tersisih ", mengandung pengertian bahwa kaum gay pada akhirnya tetap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tahap perkembangan tersebut adalah masa dewasa awal. Menurut Hurlock

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan makhluk hidup lainya. Manusia memiliki kecenderungan seksual

BAB I PENDAHULUAN. berjenis kelamin wanita disebut lesbian, dan homoseksual yang berjenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. seksual kepada sesama jenisnya, disebut gay bila laki-laki dan lesbian bila

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbatas pada siswa baru saja. Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia harus melewati tahap-tahap perkembangan di dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan McMullin (1992) (dikutip dalam Siahaan, 2009: 47) mengungkapkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. adalah perubahan yang terjadi pada perkembangan pribadi seseorang. Masuknya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. emosional yang positif karena telah terpenuhinya kondisi-kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Manusia secara umum menyukai orang yang memiliki karakteristik

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BABI PENDAHULUAN. Sepanjang rentang kehidupan yang dijalani seorang individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB 1 PENDAHULUAN. Homoseksual berasal dari bahasa Mesir yaitu homo yang artinya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sebuah kumpulan individu yang memiliki sebuah

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasar kodratnya, manusia ditakdirkan berpasang-pasangan membangun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada umumnya memiliki perilaku yang berbeda-beda sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan komunitas homoseksual ini sebenarnya telah diakui oleh

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Subjek berasal dari keluarga tidak harmonis, sejak kecil subjek berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. keren ketimbang belanja di pasar tradisional. memenuhi kebutuhan hidupnya (Halim, 2008, h.129). Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. seperti rasa kasih sayang, rasa aman, dihargai, diakui, dan sebagainya.memenuhi

COPING KAUM GAY DALAM PENYESUAIAN SOSIAL MASYARAKAT DI YOGYAKARTA

BABI. PEJ'oil>AHULUAN. Fenomena homoseksual memang menarik untuk diteliti. Fenomena itu sendiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Berdasarkan analisis pada bab sebelumnya diperoleh gambaran bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

BABI PENDAHULUAN. Sepanjang rentang kehidupan, setiap individu melewati beberapa fase

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Homoseksualitas adalah salah satu fenomena sosial yang kontroversial

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal.

BAB II. Tinjauan Pustaka

BABI PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan media komunikasi yang semakin pesat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial.

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan,

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

BAB I PENDAHULUAN. bukanlah fenomena baru di masyarakat Indonesia. Ternyata sejak zaman

BAB II LANDASAN TEORI. Bradburn (1969 dalam Ryff, 1989) membedakan psychological

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Homoseksual berasal dari kata Yunani yaitu homo yang berarti sama.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Menurut Hurlock

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai individu yang kompleks memiliki orientasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peneitian

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era globalisasi telah mendorong timbulnya komunitas baru yakni

BAB I PENDAHULUAN. ketika ia dilahirkan, baik ia dilahirkan sebagai orang kaya atau miskin, berkulit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

2015 REKONSTRUKSI SOSIAL KEHIDUPAN KAUM WARIA DI KOTA CIMAHI

berbeda saat ia berada di SMA, ia sadar bahwa ia merasakan ketertarikan dengan teman-teman perempuannya, informan merasa wanita itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. pembeda. Berguna untuk mengatur, mengurus dan memakmurkan bumi. sebagai pribadi yang lebih dewasa dan lebih baik lagi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan perkembangan seseorang, semakin meningkatnya usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan

ditawarkan, dimana saja, kapan saja, dan siapa saja tanpa memandang batasan bisa mengakses internet. Kemunculan internet juga membawa kita mengenal me

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan tahap memasuki masa dewasa dini. Hurlock (2002)

BAB II LANDASAN TEORI. sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis dalam satu

BAB I PENDAHULUAN. seksual umumnya dibahas seolah-olah hanya merupakan karakteristik individu,

BABI PENDAHULUAN. Masa remaja adalah suatu masa dimana individu dalam proses. pertumbuhannya terutama fisik telah mencapai kematangan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BABI PENDAHULUAN. Setiap pasangan suami isteri tentu berharap perkawinan mereka bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan maka. kesimpulan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut :

BABI. PENDAillJLUAN. Seorang anak selalu membutuhkan peran orangtua. Sejak dulu sampai saat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesuksesan, karena dengan kepercayaan diri yang baik seseorang akan mampu

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

Pada penderita kanker, tekanan psikologis seperti sedih, rasa putus asa, malu, kecemasan dan depresi sangatlah mungkin untuk asa, malu, kecemasan dan

