PENGGUNAAN EKSTRAK BUAH RAMBUTAN SEBAGAI PENGGUMPAL LATEKS PASCA PANEN (STUDI PENGARUH VOLUME,WAKTU DAN PH PENCAMPURAN)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGGUNAAN EKSTRAK BUAH RAMBUTAN SEBAGAI PENGGUMPAL LATEKS PASCA PANEN (STUDI PENGARUH VOLUME,WAKTU DAN PH PENCAMPURAN)"

Transkripsi

1 PENGGUNAAN EKSTRAK BUAH RAMBUTAN SEBAGAI PENGGUMPAL LATEKS PASCA PANEN (STUDI PENGARUH VOLUME,WAKTU DAN PH PENCAMPURAN) Farida Ali, Merry Helina, Yulia Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya ABSTRACT The using of rambutan fruit extract as a latex coagulant was investagated.. Shynthetic organic acids which are commonly used are expensive and therefore it is necessary to do research about the use of extract rambutan fruit for obtaining natural rubber,the research was conducted in several ways. This research is done by coagulate latex with extract of seed and seedless rambutan that have variation of extract rambutan volume ( ; and ml) at volume of latex ml and volume of latex ( ; and ml) at volume of extract rambutan ml, variation of time mixed ( ; ; 8 ; ; ; and hour), and variation of ph ( ; and 9)) to get volume, time mixing and ph optimum. Volume of extract rambutan ml at volume of latex ml and volume of extract rambutan ml at volume of latex ml, time mixed hour and ph at volume of extract rambutan ml at volume of latex ml and ph at volume of extract rambutan ml at volume of latex ml obtained a maximal crumb rubber. Key words : coagulation, latex, extract of rambutan. ABSTRAK Penggunaan ekstrak buah rambutan sebagai koagulan lateks telah diteliti. Asam-asam organik sintetis yang biasa digunakan selama ini mahal harganya,karena itu diteliti dengan menggunakan ekstrak rambutan sebagai alternative pengganti. Penelitian ini dilakukan dengan cara membekukan lateks dengan ekstrak rambutan berbiji dan tidak berbiji dengan perlakuan variasi volume ekstrak rambutan ( ; dan ml) pada volume lateks ml dan volume lateks ( ; dan ml) pada volume ekstrak rambutan ml, variasi waktu pencampuran ( ; ; 8 ; ; ; dan jam),dan variasi ph ( ; dan 9) untuk mendapatkan volume, waktu pencampuran dan ph optimum. Volume rambutan ml pada volume lateks ml dan volume rambutan ml pada volume lateks ml, waktu pencampuran jam, dan ph pada saat volume rambutan ml pada volume lateks ml dan ph pada saat volume rambutan ml pada volume lateks ml diperoleh karet kering yang maksimal. Kata Kunci : koagulasi, lateks, ekstrak rambutan. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting baik untuk lingkup internasional dan terutama di Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah satu hasil perkebunan yang terkemuka karena banyak menunjang perekonomian Negara., khususnya Sumatera Selatan. Karet alam diperoleh dari lateks pohon karet (Hevea brasiliensis). Karet alam menghasilkan lateks atau emulsi lateks yang merupakan suatu sistem emulsi, dengan partikel karet (isoprena) sebagai fasa terdispersi dan air sebagai fasa pendispersi serta emulgator protein. Karet dapat terkoagulasi secara alamiah biasanya terjadi karena pencemaran oleh mikroba yang terdapat pada pisau sadap, talang, mangkok sadap, udara sekeliling dan sebagainya. Penggumpalan secara alamiah membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu sekitar 8 jam. Maka biasanya digunakan alat atau bahan pembantu untuk menggumpalkan Jurnal Teknik Kimia, No., Vol., April 9

2 lateks agar proses penggumpalannya tidak membutuhkan waktu yang lama. Koagulasi lateks adalah suatu tahap yang sangat penting pada pengolahan karet alam, biasanya penggumpalan dilakukan dengan menggunakan asam, seperti asam sulfat dan asam format. Penggunaan senyawaan kimia ini banyak menimbulkan dampak negatif terhadap alam karena itu perlu dicari alternatif lain dalam menggumpalkan lateks yang tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan.. Rumusan Masalah Permasalahan yang akan ditinjau adalah mengenai penambahan ekstrak rambutan berbiji dan tidak berbiji sebagai bahan pengganti asam sintetis terhadap koagulasi lateks yang dihasilkan. Oleh karena itu harus dicari faktor-faktor yang mempengaruhi penggumpalan lateks dan kondisi optimum dari masing-masing faktor seperti: volume buah rambutan berbiji dan tidak berbiji, waktu pencampuran, dan ph ekstrak rambutan untuk mendapatkan hasil yang maksimal... Tujuan Penelitian. Memanfaatkan buah rambutan sebagai bahan pengumpalan lateks untuk menggantikan asam sintetis.. Menentukan pengaruh volume ekstrak rambutan terhadap berat karet yang dihasilkan.. Menentukan pengaruh waktu pencampuran terhadap berat karet yang dihasilkan.. Menentukan pengaruh ph ekstrak rambutan terhadap berat karet yang dihasilkan.. Manfaat Penelitian. Sebagai informasi pemanfaatan buah rambutan yang masih belum terpikirkan untuk digunakan sebagai bahan penggumpalan lateks.. Mengurangi resiko saat penggunaan asam sintetis yang berbahaya. II. TINJAUAN PUSTAKA Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi kesusuan (dikenal sebagai latex) di getah pada beberapa jenis tumbuhan tetapi dapat juga diproduksi secara sintetis Lateks karet adalah suspensi koloid poliisopren yang diperoleh dari tumbuhan Hevea bransiliensis. Berikut ini komposisi lateks Hevea Bransiliensis Komposisi Lateks Hevea Bransiliensis : Komposisi Jumlah (%) Hidrokarbon karet - Protein,9 -, Asam lemak,9 - Gula -, Air, -, Kadar Abu, -, Sumber : Premamoy Ghosh, Rambutan (Nephellium lappacveum) merupakan tanaman buah-buahan tropika yang berasal dari Asia Tenggara. Lahan di tanah air yang memiliki iklim tropis basah merata sepanjang tahun merupakan lahan pusat penyebaran tanaman rambutan dimana sebagian besar berasal dari pulau Jawa, Sumatra, dan Kalimantan. Rambutan banyak tumbuh di Sumatera Selatan, biasanya berbuah sepanjang tahun,merupakan buah yang sangat popular, digemari, dan dinikmati sebagai buah segar maupun buah olahan.buah rambutan selain memiliki bentuk dan warna menarik bulat,merah kekuninganatau mera menyala rasanyapun cukup khas kenyal, renyah manis, dan segar. Nilai gizi buah rambuatn cukup tinggi,khususnya kandungan vitamin C. Komposisi Daging Buah Rambutan Unsur Penyusunan Daging Buah Kadar dalam gram Air 8, gram Protein, gram Lemak, gram Glukosa,8 gram Sukrosa 9,9 gram Fruktosa, gram Pati gram Serat makanan,8 gram Asam malat, gram Asam sitrat, gram Abu, gram Energi 97, KJ Vitamin C,7 mg Thiamin, mg Riboflavin,7 mg Niacin, mg Mineral: K, mg Na, mg Ca, mg Mg, mg Fe,8 mg Zn, mg P, mg Bahan-bahan yang dapat dimakan,% Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid, sehingga kestabilan sistem koloid menjadi hilang. Ada beberapa hal yang Jurnal Teknik Kimia, No., Vol., April 9

