REVIEW Pengelolaan Kolaborasi Sumberdaya Alam. Apa, Mengapa, dan Bagaimana Pengelolaan Kolaboratif SumberdayaAlam: Pengantar Diskusi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT

Komite Advokasi Nasional & Daerah

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.29/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENDAMPINGAN KEGIATAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN

Pengarusutamaan Gender di Sulawesi Tenggara Percepatan Pengarusutamaan Gender Dengan Kerjasama Multipihak

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Penguatan Kapasitas Kelembagaan Melalui Kebijakan Insentif Anggaran Program DMO Kemenpar Terhadap Forum Tata Kelola Pariwisata di Kawasan Destinasi.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil

KESIMPULAN DAN SARAN

PENGELOLAAN PERIKANAN KOLABORATIF PENGELOLAAN PERIKANAN BERSKALA KECIL DI DAERAH TROPIS

PENGALAMAN MENDORONG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI DI INDONESIA OLEH BURUNG INDONESIA

PROYEKSI PERKEMBANGAN PERHUTANAN SOSIAL DI SUMATERA SELATAN

Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar

1. Mengelola penyampaian bantuan

BUPATI DONGGALA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL

Lampiran 1. Tehnik Pengumpulan Data Tabel 10. Kebutuhan, Sumber, dan Teknik Pengumpulan Data Kebutuhan No

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENYULUHAN KEHUTANAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

TEAM TEACHING: SEBUAH STRATEGI UNTUK MEMBANGUN LEARNING COMMUNITY

Peran Dan Tanggung Jawab Masyarakat Pelaksanaan Sistem Monitoring Karbon Hutan di Provinsi Maluku

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

TERMINOLOGI PARTISIPATIF

INDIKATOR PERKULIAHAN YANG AKTIF

Tujuan merupakan pernyataan perilaku atau arah program dan manajemen.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

LANGKAH KEBIJAKAN PETA JALAN PNPM MANDIRI 2012

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN KOLABORATIF TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA. Frida Purwanti Universitas Diponegoro

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

Evaluasi Tata Kelola Sektor Kehutanan melalui GNPSDA (Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya Alam) Tama S. Langkun

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. membuktikan bahwa proses ini dapat menjawab kebutuhan masyarakat,

PANDUAN PELAKSANAAN. Pendampingan Sekolah Model Penjaminan Mutu Pendidikan

Kerangka Kebijakan Pengembangan Dan Pendayagunaan Telematika Di Indonesia

mereka bekerja di proyek pertambangan migas tersebut.

KUALIFIKASI TENAGA AHLI PERENCANAAN PERUMAHAN (TAPP) PROVINSI JAWA TENGAH

BAGIAN I. PENDAHULUAN

LAPORAN LENGKAP PROGRAM KOLABORASI LANDSKAP ACEH TENGGARA 1 LAPORAN LENGKAP PROGRAM KOLABORASI LANDSKAP ACEH TENGGARA

VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BAB V PENUTUP A. Jawaban Masalah Pertama

LAPORAN KOMISI INFORMASI PROVINSI JAWA BARAT Tahun 2012

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

G. Tindak Lanjut. Pendahuluan

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

PRATIK PENGALAMAN LAPANGAN BERBASIS LESSON STUDY. Tim Laboratorium Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN-Tulungagung

POTRET KETIMPANGAN v. Konsentrasi Penguasaan Lahan ada di sektor pertambangan, perkebunan dan badan usaha lain

Sejalan dengan sifat peran serta masyarakat di atas, pada intinya terdapat 6 (enam) manfaat lain terhadap adanya peran serta masyarakat tersebut, anta

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

BAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN. PAR ini adalah kepanjangan dari Participatory Action Research. Pendekatan PAR

KESIAPAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)/ SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)

MEMBANGUN JEJARING DAN KEMITRAAN TKSK

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

BAB I PENDAHULUAN. penegakan hukum yang lemah, dan in-efisiensi pelaksanaan peraturan pemerintah

Terbuka atau relatif terbuka

B. Maksud dan Tujuan Maksud

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

EKONOMI KELEMBAGAAN UNTUK SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN (ESL 327 ) Ko-Manajemen. Kolaborasi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan

VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS LMDH DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Blitar

KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR

PELUANG PENGELOLAAN HUTAN OLEH MUKIM DAN PENYIAPAN MASYARAKAT ADAT UNTUK MENGANTISIPASI PERUBAHAN IKLIM

Kebijakan pengelolaan zona khusus Dapatkah meretas kebuntuan dalam menata ruang Taman Nasional di Indonesia?

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PERAN FORUM LINTAS PELAKU KLASTER PARIWISATA CEPOGO SELO SAWANGAN DALAM PENGEMBANGAN KLASTER PARIWISATA SELO-SAWANGAN TUGAS AKHIR

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA DI DESA CIBAREGBEG

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

MEMBANGUN INKLUSIVITAS DALAM TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Pedoman Penyusunan Rencana Aksi yang Transparan dan Partisipatif

PENDAHULUAN Latar Belakang

MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific

Bab V Kesimpulan dan Saran

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III Tahapan Pendampingan KTH

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan

BAB VIII PENUTUP. Protes dan perlawanan yang dilakukan masyarakat lokal terhadap pemerintah

RENCANA KERJA 2015 DAN PENELITIAN INTEGRATIF

Pembangunan dan Perdamaian Berkelanjutan (PPB)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Komitmen APP dalam Roadmap menuju kepatuhan terhadap Kebijakan Asosiasi FSC (Policy for Association / PfA)

BAB VI PENUTUP. Penelitian ini menyajikan pengamatan di 1 bh lokasi PLTP yaitu PLTP

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPK TAHUN LALU 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPK TAHUN LALU DAN CAPAIAN RENSTRA SKPK

BAB IV PERANCANGAN. IV.2 Perancangan Model Komunitas Belajar Learner-Centered

KEMITRAAN MENUJU KOLABORASI PENGELOLAAN TN KOMODO

Transkripsi:

REVIEW Pengelolaan Kolaborasi Sumberdaya Alam Apa, Mengapa, dan Bagaimana Pengelolaan Kolaboratif SumberdayaAlam: Pengantar Diskusi

Pembelajaran Akselerasi Bertindak Melihat Mendengar Merasa

Siklus Belajar ACTIVIST, REFLECTOR, Belajar sambil bekerja Mengalami Mengurai Kesimpulan PRAGMATIS, Belajar dg instruksi Belajar dg refleksi Analisis THEORIST, Belajar mandiri

Pengelolaan Kolaboratif Sumberdaya Alam Pengelolaan SDA yang dilakukan dengan melibatkan pihak-pihak lain untuk mencapai tujuan bersama Kerjasama para pemangku kepentingan yang dilakukan dengan sadar dan sungguhsungguh untuk mewujudkan pengelolaan SDA secara berkelanjutan.

Mengapa Berkolaborasi?

Alasan 1 Tidak ada satu pihakpun secara sendiri yang mampu mengelola SDA, misal kawasan hutan. Pendekatan Kolaborasi dan sikap adaptif diperlukan ditengah keterbatasan para pihak dalam menghadapi sengketa, kerumitan, ketidakpastian, dan perubahan. Konservasi hanya dapat terwujud jika ada aksi kolektif. Pengelolaan kolaboratif pada hakekatnya untuk menumbuhkan aksi kolektif

Alasan 2 Ketergantungan timbal balik antar pemangku kepentingan Kepentingan masing-masing pihak tidak dapat tercapai kecuali jika kepentingan pihak lain dan kepentingan bersama juga tercapai Membantu pihak lain memenuhi kepentingannya = memenuhi kepentingannya sendiri Memperjuangkan kepentingan sendiri dengan mengabaikan kepentingan pihak lain konflik

Alasan 3 Tujuan yang dapat dicapai melampaui tujuan satu pihak jika bekerja sendiri

Prasyarat kolaborasi Kesadaran akan manfaat dan kepentingan nyata untuk berkolaborasi Kesepakatan atau rencana bersama Komitmen atau kemampuan kongkrit untuk melaksanakan kesepakatan Kepercayaan timbal balik antar para pihak Kemampuan mengelola konflik Konflik sebuah keniscayaan dlm berkolaborasi Jika tidak dikelola akan menjadi penghalang, merusak hubungan, biaya sosial, kerugian, Kemampuan memperluas kolaborasi (cakupan isu, pihak, alokasi sumberdaya)

Kerangka Pengelolaan hutan Kolaboratif Mekanisme Penanganan (pengelolaan, penyelesaian) Konflik SDA Data dan Managemen informasi Perencanaan Kolaboratif dan Monev Partisipatif Pengelolaan Kolaboratif Kawasan Konservasi Teknik Konservasi Alam Kelembagaan Kemitraan dan Pembelajaran Multipihak Ketersediaan Sumberdaya Kebijakan, aturn lokal, penegakan hukum Peningkatan Kapasitas SDM

Bagaimana berkolaborasi Monitoring dan evaluasi Kondisi terkini sda dan bentuk pengelolaan, Analisa kebijakan Analisa para pemangku kepentingan Fasilitasi pertemuan berjenjang multi-pihak Multistakeholder workshops: perencanaan kkolaboratif, konsultasi publik, pengembangan forum Kajian kehati, sosial, ekonomi, kebijakan Lokalatih konservasi, pengelolaan konflik, fasilitasi Fasilitasi pengembangan kelembagaan kolaborasi multi-pihak Membangun persepsi Kebutuhan dasar berkolabora si

Siklus kajian aksi yang adaptif dan menunjukan proses kelembagaan: forming norming- performing mourning

Tantangan dan kebutuhan Merumuskan tujuan bersama Tujuan yang tidak bisa diraih secara individual Penting untuk memotivasi Draft disusun oleh pihak lain, dirumuskan tidak jelas, kurang singkat dan padat, kurang berorientasi pada tindakan Tujuan ditafsirkan secara beragam menghambat pemahaman masyarakat dan menggelisahkan masyarakat

Tantangan dan kebutuhan Peta kapasitas dan pembagian peran Ada gambaran awal tentang kapasitas para pihak dan pembagian peran sesuai kapasitasnya Kendala budaya dan bias stereotif dalam bekerjasama Masyarakat lebih tertarik pada peran yang lebih kongkrit

Pembagian peran Para Pihak Peran Keuntungan Regulator dan Fasilitator Mempermudah dalam penyelesaian konflik. Kemudahan dalam menjalin komunikasi antar pihak. Dapat mempertahankan eksistensi kebijakan. Mengusahaka n sesuai hak dan kewajibannya Meningkatkan Profit Lebih aman dalam berusaha Mempermudah pengelolaan konflik Kemudahan komunikasi antar pihak 3. Masyarakat Pelaku dan pembuat kebijakan Menikmati hasil Mempermudah Pengelolaan konflik Kemudahan komunikasi antar pihak Duduk bersama Meningkatkan daya tawar LSM, 4. Lembaga Penelitan, PT Fasilitator Mempermudah komunikasi 1. Pemerintah 2. Pengusaha

Tantangan dan kebutuhan Pengelolaan konflik Konflik umumnya negatif. Pesengketa menanggung biaya akibat tdk diselesaikan Proyek mubazir atau gagal Rasa ketidakadilan Hubungan memburuk Bebas psikologis Menghambat kerjasama > kehilangan kesempatan memperoleh manfaat yang lebih besar

Konflik ada hikmahnya: Mempertemukan para pihak Menyadarkan akan adanya masalah bersama Menyadarkan akan kepentingan dan keberadaan pihak lain Insentif untuk berkolaborasi Kreatifitas dalam menemukan solusi terbaik