I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

dokumen-dokumen yang mirip
SDLC dan SWLDC. dikutib wiki..

UJIAN AKHIR TRIWULAN I

TUGAS INDIVIDU-TAKE HOME UAT MATA KULIAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN. Oleh: Irfan Handrian P

Perbedaan pengembangan software dengan pengembangan sistem informasi

PENTINGNYA PEMELIHARAAN SOFTWARE

UJIAN AKHIR TRIWULAN 1 MATAKULIAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

OUTSOURCING SISTEM INFORMASI DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA

URGENSI MAINTAINABILITY DALAM PENGEMBANGAN/PENERAPAN SISTEM INFORMASI

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE OUT-SOURCING, IN-SOURCING, DAN CO-SOURCING

PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI PERUSAHAAN

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN URGENSI MAINTAINAIBILITY PADA SISTEM INFORMASI DI ORGANISASI

Bab 2. Pembahasan. Definisi Outsourcing

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DENGAN PENDEKATAN INSOURCING DAN OUTSOURCING PADA PERUSAHAAN ROBI PRIYADI (NRP P E / MB-IPB ANGKATAN E.

: Sistem Informasi Manajemen. : Dr. Ir.Arif Imam Suroso, M.Sc (CS) TUGAS INDIVIDU UJIAN AKHIR TRIWULAN. Disusun Oleh: RIRIN PRILIA P

URGENSI MAINTENANCE DALAM PENGEMBANGAN SOFTWARE SYSTEM

TUGAS UJIAN INDIVIDU MATA KULIAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

REKAYASA PERANGKAT LUNAK

URGENSI MAINTAINABILITY DALAM SISTEM INFORMASI. Oleh : Jauhar Samudera Nayantakaningtyas (P ) Angkatan R50

Jenis Metode Pengembangan Perangkat Lunak

Pengembangan Sistem Informasi Secara Outsourcing dan Insourcing

KUALITAS PERANGKAT LUNAK. Ni Wayan Sumartini Saraswati

UJIAN AKHIR TRIWULAN (UAT) TAKE HOME Sistem Informasi Manajemen (SIM) Dosen: Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc

KONVERSI SISTEM INFORMASI

Tujuan Perkuliahan. PENGANTAR RPL (Pert. 2 chapter 1 Pressman) Agenda. Definisi Software (Perangkat Lunak) Lunak) 23/09/2010

Keuntungan dan Kekurangan Sistem Informasi Outsourcing dan Insourcing di Perusahaan (Tugas Individu)

MAGISTER MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

Makalah Pembahasan. Untuk memenuhi Ujian Akhir Triwulan mata kuliah Sistem Informasi Manajemen. Dosen: Prof. Ir. Arif Imam Suroso, MSc

Pertemuan 2 SOFTWARE DEVELOPMENT LIFE CYCLE (SDLC)

Ringkasan Chapter 12 Developing Business/ IT Solution

Analisis dan Perancangan Sistem Hanif Al Fatta M.kom

BAB I 1. PENDAHULUAN. dan efektifitas kerja. Perkembangan teknologi internet, sebagai contoh,

URGENSI DAN FAKTOR MAINTAINAIBILITY SOFTWARE

MAKALAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( SIKLUS HIDUP PERANGKAT LUNAK )

TUGAS INDIVIDU Sistem Informasi Manajemen PERBANDINGAN IMPLEMENTASI OUT SOURCING, INSOURCING DAN CO- SOURCING DAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A )

SIKLUS REKAYASA PERANGKAT LUNAK (SDLC)

RANGKUMAN SIM BAB 13 Mengembangkan Sistem Informasi (Building Information Systems)

OUTSOURCING. Oleh : SITI JAMILLAH

Chapter 3 Software Quality Factors

INSOURCING, OUTSOURCING,

CHAPTER 12. DEVELOPING BUSINESS SYSTEM (SUMMARY)

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI OUTSOURCING DI INDONESIA: STUDI KASUS PADA CIMSA (PERUSAHAAN OUTSOURCING) Nicky Jaka Perdana (P

PENERAPAN OUTSOURCING DAN INSOURCING SISTEM PERUSAHAAN PERTAMBANGAN MINYAK. Dosen : DR. IR. ARIF IMAM SUROSO, MSC

PROSES DESAIN. 1. Metodologi Pengembangan Sistem

BAB II LANDASAN TEORI. saling terkait dan tergantung satu sama lain, bekerja bersama-sama untuk. komputer. Contoh lainnya adalah sebuah organisasi.

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN. Pengembangan Sistem Informasi Dengan Menggunakan Pendekatan Insource atau Outsource di Perusahaan

Hanif Fakhrurroja, MT

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN INSOURCING ATAU OUTSOURCING DI PERUSAHAAN

TUGAS AKHIR MAKALAH MATA KULIAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN URGENSI MAINTENANCE SOFTWARE ATAU SISTEM INFORMASI DIDALAM PERUSAHAAN DOSEN

ANALISA & PERANCANGAN SISTEM

Sistem Informasi Outsourcing

PERBEDAAN INSOURCING DAN OUTSOURCING DALAM PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI

BAB 6 METODOLOGI SIKLUS HIDUP SISTEM

TUGAS SISTEM INFORMASI MANAJEMEN. Ringkasan Chapter 12 Developing Business/ IT Solutions. (Buku O Brien)

REKAYASA PERANGKAT LUNAK. ( 1 st week)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Langkah-langkah Pengembangan Sistem Informasi Secara Insourcing dan Outsourcing

PEDOMAN PEDOMAN. PT JASA MARGA (Persero) Tbk. Nomor Pedoman : P2/DIT/2014/AI Tanggal : 1 Desember 2014

Developing Business/IT Solution (Tugas Individu-Rangkuman)

PENILAIAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN INSOURCING DAN OUTSOURCING

Manajemen kualitas proyek (Project Quality Management)

Hanif Fakhrurroja, MT

REKAYASA PERANGKAT LUNAK (SOFTWARE ENGINEERING)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu (Jogiyanto, 2005:1).

Systems Development Life Cycle (SDLC)

ANALISIS, DESAIN DAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI

BAB V KESIMPULAN. Pada bab ini akan menyatukan hasil temuan dalam penelitian ini. Pada bagian

Dosen : Dr. Ir. Arif Imam Suroso, M.Sc, CS. Disusun Oleh : Ednan Setryawan Wibowo P

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN SIM DALAM ORGANISASI

Chapter 11 Assuring the quality of software maintenance components

FAKTOR-FAKTOR KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PERUSAHAAN

Disusun Oleh : Dr. Lily Wulandari

SOFTWARE QUALITY ASSURANCE

USULAN PENELITIAN KEMITRAAN

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Abdul kadir ( 2003:202) perangkat lunak (software) yaitu:

Pertemuan 2 SOFTWARE DEVELOPMENT LIFE CYCLE (SDLC) POKOK BAHASAN

STMIK GI MDP. Program Studi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap Tahun 2009/2010

BAB1. PENDAHULUAN Siklus hidup sistem (SLC) SDLC Systems Development Life Cycle Siklus Hidup Pengembangan Sistem Systems Life Cycle

SISTEM INFORMASI OUTSOURCING

Ratna Wardani. Department of Electronic Engineering Yogyakarta State University

SOFTWARE PROCESS MODEL

BAB II LANDASAN TEORI. data diolah lebih berdaya guna secara optimal.