3 menyebabkan terjadinya koagulasi pada system koloid diantaranya karena ada pengaruh pemanasan, pendinginan, penambahan elektrolit dan karena proses elektroforensis yang berlangsung lama.. Koagulasi atau penggumpalan lateks merupakan peristiwa fase sol menjadi gel dengan pertolongan bahan penggumpal yang lazimnya dinamakan koagulan. Penggumpalan lateks dapat terjadi karena penurunan muatan listrik atau dehidratasi. Penurunan muatan listrik dapat terjadi karena penurunan ph lateks (penambahan asam H + ) dan pengaruh enzim. Penggumpalan lateks menurut prinsip dehidratasi di lakukan dengan menambahkan bahan yang dapat menyerap lapisan molekul air di sekeliling partikel karet yang bersifat pelindung. Bahan tersebut misalnya alkohol, aseton dan sebagainya. Penurunan ph lateks dapat terjadi karena terbentuk asam-asam hasil penguraian bakteri atau penambahan asam format (asam semut). Penurunan ph sampai ke titik isoelektrik menyebabkan partikel karet kehilangan muatan sehingga lateks menggumpal tidak mantap disebut daerah potensial stabilitas kritis atau daerah tidak mantap, yaitu daerah pada ph yang berkisar,7,. III. METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Universitas Sriwijaya Indralaya yang berlangsung pada tanggal Februari 9 sampai dengan 8 Februari 9. Alat dan bahan Alat yang digunakan: Gelas kecil, erlenmeyer, corong, batang pengaduk, kertas saring, blender, neraca analitis, oven, ph meter, plastik. Bahan yang digunakan: Lateks segar,ekstrak buah rambutan berbiji dan tidak berbiji. Prosedur Penelitian Sampling Rambutan blender sampai hancur,lalu disaring dengan kertas saring hingga keluar air rambutan lalu ditampung suatu wadah setelah itu diukur phnya. Lateks karet ditampung dalam suatu wadah,kemudian disaring untuk dipisahkan kotorannya. Rancangan Penelitian Dengan menggunakan ekstrak rambutan, lateks akan menggumpal dengan baik dimana dilakukan percobaan dengan membandingkan ekstrak rambutan tidak berbiji dan ekstrak rambutan berbiji. Dengan memvariasikan volume ekstrak rambutan kemudian didapatkan volume optimum dimana karet yang dihasilkan akan lebih banyak,kemudian memvariasikan waktu pencampuran antara ekstrak rambutan dan lateks karet, untuk mendapatkan hasil penggumpalan karet yang optimal. Divariasikan lagi dengan ph ekstrak rambutan yang dapat menggumpalkan lateks karet secara optimal. Masing-masing percobaan diatas dilakukan sebanyak kali agar akurasi data lebih terpercaya. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Volume Optimum antara Ekstrak Rambutan dengan Lateks Terhadap Pemecahan Emulsi Lateks Karet. Rata-rata Berat Akhir Karet (gr).... Volume Air Rambutan (ml) Gambar.. Variasi volume ekstrak rambutan terhadap volume lateks ml. Pada penambahan ml, karet telah menggumpal meskipun baru sedikit, penambahan ml ekstrak rambutan tidak berbiji dan berbiji, berat karet mengalami peningkatan dan selanjutnya pada penambahan ml pun terus mengalami peningkatan berat karet. Peningkatan jumlah karet pada ml sangat tajam bila dibandingkan penambahan ml, dan ml. Pada kondisi ini koagulan sudah cukup stabil dan sesuai dengan kebutuhan sehingga interaksi antara air dengan asam meningkat dan partikel-partikel terdispersi akan lebih mudah bergabung membentuk agrerat yang lebih besar (mengalami agregasi) yang menyebabkan lateks menggumpal dan berat karet yang dihasilkan meningkat. Jurnal Teknik Kimia, No., Vol., April 9

4 Rata-rata Akhir Karet (gr) Gambar.. Variasi volume lateks terhadap volume ekstrak rambutan ml. Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa semakin banyak penambahan volume air buah rambutan maka berat akhir karet yang dihasilkan meningkat. Dapat dilihat juga perbandingan berat untuk rambutan berbiji untuk volume ekstrak rambutan ml dan ml hasilnya meningkat lebih besar dibandingkan rambutan tidak berbiji. Sedangkan pada volume ekstrak rambutan ml, hasil berat akhir karet rambutan tidak berbiji lebih besar dibandingkan berat akhir karet rambutan berbiji. Menentukan Waktu Pencampuran Optimum Antara Ekstrak rambutan dengan Lateks terhadap pemecahan Emulsi Lateks. Berat Akhir Karet (gr) Volume Lateks (ml) R. Tidak berbiji 8 8 Waktu Pencampuran (jam) Gambar.. Variasi waktu terhadap volume ekstrak rambutan ml dengan Lateks awal ml. Berat Akhir Karet (gr) 7 R. Tidak berbij i R. berbij i 8 8 Waktu Pencampuran (jam) Gambar.. Variasi waktu terhadap volume ekstrak rambutan ml dengan Lateks awal ml. Bila suatu asam dimasukkan ke dalam sistem emulsi lateks, maka asam akan menyebabkan partikel-partikel koloid menjadi tidak stabil sehingga menyebabkan struktur protein pada lateks akan terganggu. Protein yang berfungsi sebagai penyelubung atau lapisan pelindung lateks akan menyebabkan emulsi pecah dan mengeluarkan molekul air. Pada kondisi ini menyatakan bahwa semua emulgator telah pecah, karet dihasilkan telah maksimal sehingga untuk waktu pencampuran yang lebih lama jumlah karet yang dihasilkan menjadi cenderung menurun. Setelah terjadi penurunan jumlah karet beberapa jam kemudian terjadi penggumpalan karet secara alami. Tetapi untuk menggumpalkan karet dengan sempurna, dibutuhkan waktu yang lama. Dengan penambahan ekstrak rambutan diharapkan lateks akan menjadi semakin baik terkoagulasi, karena pada jam-jam pertama lateks akan menggumpal dengan memanfaatkan enzim dan mikroorganisme yang terkandung pada lateks. Kemudian setelah semua enzim dan mikroorganisme tidak mampu lagi menggumpalkan lateks, baru ekstrak buah rambutan yang melanjutkannya. Jurnal Teknik Kimia, No., Vol., April 9

5 Menentukan ph optimum ekstrak rambutan dengan lateks terhadap pemecahan emusi lateks. Berat Karet Akhir Gambar.. volume lateks ml dan volume ekstrak rambutan ml Pada ph ini merupakan titik isoelektrik protein penyelubung partikel-partikel karet telah ternetralkan. Pada perlakuan yang dilakukan terlihat menurunnya berat karet seiring dengan meningkatnya ph. Perubahan suatu ph dapat mengakibatkan denaturasi protein. Apabila protein penyelubung telah terdenaturasi maka partikel-partikel karet tidak terselubung lagi sehingga lateks menjadi tidak stabil. Penurunan berat karet terjadi pada ph, ini disebabkan karena aktifitas asam dalam system menurun dan kemampuan ion H+ untuk menetralkan muatan negatif penyelubung partikel-partikel karet semakin menurun juga sehingga penggumapaln karet yang terjadi tidak maksimal. Keasaman (H+) akan berkurang bila ph tinggi,dimana pada ph 9 walaupun berat lateks meningkat namun mengahsilkan lateks yang tidak sempurna Berat Karet (gr) R. berbiji ph 9 ph R. berbiji ditentukan. Dalam grafik untuk rambutan berbiji dan tidak berbiji terlihat dari ph 9 terjadi peningkatan secara terus menerus. Namun sama seperti ph 9 pada percobaan dengan rambutan berbiji dan tidak berbiji dengan volume ml, pada ph 9 terbentuk lapisan yang tidak sempurna. Dari variasi ph yang telah dilakukan yaitu ph, dan 9,kenaikan berat karet sempurna terjadi pada ph. Hal ini dikarenakan aktifitas asam dalam sistem,maka kemampuan ion H + untuk menetralkan muatan negatif penyelubung partikel-partikel karet besar sehingga penggumpalan karet menjadi maksimal. Perbandingan Volume, waktu pencampuran dan ph antara ekstrak rambutan berbiji dan tidak berbiji dengan ekstrak belimbing wuluh Berat karet Akhir (gr) Variasi volume ekstrak rambutan terhadap Lateks ml Berat Karet Akhir (gr) Volume rambutan (ml) Variasi volume lateks terhadap Ekstrak rambutan ml R. Tanpa biji Volume Lateks (ml) Gambar.. volume lateks ml dan volume ekstrak rambutan ml Gambar diatas menunjukkan peningkatan berat karet yang secara continue terhadap variabel ph yang Jurnal Teknik Kimia, No., Vol., April 9

6 Berat Karet Akhir (gr) Berat Karet Akhir (gr) Variasi waktu terhadap volume ekstrak belimbing wuluh Variasi volume ekstrak belimbing wuluh belimbing wuluh Belimbing wuluh Waktu 8 pencampuran (jam) 8 8 Volume Ekstrak belimbing wuluh (ml) Hasil riset untuk mengumpalkan lateks dengan menggunakan dua parameter. Yang pertama, pada volume lateks ml dan volume rambutan ml, ml, dan ml. Yang kedua, pada volume rambutan ml dan volume lateks ml, ml dan ml. Didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan pada volume ml, ml dan ml baik menggunakan ekstrak rambutan tidak berbiji dan rambutan berbiji pada kedua parameter. Dari kedua parameter tersebut dapat terlihat bahwa parameter kedua (volume rambutan ml dan volume lateks ml) berat karet akhir lebih besar dibandingkan dengan parameter yang pertama. Pada volume lateks ml hasil berat akhir karet lebih besar dibandingkan volume ml dan ml. Hal ini menunjukan bahwa pada volume ml penggupalan lateks terjadi secara sempurna. Hasil riset ini hampir sama dengan riset untuk menggumpalkan lateks dengan menggunakan belimbing wuluh. Pada belimbing wuluh terjadi peningkatan secara terus menerus dari volume ekstrak ml, ml, ml dan 8 ml. Akan tetapi pada volume ml terjadi penurunan berat karet dari berat sebelumnya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada volume 8 ml lateks menggumpal secara optimum dibandingkan dengan volume-volume yang lain. Untuk menggunakan ekstrak belimbing wuluh peningkatan sekitar +, sampai dengan, gram sedangkan untuk menggunakan ekstrak rambutan berbiji dan tanpa biji sekitar + sampai dengan gram. Berat karet Akhir (gr) Variasi waktu terhadap volume ekstrak rambutan ml 8 8 Berat Karet Akhir (gr) 7 Waktu pencampuran (jam) Variasi waktu terhadap volume ekstrak rambutan ml R. Tidak Berbiji R. Tidak Berbiji 8 8 Waktu pencampuran (jam) Untuk mendapatkan waktu optimum menggunakan dua parameter. Parameter pertama menggunakan volume ekstrak rambutan ml dan lateks awal ml. Parameter kedua menggunakan volume ekstrak rambutan ml dan lateks ml. Berdasarkan variabel waktu optimum untuk menggumpalkan lateks menggunakan ekstrak rambutan di dapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan pada waktu jam hingga jam, dan pada waktu jam penggumpalan terjadi sempurna dan berat karet yang dihasilkan lebih besar. Hal ini dapat terlihat pada masingmasing parameter. Hasil ini hampir sama dengan hasil riset yang menggunakan ekstrak belimbing wuluh. Pada waktu jam hingga jam terjadi peningkatan akan tetapi pada waktu 7 jam hingga jam terjadi penurunan berat karet. Untuk menggunakan ekstrak rambutan waktu optimumnya lebih lama dibandingkan dengan menggunakan ekstrak belimbing wuluh yang lebih cepat 8 jam. Meskipun demikian persentase berat yang dihasilkan untuk ekstrak rambutan lebih besar dibandingkan dengan belimbing wuluh. Jurnal Teknik Kimia, No., Vol., April 9

7 Berat Karet Akhir (gr) Berat Karet Akhir (gr) Berat karet Akhir (gr) variasi ph terhadap volume ekstrak rambutan ml 8 7 R. berbiji ph Variasi ph terhadap volume ekstrak rambutan ml 8 9 ph variasi ph terhadap volume ekstrak belimbing wuluh Belimbin g wuluh R. tidak berbiji R. berbiji ph belimbing wuluh Untuk variabel ph dalam menggumpalkan lateks menggunakan ekstrak rambutan yang hasilnya terlihat dari variasi ph yang dilakukan yaitu ph,, dan 9, kenaikan berat terjadi pada ph dan 9. Namun, pada ph 9 terbentuk lapisan dimana lapisan atas tidak berbentuk padatan lateks melainkan lateks yang berbentuk bubur,sedangkan lapisan bawah berbentuk gumpalan lateks,sehingga pada ph 9 ini emulsi lateks tidak terbentuk secara sempurna. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ph optimum untuk ekstrak rambutan pada ph. Sedangkan untuk variasi ph pada ektrak belimbing wuluh, berat karet yang dihasilkan mengalami kenaikan dari ph, hingga ph. Pada ph merupakan ph alami ekstrak belimbing wuluh. Hasil pada ph, lebih rendah karena penambahan asam yang berlebihan dapat mengakibatkan gangguan pada emulsi lateks sehingga emulsi tidak pecah dengan sempurna. Kemudian pada ph, sampai dengan ph, mulai terlihat penurunan berat karet yang dihasilkan seiring dengan semakin naiknya ph air asam belimbing wuluh. V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan. Memberikan informasi pemanfaatan buah rambutan sebagai salah satu bahan penggumpalan lateks.. Volume optimum ekstrak rambutan berbiji dan tidak berbiji adalah: Pada volume rambutan ml dan lateks ml Pada volume rambutan ml dan lateks ml. Waktu optimum pencampuran ekstrak rambutan berbiji dan tidak berbiji adalah jam. ph optimum ekstrak rambutan berbiji dan tidak berbiji adalah: pada ph untuk ekstrak rambutan ml dan lateks ml pada ph untuk ekstrak rambutan ml dan lateks ml Saran Setelah dilakukan penelitian ini, diharapkan dapat memotivasi para petani untuk lebih menggiatkan dalam menanam rambutan, dan dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan tanaman tanaman lain yang mengandung asam yang dapat menggumpalkan lateks karet. DAFTAR PUSTAKA Cut Fatimah Zuhra,Ssi.Msi, Karet, Universitas Sumatera Utara Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Medan, Paimin, Farry B dan Nazaruddin. Karet, Strategis Pemasaran Budidaya dan Pengolahan, Penebar Swadaya,Jakarta,998. Susanto, Ivan. Menentukan Kadar Zat Menguap Produk Karet Kering Olahan Crep Pada Klon Pb, Pb 8 Dan Bpm 9 Di Balai Penelitian Sembawa, Politeknik Negeri Srwijaya,Palembang,. Handayani, Lily. Pengaruh Waktu Retensi Terhadap Parameter Limbah Pada Jurnal Teknik Kimia, No., Vol., April 9

8 Proses Pengolahan Limbah Cair di Pabrik Karet Balai Penelitian Sembawa, Politeknik Negeri Sriwijaya, Palembang.. Bagakalie, Moehammad. Budidaya Rambutan Varietas Unggul, Kanisius, Jogjakarta.99. Suparlan, Penggunaan air kelapa untuk menggumpalkan lateks segar, Universitas Sriwijaya Fakultas Matematika dan Ilmu Pengatahuan Alam, Indralaya, 99. Rukmana, Rahmat dan Yuyun. Rambutan Komoditas Unggulan dan Prospek Agribisnis, Kanisius,Jogjakarta.. Markodanet, Willy. Karakteristik Mutu Karet Jenis Pb 7 Dengan Pembekuan Deorub Dan Asam Semut, Politeknik Negeri Sriwijaya,Palembang,. Hartina, Surya dan Rahmat. Penggunaan ekstrak belimbing wuluh matang sebagai penggumpal lateks pasca panen (study pengaruh volume, waktu pencampuran, temperatur dan ph). Universitas Sriwijaya. Palembang. 8. NN. 9. Wikipedia Indonesia, Asam Sitrat, NN. 9. Google Indonesia, Upaya Industri Karet Nasional Dalam Menghadapi Persaingan Pasar Karet Remah Di Dunia Internasional, NN. 9. Wikipedia Indonesia, Asam Formiat, Jurnal Teknik Kimia, No., Vol., April 9 7

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lateks adalah cairan koloid yang berwarna putih susu yang diperoleh dari pohon karet (Havea Brasiliensis) dengan partikel-partikel karet terdispersi air. Lateks dikenal

Lebih terperinci

KOAGULASI LATEKS DENGAN EKSTRAK GADUNG (DIOSCOREA HISPIDA DENNTS)

KOAGULASI LATEKS DENGAN EKSTRAK GADUNG (DIOSCOREA HISPIDA DENNTS) KOAGULASI LATEKS DENGAN EKSTRAK GADUNG (DIOSCOREA HISPIDA DENNTS) Farida Ali, Arta Sihombing, dan Ahmad Fauzi Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Abstrak Lateks adalah cairan berwarna

Lebih terperinci

PENGARUH ASAM ASKORBAT DARI EKSTRAK NANAS TERHADAP KOAGULASI LATEKS (STUDI PENGARUH VOLUME DAN WAKTU PENCAMPURAN)

PENGARUH ASAM ASKORBAT DARI EKSTRAK NANAS TERHADAP KOAGULASI LATEKS (STUDI PENGARUH VOLUME DAN WAKTU PENCAMPURAN) PENGARUH ASAM ASKORBAT DARI EKSTRAK NANAS TERHADAP KOAGULASI LATEKS (STUDI PENGARUH VOLUME DAN WAKTU PENCAMPURAN) Septriani Laoli, Imelda Magdalena S *, Farida Ali Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 30 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Beaker glass 250 ml Blender Cawan platina Gelas ukur 200 ml Gunting Kertas saring

Lebih terperinci

PENGARUH VOLUME KOAGULAN, WAKTU KONTAK DAN TEMPERATUR PADA KOAGULASI LATEKS DARI KAYU KARET DAN KULIT KAYU KARET

PENGARUH VOLUME KOAGULAN, WAKTU KONTAK DAN TEMPERATUR PADA KOAGULASI LATEKS DARI KAYU KARET DAN KULIT KAYU KARET PENGARUH VOLUME KOAGULAN, WAKTU KONTAK DAN TEMPERATUR PADA KOAGULASI LATEKS DARI KAYU KARET DAN KULIT KAYU KARET Farida Ali*, Wulan Novi Astuti, Nahdia Chairani *) Dosen Jurusan Teknik Kimia Universitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. nabati yang penting di Indonesia. Kelapa minyak sawit mengandung kurang lebih

TINJAUAN PUSTAKA. nabati yang penting di Indonesia. Kelapa minyak sawit mengandung kurang lebih II. TINJAUAN PUSTAKA A. Cangkang Kelapa Sawit Kelapa Sawit (Elleis Guinensis) merupakan salah satu sumber minyak nabati yang penting di Indonesia. Kelapa minyak sawit mengandung kurang lebih 80% pericarp

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia modern saat ini banyak peralatan peralatan yang menggunakan bahan yang sifatnya elastis tidak mudah pecah bila jatuh dari suatu tempat. Peningkatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karet Alam Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet termasuk tanaman tahunan yang tergolong dalam famili Euphorbiaceae, tumbuh baik di dataran

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SARI MENGKUDU SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS

PEMANFAATAN SARI MENGKUDU SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS PEMANFAATAN SARI MENGKUDU SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS Rizka Hardiyanty, Ade Heri Suheri, Farida Ali * Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Bahan Baku 4.1.2 Karet Crepe Lateks kebun yang digunakan berasal dari kebun percobaan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Ciomas-Bogor. Lateks kebun merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet

TINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet TINJAUAN PUSTAKA Klon Tanaman Karet PB 260 dan IRR 118 Klon unggul merupakan salah satu komponen teknologi terpenting yang secara langsung berperan dalam meningkatkan potensi hasil tanaman. Sejalan dengan

Lebih terperinci

Pengaruh Dosis Serum Lateks terhadap Koagulasi Lateks (Hevea brasiliensis) (The Effect of Dose Latex Serum to Latex Coagulation [Hevea brasiliensis])

Pengaruh Dosis Serum Lateks terhadap Koagulasi Lateks (Hevea brasiliensis) (The Effect of Dose Latex Serum to Latex Coagulation [Hevea brasiliensis]) Jurnal Agro Industri Perkebunan Pengaruh Dosis Serum Lateks terhadap Koagulasi Lateks (Hevea brasiliensis) (The Effect of Dose Latex Serum to Latex Coagulation [Hevea brasiliensis]) Maryanti 1)* dan Rachmad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Yoghurt merupakan salah satu bentuk produk minuman hasil pengolahan susu yang memanfaatkan mikroba dalam proses fermentasi susu segar menjadi bentuk produk emulsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya kesadaran masyarakat Indonesia akan kebutuhan gizi dan bertambahnya tingkat pendapatan mayarakat, menyebabkan permintaan bahan pangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil olahan fermentasi sudah banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain. Salah satu yang populer

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia.

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia. 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia. Khususnya Indonesia kontribusi sebesar 26 persen dan total produksi karet alam dunia. Berdasarkan

Lebih terperinci

PENGARUH BEBERAPA JENIS BAHAN PENGGUMPAL LATEKS DAN HUBUNGANNYA DENGAN SUSUT BOBOT, KADAR KARET KERING DAN PLASTISITAS

PENGARUH BEBERAPA JENIS BAHAN PENGGUMPAL LATEKS DAN HUBUNGANNYA DENGAN SUSUT BOBOT, KADAR KARET KERING DAN PLASTISITAS M-2 PENGARUH BEBERAPA JENIS BAHAN PENGGUMPAL LATEKS DAN HUBUNGANNYA DENGAN SUSUT BOBOT, KADAR KARET KERING DAN PLASTISITAS Mili Purbaya 1), Tuti Indah Sari 2), Chessa Ayu Saputri 2), Mutia Tama Fajriaty

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang keberadaannya sangat penting dan dibutuhkan di Indonesia. Tanaman karet sangat

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN PADA PROSES BLANCHING DAN KONSENTRASI NATRIUM BIKARBONAT TERHADAP MUTU SUSU KEDELAI

PENGARUH PERLAKUAN PADA PROSES BLANCHING DAN KONSENTRASI NATRIUM BIKARBONAT TERHADAP MUTU SUSU KEDELAI PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2004 ISSN : 1411-4216 PENGARUH PERLAKUAN PADA PROSES BLANCHING DAN KONSENTRASI NATRIUM BIKARBONAT TERHADAP MUTU SUSU KEDELAI Susiana Prasetyo S. dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa, dan (7) Waktu

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN NATRIUM KARBONAT SEBAGAI ANTIKOAGULAN LATEKS (Havea bracileansis)

PENGARUH PENAMBAHAN NATRIUM KARBONAT SEBAGAI ANTIKOAGULAN LATEKS (Havea bracileansis) Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN : 2337-9952 26 PENGARUH PENAMBAHAN NATRIUM KARBONAT SEBAGAI ANTIKOAGULAN LATEKS (Havea bracileansis) Ratu Fazlia Inda Rahmayani 1, Abdul Mujala 2 Fakultas

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI 85 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.7 No.2 PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI Fitri Ayu Wardani dan Tuhu Agung. R Program Studi

Lebih terperinci

Pengolahan Limbah Padat Pabrik Karet Sebagai Bahan Campuran Pembuatan Pupuk Alternatif Zaimahwati*

Pengolahan Limbah Padat Pabrik Karet Sebagai Bahan Campuran Pembuatan Pupuk Alternatif Zaimahwati* Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 1 No.3, Juni 2004 ISSN 1693-248X Pengolahan Limbah Padat Pabrik Karet Zaimahwati* ABSTRAK Tuntutan pasar akan lateks yang terus meningkat

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005 PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN Malang, 13 Desember 2005 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN

Lebih terperinci

OLEH: YULFINA HAYATI

OLEH: YULFINA HAYATI PENGOLAHAN HASIL KEDELAI (Glycine max) OLEH: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Dalam usaha budidaya tanaman pangan dan tanaman perdagangan, kegiatan penanganan dan pengelolaan tanaman sangat penting diperhatikan

Lebih terperinci

Laporan Teknologi Pengolahan Komodit Perkebunan Hulu Pengolahan Lateks. oleh: Faranita Lutfia Normasari

Laporan Teknologi Pengolahan Komodit Perkebunan Hulu Pengolahan Lateks. oleh: Faranita Lutfia Normasari Laporan Teknologi Pengolahan Komodit Perkebunan Hulu Pengolahan Lateks oleh: Faranita Lutfia Normasari 131710101029 Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember 2014

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. asam ataupun enzimatis untuk menghasilkan glukosa, kemudian gula

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. asam ataupun enzimatis untuk menghasilkan glukosa, kemudian gula BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Bahan Baku Klasifikasi etanol secara mikrobiologis dipengaruhi oleh bahan bakunya, bahan baku berupa sumber pati prosesnya lebih panjang di banding dengan berbahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah permen jelly pepaya yang terbuat dari pepaya varietas IPB 1 dengan bahan tambahan sukrosa, ekstrak rumput

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar di Indonesia. Lampung adalah salah satu sentra perkebunan karet di Indonesia. Luas areal

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN NANAS DAN UMBI POHON GADUNG SEBAGAI KOAGULAN TERHADAP KUALITAS BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT

PENGARUH PENGGUNAAN NANAS DAN UMBI POHON GADUNG SEBAGAI KOAGULAN TERHADAP KUALITAS BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT PENGARUH PENGGUNAAN NANAS DAN UMBI POHON GADUNG SEBAGAI KOAGULAN TERHADAP KUALITAS BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT Praharnata, Joko Sulistyo, Hesti Wijayanti*) Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penanganan Pasca Panen Lateks Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang masih segar 35 jam setelah penyadapan. Getah yang dihasilkan dari proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan pangan yang memiliki kandungan zat gizi yang tinggi. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral, karbohidrat, serta kadar

Lebih terperinci

PENGARUH VOLUME KOAGULAN, WAKTU KONTAK DAN TEMPERATUR PADA KOAGULASI LATEKS DARI ASAM GELUGUR

PENGARUH VOLUME KOAGULAN, WAKTU KONTAK DAN TEMPERATUR PADA KOAGULASI LATEKS DARI ASAM GELUGUR PENGARUH VOLUME KOAGULAN, WAKTU KONTAK DAN TEMPERATUR PADA KOAGULASI LATEKS DARI ASAM GELUGUR Farida Ali*, Euniwati Situmeang, Vinsensia O *Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl.

Lebih terperinci

PETANI DI BABEL MASIH MENGGUNAKAN TAWAS SEBAGAI KOAGULAN LATEKS

PETANI DI BABEL MASIH MENGGUNAKAN TAWAS SEBAGAI KOAGULAN LATEKS Anjloknya harga karet Indonesia akhir-akhir ini berkaitan erat dengan kualitas bokar (bahan olah karet) yang diproduksi oleh petani, dimana dalam pengolahan bokar-nya masih banyak petani karet yang mempergunakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buah Naga Buah naga atau dragon fruit merupakan buah yang termasuk kedalam kelompok tanaman kaktus. Buah naga berasal dari Negara Mexico, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian PENDAHULUAN Latar Belakang Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian besar diolah menjadi berbagai bentuk dan jenis makanan. Pengolahan buahbuahan bertujuan selain untuk memperpanjang

Lebih terperinci

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan Pembuatan Yogurt 1. Pendahuluan Yoghurt merupakan salah satu olahan susu yang diproses melalui proses fermentasi dengan penambahan kultur organisme yang baik, salah satunya yaitu bakteri asam laktat. Melalui

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun

Lebih terperinci

EKSTRAKSI KURKUMIN DARI TEMULAWAK DENGAN MENGGUNAKAN ETANOL

EKSTRAKSI KURKUMIN DARI TEMULAWAK DENGAN MENGGUNAKAN ETANOL EKSTRAKSI KURKUMIN DARI TEMULAWAK DENGAN MENGGUNAKAN ETANOL A. F. Ramdja, R.M. Army Aulia, Pradita Mulya Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya ABSTRAK Temulawak ( Curcuma xanthoriza

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah pisang merupakan buah yang sering dikonsumsi oleh masyarakat dibandingkan dengan buah yang lain. Buah pisang memiliki kandungan gizi yang tinggi, diantaranya mengandung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) sering disebut tanaman kehidupan karena bermanfaat bagi kehidupan manusia diseluruh dunia. Hampir semua bagian tanaman

Lebih terperinci

Tanaman karet akan mengeluarkan getah atau lebih dikenal dengan sebutan lateks. Lateks keluar pada saat dilakukan penyadapan pada tanaman karet.

Tanaman karet akan mengeluarkan getah atau lebih dikenal dengan sebutan lateks. Lateks keluar pada saat dilakukan penyadapan pada tanaman karet. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas penghasil lateks

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Limbah buah menjadi Jelly Kering. Purwanti Widhy H, M.Pd

Pemanfaatan Limbah buah menjadi Jelly Kering. Purwanti Widhy H, M.Pd Pemanfaatan Limbah buah menjadi Jelly Kering Purwanti Widhy H, M.Pd SEMANGKA Merupakan tanaman herba yang tumbuh merambat dg nama citrullus vulgaris termasuk dlm keluarga labu labuan (cucurbitaceae) yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Organik Cair Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran berupa zat atau bahan yang dianggap tidak memiliki manfaat bagi masyarakat.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh masyarakat luas dan sangat digemari terutama oleh anak-anak, karena es lilin memiliki warna yang menarik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perdagangan Internasional Suatu Negara membutuhkan negara lain dan saling menjalin hubungan perdagangan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup bagi masyarakat. Hubungan

Lebih terperinci

EXPLOITING A BENEFIT OF COCONUT MILK SKIM IN COCONUT OIL PROCESS AS NATA DE COCO SUBSTRATE

EXPLOITING A BENEFIT OF COCONUT MILK SKIM IN COCONUT OIL PROCESS AS NATA DE COCO SUBSTRATE 167 EXPLOITING A BENEFIT OF COCONUT MILK SKIM IN COCONUT OIL PROCESS AS NATA DE COCO SUBSTRATE Peningkatan Nilai Tambah Krim Santan Kelapa Limbah Pembuatan Minyak Kelapa sebagai Substrat Nata de Coco Bambang

Lebih terperinci

PENGARUH VOLUME KOAGULAN, WAKTU KONTAK DAN TEMPERATUR PADA KOAGULASI LATEKS DARI ASAM GELUGUR

PENGARUH VOLUME KOAGULAN, WAKTU KONTAK DAN TEMPERATUR PADA KOAGULASI LATEKS DARI ASAM GELUGUR PENGARUH VOLUME KOAGULAN, WAKTU KONTAK DAN TEMPERATUR PADA KOAGULASI LATEKS DARI ASAM GELUGUR Farida Ali*, Euniwati Situmeang, Vinsensia O *Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Permen jelly merupakan makanan semi basah yang biasanya terbuat dari

PENDAHULUAN. Permen jelly merupakan makanan semi basah yang biasanya terbuat dari PENDAHULUAN Latar Belakang Permen jelly merupakan makanan semi basah yang biasanya terbuat dari campuran sari buah dan air dengan penambahan bahan pembentuk gel yang dapat membuat teksturnya menjadi kenyal.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA H.Abdullah Saleh,, Meilina M. D. Pakpahan, Nowra Angelina Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pemerintah menghimbau masyarakat dan pengusaha untuk meningkatkan ekspor non migas sebagai sumber devisa negara. Sangat diharapkan dari sektor pertanian,

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH Spectra Nomor 8 Volume IV Juli 06: 16-26 KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH Sudiro Ika Wahyuni Harsari

Lebih terperinci

POTENSI BIJI KARET (HAVEA BRASILIENSIS) SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN SABUN CUCI TANGAN PENGHILANG BAU KARET

POTENSI BIJI KARET (HAVEA BRASILIENSIS) SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN SABUN CUCI TANGAN PENGHILANG BAU KARET JURNAL TEKNOLOGI & INDUSTRI Vol. 3 No. 1; Juni 2014 ISSN 2087-6920 POTENSI BIJI KARET (HAVEA BRASILIENSIS) SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN SABUN CUCI TANGAN PENGHILANG BAU KARET *FATIMAH 1, SUSI SUSANTI 1, AULIA

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Hasil Percobaan Pengumpulan data hasil percobaan diperoleh dari beberapa pengujian, yaitu: a. Data Hasil Pengujian Sampel Awal Data hasil pengujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai masa depan baik untuk dikembangkan. Hingga kini semakin banyak orang mengetahui nilai gizi jamur

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI Oleh : Nama : Rudi Novianto NIM : 10.11.3643 STRATA SATU TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 A. Abstrak Jambu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi (1992) mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk Organik Cair Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan sebagian unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman. Peran pupuk sangat dibutuhkan oleh tanaman

Lebih terperinci

Chemistry In Our Daily Life

Chemistry In Our Daily Life Chemistry In Our Daily Life Pembuatan Yogurt 1. Pendahuluan Yoghurt merupakan salah satu olahan susu yang diproses melalui proses fermentasi dengan penambahan kultur organisme yang baik, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan pengawet berbahaya dalam bahan makanan seperti ikan dan daging menjadi permasalahan serius yang dihadapi oleh pemerintah. Penggunaan bahan pengawet

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer di Indonesia. Buah naga mengandung antara lain vitamin C, betakaroten, kalsium,

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 7 BAB IX SISTEM KOLOID Koloid adalah campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi. Perbandingan sifat larutan, koloid dan suspensi

Lebih terperinci

DIVERSIFIKASI PRODUK AREN UNTUK PANGAN DAN PROSPEK PASAR

DIVERSIFIKASI PRODUK AREN UNTUK PANGAN DAN PROSPEK PASAR DIVERSIFIKASI PRODUK AREN UNTUK PANGAN DAN PROSPEK PASAR Prof. Dr. Ir. Eni Harmayani, M.Sc & Tim Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada Disampaikan pada Pertemuan Pengembanan dan Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium jurusan pendidikan biologi Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium jurusan pendidikan biologi Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian 25 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium jurusan pendidikan kimia dan laboratorium jurusan pendidikan biologi Universitas Negeri Gorontalo.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Parameter sensori sangat penting pada tahap penelitian dan pengembangan produk pangan baru. Produk baru yang dihasilkan harus memiliki penanganan yang tepat agar

