INTERPRETASI HASIL LABORATORIUM DISTEMPER ANJING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INTERPRETASI HASIL LABORATORIUM DISTEMPER ANJING"

Transkripsi

1 PATOLOGI KLINIK VETERINER INTERPRETASI HASIL LABORATORIUM DISTEMPER ANJING OLEH: Drh. Anak Agung Sagung Kendran, M.Kes. LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK VETERINER FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

2 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis haturkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini yang berjudul Interpretasi Laboratorium Distemper Anjing. Tulisan ini dibuat untuk membantu mahasiswa untuk memperdalam bagaimana cara menginterpretasi hasil pemeriksaan laboratorium untuk membantu mendiagnosa penyakit dan menentukan pengobatan atau penanganan hewan sakit. Dalam pengerjaan dan pembuatan paper ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan, dan untuk itu segala saran dank ritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi penulisan yang baik di masa mendatang. Sebagai akhir kata, semoga paper ini bermanfaat bagi kita semua. Denpasar, 7 Oktober 2017 Hormat kami, Penulis 2

3 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang RumusanMasalah Tujuan ManfaatPenulisan...3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1DefinisiHematologiVeteriner PerhitunganHargaIndeksEritrosit HasilPemeriksaan...5 BAB 3 PEMBAHASAN 3.1 HasilPemeriksaan InterpretasiHasilPemeriksaan...8 BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Saran...12 DAFTAR PUSTAKA 3

4 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Patologi klinik veteriner telah berkembang dengan pesat sejalan dengan bertembah dalamnya pandangan mengenai patofisiologi dan meningkatnya jumlah serta ketepatan prosedur pemeriksaan laboratorium. Oleh karena itu diagnostik dan pengobatan terus-menerus berkembang. Suatu cabang ilmu yang menggunakan hasil pemeriksaan laboratorium untuk menerangkan masalah klinik yang berkaitan dengan pasien dikenal dengan patologi klinik. Dengan demikian, patologi klinik veteriner adalah cabang ilmu kedokteran hewan yang mempelajari hasil pemeriksaan laboratorium dan kemudian menginterprstasikan hasil tersebut untuk kepentingan klinik veteriner. Patologi klinik berperan penting dalam pengobatan pasien. Pengetahuan ini tidak hanya bermanfaat dalam menegakkan diagnosis, melainkan juga dalam mengontrol pengobatan dan perkembangan penyakit. Untuk dapat mengetahui suatu penyakit dapat dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium. Salah satu pemeriksaan laboratorium yang dapat kita lakukan adalah pemeriksaan hematologi. Hematologi veteriner adalah disiplin ilmu kedokteran hewan yang mempelajari komponen sel darah hewan serta kelainan fungsional dari sel tersebut Penyakit distemper adalah salah satu penyakit menular pada anjing yang telah lama dikenal dan masih banyak ditemukan di dunia (Rikula, 2008). Penyakit distemper sering menjadi kekhawatiran pemilik anjing, walaupun telah divaksinasi sesuai yang diprogramkan. Penyakit distemper pada anjing merupakan penyakit viral yang bersifat multisistemik diantaranya sistem pernafasan, pencernaan, urinaria, saraf pusat, dan sistem lainnya. Penyakit ini disebabkan oleh Virus Canine Distemper (VCD) family virus morbiliviridae. Penyakit distemper memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi terutama pada populasi anjing yang tidak divaksinasi (Apple dan Gillespie, 1972; Fenner et al., 1993). Anjing yang terserang penyakit distemper biasanya yang berumur muda, terutama anak anjing yang tidak divaksin secara lengkap. Anjing yang diserang umumnya berumur kurang dari satu tahun (Krakowka dan Koestner, 1976). Hal ini terjadi karena pada umur ini terjadi penurunan antibodi 4

5 maternal, tingkat stres yang tinggi pada masa pertumbuhan, dan serangan penyakit lain yang menurunkan kondisi tubuh (Suartha et al., 2008). Tetapi belum ada laporan adanya perbedaan lesi histopatologi antara anjing muda dengan yang dewasa. Penyakit distemper menyerang semua ras anjing, kecuali jenis anjing pomeranian dilaporkan merupakan jenis yang paling lemah daya tahan tubuhnya terhadap virus distemper (Cahyono, 2009). Tidak ada perbedaan kepekaan antara jenis kelamin jantan dan betina pada anjing terserang penyakit distemper (Suartha et al., 2008). Infeksi virus distemper pada anjing dapat mengakibatkan berbagai perubahan patologis pada organ dan jaringan. Perubahan secara makroskopis pada organ paruparu berupa adanya perubahan warna dan ukuran walaupun secara konsistensi masih relatif normal, sedangkan secara histopatologi organ ini banyak diinfiltrasi sel-sel radang, terutama di daerah interstitial paru-paru (Kardena et al., 2011). Penyakit distemper pada anjing di Indonesia belum banyak diteliti terutama secara patologi yang dikaitkan dengan faktor umur. Penelitian tentang penyakit distemper pada anjing sangat penting, karena kejadian penyakit selalu ada walaupun program vaksinasi telah dilakukan. Faktor kegagalan vaksinasi mungkin akibat vaksin yang digunakan umumnya adalah vaksin impor. Selain itu banyak pemilik anjing tidak mengikuti program vaksinasi secara lengkap diantaranya beranggapan cukup apabila anjingnya telah divaksin satu kali saja. Oleh sebab itu, kasus distemper selalu berlanjut hingga kini, tanpa bisa diberantas (Sudarisman, 2006). Oleh karena itu penelitian tentang penyakit distemper anjing dari berbagai aspek sangat penting diteruskan. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana menginterpretasikan data hasil pemeriksaan laboratorium Patologi Klinik yang dilakukan dalam kasus penyakit distemper pada anjing 1.3 Tujuan Untuk mengetahui dan memperkuat diagnosa dan untuk mengambil tindakan pengobatan dan penanganan kasus distemper. 5

6 1.4 Manfaat Penulisan paper mengharapakan agar pembaca terutama mahasiswa yang mengambil mata kuliah Patologi Klinik dapat mengetahui dan lebih memahami cara menginterpretasikan hasil laboratorium dari suatu penyakit dalam sebuah kasus. Serta diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan bagi pembaca. 6

7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Hematologi Veteriner Hematologi veteriner adalah disiplin ilmu kedokteran hewan yang mempelajari komponen sel darah hewan serta kelainan fungsional dari sel tersebut. Sebagai seorang yang menekuni bidang hematologi, selain mempelajari komponen sel darah, ia juga harus mengetahui volume darah setiap hewan, sifat aliran darah, serta hubungan fisik antara sel-sel darah dan plasma. Sebagai yang diketahui, darah dianggap sebagai jaringan khusus yang menjalani sirkulasi, terdiri dari berbagai macam sel yang terendam dalam cairan yang disebut plasma. Agak berbeda dengan jaringan lain, sel darah tidak menempati ruang tetap satu dengan yang lain. Aliran darah dalam saluran tubuh menjamin lingkungan yang tetap agar semua sel serta jaringan mampu melaksanakan fungsinya. Dengan kata lain, fungsi darah dalam sirkulasi adalah sebagai transportasi, pengatur suhu, dan pemelihara keseimbangan cairan, asam dan basa. Secara rinci, Frandson (1986) dalam bukunya Anatomy and physiology of farm animals menyebutkan bahwa fungsi darah adalah sebagai berikut : Membawa zat makanan yang telah disiapkan oleh saluran pencernaan menuju ke jaringan tubuh. Membawa oksigen (O2) dari paru-paru ke jaringan. Membawa karbondioksida (CO2) dari jaringan ke paru-paru. Membawa produk buangan dari berbagai jaringan menuju ke ginjal untuk di ekskresikan. Membawa hormon dari kelenjar endokrin ke organ lain dalam tubuh. Dll. Secara umum volume total darah mamalia berkisar antara 7-8% dari berat badan. Bahan antar sel atau plasma darah berkisar antara 45-65% dari seluruh isi darah, sedangkan sisanya 35-55% disusun oleh sel darah atau benda darah. Sel darah dalam garis besarnya dibagi menjadi : 1) sel darah merah atau eritrosit. 2) sel darah putih atau trombosit. 3) trombosit atau keping-keping darah. Sementara itu, leukosit secara garis besar digolongkan sebagai berikut : a)granulosit yang terdiri dari neutrofil, eosinofil, basofil, dan b) agranulosit yang terdiri dari monosit, dan limfosit. 7

8 2.2 Perhitungan Harga Indeks Eritrosit MCV, MCH dan MCHC dapat dihitung dari harga Hb, PCV dan jumlah eritrosit yang dihitung dengan menggunakan rumus tertentu. MCV (Mean Corpustural Volume) adalah volume rata-rata dari masing-masing eritrosit. Cara memperoleh nilai tersebut adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut : MCV = (PCV x 10) / eritrosit Misalnya : PCV = 43%, eritosit = 6,5 juta Maka MCV = (43 x 10) / 6,5 = 66,2 MCH (Mean Corpuscular Haemoglobine)adalah banyaknya hemoglobin pada rata-rata eritrosit. Untuk memperoleh nilai tersebut digunakan rumus sebagai berikut : MCH = (Hb x 10 ) / eritrosit Misalnya = Hb = 13,5 gr/100 ml, eritrosit = 6,3 juta Maka MCH = (13,5 x 10) / 6,3 = 20,8 MCHC (Mean Corpuscular Haemoglobine Concentration) adalah konsentrasi rata-rata hemoglonin dalam eritrosit, atau perbandingan berat hemoglobin dengan volume eritrosit. Untuk memperoleh nilai tersebut, digunakan rumus sebagai berikut : MCHC = (Hb x 100) / PCV Misalnya : Hb = 14 gr/100ml, PCV = 45% Maka MCHC = (14 x 100) / 45 = Hasil Pemeriksaan Hasilpemeriksaan eritrosit biasanya dihubungkan dengan keadaan anemia dan polisitemia. Untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan eritrosit sebelumnya harus diketahui apa arti nilai/data yang diperoleh. Misalnya bila ditemukan nilai MCV normal, itu berarti bentuk eritrosit yang diperiksa adalah normal. Kondisi seperti ini disebut normositik. Gambaran normositik umumnya ditemukan pada anemia akibat perdarahan (hemorhagi) akut, hemolisi dan kurangnya pembentukan darah. MCV naik atau nilainya diatas normal disebut makrositik, yaitu bentuk eritrosit yang lebih besar dari normalnya. Makrositik ditemukan pada keadaan peningkatan aktivitas sumsum tulang sebagai kelanjutan perdaraan, hemolisis dan juga akibat defisiensi faktor 8

