PENGARUH PENAMBAHAN NATRIUM KARBONAT SEBAGAI ANTIKOAGULAN LATEKS (Havea bracileansis)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH BEBERAPA JENIS BAHAN PENGGUMPAL LATEKS DAN HUBUNGANNYA DENGAN SUSUT BOBOT, KADAR KARET KERING DAN PLASTISITAS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGGUNAAN NATRIUM HIDROKSDA (NaOH) SEBAGAI ZAT ANTIKOAGULAN LATEKS (Hevea brasiliensis) RIGUAN EPENDI*, AKHYAR ALI, DAN FAJAR RESTUHADI

PETANI DI BABEL MASIH MENGGUNAKAN TAWAS SEBAGAI KOAGULAN LATEKS

TINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet

II. TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang

TINJAUAN PUSTAKA. nabati yang penting di Indonesia. Kelapa minyak sawit mengandung kurang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

PENENTUAN KUALITAS AIR

PENERAPAN IPTEKS PERBANDINGAN ASAM ASETAT DENGAN ASAM FORMIAT SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS. Oleh Rudi Munzirwan Siregar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

4. Hasil dan Pembahasan

PENGARUH VOLUME KOAGULAN, WAKTU KONTAK DAN TEMPERATUR PADA KOAGULASI LATEKS DARI KAYU KARET DAN KULIT KAYU KARET

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit

PENGARUH WAKTU TERHADAP KESTABILAN INTENSITAS BERKAS CAHAYA PADA LATEKS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN IE KULOH SIRA SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL DAN PENGENDAP SUSU KEDELAI. Salmyah *) ABSTRAK

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

PENENTUAN PLASTISITAS AWAL DAN PLASTISITAS RETENSI INDEKS KARET. Rudi Munzirwan Siregar

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :

SOAL KIMIA 1 KELAS : XI IPA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. produksinya pun lebih lambat (setyamidjaja, 1993). besar. Tinggi pohon dewasa mencapai m. Batang tanaman biasanya

Pengaruh Dosis Serum Lateks terhadap Koagulasi Lateks (Hevea brasiliensis) (The Effect of Dose Latex Serum to Latex Coagulation [Hevea brasiliensis])

dari reaksi kimia. d. Sumber Aseptor Elektron

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

R E A K S I U J I P R O T E I N

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

BAB II LANDASAN TEORI

PENGGUNAAN EKSTRAK BUAH RAMBUTAN SEBAGAI PENGGUMPAL LATEKS PASCA PANEN (STUDI PENGARUH VOLUME,WAKTU DAN PH PENCAMPURAN)

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

merupakan komponen terbesar dari semua sel hidup. Protein dalam tubuh pembangun, dan zat pengatur dalam tubuh (Diana, 2009). Protein sangat penting

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asam asetat dalam ilmu kimia disebut juga Acetid acid (Acidum aceticum), akan

Prarancangan Pabrik Pentaeritritol dari Asetaldehid dan Formaldehid dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi karet alam dunia 8,307 juta ton. Diprediksi produk karet alam

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) Banyumas 53171

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

Tabel 3. Hasil uji karakteristik SIR 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mutu air adalah kadar air yang diperbolehkan dalam zat yang akan

HASIL DAN PEMBAHASAN. a b c. Pada proses pembentukan magnetit, urea terurai menjadi N-organik (HNCO), NH + 4,

PENENTUAN BILANGAN VOLATILE FATTY ACID (VFA) DALAM LATEKS KEBUN PADA PEMBUATAN KARET REMAH KARYA ILMIAH RAHMA TIA HARAHAP

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

PEMANFAATAN SARI MENGKUDU SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67

PENGARUH PENGGUNAAN NANAS DAN UMBI POHON GADUNG SEBAGAI KOAGULAN TERHADAP KUALITAS BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT

perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asam asetat dalam ilmu kimia disebut juga acetid acid atau acidum aceticum,

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

KOAGULASI LATEKS DENGAN EKSTRAK GADUNG (DIOSCOREA HISPIDA DENNTS)

Transkripsi:

Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN : 2337-9952 26 PENGARUH PENAMBAHAN NATRIUM KARBONAT SEBAGAI ANTIKOAGULAN LATEKS (Havea bracileansis) Ratu Fazlia Inda Rahmayani 1, Abdul Mujala 2 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala Email: ratu_fazlia07@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan natrium karbonat sebagai antikoagulan lateks cair dari Perkebunan Karet di Nagan Raya. Sebanyak 6 sampel lateks cair disiapkan lalu ke dalam masing-masing sampel ditambahkan Na 2 CO 3. Penelitian dilakukan dengan cara memvariasikan volume Na 2 CO 3 terhadap sampel lateks cair. Pada sampel (1) sampai (7) berturut-turut ditambahkan 0, 0.25, 0.375, 0.5, 0.75 dan 1 ml Na 2 CO 3 10% w/v. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada kontrol, lateks cair hanya bertahan selama ±8 jam. Sampel (2) sampai (6) menunjukkan bahwa lateks cair dapat bertahan selama ±15 jam, sedangkan pada sampel (7) menunjukkan lateks cair bertahan hingga ±48 jam. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan 1 ml Na 2 CO 3 10% w/v terhadap sampel lateks dapat membuat lateks tetap dalam keadaan cair selama ±48 jam. Kata kunci: lateks cair, natrium karbonat, antikoagulan PENDAHULUAN Lateks merupakan cairan getah yang keluar ketika batang (kambium) pohon digores atau disadap menggunakan pisau/alat penyadap. Ada beberapa tanaman yang jika digores akan mengeluarkan cairan putih menyerupai susu, namun hanya beberapa jenis pohon saja yang menghasilkan karet seperti tanaman jenis Havea bracileansis. Industri karet sudah mulai berkembang pesat di Indonesia sejak Tahun 1990-an. Lateks diangkut dari perkebunan ke tempat pengolahan untuk diolah menjadi bahan setengah jadi ataupun bahan jadi. Namun, lateks yang dibawa ke tempat pengolahan tersebut umumnya adalah karet getah dalam bentuk padat (lateks yang telah menggumpal). Penggumpalan lateks disebabkan oleh sifat lateks yang sangat cepat menggumpal yaitu sekitar 6-8 jam setelah penyadapan. Beberapa faktor cenderung menyebabkan percepatan penggumpalan lateks secara alami seperti aktivitas mikroorganisme, guncangan, dan iklim. Zuhra (2006), menyatakan bahwa komposisi lateks Havea bracileansis dapat dilihat jika lateks disentrifugasi dengan kecepatan 18.000 rpm, yang hasilnya adalah sebagai berikut: 1) Fraksi lateks (37%): karet (isoprene), protein, lipida dan ion logam; 2) Fraksi Frey Wyssling (1-3%): karatenoid, lipida, air, karbohidrat dan inositol, protein dan turunannya; 3) Fraksi serum (48%): senyawaan nitrogen, asam nukleat dan nukleotida, senyawa organik, ion anorganik dan logam; 4) Fraksi dasar (14%): air, protein dan senyawa nitrogen, karet dan karatenoid, lipida dan ion logam. Lateks yang mengalami penggumpalan memiliki aroma yang sangat berbeda dari lateks segar yang baru disadap. Aktivitas bakteri merusak kestabilan lateks, dimana makanan bakteri adalah karbohidrat yang terdapat di fraksi serum, khususnya

Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN : 2337 9952 quebrachitol. Dengan bantuan oksigen dari udara, karbohidrat di ubah bakteri menjadi asam asetat dan asam format sehingga menyebabkan kestabilan lateks terganggu dan terjadilah penggumpalan (Puspitasari, Pangastuti dan Winarno, 2005). Adapun struktur karet alam dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Struktur Karet Alam Lateks dalam bentuk cair diperlukan untuk pembuatan barang jadi karet yang berbentuk rumit dan juga untuk membuat produk sepert lem, cat, pernis, dan tinta cetak. Untuk mencegah penggumpalan lateks, diperlukan suatu cara agar cairan lateks dapat bertahan lama tanpa berbau menyengat. Salah satunya dengan cara menambahkan zat antikoagulan sebagai upaya untuk menghambat laju prakoagulasi lateks (Chumsamrong dan Monprasit, 2007). Ammonia merupakan zat antikoagulan yang paling umum digunakan daripada zat antikoagulan lain, baik ditingkat pabrik maupun ditingkat petani (rumah pengolahan). Namun Penggunaan ammonia masih belum efektif dan efisien karena zat ammonia sangat mudah menguap, aroma yang tajam, dan harga yang relatif mahal. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan natrium karbonat (Na 2 CO 3 ) sebagai antikoagulan. Pemilihan Na 2 CO 3 sebagai koagulan karena mudah diperoleh, murah, dan tidak berbau seperti NH 3. Tindak lanjut penelitian ini dilakukan untuk menstabilisasi lateks cair Havea bracileansis menggunakan Na 2 CO 3 10% w/v sebagai zat antikoagulan dengan cara memvariasikan volume dari Na 2 CO 3. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2014. Pengambilan sampel lateks dilakukan di perkebunan karet warga Gampong Cot Peuradi Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya Provinsi Aceh. Penelitian pengaruh konsentrasi natrium karbonat sebagai antikoagulan terhadap stabilisasi lateks cair di Laboratorium Penelitian Prodi Kimia FKIP Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Populasi-Sampel Penelitian Lateks cair yang digunakan sebagai sampel diambil di kebun karet warga dengan cara melukai kambium batang karet menggunakan pisau sadap pada hari Minggu 19 Oktober 2014 pukul 07.15 WIB. Jumlah pohon karet yang dilukai ±15 batang, hasil karet sadapan tersebut di tampung di dalam tempurung kelapa. Selama ±1,5 jam dilakukan penyadapan dan penampungan lateks cair, selanjutnya disaring lateks tampungan di dalam tempurung kelapa tersebut ke dalam wadah terbuka yang bersih. Prosedur Sampel lateks cair diukur masing-masing 50 ml lalu dituangkan ke dalam 6 botol reagen 50 ml. Selanjutnya divariasikan volume natrium karbonat yang ditambahkan, yaitu ke dalam sampel (1) tidak ditambahkan Na 2 CO 3 (kontrol), (2) ditambahkan 0,25 ml, (3) 0,375 ml, (4) 0,5 ml, (5) 0,625 ml, (6) 0,75 ml Na 2 CO 3, dan (7) 1 ml Na 2 CO 3 10% w/v. Selanjutnya, keenam sampel lateks tersebut diamati 27

Ratu Fazlia Inda Rahmayani, dan Abdul Mujala penggumpalannya. Beberapa perubahan yang diamati yaitu warna, bau, dan perubahan cairan lateks. Proses pengamatan dilakukan 4-6 kali dalam 24 jam selama 48 hari. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengamatan terhadap keenam sampel penelitian yang diamati selama dua hari menunjukkan hasil bahwa sampel dalam botol reagen (0) menggumpal pada saat ±8 jam setelah penyadapan, sementara sampel dalam botol reagen (1) s.d (5) menggumpal ketika ±15 jam setelah penyadapan. Sedangkan untuk sampel dalam botol reagen (6) menggumpal ketika ±48 jam setelah penyadapan. Hal ini disebabkan adanya Na 2 CO 3 10% w/v yang berfungsi sebagai antikoagulan. Perbedaan waktu penggumpalan dari masing-masing sampel disebabkan oleh variasi volume Na 2 CO 3 yang ditambahkan pada sampel. Hasil pengamatan prakoagulasi lateks pada berbagai variasi konsentrasi Na 2 CO 3 dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa pada hari minggu pukul 18.00 sampel lateks mengalami penambahan penggumpalan dari sebelumnya. Guncangan selama perjalanan dari Nagan Raya menuju Banda Aceh sejak pukul 12.00 s.d 17.45 WIB selain itu kondisi cuaca dalam musim hujan dapat menjadi penyebab sampel lateks mengalami penambahan penggumpalan (terutama sampel kontrol). Lutfi dan Sarjiyah (2014) menyatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya prokoagulasi lateks yaitu adanya guncangan yang dapat mengakibatkan rusaknya kestabilan koloid. Lebih lanjut Purbaya, dkk (2011) juga menyatakan bahwa, musim hujan dapat mendorong terjadinya prakoagulasi yang menyebabkan rusaknya partikel koloid sehingga mempercepat penggumpalan lateks. Semua faktor tersebut dapat mempercepat prakoagulasi karena menyebabkan penurunan ph titik isoelektrik lateks menjadi <6,9. Dari hasil pengamatan juga dapat diketahui bahwa pada sampel (1) sampai (5) lateks dapat bertahan selama ±15 jam. Jika dibandingkan antara sampel (0) dan sampel yang lain, adanya penambahan natrium karbonat setelah disadap dengan tidak adanya penambahan Na 2 CO 3 menunjukkan bahwa lateks dapat bertahan selama perjalanan dengan adanya penambahan zat antikoagulan tersebut, karena pada sampel (1) tidak ditambahkan Na 2 CO 3 setelah penyadapan sehingga menyebabkan lateks mengalami penggumpalan lebih cepat. Menurut Yuliana (2005) kestabilan lateks juga dipengaruhi oleh hidratasi. Hidratasi adalah penguraian air menjadi OH - dan H + di dalam lateks. Ion OH - diserap oleh partikel karet sehingga timbul tambahan lapisan muatan negatif yang melindungi partikel karet yang menyebabkan lateks semakin stabil. Lateks akan menggumpal (koagulasi) ketika ph isoelektrik tercapai, dimana jumlah energi kinetis dari selubung protein partikel menjadi netral. Energi kinetis yang netral ini akan menjadikan hubungan antar partikel karet saling bertabrakan akibat dari Gerak Brown yang sedang berlangsung. 28

Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN : 2337 9952 Gambar 2. Bentuk partikel karet alam dalam lateks cair (Havea bracileansis) (Pristiyanti, 2006). Ependi, dkk (2015) menyatakan bahwa titik isoelektik partikel karet di dalam lateks segar ph ± 4,6. Jika ph lateks lebih rendah dari titik isoelektrik, maka selubung protein pada partikel karet akan memiliki gugus NH yang bermuatan positif. Lingkungan yang memiliki ph di atas titik isoelektrik, protein tersebut akan memiliki gugus COOH yang bermuatan negatif, seperti pada lateks segar yang mempunyai ph ± 6,8. Nilai ph lateks pada titik isoelelektrik 6,8 tersebut menyebabkan penambahan basa atau garam basa seperti Na 2 CO 3 dapat menghambat laju penggumpalan lateks. Volume dari Na 2 CO 3 yang divariasikan terhadap sampel lateks juga dapat berpengaruh terhadap prakoagulasi lateks. Ependi, dkk (2015) menjelaskan bahwa peningkatan waktu retensi antikoagulan disebabkan karena konsentrasi basa mengakibatkan ph lateks yang semakin tinggi. Nilai ph yang tinggi menjadikan lateks semakin stabil dikarenakan ph tersebut berada jauh di atas titik ph isoelektrik. Nilai ph lateks yang lebih tinggi dari ph isoelektrik lateks akan menjadikan selubung protein lateks akan bermuatan negatif yang menyebabkan gaya tolak-menolak antar partikel akan semakin tinggi. Tabel 1. Pengamatan prokoagulasi Lateks Hari/ Tanggal Pukul Sampel (WIB) 1 2 3 4 5 6 7 Minggu / 19-10-2014 08.30 - - - - - - - Minggu / 19-10-2014 11.30 + - - - - - - Minggu / 19-10-2014 18.00 Δ - - - - - - Senin / 20-10-2014 00.10 Δ + + + + + - Senin / 20-10-2014 06.00 Δ Δ Δ Δ Δ Δ - Senin / 20-10-2014 09.00 Δ Δ Δ Δ Δ Δ - Senin / 20-10-2014 11.30 Δ Δ Δ Δ Δ Δ - Senin / 20-10-2014 14.30 Δ Δ Δ Δ Δ Δ - Senin / 20-10-2014 16.20 Δ Δ Δ Δ Δ Δ - Senin / 20-10-2014 18.15 Δ Δ Δ Δ Δ Δ - Senin / 20-10-2014 22.00 Δ Δ Δ Δ Δ Δ - Selasa /21-10-2014 00.20 Δ Δ Δ Δ Δ Δ - Selasa /21-10-2014 06.50 Δ Δ Δ Δ Δ Δ + Selasa /21-10-2014 15.20 Δ Δ Δ Δ Δ Δ Δ Keterangan : (+) Lateks mulai menggumpal (-) Tidak ada penggumpalan lateks. (Δ) Lateks telah menggumpal semua dan berubah bau. Larutan Na 2 CO 3 akan mengalami hidrolisis parsial dan menghasilkan ion OH - yang dapat menjaga kestabilan lateks. Safitri (2009) menyatakan bahwa syarat zat 29