Kelebihan & Kekurangannya

REKAYASA PERANGKAT LUNAK. 3 sks Sri Rezeki Candra Nursari reezeki2011.wordpress.com

BAB 3 Analisa dan Perancangan Sistem

TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN IMPLEMENTASI OUTSOURCING DAN INSOURCING DALAM PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI

OUTSOURCING SISTEM INFORMASI

Pengembangan Sistem Informasi

TAKE HOME TEST UJIAN AKHIR TRIWULAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN (SIM) NOVINA EKA S. PO

1.2. Tujuan Penulisan

PERANAN DAN RESIKO PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DENGAN OUTSOURCING (Sebagai Take Home Exam - UA)

TAKE HOME TEST NOMOR 2

Tugas Mata Kuliah Tata Kelola IT Maturity Attribute of COBIT AI5 Process: Procure IT Resources

PROKONTRA INSOURCING DAN OUTSOURCING

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Development Lifecycles and Approaches

Tugas Sistem Informasi Manajemen Dosen : Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc. Pentingnya Software Maintenance dalam Sistem Informasi Manajemen OLEH

SOFTWARE PROCESS MODEL I Disiapkan oleh: Umi Proboyekti, S.Kom, MLIS

Arsitektur Sistem Informasi. Tantri Hidayati Sinaga, M.Kom.

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi saat ini, berbagai kegiatan dalam kehidupan sehari-hari akan berbasis komputer. Maka dalam suatu instansi, komputer merupakan sarana dalam menciptakan dan mengembangkan suatu sistem informasi handal. Oleh karena itu setiap orang harus mampu mengikuti arus informasi yang berkembang di dunia teknologi ini. Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu. Informasi yang berkualitas ini akan memudahkan user dalam mengambil keputusan secara tepat, cepat, dan bernilai strategis. Salah satu upaya untuk memperkuat Sistem Manajemen Informasi suatu organisasi adalah bagaimana membangun dan mengembangkan perangkat lunak (software). Hal ini menjadi sangat urgen bagi perusahaan yang ingin bersaing dalam area global terkait dengan proses pengembangan bisnis dan pemasarannya. Perkembangan teknologi informasi, terutama dari sisi software telah menuntut perusahaan untuk dapat menciptakan sistem informasi beserta software pendukungnya yang memadai dari sisi teknologi yang dipakai, ruang lingkup software yang digunakan, dan kesiapan sumber daya yang mendukungnya. Oleh karena itu, diperlukan berbagai langkah-langkah strategis sebelum memutuskan untuk membangun atau mengembangkan sistem informasi. Pertimbangan terhadap kebutuhan akan suatu sistem informasi yang relevan dengan tujuan perusahaan, kemudian adanya dukungan dari pimpinan, serta pilihan kebijakan pembangunan/pengembangan sistem informasi yang memberdayakan sumber daya internal atau menyerahkan kepada pihak ketiga. 1.2 Tujuan Paper ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang pengertian software serta urgensi software yang berkualitas, strategi dan langkah-langkah pembangunannya yang bermanfaat bagi perusahaan.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi Manajemen Sistem Informasi Manajemen (SIM) menurut O Brien (2011) dikatakan bahwa SIM adalah suatu sistem terpadu yang menyediakan informasi untuk mendukung kegiatan operasional, manajemen dan fungsi pengambilan keputusan dari suatu organisasi. Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan sistem informasi yang menghasilkan hasil keluaran (output) dengan menggunakan masukan (input) dan berbagai proses yang diperlukan untuk memenuhi tujuan tertentu dalam suatu kegiatan manajemen (Wikipedia, 2010). Tujuan SIM, yaitu: Menyediakan informasi yang dipergunakan di dalam perhitungan harga pokok jasa, produk, dan tujuan lain yang diinginkan manajemen. Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan, pengendalian, pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan. Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa sebuah sistem informasi melakukan pemrosesan data dan kemudian mengubahnya menjadi informasi. Menurut O brien (2011) SIM merupakan kombinasi yang teratur antara people, hardware, software, communication network dan data resources (kelima unsur ini disebut komponen sistem informasi) yang mengumpulkan, merubah dan menyebarkan informasi dalam organisasi seperti pada Gambar 1. Gambar 1. Komponen Sistem Informasi Sumber: O Brien (2011) 2

Terdapat 3 peran utama sistem informasi dalam bisnis yaitu : Mendukung proses bisnis dan operasional Mendukung pengambilan keputusan Mendukung strategi untuk keunggulan kompetitif Gambar 2. Tiga Peran Utama Sistem Informasi Sumber: O Brien (2011) 2.2 Software 2.2.1 Definisi Software Menurut O Brien dan Marakas (2011), bahwa perangkat lunak (software) adalah program dan prosedur komputer yang berkaitan dengan operasi sistem informasi. Kemudian, menurut Bambang Hariyanto (2008) mendefinisikan Software dalam arti sempit adalah program yang dijalankan disuatu pemosresan. Software dalam arti lebih luas terdiri dalam program-program yang dieksekusi komputer dalam beraneka ukuran arsitektur, dokumen dokumen berupa hard copy dan bentuk bentuk maya, dan data berupa angka - angka dan teks juga, representasi informasi gambar, video, dan audio. Perangkat lunak (Software) seharusnya merupakan produk yang dirancang dan dibangun lewat aktivitas -aktivitas rekayasa perangkat lunak yang berdisiplin dan sistematis agar dapat dihandalkan untuk mendukung aktivitas manusia seharihari. Perangkat lunak (Software) seharusnya bukan hanya kegiatan kerajinan yang hasil akhirnya sulit diprediksi. Perangkat keras (hardware) komputer tidak akan dapat berbuat apa-apa tanpa adanya perangkat lunak (Software). Menurut Jogiyanto (2005) mengatakan 3

bahwa Software adalah teknologi yang canggih dari perangkat keras akan berfungsi apabila instruksi-instruksi tertentu telah di berikan kepada perangkat keras tersebut. Instruksi-instruksi tersebut disebut dengan perangkat lunak (Software). Software adalah sebuah perangkat yang terdiri dari item-item /objek-objek yang merupakan konfigurasi dari : 1) Program : perintah (program komputer) yang bila dieksekusi memberikan fungsi dan unjuk kerja seperti yang diinginkan. 2) Dokumen : menggambarkan operasi dan kegunaan program. 3) Data : struktur data yang memungkinkan program memanipulasi informasi secara proporsional. 2.2.2 Kualitas Software Penjelasan oleh Wallace (2001) mendefinisikan kualitas software merupakan keberadaan karakteristik dari suatu produk yang dijabarkan dalam kebutuhannya, artinya kita harus melihat terlebih dahulu karakteristikkarakteristik apa yang berhubungan atau tidak dengan kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan oleh pengguna komputer (user). Imam Yuadi mengatakan juga bahwa Software Quality didefinisikan sebagai kesesuaian yang diharapkan pada semua software yang dibangun dalam hal fungsi software yang diutamakan, standar pembangunan software yang terdokumentasi dan karakteristik yang ditunjukkan oleh software. Definisi tersebut terdapat 3 hal yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Kebutuhan software adalah pondasi ukuran kualitas software, jika software tidak sesuai dengan kebutuhan yang ditentukan maka kualitas pun kurang. 2. Jika menggunakan suatu standar untuk pembangunan software maka jika software tidak memenuhi standar tersebut maka dianggap kurang berkualitas. 3. Seringkali ada kualitas yang secara langsung diutarakan (tersirat) seperti kemudahan penggunaan dan pemeliharaan yang baik. Menurut McCall, et all (1997) dalam Pressman (2002) mengusulkan suatu pengglongan faktor-faktor atau dimensi-dimensi yang mempengaruhi kualitas suatu software. Pada dasarnya McCall membagi faktor-faktor tersebut menjadi 3 aspek penting, yaitu berhubungan dengan : 4