9 hemopoietik, seperti kekurangan vitamin B12, dan asam folat. MCV menurun atau nilai dibawah normal disebut mikrositik, yaitu bentuk eritrosit lebih kecil dari normalnya. Mikrositik ditemukan pada keadaan anemia akibat defisiensi Fe pada penyakit cacing kronis atau akibat terganggunya penyerapan Fe dan defisiensi Cu. Sementara itu, bila MCHC normal, keadaan ini disebut dengan normositik. Pada beberapa tipe anemia,terjadi kenaikan atau penurunan besar rata-rata eritrosit, disertai dengan kenaikan atau penurunan rata-rata hemoglobin. Namun, MCHC nya masih dalam batas-batas normal. Bila MCHC turun disebut hipokromik. Pada anemia hipokromik sejati, terjadi penurunan kadar hemoglobin yang relatif lebih besar daripada penurunan rata-rata volume eritrosit. Pada anemia hiperkromik, terjadi kenaikan hemoglobin pada rata-rata eritrosit tetapi kandungan hemoglobin per unit volume tidak mengalami kenaikan. MCHC untuk hewan normal berkisar antara 30-35%. Harga MCHC lebih dari 35% adalah jarang karena kadar maksimum hemoglobin dalam sel adalah sebanyak 35%. Pada anemia hipokromik, harga MCHC bisa lebih kecil dari 30%. 9

10 BAB 3 PEMBAHASAN 3.1 Hasil Pemeriksaan a. Signalment : Hari/ Tanggal : Senin/ 28 Desember 2015 Jenis Hewan : Anjing Betina Nama Hewan : Dole Breed : Lokal Umur Anjing : 1,5 Berat Badan : 15 kg Nama Pemilik : Jik De Alamat : Desa Bolangan, Tabanan b. Anamnesa Anjing jalan merunduk, sering bergerak tidak teratur, sudah berlangsung selama setahun. Anjing pernah muntah, diare, dan kejang-kejang pada usia 5 bulan, namun pemilik hanya memberi pengobatan tradisional dengan pemberian air kelapa dan susu. Anjing dipelihara dengan dilepas bebas dilingkungan rumah pemilik. Pernah divaksin rabies dan belum pernah diberi obat cacing. c. Pemeriksaan Klinis Suhu, Denyut jantung, pulsus dan respirasi berturut-turut diperoleh hasil sebagai berikut : 38,6 o C ; 96 kali/menit ; 96 kali/menit ; dan 37 kali/menit. CRT (capilary refill time) kurang dari 2 detik. Sistema syaraf ada kelainan, anjing terlihat mengalami inkoordinasi gerak. Kepala dan badan terus bergerak/berkedut tidak teratur, saat berjalan maupun diam. Pada saat berjalan posisi kepala selalu merunduk ke bawah. 10

11 d. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan hematologi rutin : No. Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan Keterangan 1. Hematokrit % - 2. Hemoglobin g/dl Rendah 3. Eritrosit 4,7 5,5-8,6 x 10 6 /ul Rendah 4. MCV Fl Tinggi 5. MCH 17 19,5-24,5 Pg Rendah 6. MCHC % Rendah 7. Leukosit x 10 3 /ul - 8. Neutrofil % - 9. Eosinofil % Basofil - Jarang % Monosit % Limfosit % Interpretasi Hasil Pemeriksaan Dari pemeriksaan yang dilakukan kita dapat menganalisis penyakit apa yang di derita oleh pasien sehingga dapat di tangani dengan tepat. Signalment (identitas dari hewan) sering kali diabaikan ketika melakukan pemeriksaan. Hal ini dapat mengganggu atau memberikan hambatan dalam melakukan pemeriksaan selanjutnya. Dari signalment kita dapat mengetahui ras,umur,sex yang berpengaruh dalam timbulnya suatu penyakit. Melihat dari anamnesa dan pemeriksaan klinis terlihat anjing berjalan merunduk, tetapi tidak selalu ketika anjing berjalan merunduk sedang mengalami gangguan respirasi. Kemungkinan tindakan ini sebagai usaha untuk menambah aliran darah keotak, karena tidak terdapat keterangan batuk, sesak nafas ataupun leleran pada hidung, hal ini di dukung dengan pemeriksaan klinis yaitu kepala berkedutkedut. Adapun bergerak tidak teratur sesua idengan pemeriksaan klinis yaitu adanya gangguan saraf dan mengalami inkordinasi dan berlangsung selama setahun yang berarti kronis. 11

12 Pasien pernah muntah, diare, dan kejang.hal ini bisasaja disebabkan oleh virus, bakteri, dan parasit mengingat pasien hanya di berivaksin rabies sajadanbelumpernah di beriobatcacingsertapemeliharaandengan di lepasbebaskan.pernahdilakukan pemberian air kelapadansusunamun itu hanya sebagaielektrolitsaja. Dari hasil di atasdapatkitadugabahwagejalabisasajaterjadikarenainfeksi virus, bakteri, danparasitserta non infeksiussepertikurangnyaasupangiziataukeracunan. 1. Virus Pasienhanya pernah diberikan vaksin rabies sajamakakemungkinan virus yang memilikigejalaklinissepertidiaredanmuntah yang akanmenginfeksiadalahparpovirus, distemper, hepatitis. a) Parpovirus (negatif) karenamemilikigejalakhasyaitudiareberdarahdanbersifatakut. Hal initidakadapadagejalapasien. b) Hepatitis (negatif) karenapadapasientidakadaikhterus. c) Distemper (memungkinkan) karena distemper memilikigejalamuntah, diaredankejangsepertipadapasien. 2. Parasit Dari keterangandiataskemungkinanpasienjugaterinfeksiparasitkarenabelumpernah di beriobatcacing.infeksiolehcacinghampirsemuatidakmenyebabkangangguanpadasaraf,a rtinyainfeksiolehcacinginibisamenjadidiagnosasekunderatauadanyainfeksiganda,dany ang memungkinkansesuaidengangejala di atasadalahancilostomadantoxocara canine. a) Ancilostoma (negatif) karenatidakterdapatgejaladiareberdarah. b) Toxocara (memungkinkan) karenadapatmenyebabkanmuntahsebabberpredileksipada duodenum danmenyebabkankonvulasijikaberlangsung lama. Jikamuntahdengancacingmakasudahterdapatcacingdewasapadasaluranpencer naandanpastiituadalahtoxocariosis,tapijikamuntahtanpaadacacingmakacacing dalamsaluranpencernaanbelummenjadicacingdewasa. Gejalalainnyajugaterdapatgangguanpadasaluranpernapasankarenadaripatogen esanyadapatmenembusususdanmenujukeparu-paruatausaluranpernapasan. Pasientidakmuntahdengan di sertaicacingnamungejalalainnyamendukung. 3. Bakteri 12

13 Bakteri yang umum yang dapatmenyebabkandiare, muntahadalahe. Colli.Jikasudah sepsis makabisamenyebabkangangguanpernapasandanjikasudahsampaipada EHEC (Enterohemorrhagic Escherichia coli) dapatmenggangguotakkarenatoksiknyabisasampaikeotakdanmengakibatkankejang yang ringan. Denganpemberianantibiotikbisasembuh. 4. Keracunan Keracunanbisasajaterjadikarenaanjing di lepasbelasan di sekitarrumahsehinggakemungkinanakanmemakanmakanan yang sembarangan. Gejalanyajugabisamuntahataudiaredankejangkejang.Namunkeracunanharusditindaksecaracepatdansegera.Sedangkangejala yang timbulpadapasiensudahberlangsungselamasetahunjadikeracunantidakmemungkinkan. 5. Non infeksiusdan trauma Gejala yang samajugabisadisebabkanolehkekuranganmakanandaripemiliksehinggaanjingnyakekur angannutrisiatau trauma akibatbenturanataupukulan. Namunpadaketerangan yang di perolehtidakterdapathal yang demikian.sehingga non infeksiusdan trauma tidakmemungkinkan. Hasil Pemeriksaanlaboratoriumyang di dapatkan : 1. Hemoglobin daneritrositmengalamipenurunanmakapasienmengalami anemia. 2.MCV meningkatberarti anemia yang dialami pasien adalahmakrositik. 3. MCHdanMCHCmenurunberarti pasien juga mengalami anemiahipokromik. Jadianemia yang dideritapasienadalah anemia makrositikhipokromik.anemia sepertiinisangatjarangterjadi.anemia bukansuatupenyakittetapigejaladarisuatukelainan. Dalamhalini di tekananpadagangguansaraf, makae. Collibisa di hapusdarisalahsatudiagnosa banding.toxocariosisbisamenjadiinfeksisekunderdanharus di lakukanpemeriksaanlanjutansepertipemeriksaanfeses.dan yang paling mengarahdarigejala di atasadalah distemper.namun jika pasien menderita distemper 13

14 maka seharusnya pasien mengalami leukopenia atau penurunan jumlah leukosit. Sedangkan pada hasil pemeriksaan laboratorium memiliki hasil normal, hal ini bisa saja terjadi karena sudah kronis. BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dari kasus diatas kami dapat menyimpulkan bahwa anjing tersebut mengalami anemia yang di alami dimana anemia tersebut adalah anemia makrositik hipokromik. Anemia seperti ini sangat jarang terjadi. Anemia bukan suatu penyakit tetapi gejala dari suatu kelainan. Dalam hal ini di tekanan pada gangguan saraf, maka E. Colli bisa di hapus dari salah satu diagnosa banding. Toxocariosis bisa menjadi infeksi sekunder dan harus di lakukan pemeriksaan lanjutan seperti pemeriksaan feses. Dan yang paling mengarah dari gejala di atas adalah distemper. 4.2 Saran Sebaiknya anamnesis dilakukan lebih detail lagi sehingga waktu dan kejadiannya dapat kita ketahui dengan tepat. Selain itu juga seharusnya pada anjing umur muda sudah dilakukan vaksin lengkap agar system imun anjing terhadap suatu penyakit sudah terbentuk dan dapat mencegah penyakit diawal. 14

15 DAFTAR PUSTAKA Dharmawan Sadra Pengantar Patologi Klinik Veteriner Hematologi Klinik. Universitas Udayana. Dharmawan, N.S., I.B.K. Ardana, I M. Damriyasa, dan AA.S.Kendran Teknik- TeknikPemeriksaanHematologiVeteriner. FakultasKedokteranHewanUniversitasUdayana. Denpasar. Frandson, R.D Anatomy and Physiology of Farm Animals.4 th ed. Lea and Febiger. Philadelphia. Kardena Made et al Gambaran Patologi Paru-Paru Pada Anjing Lokal Bali Yang Terinfeksi Penyakit Distemper(Pathological Changes On Balinese Local Dog s Lung Infectedwith Canine Distemper Disease).Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Veronica Yesi et al Gambaran Histopatologi Penyakit Distemper pada Anjing Umur 2 sampai 12 Bulan. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Denpasar. 15

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran darah berupa jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit sapi perah FH umur satu sampai dua belas bulan ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3 Gambaran Eritrosit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga pada bulan Desember 2012 - Februari 2013. Jumlah sampel yang diambil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Eritrosit, Hemoglobin, Hematokrit dan Indeks Eritrosit Jumlah eritrosit dalam darah dipengaruhi jumlah darah pada saat fetus, perbedaan umur, perbedaan jenis kelamin, pengaruh parturisi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hematologi Hasil pemeriksaan hematologi disajikan dalam bentuk rataan±simpangan baku (Tabel 1). Hasil pemeriksaan hematologi individual (Tabel 5) dapat dilihat pada lampiran dan dibandingkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah) Profil parameter eritrosit yang meliputi jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit kucing kampung (Felis domestica) ditampilkan

Lebih terperinci

Indek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC)

Indek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC) Indek (MCV, MCH, & MCHC) Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk melihat bagaimana respon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia Anemia adalah penurunan jumlah normal eritrosit, konsentrasi hemoglobin, atau hematokrit. Anemia merupakan kondisi yang sangat umum dan sering merupakan komplikasi dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 8 HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Parasitemia Menurut Ndungu et al. (2005), tingkat parasitemia diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat ringan (mild reaction), tingkat sedang (severe reaction),

Lebih terperinci

HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung

HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung 16 HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung memiliki kelainan hematologi pada tingkat ringan berupa anemia, neutrofilia, eosinofilia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak berbahaya maupun yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak berbahaya maupun yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel yang paling sederhana yang ada di dalam tubuh. Eritrosit tidak memiliki nukleus dan merupakan sel terbanyak dalam darah.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, persentase hematokrit, MCV, MCH dan MCHC ayam broiler dengan perlakuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian dari tubuh rusa dapat dimanfaatkan, antara lain daging, ranggah dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian dari tubuh rusa dapat dimanfaatkan, antara lain daging, ranggah dan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rusa Timor (Rusa timorensis) Rusa Timor (Rusa timorensis) merupakan salah satu contoh rusa yang ada di Indonesia yang memiliki potensi cukup baik untuk dikembangkan. Hampir

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH

SISTEM PEREDARAN DARAH SISTEM PEREDARAN DARAH Tujuan Pembelajaran Menjelaskan komponen-komponen darah manusia Menjelaskan fungsi darah pada manusia Menjelaskan prinsip dasar-dasar penggolongan darah Menjelaskan golongan darah

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Pertemuan : Minggu ke 3 Waktu : 50 menit Pokok Bahasan : 1. Evaluasi Eritrosit dan Interpretasinya (Lanjutan) Subpokok Bahasan : a. Fase fase proses pembentukan eritrosit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan transfusi darah adalah upaya kesehatan berupa penggunaan darah bagi keperluan pengobatan dan pemulihan kesehatan. Sebelum dilakukan transfusi darah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. Penelitian telah dilaksanakan di bagian Instalasi Rekam Medis RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. Penelitian telah dilaksanakan di bagian Instalasi Rekam Medis RSUP Dr. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk dalam lingkup penelitian bidang Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ayam petelur adalah ayam yang mempunyai sifat unggul dalam produksi telur atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur yaitu

Lebih terperinci

Curriculum vitae Riwayat Pendidikan: Riwayat Pekerjaan

Curriculum vitae Riwayat Pendidikan: Riwayat Pekerjaan Curriculum vitae Nama : AA G Sudewa Djelantik Tempat/tgl lahir : Karangasem/ 24 Juli 1944 Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jln Natuna 9 Denpasar Bali Istri : Dewi Indrawati Anak : AAAyu Dewindra Djelantik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kerbau lumpur betina, diperoleh jumlah rataan dan simpangan baku dari total leukosit, masing-masing jenis leukosit, serta rasio neutrofil/limfosit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Pakar adalah program AI yang menggabungkan basis pengetahuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Pakar adalah program AI yang menggabungkan basis pengetahuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Pakar adalah program AI yang menggabungkan basis pengetahuan dengan sistem inferensi. Program merupakan bagian software spesialisasi tingkat tinggi yang berusaha

Lebih terperinci

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI 1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehamilan memberikan perubahan yang besar terhadap tubuh seorang ibu hamil. Salah satu perubahan yang besar yaitu pada sistem hematologi. Ibu hamil sering kali

Lebih terperinci

GAMBARAN HEMATOLOGI ANJING PELACAK OPERASIONAL RAS LABRADOR RETRIEVER DI SUBDIT SATWA POLRI-DEPOK GITA WIDARTI ANGGAYASTI

GAMBARAN HEMATOLOGI ANJING PELACAK OPERASIONAL RAS LABRADOR RETRIEVER DI SUBDIT SATWA POLRI-DEPOK GITA WIDARTI ANGGAYASTI GAMBARAN HEMATOLOGI ANJING PELACAK OPERASIONAL RAS LABRADOR RETRIEVER DI SUBDIT SATWA POLRI-DEPOK GITA WIDARTI ANGGAYASTI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 RINGKASAN GITA WIDARTI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (cairan darah) dan 45% sel-sel darah.jumlah darah yang ada dalam tubuh sekitar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (cairan darah) dan 45% sel-sel darah.jumlah darah yang ada dalam tubuh sekitar BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Definisi Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang mengalir ke seluruh tubuh melalui vena atau arteri yang mengangkat oksigen dan bahan makanan ke seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Salah satu fungsi darah adalah sebagai media transport didalam tubuh, volume darah

BAB I PENDAHULUAN. lain. Salah satu fungsi darah adalah sebagai media transport didalam tubuh, volume darah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Darah merupakan organ khusus yang berbentuk cair yang berbeda dengan organ lain. Salah satu fungsi darah adalah sebagai media transport didalam tubuh, volume darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan, A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Gizi seimbang merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan, perkembangan, menurunkan produktifitas

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI PERHITUNGAN JUMLAH ERITROSIT DARAH

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI PERHITUNGAN JUMLAH ERITROSIT DARAH LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI PERHITUNGAN JUMLAH ERITROSIT DARAH Dosen Pengampu: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes Disusun Oleh : Nama: Sofyan Dwi Nugroho NIM : 16708251021 Prodi : Pendidikana IPA PRODI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam ras tipe pedaging yang umumnya dipanen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam ras tipe pedaging yang umumnya dipanen 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ayam ras tipe pedaging yang umumnya dipanen pada umur sekitar 4-5 minggu dengan bobot badan antara 1,2-1,9 kg/ekor yang bertujuan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Pengertian darah Dalam system sirkulasi darah merupakan bagian penting yaitu dalam transport oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa

Lebih terperinci

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE ANFIS HEMATOLOGI Darah Tempat produksi darah (sumsum tulang dan nodus limpa) DARAH Merupakan medium transport tubuh 7-10% BB normal Pada orang dewasa + 5 liter Keadaan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Temperatur Tubuh Peningkatan temperatur tubuh dapat dijadikan indikator terjadinya peradangan di dalam tubuh atau demam. Menurut Kelly (1984), temperatur normal tubuh sapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta

BAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta mengobati dan mencegah penyakit pada manusia maupun hewan (Koga, 2010). Pada saat ini banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang digunakan secara luas pada praktek klinis sehari-hari. Rentang referensi hematologi yang sesuai sangatlah diperlukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 26 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 MCV (Mean Corpuscular Volume) Nilai MCV (Mean Corpuscular Volume) menunjukkan volume rata-rata dan ukuran eritrosit. Nilai normal termasuk ke dalam normositik, nilai di bawah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Retensio Plasenta 1. Definisi Retensio plasenta adalah plasenta yang belum lahir 30 menit setelah bayi lahir pada manajemen aktif kala tiga. 1 2. Patologi Penyebab retensio plasenta

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Yupiter Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah A. Bagian-Bagian Darah Terdiri atas apakah darah

Lebih terperinci

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya SISTEM SIRKULASI Kompetensi Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya Suatu sistem yang memungkinkan pengangkutan berbagai bahan dari satu tempat ke tempat lain di dalam tubuh organisme Sistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan makanan yang memiliki nilai gizi baik akan meningkat.

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL 1. Penyakit keturunan di mana penderitanya mengalami gangguan dalam pembekuan darah disebut... Leukopeni Leukositosis Anemia Hemofilia

Lebih terperinci

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Eritrosit Fungsi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Identitas Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Cirebon Mata Pelajaran : Biologi Kelas/Program/Semester : XI IPA/1 Standar Kompetensi : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hemoglobin dalam sirkulasi darah. Anemia juga dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. hemoglobin dalam sirkulasi darah. Anemia juga dapat didefinisikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritroprotein. Akibatnya volume plasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit)

Lebih terperinci

ABSTRAK KESESUAIAN PERHITUNGAN NILAI RATA-RATA ERITROSIT FLOW CYTOMETER DENGAN GAMBARAN POPULASI ERITROSIT PADA PEMERIKSAAN SEDIAAN APUS DARAH TEPI

ABSTRAK KESESUAIAN PERHITUNGAN NILAI RATA-RATA ERITROSIT FLOW CYTOMETER DENGAN GAMBARAN POPULASI ERITROSIT PADA PEMERIKSAAN SEDIAAN APUS DARAH TEPI ABSTRAK KESESUAIAN PERHITUNGAN NILAI RATA-RATA ERITROSIT FLOW CYTOMETER DENGAN GAMBARAN POPULASI ERITROSIT PADA PEMERIKSAAN SEDIAAN APUS DARAH TEPI Vivin Maria, 2006, Pembimbing I : Penny Setyawati M,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Cacing Tambang Pada umumnya prevalensi cacing tambang berkisar 30 50 % di perbagai daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan seperti di

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan hematologi. Pemeriksaan hematologi meliputi kadar hemoglobin,

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan hematologi. Pemeriksaan hematologi meliputi kadar hemoglobin, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan penunjang dalam mendiagnosis suatu penyakit. Salah satu pelayanan laboratorium adalah pemeriksaan hematologi. Pemeriksaan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. Praktikum IDK 1 dan Biologi, 2009 Tuti Nuraini, SKp., M.Biomed. 1 TUJUAN Mengetahui asal sel-sel

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Jumlah Leukosit Data perhitungan terhadap jumlah leukosit pada tikus yang diberikan dari perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 6. Rata-rata leukosit pada tikus dari perlakuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersebut merupakan faktor pendukung keberhasilan budidaya sapi Bali (Ni am et

I. PENDAHULUAN. tersebut merupakan faktor pendukung keberhasilan budidaya sapi Bali (Ni am et I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sapi di Indonesia terus berkembang seiring meningkatkan pengetahuan dan teknologi dibidang peternakan. Sapi Bali adalah jenis sapi lokal yang memiliki kemampuan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : kambing kacang, eritrosit, Denpasar Barat

ABSTRAK. Kata kunci : kambing kacang, eritrosit, Denpasar Barat ABSTRAK Telah dilakukan penelitian pada 40 ekor kambing kacang betina. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sitologi sel darah abnormal pada kambing kacang yang berada di Rumah Potong Kambing

Lebih terperinci

Ruswantriani, Pembimbing : Penny Setyawati, dr, SpPK, M. Kes

Ruswantriani, Pembimbing : Penny Setyawati, dr, SpPK, M. Kes ABSTRAK GAMBARAN LABORA TORIUM ANEMIA DEFISIENSI NUTRISI (STUDI PUST AKA) Ruswantriani, 2005. Pembimbing : Penny Setyawati, dr, SpPK, M. Kes Anemia merupakan masalah kesehatan dunia dan cenderung meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler. mengenai organ lain kecuali susunan saraf pusat.

BAB I PENDAHULUAN. kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler. mengenai organ lain kecuali susunan saraf pusat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kusta atau morbus Hansen merupakan infeksi granulomatosa kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Kusta dapat

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. yang telah memenuhi jumlah minimal sampel sebanyak Derajat klinis dibagi menjadi 4 kategori.

BAB V PEMBAHASAN. yang telah memenuhi jumlah minimal sampel sebanyak Derajat klinis dibagi menjadi 4 kategori. digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN Setelah dilakukan penelitian di RSUD Dr. Moewardi telah didapatkan data-data penelitian yang disajikan dalam tabel pada Bab IV. Pada penelitian ini didapatkan sampel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lain, berbeda dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan sebagai pembuluh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah atau kapasitas pembawa oksigen mereka tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan fisiologis yang bervariasi menurut

Lebih terperinci

GDS (datang) : 50 mg/dl. Creatinin : 7,75 mg/dl. 1. Apa diagnosis banding saudara? 2. Pemeriksaan apa yang anda usulkan? Jawab :

GDS (datang) : 50 mg/dl. Creatinin : 7,75 mg/dl. 1. Apa diagnosis banding saudara? 2. Pemeriksaan apa yang anda usulkan? Jawab : Seorang laki laki 54 tahun datang ke RS dengan keluhan kaki dan seluruh tubuh lemas. Penderita juga merasa berdebar-debar, keluar keringat dingin (+) di seluruh tubuh dan sulit diajak berkomunikasi. Sesak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di era globalisasi menuntut penyedia

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan di PMI antara lain mencakup pengerahan donor, penyumbangan darah, pengambilan, pengamanan, pengolahan, penyimpanan, dan penyampaian darah kepada pasien. Kegiatan

Lebih terperinci

Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O

Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O Apersepsi 1. Pernahkan bagian tubuhmu terluka, misalnya karena terjatuh atau terkena bagian tajam seperti pisau dan paku? 2. Apakah bagian tubuh yang terluka tersebut

Lebih terperinci

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Fungsi utama eritrosit:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah Darah dalam tubuh berfungsi untuk mensuplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi (sistem

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Kucing Karakteristik Kucing

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Kucing Karakteristik Kucing 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Kucing Kucing kampung (Felis domestica) termasuk dalam ordo karnivora (pemakan daging). Fowler (1993) mengklasifikasikan kucing kampung (Felis domestica) sebagai berikut: kingdom

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang 26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi fisiologis ternak dapat diketahui melalui pengamatan nilai hematologi ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang mengandung butir-butir

Lebih terperinci

INTISARI. Kata kunci: kebiasaan minum jamu; antioksidan; imunomodulator; MDA ; hematologi cross sectional

INTISARI. Kata kunci: kebiasaan minum jamu; antioksidan; imunomodulator; MDA ; hematologi cross sectional ANALISIS KADAR MALONDIALDEHID DAN PROFIL DARAH TEPI BERDASARKAN BODY MASS INDEX (BMI), KEBIASAAN MINUM JAMU DAN TINGKAT PAPARAN ASAP ROKOK RELAWAN SEHAT Adnan 1, Haafizah Dania 1 1 Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik

Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik Amaylia Oehadian Sub Bagian Hematologi Onkologi Medik Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Kelainan darah pada lupus Komponen darah Kelainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini disebabkan oleh demam dimana terdapat kenaikan suhu

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB III RESUME KEPERAWATAN BAB III RESUME KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Identitas pasien Pengkajian dilakukan pada hari/ tanggal Selasa, 23 Juli 2012 pukul: 10.00 WIB dan Tempat : Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong. Pengkaji

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan rekayasa genetik dari bangsa-bangsa ayam dengan produktivitas tinggi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan rekayasa genetik dari bangsa-bangsa ayam dengan produktivitas tinggi, 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler adalah jenis ayam ras unggul hasil perkawinan silang, seleksi dan rekayasa genetik dari bangsa-bangsa ayam dengan produktivitas tinggi, terutama

Lebih terperinci

- - SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA - - dlp5darah

- - SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA - - dlp5darah - - SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian dlp5darah Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan neonatal. Kematian neonatus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh populasi. 1 Wanita hamil merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gathot Gathot merupakan hasil fermentasi secara alami pada ketela pohon. Ketela pohon tersebut memerlukan suasana lembab untuk ditumbuhi jamur secara alami. Secara umum,

Lebih terperinci

MAKALAH GIZI ZAT BESI

MAKALAH GIZI ZAT BESI MAKALAH GIZI ZAT BESI Di Buat Oleh: Nama : Prima Hendri Cahyono Kelas/ NIM : PJKR A/ 08601241031 Dosen Pembimbing : Erwin Setyo K, M,Kes FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Viskositas darah didefinisikan sebagai kontribusi faktor reologik darah terhadap

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Viskositas darah didefinisikan sebagai kontribusi faktor reologik darah terhadap BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Viskositas Darah Viskositas darah didefinisikan sebagai kontribusi faktor reologik darah terhadap resistensi aliran darah. Viskositas darah tergantung beberapa faktor, dimana

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepadatan Ayam Petelur Fase Grower Ayam petelur adalah ayam yang efisien sebagai penghasil telur (Wiharto, 2002). Keberhasilan pengelolaan usaha ayam ras petelur sangat ditentukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb atau kadar eritrosit lebih rendah dari normal. Anemia merupakan kondisi terjadinya penurunan Haemoglobin (hb), hematokrit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat 2010-2015 dilakukan pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa. Pemerintah memiliki

Lebih terperinci

THALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010

THALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010 THALASEMIA A. DEFINISI Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Akibatnya penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa oksigen ke berbagai organ tubuh. trimester III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II.

BAB I PENDAHULUAN. membawa oksigen ke berbagai organ tubuh. trimester III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut lalage (2013) anemia dalam kehamilan adalah kondisi dimana tubuh memiliki sedikit sel-sel darah merah atau sel tidak dapat membawa oksigen ke berbagai organ

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tubuh manusia secara fisiologis memiliki sistim pertahanan utama untuk melawan radikal bebas, yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim. Antioksidan enzimatik bekerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi fungsinya untuk membawa O 2 dalam jumlah yang cukup ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi fungsinya untuk membawa O 2 dalam jumlah yang cukup ke BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia 2.1.1 Pengertian Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau hemoglobin (protein pembawa O 2 ) dari nilai normal dalam darah sehingga tidak dapat memenuhi

Lebih terperinci

Anemia Megaloblastik. Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya

Anemia Megaloblastik. Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya Anemia Megaloblastik Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya Anemia Megaloblastik Anemia megaloblastik : anemia makrositik yang ditandai peningkatan ukuran sel darah merah yang

Lebih terperinci

CLINICAL MENTORING TATALAKSANA ANEMIA DEFISIENSI BESI DALAM PRAKTEK SEHARI-HARI

CLINICAL MENTORING TATALAKSANA ANEMIA DEFISIENSI BESI DALAM PRAKTEK SEHARI-HARI CLINICAL MENTORING TATALAKSANA ANEMIA DEFISIENSI BESI DALAM PRAKTEK SEHARI-HARI Oleh : Dr.Prasetyo Widhi Buwono,SpPD-FINASIM Program Pendidikan Hematologi onkologi Medik FKUI RSCM Ketua Bidang advokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia. Pertama, kurang energi dan protein yang. kondisinya biasa disebut gizi kurang atau gizi buruk.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia. Pertama, kurang energi dan protein yang. kondisinya biasa disebut gizi kurang atau gizi buruk. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ada empat masalah gizi utama yang ada di Indonesia. Pertama, kurang energi dan protein yang kondisinya biasa disebut gizi kurang atau gizi buruk. Kedua, kurang vitamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam

BAB I PENDAHULUAN. Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam suatu lingkungan sehingga menurunkan kualitas lingkungan tersebut dan terkontaminasi zat-zat yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman. lainnya seprti ginjal, tulang dan usus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman. lainnya seprti ginjal, tulang dan usus. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Definisi Tuberkulosis Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman tuberkulosis

Lebih terperinci

GAMBARAN INDEKS ERITROSIT PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU

GAMBARAN INDEKS ERITROSIT PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU GAMBARAN INDEKS ERITROSIT PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada R. Suhartati, Yusrizal Alwi Email : rsuhartati@yahoo.com Prodi DIII Analis Kesehatan, STIKes Bakti Tunas Husada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. DARAH Darah adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga mensuplai jaringan tubuh dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ penting dari manusia. Berbagai penyakit yang menyerang fungsi ginjal dapat menyebabkan beberapa masalah pada tubuh manusia, seperti penumpukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkurangnya lahan sebagai tempat merumputnya sapi, maka banyak peternak mencari alternatif lain termasuk melepas ternak sapinya di tempat pembuangan sampah

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN Bapak/Ibu Yth, Perkenalkan nama saya dr Adikia Andreas Sitepu, saat ini saya sedang menjalani pendidikan di bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA Transportasi ialah proses pengedaran berbagai zat yang diperlukan ke seluruh tubuh dan pengambilan zat-zat yang tidak diperlukan untuk dikeluarkan dari tubuh. Alat transportasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Darah Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan

Lebih terperinci

Laporan Praktikum V Darah dan Peredaran

Laporan Praktikum V Darah dan Peredaran Laporan Praktikum V Darah dan Peredaran Nama : Cokhy Indira Fasha NIM : 10699044 Kelompok : 4 Tanggal Praktikum : 11 September 2001 Tanggal Laporan : 19 September 2001 Asisten : Astania Departemen Biologi

Lebih terperinci