Ratu Fazlia Inda Rahmayani, dan Abdul Mujala antikoagulan yaitu harus memiliki ph yang tinggi atau bersifat basa. Ion OH - dalam zat antikoagulan akan menetralkan ion H + pada lateks, sehingga kestabilannya tetap terjaga dan tidak terjadi penggumpalan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari semua sampel yang diuji, lateks pada sampel (6) dapat bertahan tetap cair ±48 jam yaitu dengan penambahan Na 2 CO 3 10% w/v sebanyak 1 ml atau 2% dari jumlah sampel. Lutfi dan Sarjiyah (2014) menjelaskan bahwa dosis natrium karbonat yang sesuai untuk ditambahkan ke dalam lateks adalah sebanyak 0,5-1% dari jumlah sampel lateks. Namun dalam penelitian ini, penambahan Na 2 CO 3 10% w/v sebanyak 2% mampu menghambat laju prakoagulasi ±48 jam, dibandingkan dengan penambahan Na 2 CO 3 10% w/v pada kisaran 0,5-1% yang hanya dapat bertahan ±15 jam. Hasil pengamatan terhadap sampel (6) pada hari kedua sebelum mengalami penggumpalan, lateks mulai mengalami perubahan bau dari sebelumnya. Bau tersebut menunjukkan bahwa aktivitas bakteri sudah mulai bekerja untuk merusak kestabilan lateks. Lateks merupakan media yang sangat baik bagi pertumbuhan bakteri. Dalam pembuluh pohon (latex vaseel), lateks dalam kondisi steril, bakteri mulai masuk ke dalam lateks dan berkembang biak dalam lateks tersebut, hasilnya menimbulkan bau busuk (Sari, Dewi, dan Hengky., 2009). Perubahan bau yang terjadi pada sampel (6) disebabkan oleh zat antikoagulan sudah mencapai batas maksimal untuk mencegah prakoagulasi, sehingga bakteri mulai mengganggu, kestabilan lateks. PENUTUP Simpulan Penambahan Na 2 CO 3 10% w/v dapat menjaga keadaan lateks tetap cair dan penambahan 2mL dapat menstabilisasi lateks cair hingga ±48 jam. Saran Dianjurkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui volume optimum dari Na 2 CO 3 sebagai antikoagulan. DAFTAR KEPUSTAKAAN Chumsamrong, P dan Monprasit, O. 2007. Preparation, Adhesive Performance and Stability of Natural Rubber Latex Grafted with n-butylacrylate (BA) and Methyl Methacrylate (MMA). Suranaree Journal Science and Technology, Vol. 14, No. 3: 269-276. Ependi, dkk., 2015. Penggunaan Natrium Hidroksida (NaOH) sebagai Zat Antikoagulan Lateks (Havea brasiliensis). Sagu, Vol.14, No.3: 6-18. ISSN 1412-4424. Lutfi, I. dan Sarjiyah. 2014. Manajemen Agribisnis Tanaman Industri Tanaman Karet. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Purbaya, M., Sari, T. I., Saputri, C. A., dan Fajriaty, M. T. 2011. Pengaruh beberapa Jenis Bahan Penggumpalan Lateks dan Hubungannya dengan Susut Bobot, Kadar Karet Kering dan Plastisitas. Prosiding Seminar Nasional AvoER ke-3 26-27 Oktober. Palembang: Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. 30

Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN : 2337 9952 Pristiyanti, E. N. W. 2006. Pengaruh Pengembangan Partikel Karet terhadap Depolimerisasi Lateks dengan Reaksi Reduksi-Oksidasi. Bogor:IPB. Puspitasari, D. A., Pangastuti, A., dan Winarno, K. 2005. Isolasi Bakteri Pendegradasi Limbah Industri Karet dan Uji Kemampuannya dalam Perbaikan Kualitas Limbah Industri Karet. Jurnal Bioteknologi, Vol. 2 No. 2: 49-53. Safitri, K. 2009. Pengaruh ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) sebagai penggumpal lateks terhadap mutu karet. Skripsi (tidak dipublikasikan). Medan: FMIPA Universitas Sumatera Utara. Sari, T. I., Dewi, R. U., dan Hengky. 2009. Pembuatan Asap Cair dari Limbah Serbuk Gergajian Kayu Meranti sebagai Penghilang Bau Lateks. Jurnal Teknik Kimia, Vol. 16 No. 1: 31-37. Yuliana, I. 2005. Pengaruh Konsentrasi Hidroksilamin Neutral Sulfat (HNS) terhadap Viskositas Mooney pada Pembuatan Crumb Rumbber SIR 3CV di Laboratorium PT. GoodYear Sumatera Plantation Dolok-Maringir.Departemen Perindustrian dan Perdagangan RI Pendidikan Teknologi Kimia Industri. Medan. Zuhra, C. F. 2006. Karet (Karya Ilmiah). Departemen Kimia Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara. 31