Transkripsi:

BABI PENDAHUL UAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, masyarakat di Indonesia mengenal adanya 3 Jems orientasi seksual. Ketiga orientasi tersebut adalah heteroseksual, homoseksual dan biseksual. Heteroseksual adalah laki-laki atau wanita yang secara erotis tertarik pada individu yang memiliki jenis kelamin yang berbeda, homoseksual adalah laki-laki atau wanita yang secara erotis tertarik pada individu yang memiliki jenis kelamin yang sam a dan biseksual adalah individu yang secara erotis tertarik pada keduanya (heteroseksual dan homoseksual) (Carroll, 2007: 280). Sebagian besar laki-laki homoseksual lebih memilih disebut dengan istilah gay dan wanita homoseksual dengan sebutan lesbian, di mana dengan penggunaan istilah terse but mereka akan terlihat lebih positif (Feldman, 1997: 291 ). Setiap individu, baik yang berorientasi heteroseksual, biseksual m au pun hom oseksual, diciptakan sebagai mahluk sosial dan unik. Yang dimaksudkan dengan mahluk sosial di sini adalah realitas bahwa individu tidak dapat hidup sendiri melainkan membutuhkan orang lain untuk bersosialisasi. Sementara itu, yang dimaksudkan unik adalah kondisi di mana individu terlahir berbeda satu sama lain, berbeda dalam banyak hal, misalnya: karakteristik, kondisi fisik, kondisi psikologis dan emosional. Heteroseksual merupakan jenis orientasi yang dianggap normal dan lazim serta sesuai dengan norma-norma (misalnya: norma agama) yang ada. Namun tidak demikian halnya dengan jenis orientasi seksual yang lain. Sebagian besar dari masyarakat Indonesia masih mempunyai persepsi negatif dan memandang sebelah mata terhadap kaum homoseksual karena dianggap sebagai suatu penyakit.

2 Adanya ungkapan dari kaum gay bahwa "Kami adalah kaum tersisih ", mengandung pengertian bahwa kaum gay pada akhirnya tetap dilecehkan dan menjadi warga yang marginal dan introvert (Andara, dkk, 2002 ; 170). Munculnya ungkapan ini disebabkan oleh masih adanya penolakan yang dialami dan dirasakan oleh kaum gay sehingga timbul perasaan sedih. Hal ini sejalan dengan anggapan yang diutarakan oleh Johnson (1981) dalam Supratiknya (1995: 10), yang mengatakan bahwa agar merasa bahagia, individu membutuhkan konfirmasi dari orang lain yakni pengakuan yang berupa tanggapan dari orang lain yang menunjukkan bahwa individu normal, sehat dan berharga. Kaum homoseksual laki-laki atau gay yang dikatakan memiliki gangguan dalam bidang seksualitasnya tetap memiliki keinginan untuk diterima dalam keluarga dan lingkungannya seperti manusia normallainnya (Andara, dkk, 2002 : 171). Setiap individu terlahir dengan mempunyai konsep diri yang berbeda satu sam a lain, di mana konsep diri tersebut terbentuk melalui suatu proses belajar selama masa pertumbuhan dari kecil hingga dewasa dan juga berasal dari perasaan dihargai atau tidak dihargai. Dalam proses pembentukan perilaku dan kepribadian, individu akan mengembangkan persepsi atau pandangan akan menjadi apa dirinya kelak, hal yang disenangi maupun yang tidak disenanginya. Proses ini dinamakan konsep diri ideal (Hjelle & Ziegler, 1992: 498-499). Hal inipun sejalan dengan definisi yang diungkapkan oleh Rogers yaitu konsep diri adalah keseluruhan persepsi individu mengenai kemampuan, perilaku, dan kepribadiannya. Konsep diri merupakan bagian dari kenyakinan yang dimiliki orang tentang diri mereka sendiri yaitu karakteristik fisik, psikologis, sosial dan emosional, serta aspirasi dan

3 prestasi. Semua konsep diri mencakup citra fisik dan psikologis (Santrock, 1991: 449). Konsep diri ideal merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi konsep diri seorang individu. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi adalah pandangan lingkungan akan diri seorang individu, serta pengalaman yang didapat selama proses kehidupan seorang individu. Ketiga faktor yang saling mempengaruhi tersebut akan membentuk gambaran seorang individu akan dirinya, kemampuan, perasaan, sikap dan nilai yang dimilikinya sebagai satu kesatuan dalam diri (Hurlock, 1974: 21). Konsep diri merupakan hal yang bersifat universal. Konsep diri bukan hanya dimiliki oleh individu yang berorientasi seksual berbeda jenis atau yang biasa disebut heteroseksual tetapi juga dimiliki oleh individu yang mempunyai orientasi seksual sesama jenis (homoseksual). Sutataminingsih membagi konsep diri menjadi 2 macam yaitu konsep diri positif dan negatif. Konsep diri yang dimiliki oleh individu dapat menjadi positif ataupun negatif karena terbentuk dari pandangan atau persepsi seorang individu terhadap dirinya sendiri, yang diperoleh dari informasi me1alui interaksinya dengan orang lain (2009: 21). Adapun hasil observasi yang dilakukan peneliti di lapangan, di mana hasil observasi tersebut menunjukkan adanya perbedaan sikap dari kaum gay yang ditolak dan diterima o1eh lingkungan keluarga dan sosial. Yang mana perbedaan tersebut memiliki indikator sebagai berikut: sikap kaum gay yang diterima oleh lingkungannya memiliki sikap yang 1ebih optimis dalam menja1ani hidup atau menghadapi masalah, tidak malu dengan statusnya sebagai gay, lebih terbuka, dan lebih mudah bergaul. Beberapa indikator tersebut merupakan beberapa kriteria konsep diri yang positif menurut Brooks dan Emmert (dalam Rahmat, 2003: 105-106).

4 Sebaliknya adapun beberapa indikator yang dapat diobservasi dari sikap yang ditunjukkan oleh kaum gay yang merasa ditolak oleh lingkungan atau lingkungan tidak mengetahui bahwa individu tersebut adalah gay, yaitu: pesimis dalam menjalani hidup atau menghadapi masalah, gampang menyerah, tertutup dengan lingkungan keluarga maupun sosial, selalu merasa cemas karena takut ditolak atau dikucilkan apabila ada yang mengetahui statusnya sebagai gay. beberapa indikator tersebut merupakan beberapa kriteria konsep diri yang negatif (Rini, 2002: para 2). Dari hasil observasi di atas serta adanya penolakan dan tekanan yang diterima kaum gay maka dapat diasumsikan bahwa terdapat permasalahan terhadap konsep diri pada kaum gay, di mana konsep diri kaum gay lebih cenderung ke arah yang negatif. Salah satu intervensi yang dapat dilakukan yaitu dengan pemberian dukungan sosial. Hal ini didukung review jurnal dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial dan konsep diri, di mana pemberian dukungan sosial memiliki efek yang langsung dan tidak langsung terhadap individu. Salah satu efek yang dimunculkan, individu dapat memiliki konsep diri yang positif (Kim & Nesselroade, 2003). Menurut Gottlieb dukungan sosial terdiri dari informasi, nasehat verbal maupun non verbal, bantuan nyata berupa tindakan yang diberikan danmempunyai manfaat emosional bagi pihakpenerima (Smet. 1994: 135). Dukungan sosial yang diberikan bermacam-macam, yaitu berupa dukungan emosional, dukungan informatif, dukungan instrumental dan penilaian. Dukungan emosional adalah dukungan dimana individu merasa orang disekitamya memberikan perhatian dan dapat membantu mencari solusi dari permasalahan yang dialami. Dukungan informatif adalah dukungan berupa informasi yang mencakup nasehat, dan pengarahan kepada orang lain

5 melalui diskusi. Dukungan instrumental adalah dukungan yang nyata atau secara materi. Penilaian adalah dukungan berupa penghargaan dan penilaian yang mendukung baik dalam prestasi maupun perilaku individu yang mencakup umpan balik a tau feedback. Beberapa dukungan sosial tersebut dapat diterima dari lingkungan keluarga yang mencakup orangtua dan anggota keluarga, lingkungan sosial yang mencakup ternan di luar komunitas, ternan yang berada dalam satu komunitas serta rekan kerja (Taylor, Peplau, & Sears, 1970: 436-437). Berdasarkan pada review jurnal dari penelitian sebelumnya dapat terlihat bahwa pria gay dapat mengembangkan konsep diri yang lebih positif bila lingkungan sosialnya memberikan dukungan sosial. Dukungan sosial yang diterima dari keluarga, ternan ataupun rekan kerja dapat mempengaruhi perkembangan konsep diri yang lebih positif pada pria gay (Y a tim & Marina, 2005). Meskipun konsep diri dan dukungan sosial secara ilmiah memiliki hubungan dan juga efek terhadap individu, namun kajian ilmiah yang menghubungkan 2 hal terse but dengan subjek kaum gay masih jarang ditemukan. Hal itu yang melatarbelakangi ketertarikan peneliti untuk meneliti "Hubungan antara dukungan sosial dengan konsep diri yang dimiliki kaum gay di Surabaya". Peneliti menangkap adanya kesenjangan antara teori yang peneliti baca dan ketahui dengan kenyataan yang ada. Teori mengatakan bahwa terdapat 3 orientasi seksual, di mana ketiga orientasi tersebut harus diperlakukan secara adil. Tetapi kenyataan yang ada kaum gay ini dianggap sebagai kaum minoritas dan dikucilkan. Hal ini akan menimbulkan perasaan-perasaan tertekan dan ditolak, di mana semua perasaaan tersebut dapat berdampak negatif pada aspek psikologis maupun dari aspek fisik. Hal ini didukung juga dengan adanya hasil observasi yang