1. Sifat-sifat operasional dari software (Product Operation); 2. Kemampuan software dalam menjalani perubahan (Product Revision); 3. Daya adaptasi atau penyesuaian software terhadap lingkungan baru (Product Transition). ISO 9126 mendefinisikan kualitas produk software, model, karakteristik mutu, dan metrik terkait digunakan untuk mengevaluasi dan menetapkan kualitas sebuah produk software. Dalam ISO ini menetapkan 6 karakteristik kualitas yaitu: 1. Functionality: Kemampuan menutupi fungsi produk perangkat lunak yang menyediakan kepuasan kebutuhan user. 2. Reliability: Kemampuan perangkat lunak untuk perawatan dengan level performansi. 3. Usability: Kemampuan yang berhubungan dengan penggunaan perangkat lunak. 4. Efficiency: Kemampuan yang berhubungan dengan sumber daya fisik yang digunakan ketika perangkat lunak dijalankan. 5. Maintainanility: Kemampuan yang dibutuhkan untuk membuat perubahan perangkat lunak. 6. Portability: Kemampuan yang berhubungan dengan kemampuan perangkat lunak yang dikirim ke lingkungan berbeda. Gambar 3. Karakteristik Kualitas Software menurut ISO 9126 5

2.2.3 Rekayasa Perangkat Lunak (Software Engineering) Menurut Boehm Software Engineering IEEE Trans on Computer, Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) merupakan penerapan pengetahuan keilmuan secara praktis dalam perancangan dan pengembangan program dan dokumentasi terkait yang diperlukan untuk mengembangkan, mengoperasikan dan memelihara program-program tersebut. Adapun tujuan RPL adalah: a. memperoleh biaya produksi perangkat lunak yang rendah b. menghasilkan pereangkat lunak yang kinerjanya tinggi, andal dan tepat waktu c. menghasilkan perangkat lunak yang dapat bekerja pada berbagai jenis platform d. menghasilkan perangkat lunak yang biaya perawatannya rendah Ruang lingkup dari RPL meliputi : Software requirements berhubungan dengan spesifikasi kebutuhan dan persyaratan perangkat lunak. Software design mencakup proses penentuan arsitektur, komponen, antarmuka, dan karakteristik lain dari perangkat lunak. Software construction berhubungan dengan detil pengembangan perangkat lunak, termasuk algoritma, pengkodean, pengujian, dan pencarian kesalahan. Software testing meliputi pengujian pada keseluruhan perilaku perangkat lunak. Software maintenance mencakup upaya-upaya perawatan ketika perangkat lunak telah dioperasikan. Software configuration management berhubungan dengan usaha perubahan konfigurasi perangkat lunak untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Software engineering process berhubungan dengan definisi, implementasi, pengukuran, pengelolaan, perubahan dan perbaikan proses RPL. Software quality menitikberatkan pada kualitas dan daur hidup perangkat lunak. 2.3 Outsourcing Pembangunan atau Pengembangan Sistem Informasi 2.3.1 Definisi Outsorcing Menurut O Brien dan Marakas (2011), istilah outsourcing dalam arti luas adalah pembelian sejumlah barang atau jasa yang semula dapat dipenuhi oleh 6

internal perusahaan tetapi sekarang dengan memanfaatkan mitra perusahaan sebagai pihak ketiga. Kemudian menurut British Computer Society, outsourcing adalah kegiatan memindahkan aktivitas dan layanan pada pihak lain diluar perusahaan. Dengan definisi yang demikian luas dari outsourcing ini, konsep ini seringkali juga disamakan dengan konsep lain seperti sub kontrak, supplier, proyek atau istilah lain yang berbeda-beda dilapangan, namun pada dasarnya adalah sama, yaitu pemindahan layanan kepada pihak lain. Dalam bahasan kali ini layanan yang dimaksud adalah layanan teknologi informasi dan bidang-bidang lain yang sejenis. 2.3.2 Bentuk Outsourcing Bentuk kontrak outsourcing ini sendiri dapat berupa: Menambahkan pengelolaan TI dengan penambahan sumberdaya dari pihak luar; Mengkontrakkan sistem secara utuh pada pihak luar; Mengkontrakkan hanya sistem operasional dan fasilitasnya. Dari bentuk bentuk kontrak diatas outsourcing dapat dikategorikan menjadi 4 macam yang menurut The Computer Sciences Corporation (CSC) Index adalah sebagai berikut: Total outsourcing, outsourcing secara total pada seluruh komponen TI; Selective outsourcing, outsorcing hanya pada komponen-komponen tertentu; Transitional outsourcing, outsourcing yang fokusnya pada pembuatan sistem baru; Transformational outsourcing, outsourcing yang fokusnya pada pembangunan dan operasional dari sistem baru. Beberapa bidang yang dapat dilakukan outsourcing oleh perusahaan antara lain yaitu pemeliharaan dan perbaikan teknologi informasi maupun sistem informasi, pelatihan karyawan mengenai kemampuan TI dan SI, pengembangan aplikasi software mapun hardware, konsultasi, pengelolaan sumber data, servis server, jaringan administrasi, servis desktop, layanan terhadap end user, dan outsourcing terhadap total teknologi informasi perusahaan. 7

2.3.3 Keunggulan dan Kelemahan Outsourcing Banyak perusahaan dan organisasi memilih melakukan pengembangan sistem informasi dengan cara outsourcing dibandingkan cara lainnya. Pemilihan tersebut dilandasi beberapa pertimbangan yang melihat bahwa outsoursing mempunyai lebih banyak keunggulan dibandingkan dengan kelemahan yang dimilikinya. Keunggulan outsourcing dibandingkan pendekatan lain yaitu: 1. Perusahaan tidak perlu melakukan investasi yang mahal di bidang teknologi untuk mengembangkan sistem informasi perusahaannya. Pembangunan SI dapat diserahkan kepada vendor yang mempunyai core competence di bidang IT dan mempunyai pengetahuan dan pengelaman di bidangnya. Hal tersebut juga menghindarkan resiko perusahaan untuk mengeluarkan biaya tambahan karena kegagalan implementasi SI. 2. Perusahaan dapat berkonsentrasi untuk menjalankan core bisnisnya, bersamaan waktunya dengan proses instalasi sistem informasi. Sehingga tidak mengganggu rutinitas kegiatan bisins perusahaan atau kegiatan organisasi. 3. Jaminan mutu kualitas dari hasil aplikasi sistem informasi yang dibangun oleh vendor yang berpengalaman. 4. Aplikasi sistem informasi yang dibangun dapat sesuai dengan harapan manajemen perusahaan, bahkan dapat menjadi competitive advantage dibandingkan dengan perusahaan lain dengan kemampuan vendor untuk membangun sistem dengan teknologi terbaru disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Kondisi tersebut diperkuat dengan alasan yang dikemukakan oleh O Brien dan Marakas (2011) mengenai 10 pertimbangan alasan perusahaan memilih outsourcing sebagai berikut: 1. Mengurangi dan mengendalikan biaya operasional. Pemilihan outsourcing memang membutuhkan biaya yang mahal pada awal kontraknya, tetapi pertimbangan resiko yang akan ditanggung oleh perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan membangun sendiri dengan kemampuan kurang akan mengakibatkan permasalahan di kemudian hari dan berdampak pada segi pembiayaan perusahaan. 8