Lebih terperinci

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL KELOMPOK : 3 NAMA NIM APRIANSYAH 06111010020 FERI SETIAWAN 06111010018 ZULKANDRI 06111010019 AMALIAH AGUSTINA 06111010021 BERLY DWIKARYANI

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya I PENDAHULUAN Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya dibutuhkan penulisan laporan mengenai penelitian tersebut. Sebuah laporan tugas akhir biasanya berisi beberapa hal yang meliputi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, mulai dari teh, kopi, karet, kakao, kelapa, rempah-rempah

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, mulai dari teh, kopi, karet, kakao, kelapa, rempah-rempah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai sumber daya perkebunan yang berpotensi untuk dikembangkan, mulai dari teh, kopi, karet, kakao, kelapa, rempah-rempah sampai dengan produk pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara bagian tropis yang kaya akan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara bagian tropis yang kaya akan sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan negara bagian tropis yang kaya akan sumber daya alamnya terutama pada tanaman penghasil karbohidrat berupa serat, gula, maupun pati. Pada umumnya

Lebih terperinci

PENERAPAN IPTEKS PERBANDINGAN ASAM ASETAT DENGAN ASAM FORMIAT SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS. Oleh Rudi Munzirwan Siregar

PENERAPAN IPTEKS PERBANDINGAN ASAM ASETAT DENGAN ASAM FORMIAT SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS. Oleh Rudi Munzirwan Siregar PERBANDINGAN ASAM ASETAT DENGAN ASAM FORMIAT SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS Oleh Rudi Munzirwan Siregar Abstrak Penelitian tentang perbandingan asam asetat dengan asam formiat sebagai bahan penggumpal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia dengan kelezatan dan komposisinya yang ideal karena susu mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Semua

Lebih terperinci

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya. SUSU a. Definisi Susu Air susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan (Hadiwiyoto, 1983). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan devisa Indonesia. Pada dasarnya karet berasal dari alam yaitu dari getah

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan devisa Indonesia. Pada dasarnya karet berasal dari alam yaitu dari getah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet alam terbesar di dunia. Awal mulanya karet hanya ada di Amerika Selatan, namun sekarang sudah berhasil

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai Februari 2014, dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai Februari 2014, dengan III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai Februari 2014, dengan tahapan kegiatan, yaitu : bahan baku berupa singkong yang dijadikan bubur singkong,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah perkebunan kelapa sawit adalah limbah yang berasal dari sisa tanaman yang tertinggal pada saat pembukaan areal perkebunan, peremajaan dan panen kelapa sawit.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jeruk Pontianak (Citrus nobilis) adalah jenis jeruk siam yang telah lama menjadi

I. PENDAHULUAN. Jeruk Pontianak (Citrus nobilis) adalah jenis jeruk siam yang telah lama menjadi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Jeruk Pontianak (Citrus nobilis) adalah jenis jeruk siam yang telah lama menjadi salah satu komoditas unggulan tanaman hortikultura di Pontianak Kalimantan

Lebih terperinci

Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami

Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami I. Tujuan Pada percobaan ini akan dipelajari beberapa hal mengenai koloid,protein dan senyawa karbon. II. Pendahuluan Bila garam dapur dilarutkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum sehingga merupakan modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Lateks karet alam didapat dari pohon Hevea Brasiliensis yang berasal dari famili Euphorbia ceae ditemukan dikawasan tropikal Amazon, Amerika Selatan. Lateks karet

Lebih terperinci

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Uji dilakukan selama enam hari dalam tempat dengan kelembaban 70% dan suhu 27ºC, setiap hari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah kulit buah manggis, ethanol, air, kelopak bunga rosella segar, madu dan flavor blackcurrant. Bahan kimia yang digunakan untuk keperluan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di Soreang, Kabupaten Bandung. Sampel yang diambil berupa tanaman BDI. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampui daya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan salah satu olahan semi padat dengan bahan utama susu. Es krim merupakan produk olahan susu sapi yang dibuat dengan bahanbahan utama yang terdiri atas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar

TINJAUAN PUSTAKA. Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Kambing Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar Nasional Indonesia nomor 01-3141-1998 didefinisikan sebagai cairan yang berasal dari ambing ternak

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale) adalah sejenis tanaman dari

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale) adalah sejenis tanaman dari BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale) adalah sejenis tanaman dari suku Anacardiaceae yang berasal dari Brasil dan memiliki "buah" yang dapat dimakan. Hanya beberapa

Lebih terperinci

PENGARUH PERBANDINGAN GULA MERAH DENGAN SUKROSA DAN PERBANDINGAN TEPUNG JAGUNG, UBI JALAR DENGAN KACANG HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK JENANG

PENGARUH PERBANDINGAN GULA MERAH DENGAN SUKROSA DAN PERBANDINGAN TEPUNG JAGUNG, UBI JALAR DENGAN KACANG HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK JENANG PENGARUH PERBANDINGAN GULA MERAH DENGAN SUKROSA DAN PERBANDINGAN TEPUNG JAGUNG, UBI JALAR DENGAN KACANG HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK JENANG Devy Nur Afiah 123020120 Pembimbing Utama :Dr. Tantan Widiantara,

Lebih terperinci

Metode penelitian Rancangan penelitian (reseach Design) Rancangan Percobaan

Metode penelitian Rancangan penelitian (reseach Design) Rancangan Percobaan Abstrak Wedang cor merupakan minuman khas jember yang biasanya di jual dipenggiran jalan. Minuman ini sangat diminati oleh kalangan Mahasiswa maupun mayarakat. Wedang cor ini terdiri dari jahe, ketan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki lahan pertanian cukup luas dengan hasil pertanian yang melimpah. Pisang merupakan salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci