilaksanakan dengan berbagai kesulitan dan kendala yang dihadapi oleh aparat penegak hukum, maka pilar pre-emptif dan preventif merupakan strategi yang tepat diintensifkan pelaksanaannya karena strategi ini mempunyai daya tangkal yang kuat untuk mencegah Deputi Bidang Investigasi 2

agar korupsi tidak terjadi dimasa yang akan datang. Strategi memerangi KKN melalui program ini, secara bertahap pada akhirnya ditujukan untuk terciptanya iklim yang mencegah dan memudahkan pengungkapan kejadian KKN. C. Kegiatan dan Layanan Produk Organisasi Sesuai dengan Peraturan Kepala BPKP Nomor: PER-1314/K/D6/2012 tanggal 16 Oktober 2012 tentang Pedoman Penugasan Bidang Investigasi (PPBI), Deputi Bidang Investigasi melaksanakan kegiatan/penugasan bidang investigasi untuk memenuhi akuntabilitas yang menjadi perhatian para stakeholder. Kegiatan/penugasan tersebut meliputi: 1. Audit Investigatif 2. Audit dalam rangka Penghitungan Kerugian Keuangan Negara 3. Pemberian Keterangan Ahli 4. Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan 5. Audit Penyesuaian Harga 6. Audit Klaim 7. Fraud Control Plan (FCP) 8. Kajian Peraturan yang membuka peluang terjadinya tindak pidana korupsi 9. Penugasan investigasi lainnya yang berkaitan dengan upaya pencegahan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) Penugasan bidang investigasi harus didasarkan pada alasan yang cukup, yaitu: 1. Adanya indikasi penyimpangan yang menimbulkan kerugian keuangan negara dari pengembangan hasil audit operasional. 2. Pengembangan informasi laporan/pengaduan masyarakat yang layak untuk ditindaklanjuti. 3. Permintaan instansi penyidik atau penetapan pengadilan. 4. Permintaan dari pimpinan/atasan pimpinan Objek Penugasan. Seiring dengan perkembangan teknologi, Deputi Bidang Investigasi melaksanakan penugasan forensik komputer. Untuk menunjang pelaksanaan penugasan tersebut, pada Deputi Bidang Investigasi 3

tahun 2012 dibangun Laboratorium Forensik Komputer dan dibentuk Satuan Tugas (Satgas) Forensik Komputer. D. Struktur Organisasi Berdasarkan Surat Keputusan Kepala BPKP Nomor KEP-06.00.00-080/K/2001 tanggal 20 Pebruari 2001, struktur organisasi Deputi Bidang Investigasi terdiri dari 3 (tiga) Direktorat. Masing-masing Direktorat mempunyai Sub Direktorat dan Kelompok Pejabat Fungsional. Untuk urusan Tata Usaha, Deputi Bidang Investigasi memperoleh staf perbantuan dari Sekretariat Utama. Deputi Bidang Investigasi 4

BAGAN 1.1 STRUKTUR ORGANISASI DEPUTI BIDANG INVESTIGASI Deputi Bidang Investigasi Iswan Elmi Kasubbag Tata Usaha Rendra Irawan Direktur Investigasi Instansi Pemerintah Samono Direktur Investigasi BUMN dan BUMD Alexander Rubi Satyoadi Direktur Investigasi Hambatan Kelancaran Pembangunan Juliver Sinaga Kasubdit Investigasi Instansi Pemerintah Pusat I Irham Kasubdit Investigasi BUMN Nasrul Wathon Kasubdit Investigasi HKP Instansi Pemerintah Hieronymus Saktyo P Kasubdit Investigasi Instansi Pemerintah Pusat II Sugiharto Kasubdit Investigasi BUMD Joko Supriyanto Kasubdit Investigasi HKP BUMN dan BUMD Togar Sidabutar Kasubdit Investigasi Instansi Pemerintah Daerah Piping Effrianto Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok Jabatan Fungsional Deputi Bidang Investigasi 5

1. Direktorat Investigasi Instansi Pemerintah Tugas pokok dan fungsi: Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, pemberian bimbingan teknis investigasi, penyiapan bahan koordinasi, penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan investigasi, penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan pemberian bantuan investigasi, pemantauan tindak lanjut, evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan, analisis, evaluasi dan penyusunan laporan hasil investigasi pada instansi pemerintah pusat dan daerah. 2. Direktorat Investigasi Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah Tugas pokok dan fungsi: Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, pemberian bimbingan teknis investigasi, penyiapan bahan koordinasi, penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan investigasi, penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan pemberian bantuan investigasi, pemantauan tindak lanjut, evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan, analisis, evaluasi dan penyusunan laporan hasil investigasi terhadap kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara pada Badan Usaha Milik Negara, badan-badan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan pemerintah, dan Badan Usaha Milik Daerah. 3. Direktorat Investigasi Hambatan Kelancaran Pembangunan Tugas pokok dan fungsi : Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, pemberian bimbingan teknis investigasi, penyiapan bahan koordinasi, penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan investigasi, penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan pemberian bantuan investigasi, pemantauan tindak lanjut, evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan, analisis, evaluasi dan penyusunan laporan hasil investigasi terhadap hambatan kelancaran pembangunan pada instansi pemerintah pusat dan daerah, Badan Usaha Milik Negara, badan-badan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan pemerintah, dan Badan Usaha Milik Daerah. Deputi Bidang Investigasi 6

4. Kepala Sub Bagian Tata Usaha Perbantuan VI Mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha pengawasan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan administrasi Jabatan Fungsional di Deputi Bidang Investigasi. Jumlah pegawai Deputi Bidang Investigasi per 1 Januari 2014 sebanyak 101 orang. Jika dibandingkan dengan posisi per 31 Desember 2014 sebanyak 107 orang, maka secara total terjadi penambahan jumlah pegawai sebanyak 6 orang. Jumlah pegawai tersebut dapat klasifikasi sebagai berikut : TABEL 1.1 JUMLAH DAN KLASIFIKASI PEGAWAI TAHUN 2014 BERDASARKAN GOLONGAN GOLONGAN RUANG a b c d e TOTAL IV 6 14 7-1 28 III 23 8 7 31-69 II - - 6 4-10 I - - - - - - TOTAL 29 22 20 35 1 107 Jumlah dan klasifikasi berdasarkan golongan tersebut dapat digambarkan dengan grafik berikut: II a II b II c II d III a III b III c III d IV a IV b IV c IV d IV e Deputi Bidang Investigasi 7

TABEL 1.2 JUMLAH DAN KLASIFIKASI PEGAWAI TAHUN 2014 BERDASARKAN JABATAN Uraian Posisi 01-01-2014 Tambah Mutasi Kurang Posisi 31-12-2014 Struktural a. Eselon I 1 1 1 1 b. Eselon II 3 - - 3 c. Eselon III 7 3 3 7 d. Eselon IV - - - - Fungsional Auditor a. Auditor Madya 16 1-17 b. Auditor Muda 31 1 8 24 c. Auditor Pratama 1-1 - d. Auditor Penyelia 8 2 3 7 e. Auditor Pelaksana Lanjutan 1-1 - f. Auditor Pelaksana 9-4 5 g. Calon Auditor Pratama - 20-20 Fungsional Lainnya 24-1 23 Jumlah 101 28 22 107 E. Sistematika Penyajian Laporan Kinerja menginformasikan pencapaian kinerja Deputi Bidang Investigasi selama tahun 2014 dibandingkan dengan Penetapan Kinerja (Tapkin) Tahun 2014 yang merupakan komitmen Deputi Bidang Investigasi untuk mencapai kinerja sebaik-baiknya sebagai upaya memenuhi misi organisasi. Melalui pembandingan tersebut akan diperoleh celah kinerja (Performance Gap) untuk disempurnakan kembali dalam rencana kinerja berikutnya. Deputi Bidang Investigasi 8

Sistematika penyajian Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014, adalah sebagai berikut: BAB I BAB II BAB III BAB IV PENDAHULUAN Berisi uraian umum mengenai tugas, fungsi dan wewenang Deputi Bidang Investigasi, aspek strategis, kegiatan dan layanan produk, struktur organisasi serta sistematika penyajian. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Berisi uraian singkat mengenai Rencana Strategis (Renstra) 2010 2014 yang menggambarkan visi, misi, tujuan, sasaran strategis, Indikator Kinerja Utama (IKU), serta program dan kegiatan Deputi Bidang Investigasi. Bab ini juga menguraikan mengenai Penetapan Kinerja (Tapkin) yang menggambarkan kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai target program serta pencapaian indikator keberhasilannya tahun anggaran 2014. AKUNTABILITAS KINERJA Berisi uraian mengenai capaian dan analisis masing-masing indikator kinerja utama dan penjelasan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam mendukung capaian IKU. PENUTUP Berisi uraian singkat mengenai keberhasilan dan kegagalan, permasalahan dan kendala utama yang berkaitan dengan kinerja kedeputian, serta langkah-langkah perbaikan kinerja yang akan dilaksanakan pada tahun mendatang. Deputi Bidang Investigasi 9

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Rencana Strategis Tahun 2010-2014 Rencana Strategis (Renstra) merupakan suatu bentuk perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 5 tahun, bersifat taktis strategis yang menjabarkan strategis pelaksanaan tugas dan fungsi yang akan dilaksanakan oleh Deputi Bidang Investigasi. Rencana Strategis Deputi Bidang Investigasi Tahun 2010-2014 tidak terlepas dari Rencana Strategis Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan yang disusun dengan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 2014 yang telah ditetapkan dengan Peraturan Presiden No.5 Tahun 2010 pada tanggal 15 Maret 2010. Rencana Strategis memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta program, dan kegiatan dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Rencana Strategis Tahun 2010-2014 diselaraskan dengan restrukturisasi program yang dilakukan oleh Bappenas dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada tanggal 28 Agustus 2008. 1. Pernyataan Visi Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bebas dari KKN, kepada pemerintah diamanatkan untuk mengimplementasikan dan menegakkan kebijakan dan program anti korupsi secara bertahap dan sistematis, mengembangkan lingkungan sosial yang anti korupsi, memperluas dan mengembangkan partisipasi warga negara, mengembangkan infrastruktur anti korupsi, meningkatkan Deputi Bidang Investigasi 10

pembaharuan administrasi pada bidang-bidang rawan korupsi dalam rangka membangun good governance dalam pengelolaan pemerintahan dan pembangunan di Indonesia. Semangat reformasi tersebut menjadi inspirasi bagi BPKP sebagai pengawas internal pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden untuk mereposisi dan meredefinisi perannya agar dapat mendorong terwujudnya sistem pengawasan nasional yang efektif. Reposisi dan redefinisi peran BPKP ini diharapkan mampu meningkatkan efektivitas sistem pengawasan nasional dalam memberantas KKN dan mendorong terwujudnya good governance baik dalam sektor pemerintahan maupun sektor publik. Deputi Bidang Investigasi sebagai bagian integral dari BPKP, harus ikut mereposisi dan meredefinisi perannya untuk mendukung visi BPKP demi terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN serta tercapainya kelancaran pembangunan yang berkesinambungan. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Deputi Bidang Investigasi telah menetapkan visi yang menjadi arah perkembangan organisasi di masa mendatang. Visi tersebut mengacu pada kebijakan pengawasan nasional dan visi BPKP yang telah ditetapkan sebelumnya. Visi Deputi Bidang Investigasi sebagaimana dinyatakan dalam rencana strategis adalah sebagai berikut: VISI Menjadi investigator yang profesional, berintegritas dan berperan aktif dalam pemberantasan KKN dan penanggulangan hambatan kelancaran pembangunan dalam mewujudkan Good Governance Demi terwujudnya visi yang telah disepakati tersebut, Deputi Bidang Investigasi dan seluruh jajarannya mempunyai komitmen yang kuat bahwa dalam pelaksanaan tugas audit investigatif mendatang harus berani menampilkan dirinya sebagai auditor investigatif dengan mengembangkan kapabilitas, berdisiplin pada pelaksanaan tugas, menghargai waktu, berorientasi pada pencapaian hasil yang berkualitas, serta memiliki integritas moral dan etika yang lebih baik. Dengan integritas yang tinggi, Deputi Bidang Investigasi membantu pemerintah untuk mengungkap kasus-kasus Deputi Bidang Investigasi 11