2. Meningkatkan fokus perusahaan pada kegiatan utama usahanya tanpa dibebani permasalahan pengembangan sistem informasi. 3. Mendapatkan akses terhadap sistem informasi premium atau kelas dunia bagi penerapan sistem informasi di perusahaannya. 4. Sumber daya manusia dalam perusahaan dapat lebih fokus melakukan pekerjaan pada kegiatan utama perusahaan tanpa dibebani kegiatan pengembangan sistem informasi. Tentu saja hal ini diharapkan akan meningkatkan produktifitas perusahaan. 5. Memberi jalan keluar terhadap permasalahan ketidak tersediaan sumber daya dari perusahaan yang ahli dalam pengembangan sistem informasi, sehingga dapat mengurangi resiko salah penerapan sistem informasi. 6. Menunjang akselerasi tujuan perusahaan untuk mempercepat mendapatkan keuntungan/ benefit dengan penerapan sistem informasi yang sesuai. 7. Menghindarkan dari kendali internal mengenai tidak berfungsinya sistem informasi karena penerapan sistem informasi yang salah atau gagal. 8. Peningkatan benefit perusahaan akan menyebabkan perusahaan dapat meningkatkan pertumbuhan modal usaha. 9. Berbagi resiko terhadap implementasi sistem informasi antara perusahaan dan vendor. Kesalahan implementasi tidak ditanggung penuh oleh perusahaan saja, oleh karena itu dibutuhkan kerjasama yang baik dalam proses perencanaan sistem informasi antara perusahaan dan vendor. 10. Perusahaan dapat mengontrol pemasukan dan pengeluaran kas dengan bantuan sistem informasi yang tepat. Selain kelebihan, bahwa outsourcing juga mempunyai beberapa kelemahan dalam pelaksanaannya. Kelemahan outsourcing antara lain: 1. Pelanggaran kontrak kerja oleh vendor lebih banyak akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Misalnya hasil aplikasi tidak sesuai dengan harapan perusahaan menimbulkan kerugian biaya dan waktu. 2. Perusahaan akan kehilangan kontrol terhadap aplikasi sistem informasi yang dibangun oleh vendor apabila terjadi ganguan pada sistem informasi yang sangat penting bagi perusahaan. Penanganan ganguang yang hanya dapat diperbaiki oleh vendor mengakibatkan ketergantungan bagi perusahaan. 9

3. Perusahaan lain dapat meniru sistem informasi yang dikembangkan oleh vendor yang sama. Untuk mengurangi resiko perusahaan yang diakibatkan karena vendor yang tidak bonafide dan tidak mempunyai itikad baik, O Brien dan Marakas (2011) menyarankan agar perusahaan memperhatikan 10 faktor dalam memilih vendor sistem informasi yaitu sebagai berikut: 1. Komitmen terhadap kualitas, yaitu aplikasi sistem informasi yang dihasilkan oleh vendor harus mempunyai berkualitas bagus dan dapat dilakukan pengembangan, dapat diandalkan oleh perusahaan, mudah dipelajari dan dapat digunakan oleh pengguna. 2. Harga yang compatible, yaitu harga yang sesuai untuk sistem informasi yang berkualitas yang diinginkan oleh perusahaan. 3. Reputasi vendor yang baik akan mempengarui perusahaan dalam memilih pengembang. Semakin berpengalaman vendor dan mempunyai reputasi yang baik, maka kecenderungan perusahan memilih semakin tinggi. 4. Fleksibilitas syarat kontrak, yaitu perusahaan akan cenderung memelih vendor yang tidak kaku terhadap syarat-syarat kontrak dalam mengembangkan sistem informasinya sehingga hasil aplikasi yang diharapkan dapat optimal sesuai kebutuhan pengguna. 5. Lingkup sumber daya vendor yang ahli dalam bidang IT dan sistem informasi. 6. Kemampuan menambahan nilai lebih/ value yang diterima oleh perusahaan dari penerapan sistem informasi yang dapat diterapkan oleh vendor. 7. Kesesuaian atau kesepahaman terhadap nilai-nilai kultural antara perusahaan dan vendor yang hendak mengembangkan sistem informasi perusahaan. Dengan kesesuaian ini diharapkan vendor memahami spirit dalam perusahaan dan penerapan sistem informasi tidak akan bertentangan dengan hal tersebut. 8. Hubungan yang berkelanjutan, yaitu perusahaan mengharapkan hubungan berkelanjutan kaitannya dengan maintanance sistem informasi yang dikembangkan oleh vendor. 9. Lokasi menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan vendor, misalnya kedekatan lokasi perusahaan dan kantor vendor sehingga dapat mempermudah komunikasi. 10

2.4.1 Model Proses Pengembangan Perangkat Lunak Proses pengembangan perangkat lunak terdiri atas beberapa model, antara lain sebagai berikut: a. Code and Fix. Model ini terdiri atas tahapan Code (Pemrograman) dan Fix (Perbaikan/ Pemeliharaan) dengan kriteria transisi berupa Code (Program). Model proses ini merupakan proses pengembangan perangkat lunak pada awal era pengolahan data yang memiliki ciri menggunakan 3GL atau lebih rendah dan biaya pemeliharaan yang besar. b. System Development Life Cycle (SDLC). SDLC merupakan proses pembuatan dan pengubahan sistem serta model dan metodologi yang digunakan untuk mengembangkan sistem-sistem tersebut. Konsep ini umumnya merujuk pada sistem komputer atau informasi. Model ini terdiri atas tahapan investigasi, analisis, desain, implementasi, dan pemeliharaan. Model SDLC ini merupakan perbaikan dari code and fix, dan sampai saat ini merupakan salah satu proses perangkat lunak yang paling banyak digunakan. c. Prototyping. Model ini memiliki tahapan: identifikasi kebutuhan awal, prototyping, penggunaan dan evaluasi prototipe (feedback), revisi prototyping, penerimaan/persetujuan end user, implementasi sistem, operasionalisasi dan pemeliharaan. Model prototyping merupakan salah satu proses perangkat lunak yang mulai banyak digunakan saat ini. Model ini banyak memanfaatkan 4GL dan Application Generator. Bila dibandingkan dengan SDLC, model prototyping memiliki produktivitas lebih baik namun kelengkapan fungsi dari sistem dan keterpaduan (integrasi) sistem kurang baik. d. Spiral. Model ini memiliki tahapan: determine, objectives, alternatives, dan constraints. Model ini merupakan kombinasi SDLC, Prototyping dan Risk Analysis dan digunakan untuk pengembangan proyek yang berskala besar, dengan memperhatikan pengaruh resiko dilihat dari segi finansial maupun keamanan (jiwa manusia). e. CASE. CASE (Computer Aided Software Engineering) adalah adalah metode berbasis proses pengembangan perangkat lunak yang didukung oleh perangkat keras dan perangkat lunak. 11

III. PEMBAHASAN 3.1 Jelaskan atribut atribut dari software yang berkualitas? Apa yang perlu dilakukan dalampembangunan sistem informasi agar software penunjang sistem informasi yang dibangun tersebut memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan oleh ISO? Sesuai dengan teori, bahwa software yang berkualitas merupakan software yang dapat memenuhi kebutuhan pengguna (user) dan sesuai dengan kriteriakriteria yang dijadikan standar kualitas suatu software. Adapun standar internasional yang dijadikan acauan dalam menilai bahwa software itu berkualitas atau tidak ditentukan berdasarkan International Organization for Standardization (ISO) atau best practice lainnya. Dari sisi produk, ISO yang mengatur standarisasi kualitas software (perangkat lunak) adalah ISO 9126. ISO 9126 adalah standar internasional untuk mengevaluasi kualitas software dan merupakan pengembangan dari ISO 9001 tentang Standar Manajemen Mutu. ISO 9126 mendefinisikan kualitas produk perangkat lunak, model, karakteristik mutu, dan metrik terkait yang digunakan untuk mengevaluasi dan menetapkan kualitas sebuah produk software. Standar ini dibagi menjadi empat bagian yang masing-masing menjelaskan model kualitas, metrik eksternal, metrik internal, dan metrik kualitas yang digunakan. Ada enam atribut kualitas software yang ditetapkan oleh ISO 9126, yaitu fungsionalitas (functionality), kehandalan (reliability), kebergunaan (usability), efisiensi, portabilitas, serta keterpeliharaan (maintainability). Keenam atribut tersebut dibagi lagi menjadi beberapa subatribut, dengan penjelasan sebagai berikut : Tabel 1. Atribut dan Subatribut Kualitas Software menurut ISO 9126 Attribut Penjelasan Subattribut Sekumpulan atribut Suitability yang menerangkan suatu set fungsi Accuracy berikut properties yang telah Interoperability Functionality ditentukan sebelumnya. Security Functionality Compliance Reliability Sekumpulan atribut Maturity 12

Attribut Penjelasan Subattribut yang menerangkan kehandalan Fault Tolerance suatu perangkat lunak dalam Recoverability kondisi dan jangka waktu yang Reliability telah ditentukan. Compliance Usability Efficiency Maintainability Sekumpulan atribut yang menerangkankan sejauh mana kegunaan dari suatu perangkat lunak sesuai kebutuhan awal yang telah disepakati. Sekumpulan atribut yang menerangkankan hubungan antara untukkerja/kehandalan suatu perangkat lunak terhadap jumlah sumberdaya yang digunakan. Sekumpulan atribut yang menerangkankan usaha yang diperlukan untuk melakukan perbaikan dan perubahan terhadap suatu perangkat lunak. Understandability Learnability Operability AttractivenessUsability Compliance Time Behaviour Resource Utilisation Efficiency Compliance Analyzability Changeability Stability Testability Maintainability Compliance Portability Sekumpulan atribut yang menerangkankan kemampuan suatu perangkat lunak untuk dipindahkan dalam lingkungan yang berbda. Contoh: aplikasi dapat digunakan dalam dua system operasi yang berbeda). Adaptability Installability Co-Existence Replaceability Portability Compliance Menurut McCall, et all (1997) mengusulkan suatu penggolongan faktorfaktor atau dimensi-dimensi yang mempengaruhi kualitas suatu software. Pada dasarnya McCall membagi faktor-faktor tersebut menjadi 3 aspek penting, yaitu berhubungan dengan : 1. Sifat-sifat operasional dari software (Product Operation), yang terdiri dari : a) Correctness - sejauh mana suatu software memenuhi spesifikasi dan mission objective dari users; b) Reliability- sejauh mana suatu software dapat digunakan dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan requirement yang dibutuhkan. 13

c) Efficiency- seberapa banyaknya sumber daya programmer dan coding program yang dibutuhkan suatu software untuk melakukan fungsinya; d) Integrity sejauh mana kontrol keamaan software dan data terhadap pihak yang tidak berhak menggunakannya. e) Usability- usaha yang diperlukan untuk mempelajari, mengoperasikan, menyiapkan input, dan mengartikan output dari software. 2. Kemampuan software dalam menjalani perubahan (Product Revision), yang terdiri dari: a) Maintainability- usaha yang diperlukan untuk menemukan dan memperbaiki kesalahan terhadap software; b) Flexibility- usaha yang diperlukan untuk melakukan modifikasi terhadap operasional software; c) Testability- usaha yang diperlukan untuk menguji suatu software untuk memastikan apakah melakukan fungsi yang dikehendaki atau tidak. 3. Daya adaptasi atau penyesuaian software terhadap lingkungan baru (Product Transition), yang terdiri dari : a) Portability- usaha yang diperlukan untuk mentransfer software dari suatu hardware dan sistem tertentu agar dapat berfungsi pada hardware dan sistem lainnya; b) Reusability- sejauh mana suatu software (atau bagian software dapat dipergunakan kembali pada pembuatan software lainnya; c) Interoperability- usaha yang diperlukan untuk menghubungkan suatu software dengan software lainnya. Dalam rangka membangun sistem informasi agar software penunjang dapat memenuhi ISO, maka dapat dilakukan dengan melakuakan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL)/software engineering. Sesuai teori bahwa RPL merupakan penerapan pengetahuan keilmuan secara praktis dalam perancangan dan pengembangan program dan dokumentasi terkait yang diperlukan untuk mengembangkan, mengoperasikan dan memelihara program-program tersebut. (Boehm Software Engineering IEEE Trans on Computer). Tujuan rekayasa ini adalah untuk (i) menghasilkan software yang kinerjanya tinggi, andal dan tepat 14

waktu, (ii) menghasilkan software yang dapat bekerja pada berbagai jenis platform, dan (iii) menghasilkan software yang biaya perawatannya rendah. Beberapa langkah dalam RPL ini meliputi (i) Pengembangan perangkat lunak (software development), (ii) Manajemen proyek (project management), (iii) Metrik perangkat lunak (software metric), (iv) Pemeliharaan perangkat lunak (software maintenance), (v) Jaminan kualitas perangkat lunak (software quality assurance), (vi) Manajemen konfigurasi perangkat lunak (software configuration management). 3.2 Mengapa kita perlu memperhatikan faktor maintainaibility dari suatu software? Jelaskan urgensinya! Menurut ISO 9126 bahwa maintanability merupakan sekumpulan atribut yang menerangkan usaha yang diperlukan untuk melakukan perbaikan dan perubahan terhadap suatu perangkat lunak. Selain itu, maintanability juga disebut sebagai pemeliharaan sistem (system maintenance), yang meliputi proses monitoring, evaluasi, dan modifikasi dari sistem yang tengah beroperasi agar dihasilkan performa yang dikehendaki. Pemeliharaan ini juga meliputi perbaikan jika ada perubahan lingkungan eksternal. Maintanability menjadi urgen dalam suatu software karena merupakan upaya untuk menjaga software agar selalu siap pakai dan menghindari/meminimalisir terjadinya kerusakan atau gangguan pada software. Berdasarkan ISO 9126, bahwa maintainability memiliki sub attribute meliputi Analyzability, Changeability, Stability, Testability dan Compliance. Menurut Mc Call, 1997 bahwa posisi maintanability terletak pada saat product revision, yaitu ketika kemampuan software dalam melakukan perubahan. Perlu dipahami bahwa Ketersediaan dokumentasi yang memadai meliputi user requirement, desain fungsi, user manual, pencatatan perubahan (biasanya dalam bentuk change request) dan dokumen penunjang lainnya seperti kebijakan perusahaan menjadi faktor penentu maintainability. Ada 3 alasan yang mendasari pentingnya pemeliharaan sistem atau maintenance system, yaitu sebagai berikut : a. Memperbaiki Kesalahan (Correcting Errors) 15

Maintenance dilakukan untuk mengatasi kegagalan dan permasalahan yang muncul saat sistem dioperasikan. b. Menjamin dan Meningkatkan Kinerja Sistem (Feedback Mechanism) Bentuk aktivitas maintenance seperti ini dilakukan pada saat tinjauan sistem secara periodik. Tinjauan periodik atau audit sistem dilakukan untuk menjamin sistem berjalan dengan baik, dengan cara memonitor sistem secara terusmenerus terhadap potensi masalah atau perlunya perubahan terhadap sistem. c. Menjaga Kemutakhiran Sistem (System Update) Selain sebagai proses perbaikan kesalahan dan kajian pasca implementasi, system maintenance juga meliputi proses modifikasi terhadap sistem yang telah dibangun karena adanya perubahan dalam organisasi atau lingkungan bisnis. Sehingga, system maintenance menjaga kemutakhiran sistem (system update) melalui modifikasi-modifikasi sistem yang dilakukan. 3.3 Apa apa saja yang perlu diperhatikan bila organisasi mengambil kebijakan outsourcing dalam pengembangan sistem informasinya? Jelaskan! Menurut O Brien dan Marakas (2011), istilah outsourcing dalam arti luas adalah pembelian sejumlah barang atau jasa yang semula dapat dipenuhi oleh internal perusahaan tetapi sekarang dengan memanfaatkan mitra perusahaan sebagai pihak ketiga. Tujuannya agar organisasi dapat lebih berkonsentrasi kepada aktivitas inti bisnisnya dengan mepertimbangkan aspek investasi, risiko, dan efisiensi. Alasan penggunaan outsourcing pada umumnya adalah penghematan biaya (cost saving), lebih fokus pada kegiatan utama (core business), pemanfaatan sumber daya (resource), waktu, dan infrastruktur yang lebih baik. Perusahaan yang ingin menggunakan strategi outsourcing untuk mengembangkan sistem informasi di perusahaan mereka harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Menentukan pengembang yang ditunjuk untuk membangun sistem informasi dengan hati-hati. Sebaiknya, pihak luar yang dipilih memang benar-benar telah berpengalaman. 16

b. Menandatangani kontrak. Kontrak dimaksudkan sebagai pengikat tanggung jawab dan dapat dijadikan sebagai pegangan dalam melanjutkan atau menghentikan proyek jika terjadi masalah selama masa pengembangan. c. Merencanakan dan memonitor setiap langkah dalam pengembangan agar keberhasilan proyek benar-benar tercapai. Kontrol perlu diterapkan pada setiap aktivitas dengan maksud agar pemantauan dapat dilakukan dengan mudah. d. Menjaga komunikasi yang efektif antara personil dalam perusahaan dengan pihak pengembang dengan tujuan agar tidak terjadi konflik atau hambatan selama proyek berlangsung. e. Mengendalikan biaya dengan tepat denngan misalnya memperhatikan proporsi pembayaran berdasarkan persentasi tingkat penyelesaian proyek. Kunci utama dalam kesuksesan outsourcing adalah pemilihan vendor yang tepat (choose the right vendor) karena outsourcing merupakan kerjasama jangka panjang sehingga penunjukkan vendor yang tepat sebagai mitra perusahaan menjadi sangat krusial baik dari pertimbangan aspek teknologi, bisnis, maupun tujuan finansial. Berdasarkan hal tersebut, perusahaan dituntut untuk dapat memahami dasar pertimbangan dalam pemilihan supplier, dimana ada beberapa faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan vendor adalah a. Pengetahuan/kemampuan dalam industri yang dibidanginya (Industry Knowledge); b. Kemampuan teknis; c. Kemampuan keuangan; d. Kemampuan dalam menyampaikan infrastruktur jasa yang dikelolanya. Beberapa keunggulan kebijakan outsourcing dalam pengembangan sistem informasi, yaitu: a. Perusahaan dapat mengonsentrasikan diri pada bisnis yang ditangani. Masalah mengenai hardware, sofware, dan maintenance sistem merupakan tanggung jawab pihak vendor. b. Lebih praktis serta waktu pengembangan sistem relatif lebih cepat, efektif, dan efisisen karena dikerjakan oleh orang yang profesional di bidangnya. c. Penghematan waktu proses dapat diperoleh karena beberapa outsourcer dapat dipilih untuk bekerja bersama-sama menyediakan jasa ini kepada perusahaan. 17

d. Dapat membeli partner/provider sesuai anggaran dan kebutuhan. e. Memudahkan akses pada pasar global jika menggunakan vendor yang mempunyai reputasi baik. f. Resiko ditanggung oleh pihak ketiga. Resiko kegagalan yang tinggi dan biaya teknologi yang semakin meningkat, akan lebih menguntungkan bagi perusahaan jika menyerahkan pengembangan sistem informasi kepada outsourcer agar tidak mengeluarkan investasi tambahan. g. Biaya pengembangan sistem informasi dapat disesuaikan dengan anggaran dan kebutuhan perusahaan. Mahal atau murahnya biaya pengembangan sistem informasi tergantung jenis program yang dibeli. h. Mengurangi resiko penghamburan investasi jika penggunaan sumber daya sistem informasi belum optimal. Jika hal ini terjadi maka perusahaan hanya menggunakan sumber daya sistem yang optimal pada saat-saat tertentu saja, sehingga sumber daya sistem informasi menjadi tidak dimanfaatkan pada waktu yang lainnya. i. Dapat digunakan untuk meningkatkan kas dalam aset perusahaan karena tak perlu ada aset untuk teknologi informasi. j. Memfasilitasi downsizing sehingga perusahaan tak perlu memikirkan pengurangan pegawai. Beberapa kelemahan kebijakan outsourcing dalam pengembangan sistem informasi, yaitu: a. Terdapat kekhawatiran tentang keamanan sistem informasi karena adanya peluang penyalahgunaan sistem informasi oleh vendor, misalnya pembajakan atau pembocoran informasi perusahaan. b. Ada peluang sistem informasi yang dikembangkan tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan dikarenakan vendor tidak memahami kebutuhan sistem dalam perusahaan tersebut. c. Transfer knowledge terbatas karena pengembangan sistem informasi sepenuhnya dilakukan oleh vendor. d. Relatif sulit melakukan perbaikan dan pengembangan sistem informasi karena pengembangan perangkat lunak dilakukan oleh vendor, sedangkan perusahaan umumnya hanya terlibat sampai rancangan kebutuhan sistem. 18

e. Dapat terjadi ketergantungan kepada konsultan. f. Manajemen perusahaan membutuhkan proses pembelajaran yang cukup lama dan perusahaan harus membayar lisensi program yang dibeli sehingga ada konsekuensi biaya tambahan yang dibayarkan. g. Resiko tidak kembalinya investasi yang telah dikeluarkan apabila terjadi ketidakcocokan sistem informasi yang dikembangkan. h. Mengurangi keunggulan kompetitif perusahaan. Mungkin saja pihak outsourcer tidak fokus dalam memberikan layanan karena pada saat yang bersamaan harus mengembangkan sistem informasi/jaringan klien lainnya. i. Perusahaan akan kehilangan kendali terhadap aplikasi yang di-outsource-kan. Jika aplikasinya adalah aplikasi kritikal yang harus segera ditangani jika terjadi gangguan, perusahaan akan menanggung resiko keterlambatan penanganan jika aplikasi ini di-outsource-kan karena kendali ada pada outsourcer yang harus dihubungi terlebih dahulu. j. Jika kekuatan menawar ada di outsourcer, perusahaan akan kehilangan banyak kendali dalam memutuskan sesuatu apalagi jika terjadi konflik diantaranya. Selanjutnya, apabila perusahaan melakukan keputusan untuk melaksanakan outsourcing, IT Governance Institute (2005) memberikan aturan baku untuk outsourcing yang memiliki tahapan outsourcing life cycle sebagai berikut : 1. Kesesuaian penandatanganan kontrak dan penandatanganan proses yang diselesaikan. 2. Persetujuan Service Level Agreement (SLA). 3. Proses Opersional yang dikembangkan. 4. Transisi tahapan layanan dan waktu pembayaran. 5. Tim operasional, artikulasi yang jelas hubungan dan interface. 6. Transisi dan Transformasi rencana penyelesaian. 7. Undang-undang sukses, bonus dan penalti. 8. Konsensus dalam menentukan tanggung jawab. 9. Penilaian kelanjutan kinerja dan gaya supplier outsource. 19

3.4 Kalau anda dipercaya untuk memimpin pembangunan sistem informasi terintegrasi bagi perusahaan di tempat anda bekerja langkah apa saja yang akan anda lakukan? Jelaskan! Andaikata saya dipercaya pimpinan untuk memimpin pembangunan sistem informasi terintegrasi bagi perusahaan, maka langkah-langkah yang saya lakukan adalah menggunakan System Development Life Cycle (SDLC). Dalam Rekayasa Perangkat Lunak, konsep SDLC mendasari berbagai jenis metodologi pengembangan software. Sistem ini berisi framework untuk perencanaan dan pengendalian pembuatan sistem informasi, yaitu proses pengembangan software. SDLC memiliki beberapa fase yang secara alur terkait satu sama lain, yaitu: a. Investigasi (Investigate). Tujuan investigasi adalah melakukan analisis awal, mencari solusi alternatif, mendeskripsikan biaya dan keuntungan, dan menyerahkan rencana awal dengan beberapa rekomendasi. Produk dari fase ini berupa laporan studi kelayakan mengenai rencana pengembangan sistem informasi yang meliputi kelayakan secara organisasi, kelayakan secara ekonomi, kelayakan secara teknik, dan kelayakan secara operasional. Beberapa langkah dalam fase pertama ini adalah: Melakukan analisis awal, yaitu dengan mencari apa yang menjadi tujuan organisasi dan sifat serta cakupan masalah, selanjutnya melihat apakah masalah yang dipelajari cocok dengan tujuan tersebut. Hal ini saya lakukan, misalnya dengan melakukan internview dengan para manajer, pelanggan, dan karyawan, menyebarkan kuisioner secara tepat kepada end users dalam organisasi, melakukan observasi secara personal, melakukan pemeriksaan dokumen, laporan, atau melakukan pengembangan, simulasi, dan observasi model aktivitas pekerjaan. Mengajukan solusi-solusi alternative, Solusi-solusi alternative bisa diperoleh dengan mewawancarai orang dalm organisasi, klien ayau pelanggan yang terpengaruh oleh system, pemasok dan konsultan. Mendeskripsikan biaya dan keuntungan, anda perlu mendaftarkan biaya maupun keuntungan secara terperinci. Biaya akan tergantung dari keuntungan yang bisa menawarkan penghematan. 20

Menyerahkan rencana awal, Semua yang anda temukan digabung dalam suatu laporan tertulis, pembaca laporan ini bisa saja eksekutif yang punya wewenang untuk memutuskan dan menjalankan proyek. Anda harus mendeskripsikan solusi-solusi potensial, biaya, dan keuntungan dan memberikan rekomendasi bagi anda. b. Analisis (Analysis). Tujuan analisis sistem adalah mengumpulkan data, menganalisis data, dan menuliskan laporan. Dalam fase ini, saya akan mengikuti arahan dari pihak managemen setelah mereka membaca laporan studi kelayakan (fase pertama). Pihak manajemen memberi perintah untuk menganalisis atau mempelajari sistem yang sudah ada untuk memahami perbedaan sistem baru dengan sistem yang sudah ada. Produk dari fase kedua ini berupa functional requirements, yang meliputi user interface requirements, processing requirements, storage requirements, dan control requirements. Beberapa langkah dalam fase kedua ini adalah: Mengumpulkan data, dalam upaya mengumpulkan data, anda akan meninjau dokumen tertulis, mewawancarai pegawai dan manager, membuat kuesioner dan mengobservasi rang dan proses-proses di tempat kerja. Menganalisa data, data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis. Ada banyak piranti analitik yang dapat dipakai, piranti pemodelan memungkinkan analisis system menampilkan representasi system dalam bentuk gambar, misal data flow diagram atau diagram aliran data. Dan Perangkat CASE (Computer Aided Software Engineering) adalah program yang mengotomatisasi berbagai aktivitas SDLC. Contoh programnya ialah Analyst Pro, Visible Analyst dan System Architect. Menulis laporan, perlu membuat laporan setelah selesai melakukan analisis. Ada 3 bagian, yang pertama, harus menjelaskan cara bekerja system yang sudah ada. Kedua, harus menjelaskan masalah-masalah pasa system yang ada. Ketiga harus mendeskripsikan ketentuan-ketentuan untuk system baru dan memberikan rekomendasi tentang apa yang akan dilakukan selanjutnya. c. Desain (Design). Tujuan desain sistem adalah membuat desain awal, lalu desain yang detail, dan membuat laporan. Produk dari fase ini adalah system spesifications, yang meliputi User interface specifications, Database 21

specifications, Software specifications, Hardware and facilities specifications, dan Personal specifications. Beberapa langkah dalam fase ketiga ini adalah: Membuat desain awal, desin awal mendeskripsikan kpabilitas fungsional secar umum dari system system informasi yang diusulkan. Perangkat yang digunakan pada fase ini adalah perangkat CASE dan perangkat lunak managemen proyek. Prototyping juga digunakan pada tahap ini,prototyping ialah pengguna workstation, perangkat CASE dan aplikasi perangkat lunak lain untuk membuat model kerja dari komponen system sehingga system baru bisa segera diuji dan dievaluasi. Jadi prototype adalah system dengan kemapuan kerja terbatas yang dikembangkan untuk menguji konsep-konsep desain. Membuat desain yang detail, desain yang detail menggambarkan bagaimana sistem informasi yang diusulkan mampu memberikan kapabilitas yang digambarkan secara umum dalam desain awal. Menulis laporan, semua pekerjaan dala desain awal dan desain yang detail akan dikemas dalam laporan yang terperinci. Anda bisa melakukan persentasi atau diskusi saat menyerahkan laporan ini kepada manajemen senior. d. Implementasi (Implementation). Beberapa langkah dalam fase keempat ini adalah: Konversi ke system baru, proses transisi dari system informasi yang lama ke yang baru, melibatkan konversi perangkat keras, perangkat lunak, dan file. Ada empat strategi untuk melakukan konversi, yaitu : a) Implementasi langsung : pengguna hanya berhenti menggunakan system yang lama dan mulai mengguanakn yang baru. b) Implementasi parallel : Sistem lama dan system yang baru berjalan berdampingan sampai system baru menunjukkan keandalannya di saat system lama tidak berfungsi lagi. c) Implementasi bertahap : bagian-bagian dari system baru dibuat dalam fase terpisah-entah waktu yang berbeda(parallel) atau sekaligus dalam kelompok-kelompok (langsung). 22

d) Implementasi pilot : seluruh system dicoba, namun hanya oleh beberapa pengguna. Stelah keandalannya terbukti barulah system bisa diimplementasikan pada pengguna lainnya. Melatih pengguna, ada banyak piranti yang bisa digunkan membuat pengguna membuat pengguna mengenal system baru dengan baik,dari dokumentasi hingga video tape hingga pelatiah diruang kelas secara langsung ataupun satu per satu. e. Pemeliharaan (Maintenance). Fase ini merupakan penyesuaian dan peningkatan sistem dengan cara melakukan audit dan evaluasi secara periodik dan dengan membuat perubahan berdasarkan kondisi-kondisi baru. Meskipun pengonversian sudah lengkap, bahkan pengguna sudah dilatih, sistem tidak bisa berjalan dengan sendirinya. Inilah tahap dimana sistem harus dimonitor untuk memastikan bahwa sistem itu berhasil. Pemeliharaan tidak hanya menjaga agar mesin tetap berjalan, namun juga meng-upgrade dan mengupdate sistem agar bisa mengikuti perkembangan produk, jasa, layanan, peraturan pemerintah, dan ketentuan lain yang baru. Setelah beberapa saat, biaya pemeliharaan akan meningkat seiring makin banyaknya usaha untuk mempertahankan system agar tetap responsive terhadap kebutuhan pengguna. Dalam beberapa hal, biaya pemeliharaan ini bisa membengkak, menandakan bahwa sekaranglah saat yang tepat untuk memulai lagi SDLC. 23

IV. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dari sudut pandang produk, pengukuran kualitas perangkat lunak dapat menggunakan standard dari ISO 9126 atau best practice yang dikembangkan para praktisi dan pengembang perangkat lunak. Karakteristik software berkualitas menurut ISO 9126 yaitu: functionality, reliability, usability, efficiency, maintainability, dan portability. Adapun hal yang perlu dilakukan dalam membangun sistem informasi agar software penunjang yang dibangun dapat memenuhi ISO adalah dengan melakukan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL)/Software Engineering. RPL ini bertujuan menghasilkan software yang kinerjanya tinggi, andal dan tepat waktu, menghasilkan software yang dapat bekerja pada berbagai jenis platform, dan menghasilkan software yang biaya perawatannya rendah. 2. Tiga alasan pentingnya pemeliharaan sistem atau system maintenance: Memperbaiki Kesalahan (Correcting Errors), Menjamin dan Meningkatkan Kinerja Sistem (Feedback Mechanism), Menjaga Kemutakhiran Sistem (System Update). System maintenance menjadi urgen karena pada system maintenance terjadi usaha perbaikan secara berkelanjutan untuk mempertemukan kebutuhan organisasi terhadap sistem dengan kinerja sistem yang telah dibangun. 3. Hal-hal yang perlu diperhatikan perlu diperhatikan bila organisasi mengambil kebijakan outsourcing dalam pengembangan sistem informasinya, antara lain: menentukan pengembang yang ditunjuk untuk membangun sistem informasi dengan hati-hati dan sebaiknya yang dipilih memang benar-benar telah berpengalaman, menandatangani kontrak sebagai pengikat tanggung jawab, merencanakan dan memonitor setiap langkah dalam pengembangan agar keberhasilan proyek benar-benar tercapai, menjaga komunikasi yang efektif antara personil dalam perusahaan dengan pihak pengembang dengan tujuan agar tidak terjadi konflik atau hambatan selama proyek berlangsung, dan mengendalikan biaya dengan tepat. Selain itu, perlu juga diketahui kelebihan dan kelemahan serta aturan baku dalam penggunaan outsourcing. 24

4. Saat ini metode pengembangan sistem informasi yang umum digunakan adalah System Develpoment Life Cycle (SDLC). SDLC adalah langkah-langkah dalam pengembangan sistem informasi. SDLC menyediakan framework yang lengkap untuk aktivitas rekayasa bentuk dan pembangunan sistem informasi yang formal. Penggunaan SDLC yang memadai akan menghasilkan sistem informasi yang berkualitas. Penggunaan SDLC akan lebih optimal apabila menjalankan beberapa fase, yaitu nvestigasi, analisis, desain, implementasi, dan pemeliharaan sistem.. 25

DAFTAR PUSTAKA Britton, Carol. 2001. Object-Oriented Systems Development. McGraw-Hill. hlm. 27-34, 268. IEEE Standard Glossary of Software Engineering Technology, IEEE Std 610.12-1990, Institute of Electrical and Electronics Engineers, New York. 1990. Imam Suroso, Arif. 2012 Materi Kuliah Sistem Informasii Manajemen, MB IPB. J.A. McCall, P.K. Richards, and G.F. Walters. 1977. Factors in Software Quality, Tehnical Report RADC-TR-77-369, US Department of Commerce. Jogiyanto, 2003. Sistem Teknologi Informasi (Pendekatan Terintegrasi: Konsep Dasar, Teknologi, Aplikasi, Pengembangan dan Pengelolaan). Penerbit Andi Yogyakarta, Yogyakarta. Mulyanto, Aunur R. 2008. Rekayasa Perangkat Lunak Jilid 1 untuk SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta. O Brien, J. A., Marakas, G. M. 2011. Management Information Systems. Tenth edition. The Mc Graw-Hil Companies.Inc. New York. Pressman, Roger.S. "Software Engineering : A Practioner's Approach." 5th. McGrawHill. 2001. Scardino, Lorrie. 2002. Improving Sourcing Deals,Gartner Research. Kahany, Ervan. F. et all 2010. SDLC (Systems Development Life Cycle). http://edukasi.kompasiana.com/2010/09/24/sdlc-systems-developmentlife-cycle/ (diakses pada tanggal 30 Maret 2012). Susanto, Edi. 2010. Outsourcing dan Implikasinya dalam Pengembangan dan Penerapan Sistem. http://edisusantodasmoon.wordpress.com/2010/07/31/outsourcingimplikasinya-dalam-pengembangan-dan-penerapan-sistem-informasi/ (diakses pada tanggal 31 Maret 2012). 26

... 27