HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

HASIL DAN PEMBAHASAN

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed

HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

INTERPRETASI HASIL LABORATORIUM DISTEMPER ANJING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Premedikasi Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum induksi anestesi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

HASIL DAN PEMBAHASAN

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

PENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi,

BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler. mengenai organ lain kecuali susunan saraf pusat.

Bila Darah Disentifus

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dirofilaria immitis (D. immitis) yang dikenal sebagai cacing jantung,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anemia adalah berkurangnya volume sel darah merah atau menurunnya

Imunisasi: Apa dan Mengapa?

SOAL UTS IMUNOLOGI 1 MARET 2008 FARMASI BAHAN ALAM ANGKATAN 2006

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008).

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

HASIL DAN PEMBAHASAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Atopi, atopic march dan imunoglobulin E pada penyakit alergi

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB PENDAHULUAN 1.1. Kedudukan dan Reran Imunologi dalam Ilmu Kefarmasian Imunologi imunitas alami dan imunitas perolehan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gambaran Diff Count Pada Perokok Di Kecamatan Cibeureum. Undang Ruhimat STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1 Universitas Kristen Maranatha

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan. Sistem Imunitas

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa nematoda menjadikan manusia sebagai pejamunya. Beberapa

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Imun BIO 3 A. PENDAHULUAN SISTEM IMUN. materi78.co.nr

B A B I PENDAHULUAN. pembangunan dalam segala bidang. Pertumbuhan ekonomi yang baik,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata persentase diferensiasi leukosit pasien anjing di RSH-IPB Momo. Kronis 1-8.

Indek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC)

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

TOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus

Bila sumsum tulang muzik merespon keradangan atau jangkitan, sebahagian besar sel leukosit PMN.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALatihan Soal 6.2. Varises. Anemia. Polisitemia. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

Transkripsi:

16 HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung memiliki kelainan hematologi pada tingkat ringan berupa anemia, neutrofilia, eosinofilia, dan basofilia. Pada kasus penyakit cacing jantung yang bersifat samar (infeksi tanpa mikrofilaria) sangat sering dijumpai pneumonitis eosinofilik. Pada kasus ini terjadi penghancuran mikrofilaria yang berperantara imun pada mikrosirkulasi pulmoner sehingga tidak ditemukan adanya mikrofilaria pada sirkulasi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Niwetpathomwat, et al. (2007) berkaitan dengan hematologi klinik menunjukkan bahwa anjing penderita dirofilariasis mengalami anemia ringan sampai sedang dengan terjadinya penurunan jumlah sel darah merah dan hemoglobin secara signifikan. Packed Cell Volume (PCV) dan Mean Corpuscular Volume (MCV) juga mengalami penurunan secara signifikan. Di samping itu, terjadi pula trombositopenia, leukositosis, neutrofilia, dan eosinofilia. Anemia, trombositopenia, leukositosis, dan eosinofilia pada anjing yang menderita penyakit cacing jantung juga dikemukakan oleh Barr dan Bowman (2006).

17 Diskusi Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa infeksi cacing jantung menyebabkan terjadinya kelainan status hematologi pada anjing terinfeksi. Kelainan hematologi tersebut bervariasi dari tingkat ringan sampai sedang berupa anemia, trombositopenia, leukositosis, neutrofilia, eosinofilia, dan ada juga yang melaporkan terjadinya basofilia (Atkins, 2005; Niwetpathomwat, et al., 2007). Anemia bukanlah penyakit, tetapi gejala klinis yang umum dijumpai pada hewan piaraan/kesayangan. Menurut Atkins (2005), Hariono (2005), dan Thrall (2006), anemia adalah penurunan eritrosit atau hemoglobin atau penurunan keduanya dalam sirkulasi darah. Lebih lanjut Hariono (2005) menyatakan bahwa anemia jarang bersifat primer, sering bersifat sekunder. Untuk mengetahui hewan menderita anemia atau tidak perlu dilakukan konfirmasi laboratorium, dan pemeriksaan terhadap PCV paling tepat dan mudah dilakukan dengan tetap memperhatikan tingkat dehidrasi hewan penderita. Pemeriksaan hemoglobin dan eritrosit untuk menentukan klasifikasi anemianya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Niwetpathomwat, et al. (2007) menunjukkan bahwa anjing penderita dirofilariasis mengalami anemia ringan sampai sedang dengan terjadinya penurunan jumlah sel darah merah dan hemoglobin secara signifikan. Packed Cell Volume (PCV) dan Mean Corpuscular Volume (MCV) juga mengalami

18 penurunan secara signifikan. Hariono (2005) menyatakan bahwa MCV turun dapat terjadi karena defisiensi Fe, yang salah satunya disebabkan oleh penyakit cacing yang kronis. Niwetpathomwat, et al. (2007) menemukan bahwa pada anjing terinfeksi D. immits terjadi trombositopenia. Menurut Atkins (2005), ada tiga mekanisme umum yang menyebabkan terjadinya trombositopenia, yaitu karena gangguan produksi, peningkatan konsumsi perifer, dan pengrusakan platelet berperantara imun. Pada kasus dirofilariasis, dikatakan oleh Niwetpathomwat, et al. (2007), trombositopenia terjadi sebagai akibat dari pengrusakan platelet berperantara imun. Pada kasus dirofilariasis terjadi peningkatan secara signifikan nilai absolut dari leukosit (leukositosis). Leukosit yang mengalami peningkatan adalah neutrofil (neutrofilia) dan eosinofil (eosinofilia). Menurut Hariono (2005), neutrofilia dapat terjadi: 1). karena ephineprine (neutrofilia fisiologik atau pseudoneutrophilia); 2). karena corticosteroid (neutrofilia karena stress); 3). sehubungan dengan kebutuhan jaringan untuk fungsi fagositik (penyakit radang). Penyebab peningkatan kebutuhan jaringan terhadap sel neutrofil untuk proses fagositosis dapat karena agen bakteri, virus, fungus, parasit, nekrosis, dan lain-lain (misalnya endotoksin, benda asing, hemolisis, penyakit immune complex, toksisitas estrogen tahap awal). Pada kasus dirofilariasis,

19 neutrofilia dapat diduga terjadi karena kebutuhan jaringan untuk fungsi fagositik. Eosinofil pada kasus dirofilariasis juga mengalami peningkatan (eosinofilia). Menurut Hariono (2005), eosinofilia dapat terjadi karena kasus alergi, infeksi parasit, gangguan eosinofilogenik (spesifik), fase kesembuhan pada beberapa infeksi akut, leukemia granulositik, retikulitis traumatik, eosinophilic myositis, agen kimiawi. Lebih lanjut dikatakan bahwa kejadian eosinofilia dimungkinkan oleh adanya interaksi antigenantibody (IgE atau yang ekuivalen) dalam jaringan yang kaya atau banyak mengandung mast cell, yaitu di kulit, paru-paru, traktus gastrointestinal, traktus genitalia betina; dan infestasi parasit dimana proses sensitisasi terjadi, atau dimana kontak antara jaringan hospes dengan parasit dalam waktu yang lama akan merangsang (promote) eosinofilia. Sejalan dengan itu, Tizard (1998) mengemukakan patogenesis sebagai berikut. Makrofag dapat berikatan pada larva cacing melalui jalur yang diperantarai-ige untuk menghancurkannya. Dengan memperantarai sel mast, IgE merangsang pelepasan faktor anafilaksis kemotaktik eosinofil (FAKE). Bahan ini, pada gilirannya, memobilisasi cadangan eosinofil tubuh yang menyebabkan dilepaskannya eosinofil dalam jumlah besar ke dalam sirkulasi. Atas dasar itu, maka eosinofilia menjadi demikian khas pada infeksi cacing.

20 Peningkatan eosinofil pada kasus dirofilariasis bersesuaian dengan pernyataan Tizard (1998) dan Hariono (2005). D. immitis hidup di arteri pulmoner dan mikrofilarianya dapat memasuki pembuluh darah kecil pada paru-paru yang merupakan organ yang kaya atau banyak mengandung mast cell, serta kasus dirofilariasis berlangsung secara kronis (kontak antara jaringan hospes dengan parasit berlangsung lama). Atkins (2005) menyatakan bahwa pada kasus dirofilariasis dapat terjadi pneumonitis eosinofilik. Pada kasus ini mikrofilaria yang diselaputi oleh antibodi (antibody-coated microfilariae) terperangkap pada sirkulasi pulmoner, memicu terjadinya reaksi peradangan (pneumonitis eosinofilik). Temuan yang menyatakan pada kasus dirofilariasis terjadi basofilia sesuai dengan pernyataan Hariono (2005) bahwa basofilia bisa bersamaan dengan eosinofilia selama stimulasi IgE (atau equivalent antibody), misalnya dirofilariasis kronik.