yang berindikasi KKN, penanggulangan hambatan kelancaran pembangunan, dan bekerja sama dengan aparat penegak hukum dalam rangka pemberantasan KKN. Deputi Bidang Investigasi menanggapi tuntutan masyarakat terhadap pemerintah untuk melaksanakan penyelenggaraan pemerintah yang baik sejalan dengan meningkatnya tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat dari pengaruh globalisasi. 2. Pernyataan Misi Visi yang telah ditetapkan merupakan kesepakatan yang harus dilaksanakan oleh seluruh jajaran Deputi Bidang Investigasi. Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan, Deputi Bidang Investigasi menetapkan misi sebagai berikut: MISI 1 Membantu terwujudnya aparatur pemerintah yang bersih dan terselenggaranya manajemen pelaksanaan pembangunan yang baik MISI P 2 Meningkatkan kualitas hasil investigasi di bidang pemberantasan KKN dan penanggulangan Hambatan Kelancaran Pembangunan e Penetapan misi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Misi kesatu, yaitu: Membantu terwujudnya aparatur pemerintah yang bersih dan terselenggaranya manajemen pelaksanaan pembangunan yang baik Misi ini dilatarbelakangi suatu tekad bahwa untuk mengakomodasi aspirasi masyarakat yang sangat cepat berubah, dipersyaratkan suatu manajemen pemerintahan yang responsif, antisipatif, dan mampu mengarahkan masyarakat menjalani perubahan dan melakukan perbaikan perbaikan. Melalui manajemen pemerintahan yang demikian, diharapkan pemerintah dapat bekerja dengan lebih efisien, efektif, responsif dan aspiratif terhadap perubahan. Hal ini menimbulkan Deputi Bidang Investigasi 12

inspirasi bagi administrasi pemerintahan yang baik, meliputi transparansi, partisipatif, dan akuntabel. Misi kedua, yaitu: Meningkatkan kualitas hasil investigasi di bidang pemberantasan KKN dan penanggulangan Hambatan Kelancaran Pembangunan BPKP sebagai lembaga yang memiliki tugas utama melakukan pengawasan pembangunan, tidak terlepas dari kegiatan pemeriksaan yang menjadi bagian dari kegiatan pengawasan. dalam melakukan pemeriksaan, termasuk yang dilakukan atas permintaan kejaksaan atau kepolisian. BPKP melalui Deputi Bidang Investigasi harus dapat berperan aktif membantu manajemen pemerintah di dalam mewujudkan pemerintahan yang baik, yang salah satu tugasnya adalah melakukan pemeriksaan terhadap kasus-kasus penyimpangan yang merugikan negara dan berindikasi tindak pidana korupsi. Hal ini sejalan dengan salah satu butir misi sebagaimana diamanatkan dalam TAP MPR No.IV/MPR/1999 yang menyatakan antara lain, bahwa untuk mewujudkan visi bangsa indonesia di masa depan perlu diwujudkan Aparatur negara yang berfungsi melayani masyarakat, profesional, berdaya guna, produktif, transparan dan bebas dari KKN. Dengan peran yang sangat strategis, diharapkan Deputi Bidang Investigasi akan mampu memenuhi aspirasi atau harapan bangsa dan negara untuk mewujudkan instansi pemerintah yang akuntabel dan aparatur negara yang bersih. Dengan adanya instansi pemerintah yang akuntabel akan tumbuh budaya berakuntabilitas di seluruh jajaran pemerintahan dan juga masyarakat secara luas, yang merupakan salah satu pilar dari ciri-ciri kepemerintahan yang baik (good governance), sehingga harapan masyarakat Indonesia untuk terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN dapat segera direalisasikan. Deputi Bidang Investigasi 13

3. Tujuan Strategis Penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi yang akan dicapai dalam jangka waktu satu sampai lima tahun dituangkan dalam tujuan strategis Deputi Bidang Investigasi. Tujuan akan menjadi arah perjalanan Deputi Bidang Investigasi dan perbaikan-perbaikan yang diinginkan sesuai dengan tugas dan fungsi Deputi Bidang Investigasi. Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya, Deputi Bidang Investigasi telah menetapkan tujuan: 1) Meningkatkan pemahaman mengenai praktek-praktek penyelenggaraan Good Governance. 2) Perbaikan penyelenggaraan manajemen pelaksanaan pembangunan. 3) Terakomodasinya beberapa upaya strategi pemberantasan KKN dalam peraturan perundang-undangan. 4) Meningkatkan hasil audit investigatif sesuai dengan persyaratan hukum untuk diproses selanjutnya dan tindak lanjut atas rekomendasi evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan (HKP). 5) Meningkatkan kapasitas Sarana dan Prasarana penunjang kegiatan penanganan kasus KKN dan Hambatan Kelancaran Pembangunan (HKP). 4. Sasaran Strategis Berdasarkan tujuan tersebut diatas, Deputi Bidang Investigasi menetapkan sasaran strategis yang merupakan ukuran pencapaian dari tujuan dan mencerminkan berfungsinya outcome dari semua program yang telah ditetapkan. Sasaran strategis yang ditetapkan Deputi Bidang Investigasi untuk Tahun 2010-2014 beserta targetnya adalah sebagai berikut: Deputi Bidang Investigasi 14

Tabel 2.1 SASARAN STRATEGIS No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja 1. 2. Meningkatnya kualitas 1 LKPP, 90% LKKL, dan 90% LKPD Meningkatnya kesadaran dan keterlibatan K/L, Pemda, BUMN/BUMD dalam upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi Persentase masukan yang dimanfaatkan Presiden Persentase pemahaman dan kepedulian atas permasalahan korupsi IPP/IPD/BUMN/ BUMD berisiko fraud yang mengimplementasikan FCP IPP/IPD/BUMN/BUMD yang membuat/ mengoreksi kebijakan Persentase terselesaikannya kasus HKP, klaim, dan penyesuaian harga Persentase penyerahan kasus kepada instansi penegak hukum Hasil audit investigasi yang ditindaklanjuti oleh Instansi Berwenang Persentase telaahan terhadap laporan penugasan investigasi yang memenuhi standar Reviu terhadap laporan dan pengaduan masyarakat ditindaklanjuti Target 2010 2014 70% 70% 70% 80% 10 instansi 10 instansi 14 instansi 5 instansi 80% 84% 85% 85% 20% 50% 80% 90% 10% 10% 5. Indikator Kinerja Utama Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dengan memperhatikan sumber daya organisasi dan kondisi lingkungan, Deputi Bidang Investigasi menetapkan program dan kegiatan dalam Renstra yang dinyatakan dalam suatu indikator kinerja yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan berjangka waktu. Keberhasilan program diukur dengan indikator hasil (outcome), sedangkan keberhasilan kegiatan diukur dengan menggunakan indikator keluaran (output). Indikator Kinerja Utama (IKU) Deputi Bidang Investigasi adalah sebagai berikut: Deputi Bidang Investigasi 15

Tabel 2.2 TARGET INDIKATOR OUTCOME TAHUN 2010-2014 Indikator Outcome No. Program Utama Uraian Satuan Target 2010 2011 2012 2013 2014 1. Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Persentase masukan yang dimanfaatkan Presiden % 70 70 70 70 70 Sasaran Outcome Meningkatnya kualitas 1 LKPP, 90% LKKL, dan 90% LKPD Persentase pemahaman dan kepedulian atas permasalahan korupsi % 70 73 75 77 80 2. Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Sasaran Outcome Meningkatnya kesadaran dan keterlibatan K/L, Pemda, BUMN/BUMD dalam upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi menjadi 77% IPP/IPD/ BUMN/ BUMD berisiko fraud yang mengimplementasikan FCP IPP/IPD/ BUMN/ BUMD yang membuat/ mengoreksi kebijakan Persentase terselesaikannya kasus HKP, klaim, dan penyesuaian harga Persentase penyerahan kasus kepada instansi penegak hukum Hasil audit investigasi yang ditindaklanjuti oleh Instansi Berwenang Persentase telaahan terhadap laporan penugasan investigasi yang memenuhi standar Instansi 10 11 12 13 14 Instansi 10 8 6 6 5 % 80 82 84 84 84 % 85 85 85 85 85 % 20 25 30 40 50 % 80 82 85 87 90 Reviu terhadap laporan dan pengaduan masyarakat ditindaklanjuti % 10 10 10 10 10 Deputi Bidang Investigasi 16

Tabel 2.3 INDIKATOR KINERJA OUTPUT TAHUN 2010-2014 No. Outcome Indikator Output Satuan Target 2010 2011 2012 2013 2014 1. Persentase pemahaman dan kepedulian atas Permasalahan Korupsi Laporan Hasil Sosialisasi Program Anti Korupsi Laporan 247 169 259 346 341 2. IPP/IPD/BUMN/BUM D berisiko fraud yang mengimplementasika n Fraud Control Plan (FCP) Laporan Hasil Bimtek/Asistensi/ Implementasi FCP Laporan 110 109 103 142 141 3. IPP/IPD/BUMN/BUM D yang membuat/mengoreksi kebijakan Laporan Hasil Kajian Pengawasan Laporan 55 35 29 26 26 4. Persentase terselesaikannya kasus HKP, Klaim dan Penyesuaian Harga Laporan Hasil audit. Investigatif atas HKP, Penyesuaian Harga dan Klaim Laporan 176 190 153 146 159 5. Persentase Penyerahan kasus pada Instansi Penegak Hukum Laporan Hasil Audit Investigatif, PKKN, PKA atas permintaan instansi penyidik Laporan 1.134 1.389 1.618 1.673 1.735 6. Hasil Audit Investigatif yang ditindaklanjuti oleh Instansi Berwenang Laporan Hasil Audit Investigatif atas permintaan instansi lainnya Laporan 51 23 9 122 126 7. Persentase Telaahan Terhadap Laporan Penugasan Investigasi yang memenuhi standar Laporan hasil Peer Reviu atas Laporan Penugasan Investigasi Laporan 65 36 906 24 30 8. Reviu terhadap laporan dan pengaduan masyarakat ditindaklanjuti Laporan Hasil Reviu laporan dan pengaduan masyarakat Laporan 15 15 138 4 93 9. Persentase masukan yang direspon Presiden Laporan Hasil Pengawasan atas Permintaan Presiden Laporan 2 2 4 1 - Total 1.855 1.968 3.219 2.484 2.651 Deputi Bidang Investigasi 17

Pada Tahun 2012 target laporan hasi peer reviu atas laporan penugasan investigasi ditetapkan berdasarkan jumlah laporan hasil audit yang diterima dari Perwakilan BPKP. Sedangkan target laporan hasil reviu laporan dan pengaduan masyarakat ditetapkan berdasarkan jumlah pengaduan masyarakat yang diterima oleh Deputi Bidang Investigasi. Target laporan hasil reviu laporan dan pengaduan masyarakat pada tahun 2014 merupakan jumlah pengaduan masyarakat yang diterima oleh Deputi Bidang Investigasi dan Perwakilan BPKP. 6. Program dan Kegiatan Dengan mempertimbangkan restrukturisasi program yang dirancang oleh Bappenas, Deputi Bidang Investigasi melaksanakan Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dengan outcome meningkatnya kualitas pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan SPIP terkait kegiatan investigasi dan kegiatan teknis sebagai berikut: 1) Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP terkait keinvestigasian pada Kementrian/ Lembaga. 2) Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP terkait keinvestigasian pada BUMN/BUMD. 3) Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP terkait Hambatan Kelancaran Pembangunan. Program dan kegiatan tersebut dinyatakan dalam suatu indikator kinerja yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan berjangka waktu. Keberhasilan program diukur dengan indikator hasil (outcome), sedangkan keberhasilan kegiatan diukur dengan menggunakan indikator keluaran (output). Indikator Kinerja Utama Deputi Bidang Investigasi mempunyai tujuan: Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara Deputi Bidang Investigasi 18

dengan indikator hasil (outcome) sebagai berikut: 1) Persentase pemahaman dan kepedulian atas permasalahan korupsi. 2) IPP/IPD/BUMN/BUMD berisiko fraud yang mengimplementasikan Fraud Control Plan (FCP). 3) IPP/IPD/BUMN/BUMD yang membuat/mengoreksi kebijakan. 4) Persentase terselesaikannya kasus Hambatan Kelancaran Pembangunan (HKP), klaim, dan Penyesuaian Harga. 5) Persentase penyerahan kasus kepada Instansi Penegak Hukum. 6) Hasil audit investigatif yang ditindaklanjuti oleh Instansi Berwenang. 7) Persentase telaahan terhadap laporan penugasan investigatif yang memenuhi standar. 8) Reviu terhadap laporan dan pengaduan masyarakat ditindaklanjuti. 9) Persentase masukan yang dimanfaatkan Presiden. B. Perjanjian Kinerja Tahun 2014 Dokumen Penetapan Kinerja merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki. Dokumen ini berisi sasaran strategis, indikator kinerja utama, target kinerja, dan anggaran. Renstra Deputi Bidang Investigasi Tahun 2010-2014 dijabarkan setiap tahun ke dalam Rencana Kinerja yang berisi kegiatan-kegiatan yang terkait dengan target program yang telah ditetapkan. Rencana Kinerja dikaitkan dengan Kebijakan Pengawasan dijabarkan ke dalam usulan PKP2T (Program Kerja Pembinaan dan Pengawasan Tahunan) dan PKAU (Program Kerja Administrasi Umum). Usulan-usulan PKP2T dan PKAU yang mendapat alokasi anggaran selanjutnya digabungkan menjadi suatu Rencana Kerja Tahunan (RKT). Target dari indikator kinerja program masing-masing program ditetapkan dalam bentuk satuan yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik masingmasing indikator yang digunakan. Satuan ditetapkan dalam bentuk kuantitatif yang dapat dihitung dan diukur, sehingga dapat dinilai untuk menentukan tingkat Deputi Bidang Investigasi 19

keberhasilan dari masing-masing program. Program yang disertai dengan indikator hasil program dan indikator hasil kegiatan dituangkan dalam satu dokumen Penetapan Kinerja (Tapkin). Dalam dokumen Penetapan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2014 ditetapkan program dengan kegiatan yang akan dilaksanakan. Rincian Program berikut indikator kinerja, satuan, dan target dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2.4 PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET Outcome 70% Meningkatnya kualitas 1 LKPP, 90% LKKL, dan 90% LKPD Persentase masukan yang dimanfaatkan Presiden Output - Laporan Hasil Pengawasan atas permintaan Presiden Outcome 80% Pemahaman dan kepedulian atas permasalahan korupsi Output 342 Laporan Laporan Hasil Sosialisasi Masalah Korupsi Outcome 15 Instansi IPP/IPD/BUMN/BUMD berisiko fraud yang mengimplementasikan FCP Meningkatkan Kesadaran dan Keterlibatan K/L, Pemda, BUMN/BUMD dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi menjadi 80% Output Laporan Hasil Bimtek/Asistensi Implementasi FCP Outcome IPP/IPD/BUMN/BUMD yang membuat/mengoreksi kebijakan Output Laporan Hasil Kajian Pengawasan Outcome 84% Persentase terselesaikannya kasus HKP, eskalasi, dan klaim Output Laporan Hasil Audit Investigasi atas HKP, Eskalasi, dan Klaim Outcome 85% 141 Laporan 5 Instansi 26 Laporan 159 Laporan Deputi Bidang Investigasi 20

Persentase penyerahan kasus kepada Instansi Penegak Hukum Output 1.735 Laporan Laporan Hasil Audit Investigasi, Penghitungan Kerugian Keuangan Negara, dan Pemberian Keterangan Ahli Outcome 50% Hasil audit investigasi yang ditindaklanjuti oleh Instansi Berwenang Output Laporan Hasil Audit Investigasi atas permintaan Instansi Lainnya Outcome 90% Persentase telaahan terhadap laporan penugasan investigasi yang memenuhi standar Output Laporan Hasil Peer Review atas Laporan Penugasan Investigasi Outcome 10% Reviu terhadap laporan dan pengaduan masyarakat Output Laporan Hasil Reviu terhadap laporan dan pengaduan masyarakat 126 Laporan 30 Laporan 93 Laporan Jumlah Anggaran Kegiatan Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan SPIP 5.159.600.000,00 Deputi Bidang Investigasi 21

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas Kinerja ini merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja Deputi Bidang Investigasi dalam tahun anggaran 2014 yang ditujukan untuk memenuhi target rencana kinerja yang telah ditetapkan. Dalam uraian berikut disajikan akuntabilitas Deputi Bidang Investigasi dari aspek keuangan, Sumber Daya Manusia dan sarana prasarana sebagai unsur penunjang pencapaian sasaran yang telah ditetapkan. Evaluasi kinerja dimulai dengan pengukuran kinerja yang mencakup penetapan indikator kinerja dan penetapan capaian indikator kinerja untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pencapaian sasaran dalam rangka mewujudkan misi yang telah ditetapkan. A. Capaian Kinerja Untuk menilai tingkat pencapaian sasaran ditetapkan indikator kinerja sebagai dasar penilaian capaian sasaran. Indikator tersebut ditetapkan berdasarkan input dan output dari setiap kegiatan yang dilakukan dalam rangka pencapaian sasaran tersebut. Input dari setiap kegiatan meliputi satuan Sumber Daya Manusia dan Dana yang digunakan, sedangkan output diukur dengan satuan jumlah kegiatan, laporan dan obyek yang dihasilkan. Outcome diukur berdasarkan manfaat hasil output dari satu atau beberapa kegiatan dikaitkan dengan sasaran yang hendak dicapai. Sesuai dengan Rencana Kerja tahun 2014, Deputi Bidang Investigasi merencanakan pencapaian 1 (satu) program utama melalui 8 (delapan) indikator outcome. Secara keseluruhan, rata-rata capaian kinerja Deputi Bidang Investigasi dari 8 (delapan) indikator outcome mencapai 101,08% sebagaimana diikhtisarkan dalam tabel 3.1. Deputi Bidang Investigasi 22

Rincian capaian kinerja per indikator adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Capaian Kinerja Outcome Tahun 2014 No. Uraian Satuan Target 1. 2. 3. 4. Persentase pemahaman dan kepedulian atas permasalahan korupsi IPP/IPD/BUMN/BUMD berisiko fraud yang mengimplementasikan FCP IPP/IPD/BUMN/BUMD yang membuat/mengoreksi kebijakan Persentase terselesaikannya kasus HKP, klaim dan ekskalasi Tahun 2013 Realisasi Tahun 2014 Capaian Tahun 2014 (%) % 80 96,15 86,50 108,13 Instansi 14 13 17 120,00 Instansi 5 6 6 120,00 % 84 92,45 84,21 100,25 5. Persentase penyerahan kasus kepada instansi penegak hukum % 85 96,78 99,50 117,06 6. 7. Hasil Audit Investigatif yang ditindaklanjuti oleh Instansi Berwenang Persentase telaahan terhadap laporan penugasan investigasi yang memenuhi standar % 50 17,47 21,34 42,68 % 90 94,41 97,15 107,95 8. Reviu terhadap laporan dan pengaduan masyarakat ditindaklanjuti % 10 10,20 9,26 92,59 Rata-Rata Capaian Kinerja 101,08 Rata-rata capaian kinerja tahun 2014 sebesar 101,08% turun sebesar 4,01% dibandingkan dengan rata-rata capaian kinerja tahun 2013 sebesar 105,09%. Perkembangan capaian IKU tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 disajikan pada tabel dibawah ini: Deputi Bidang Investigasi 23

Tabel 3.2 Capaian Kinerja Outcome Tahun 2010 s.d 2014 No. Uraian Satuan 1. 2. 3. 4. 5. Persentase pemahaman dan kepedulian atas permasalahan korupsi IPP/IPD/BUMN/BUMD berisiko fraud yang mengimplementasikan FCP IPP/IPD/BUMN/BUMD yang membuat/mengoreksi kebijakan Persentase terselesaikannya kasus HKP, klaim dan ekskalasi Persentase penyerahan kasus kepada instansi penegak hukum Capaian Outcome (%) 2010 2011 2012 2013 2014 % 139,03 130,93 127,73 124,87 108,13 Instansi 110,00 118,18 100,00 100,00 120,00 Instansi 110,00 100,00 133,33 100,00 120,00 % 122,40 106,07 119,05 110,06 100,25 % 106,31 98,15 115,25 113,86 117,06 6. 7. 8. 9. Hasil Audit Investigatif yang ditindaklanjuti oleh Instansi Berwenang Persentase telaahan terhadap laporan penugasan investigasi yang memenuhi standar Reviu terhadap laporan dan pengaduan masyarakat ditindaklanjuti Persentase masukan yang direspon Presiden % 150,00 86,32 133,20 43,68 42,68 % 108,90 118,85 114,56 108,52 107,95 % 137,90 241,00 93,80 102,00 92,60 % 142,86 142,86 107,14 142,86 0 Rata-Rata Capaian Kinerja 125,27 126,93 116,01 105,09 101,08 Rata-rata capaian outcome tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 menurun tetapi selalu melampaui 100%. Indikator kinerja outcome tahun 2014 dicapai melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Deputi Bidang Investigasi dan Perwakilan BPKP, dengan indikator kinerja output sebagaimana terdapat pada tabel 3.3 Deputi Bidang Investigasi 24

Tabel 3.3 Capaian Kinerja Output Tahun 2014 No. Uraian Satuan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Laporan Hasil Sosialisasi Program Anti Korupsi Laporan Hasil Bimtek/Asistensi/Evaluasi atas Implementasi FCP Laporan Hasil Kajian Pengawasan Laporan Hasil Audit Investigatif Hambatan kelancaran pembangunan, Penyesuaian Harga, dan Klaim Laporan hasil Audit Investigatif, Penghitungan Kerugian Keuangan Negara, dan Pemberian Keterangan Ahli Hasil Audit Investigatif atas permintaan Instansi Lain Target Tahun 2014 Tahun 2013 Realisasi Tahun 2014 Capaian Tahun 2014 (%) Laporan 144 236 164 113,89 Laporan 3 4 6 120,00 Laporan 1 1 8 120,00 Laporan 16 16 21 120,00 Laporan 113 115 160 120,00 Laporan 3 2 7 120,00 7. 8. 9. Laporan Hasil Peer Reviu atas Laporan Penugasan Investigasi Laporan Hasil Reviu atas Pengaduan Masyarakat Laporan Hasil Pengawasan atas Permintaan Presiden Laporan 30 17 30 100,00 Laporan 24 5 20 83,33 Laporan - 1 - - Jumlah 334 397 416 112,15 B. Analisis Capaian Kinerja Tujuan Strategis 1 Meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan negara. Sasaran Strategis Meningkatnya kualitas 1 LKPP, 95% LKKL, dan 95% LKPD. Deputi Bidang Investigasi 25

Tujuan ini dicapai melalui penugasan pengawasan atas permintaan Presiden. Outcome yang diharapkan adalah persentase masukan yang dimanfaatkan Presiden. Latar belakang dilaksanakannya penugasan pengawasan atas permintaan Presiden adalah adanya perubahan arah kebijakan pemerintah untuk melakukan reformasi total tata pemerintahan menuju good governance dan clean goverment. Sehubungan dengan hal tersebut, Deputi Bidang Investigasi merespon tuntutan stakeholders khususnya Presiden dengan memberi masukan atas kasus hukum pejabat publik dan menyampaikan hasil pengawasannya kepada Presiden. Pada tahun 2014 Deputi Bidang Investigasi tidak melaksanakan penugasan pengawasan atas permintaan Presiden. Target dan realisasi persentase masukan yang dimanfaatkan Presiden dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut. Tabel 3.4 Target dan Realisasi IKU Persentase masukan yang dimanfaatkan Presiden Tahun 2010 s.d 2013 No. Tahun Laporan Hasil Pengawasan atas Permintaan Presiden Target Realisasi Capaian (%) 1. 2010 70,00 100,00 142,86 2. 2011 70,00 100,00 142,86 3. 2012 70,00 75,00 107,14 4. 2013 70,00 100,00 142,86 Grafik 3.1 Target dan Realisasi IKU Persentase masukan yang dimanfaatkan Presiden Tahun 2010 s.d 2013 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00-2010 2011 2012 2013 TARGET 70,00 70,00 70,00 70,00 REALISASI 100,00 100,00 75,00 100,00 Deputi Bidang Investigasi 26

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa realisasi tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 selalu melampaui target yang telah ditetapkan. Grafik 3.2 Capaian IKU Persentase masukan yang dimanfaatkan Presiden Tahun 2010 s.d 2013 160,00 140,00 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00-2010 2011 2012 2013 Capaian 142,86 142,86 107,14 142,86 Dari grafik tersebut terlihat capaian outcome tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 cenderung stabil. Pada tahun 2012 capaian outcome rendah dibandingkan dengan tahun 2010, 2011, dan 2013 tetapi realisasi outcome diatas 100%. Realisasi outcome tersebut didukung kegiatan pengawasan atas permintaan Presiden. Target dan realisasi penugasan pengawasan atas permintaan Presiden dari tahun 2010 s.d 2013 adalah sebagai berikut: Tabel 3.5 Target dan Realisasi output Laporan Hasil Pengawasan atas Permintaan Presiden Tahun 2010 s.d 2013 No. Tahun Laporan Hasil Pengawasan atas Permintaan Presiden Target Realisasi Capaian (%) 1. 2010 2 2 100 2. 2011 2 2 100 3. 2012 4 3 75 4. 2013 1 1 100 Penugasan pengawasan atas permintaan Presiden yang dilaksanakan oleh Deputi Bidang Investigasi diantaranya adalah Melakukan Stock Opname Paket LPG Deputi Bidang Investigasi 27

Tabung 3 kg di Gudang PT Pertamina Regional II dan Regional IV, Pemeriksaan dan Penghitungan Kerugian pada Pendapatan Negara a.n terdakwa Suwir Laut alias Liu Che Sui (Tax Manager Asian Agri Group), dan Uji petik pendistribusian paket perdana LPG 3 kg. Tujuan Strategis 2 Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara. Sasaran Strategis Meningkatkan Kesadaran dan Keterlibatan K/L, Pemda, BUMN/BUMD dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi menjadi 80%. Indikator Kinerja Utama (IKU) yang tetapkan untuk menilai capaian sasaran strategis ini adalah: 1. Persentase pemahaman dan kepedulian atas permasalahan korupsi. 2. IPP/IPD/BUMN/BUMD berisiko fraud yang mengimplementasikan FCP. 3. IPP/IPD/BUMN/BUMD yang membuat/mengoreksi kebijakan. 4. Persentase terselesaikannya kasus HKP, klaim, dan penyesuaian harga. 5. Persentase penyerahan kasus kepada Instansi Penegak Hukum. 6. Hasil audit investigatif yang ditindaklanjuti oleh Instansi Berwenang. 7. Persentase telaahan terhadap laporan penugasan investigasi yang memenuhi standar. 8. Reviu terhadap laporan dan pengaduan masyarakat ditindaklanjuti. Uraian masing-masing capaian indikator tersebut adalah sebagai berikut: 1. Persentase pemahaman dan kepedulian atas permasalahan korupsi Dalam rangka pencapaian tujuan meningkatkan pemahaman mengenai praktek-praktek penyelenggaraan good governance, Deputi Bidang Investigasi menetapkan suatu sasaran berupa peningkatan pemahaman publik terhadap permasalahan korupsi. Penetapan sasaran tersebut, diharapkan akan meningkatkan kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsi. Indikator outcome berupa persentase pemahaman dan kepedulian atas permasalahan korupsi ditetapkan untuk mengukur tingkat pemahaman publik atas Deputi Bidang Investigasi 28

permasalahan korupsi. Tingkat pemahaman publik atas permasalahan korupsi tersebut dihitung berdasarkan rata-rata tingkat pemahaman dan tingkat kepedulian peserta sosialisasi Program Anti Korupsi (SosPAK). Pada tahun 2014 indikator kinerja outcome ditetapkan sebesar 80%. Capaian outcome diukur dari rata-rata tingkat pemahaman dan tingkat kepedulian dari peserta SosPAK terhadap permasalahan korupsi. Pada tahun 2014 tingkat pemahaman peserta sebesar 5,18 atau 86,33% dari skala 6 dan tingkat kepedulian sebesar 5,20 atau 86,67% dari skala 6. Realisasi persentase pemahaman dan kepedulian atas permasalahan korupsi adalah rata-rata dari 86,33% ditambah 86,67% yaitu sebesar 86,50% atau mencapai 108,13% dari target 80%. Faktor pendukung tercapainya outcome adalah adanya kerjasama yang baik antara BPKP dengan Aparat Penegak Hukum (APH) dan Instansi Lain sebagai narasumber kegiatan SosPAK, serta perguruan tinggi yang menginginkan mencetak akademisi-akademisi cerdas yang berbudi luhur yang ikut berperan aktif dalam usaha pemberantasan korupsi. Realisasi sebesar 86,50% mengalami penurunan sebesar 9,65% dari realisasi tahun 2013 sebesar 96,15%. Capaian sebesar 108,13% lebih rendah sebesar 16,74% dibandingkan dengan capaian tahun 2013 sebesar 124,87%. Keberhasilan indikator persentase pemahaman dan kepedulian atas permasalahan korupsi dalam periode Renstra 2010-2014 dinilai dengan cara membandingkan capaian akhir periode Renstra 2010-2014 dengan capaian pada akhir periode Renstra sebelumnya atau membandingkan capaian tahun 2014 dengan capaian 2009. Capaian pada tahun 2014 sebesar 108,13% dibandingkan dengan capaian pada tahun 2009 sebesar 129,26% mengalami penurunan, namun nilai capaian tersebut masih diatas 100%. Target dan realisasi persentase pemahaman dan kepedulian atas permasalahan korupsi dari tahun 2010 s.d 2014 adalah sebagai berikut: Deputi Bidang Investigasi 29

Tabel 3.6 Target dan Realisasi IKU Persentase Pemahaman dan Kepedulian atas Permasalah Korupsi Tahun 2010-2014 No. Tahun Persentase Pemahaman dan Kepedulian atas Permasalahan Korupsi Target (%) Realisasi (%) Capaian (%) 1. 2010 70,00 97,32 139,03 2. 2011 73,00 95,58 130,93 3. 2012 75,00 95,80 127,73 4. 2013 77,00 96,15 124,87 5. 2014 80,00 86,50 108,13 Target dan realisasi tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 dapat digambarkan dengan grafik berikut: Grafik 3.3 Target dan Realisasi IKU Persentase pemahaman dan kepedulian atas permasalahan korupsi Tahun 2010 s.d 2014 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00-2010 2011 2012 2013 2014 TARGET 70,00 73,00 75,00 77,00 80,00 REALISASI 97,32 95,58 95,80 96,15 86,50 Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa selama periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 realisasi IKU selalu melampaui target yang telah ditetapkan. Perkembangan capaian dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 terlihat pada grafik berikut: Deputi Bidang Investigasi 30

Grafik 3.4 Perkembangan Capaian IKU Persentase pemahaman dan kepedulian atas permasalahan korupsi Tahun 2010 s.d 2014 160,00 140,00 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 2010 2011 2012 2013 2014 Capaian 139,03 130,93 127,73 124,87 108,13 Dari grafik tersebut terlihat bahwa tingkat pemahaman dan kepedulian atas permasalahan korupsi selama periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 menurun dari tahun ke tahun tetapi selalu melebihi target yang telah ditetapkan. Capaian outcome tahun 2014 sebesar 108,13% menyerap dana sebesar Rp1.011.132.000,00 atau 49,66% dari anggaran sebesar Rp2.035.994.000,00 dan menggunakan SDM sebesar 1.972 OH atau 68,19% dari target sebesar 2.892 OH. Dilihat dari sisi penggunaan dana dan OH, pencapaian outcome tersebut dapat dikatakan efisien karena penggunaan dana 49,66% dan OH sebesar 68,19% lebih rendah dibandingkan dengan capaian outcome sebesar 108,13%. Capaian outcome persentase pemahaman dan kepedulian atas permasalahan korupsi didukung oleh kegiatan dibawah ini: Tabel 3.7 Target dan Realisasi output Laporan Hasil Sosialisasi Program Anti Korupsi Tahun 2014 NO 1. URAIAN Sosialisasi Program Anti Korupsi (SosPAK) OUTPUT TARGET REALISASI % 35 35 100,00 2. Forum Investigasi 35 35 100,00 3. Koordinasi Hasil Pengawasn 134 133 99,25 4. Penyamaan Persepsi 95 114 120 5. Pembinaan/Quality Assurance 43 45 104,65 JUMLAH 342 362 105,85 Deputi Bidang Investigasi 31

Uraian masing-masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut: a. Sosialisasi Program Anti Korupsi (SosPAK) Undang-Undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Pasal 6, Ayat 1 menyatakan bahwa Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Dengan demikian, Presiden sebagai Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara bertanggung jawab untuk mencegah terjadinya korupsi pada pengelolaan keuangan Negara. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) selaku auditor internal pemerintah, yang bertanggung jawab kepada Presiden, mempunyai tugas untuk menjaga agar keuangan negara terselamatkan dari bahaya laten korupsi dengan mengembangkan strategi pemberantasan korupsi melalui pendekatan tiga pilar yaitu, preventif, investigatif dan edukatif. Strategi preventif merupakan upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan dengan cara mencegah terjadinya korupsi. Strategi investigatif dilakukan untuk mendeteksi kejadian korupsi atau dilakukan setelah tindakan korupsi terjadi. Sedangkan, strategi pre-emtif/edukatif merupakan strategi yang bertujuan untuk menumbuhkan peran serta masyarakat dalam memerangi korupsi sesuai dengan kapasitasnya masing-masing sehingga masyarakat mengetahui, memahami, dan peduli terhadap tindakan penyimpangan yang mengarah pada perbuatan korupsi. Strategi edukatif dilandasi suatu pemikiran bahwa kejadian korupsi dapat dimulai, difasilitasi, didorong, dilaksanakan, dipengaruhi, dihambat, dicegah, dan diketahui oleh individu di luar organisasi (anggota masyarakat). Oleh karena itu, kepedulian individu/publik (public awareness) perlu ditingkatkan agar dapat berperan dalam menyelesaikan permasalahan korupsi sesuai dengan fungsinya masing-masing. Melalui strategi edukatif ini, BPKP khususnya Deputi Bidang Investigasi mengajak masyarakat untuk bersamasama memerangi korupsi, yaitu mengajak untuk tidak menjadi pelaku korupsi, mengajak agar terhindar dari korban pelaku korupsi, maupun mengajak untuk berpartisipasi mencegah dan mendeteksi korupsi. Deputi Bidang Investigasi 32