6 peneliti lakukan yaitu dukungan sosial sangat berpengaruh terhadap konsep diri gay, di mana hal tersebut dapat membantu individu dalam beraktivitas sehari-hari dengan nyaman tanpa perasaan tertekan, dan dikucilkan karena status sebagai gay, sehingga gay pun dapat melakukan proses aktualisasi diri. 1.2. Batasan Masalah. Secara umum banyak hal yang berhubungan dengan konsep diri pada kaum gay, namun pada penelitian ini, peneliti hanya akan mengkaji secara ilmiah tentang hubungan antara dukungan sosial dengan konsep diri pada kaum gay. Populasi penelitian ini terbatas gay, dewasa (berusia 22-40 tahun), tingkat pendidikan minimal Sarjana (S1) dan berada di kota Surabaya. 1.3. Rumusan Masalah. Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya maka peneliti merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: "Apakah ada hubungan antara dukungan sosial dengan konsep diri pada kaum gay di Surabaya?" 1.4. Tujuan Penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dukungan sosial dan konsep diri pada kaum gay di Surabaya.

7 1.5. Manfaat Penelitian. 1.5.1 Manfaat Teoritik Hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan bagi ilmu psikologi, khususnya psikologi klinis dan sosial. Psikologi klinis Penelitian ini juga dapat menambah dan memperkaya teori-teori dalam psikologi klinis tentang jenis-jenis orientasi seksual di mana apabila individu mempunyai orientasi seksual yang tidak biasa atau lazim dalam masyarakat ataupun lingkungan sosialnya maka akan dapat diasingkan ataupun dikucilkan. Perlakuan yang diasingkan atau dikucilkan tersebut dapat menimbukkan suatu akibat negatif yaitu stress dan dapat membuat kesehatan mental individu menjadi tidak sehat. Psikologi sosial Penelitian ini dapat menambah dan memperkaya teori-teori dalam psikologi sosial tentang dukungan sosial dan konsep diri, di mana pada penelitian ini mencari hubungan dukungan sosial dengan konsep diri kaum gay. Dukungan sosial sangat berperan dalam pembentukan konsep diri yang positif bagi individu. 1.5.2 Manfaat Praktis 1.5.2.1 Manfaat bagi subjek penelitian: Apabila hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan, maka hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi subjek penelitian yaitu kaum gay agar dapat lebih memahami bahwa konsep diri dipengaruhi oleh dukungan sosial yang diterima dan juga diharapkan pengaruh dari dukungan sosial ini dapat memunculkan ataupun membuat konsep diri yang positif pada kaum gay.

8 1.5.2.2 Manfaat bagi lingkungan sosia1 Memberikan informasi bagi masyarakat mengenai hubungan antara dukungan sosia1 dengan konsep diri yang dimiliki seorang individu pada umumnya dan pada kaum gay pada khususnya, dengan harapan bahwa individu akan mengetahui bahwa dukungan sosial dapat memberikan manfaat terhadap pembentukan konsep diri. 1.5.2.3 Manfaat bagi peneliti: Dapat lebih memahami dan menambah pengetahuan serta informasi baru tentang sisi kehidupan kaum gay, tentang bagaimana hubungan antara dukungan sosial yang diberikan dengan konsep diri. 1.5.2.4 Manfaat bagi peneliti selanjutnya: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan sebagai penelitian selanjutnya dan dapat memberi masukan data pada peneliti lanjutan yang tertarik untuk meneliti variabel-variabel lain yang berkaitan dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini