Tinjauan Pasar Minyak Goreng

dokumen-dokumen yang mirip
PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama :

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama :

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam

Rata-rata Harga Gabah Menurut Kualitas, Komponen Mutu dan HPP di Tingkat Petani di Indonesia,

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

II. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

Beras. Juli Beras

KETERANGAN TW I

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen beberapa komoditi. primer seperti produk pertanian, perkebunan, dan perikanan serta

Kebijakan Bea Keluar Minyak Kelapa Sawit Indonesia: Siapa Yang Untung?

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. ditanam di hampir seluruh wilayah Indonesia. Bagian utama dari kelapa sawit yang diolah adalah

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas penting di Malaysia

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada bulan Juni 2013 Juni 2013 mengalami kenaikan sebesar 5,4 poin. Hal ini

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM EKONOMI KELAPA SAWIT DAN KARET INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

Indeks Keyakinan Konsumen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

Tingkat konsumsi rumah tangga pada bulan Maret 2013 Maret 2013 relatif stabil. Hal ini tercermin dari Indeks

Harga Minyak Mentah Dunia 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan konsumsi yang cukup pesat. Konsumsi minyak nabati dunia antara

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar)

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang dihasilkan dari produk CPO, diolah menjadi Stearin Oil

GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT, BAHAN BAKAR DIESEL DAN PRODUK TURUNAN KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Beras. November Beras

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 09/PMK.011/2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Crude palm oil (CPO) berasal dari buah kelapa sawit yang didapatkan dengan

Beras. Juni Beras

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

BAB I PENDAHULUAN. pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar diberbagai. meningkatkan perekonomian adalah kelapa sawit. Gambar 1.

Sumber (diolah dari) ; 1. Bank Indonesia, Sipuk-Siabe (2003). 2. Departermen Perindustrian, (2007).

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

Mei Divisi Statistik Sektor Riil 1. Metodologi PESIMIS OPTIMIS

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

oleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi.

1.1 Latar Belakang Masalah

EKSPOR DAN IMPOR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BULAN OKTOBER 2007

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

NTP Provinsi Aceh, September 2017 sebesar 94,18. Inflasi Pedesaan, September 2017 sebesar 0,46 persen.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

SURVEI KONSUMEN. April 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE AGUSTUS 2017

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017

SURVEI KONSUMEN. Optimis. Pesimis. Kenaikan Harga BBM

BADAN PUSAT STATISTIK PROPINSI KEPRI

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA TANJUNGPINANG BULAN NOPEMBER 2009 DEFLASI 0,28 PERSEN

EKSPOR DAN IMPOR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BULAN SEPTEMBER 2007

SURVEI KONSUMEN. Februari 2006

Kondisi Perekonomian Indonesia

SURVEI KONSUMEN. Indeks Keyakinan Konsumen

Beras. Agustus Beras

SURVEI PENJUALAN ECERAN

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara

Statistik HargaKomoditasPertanian Tahun 2013

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2017

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

PENDAHULUAN. untuk bisa menghasilkan kontribusi yang optimal. Indonesia, khususnya pengembangan agroindustri.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan

SURVEI KONSUMEN. Indeks Keyakinan Konsumen

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PROSPEK INDUSTRI DAN SUMBER POTENSIAL MINYAK/LEMAK (INDUSTRIAL PROSPECT AND POTENCIAL SOURCES OF FAT AND OIL)

KESIAPAN BARANG KEBUTUHAN POKOK MENGHADAPI NATAL 2017 DAN TAHUN BARU 2018

Ekspor Indonesia Masih Sesuai Target 2008: Pemerintah Ambil Berbagai Langkah Guna Antisipasi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia

SURVEI KONSUMEN. Indeks Keyakinan Konsumen

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SURVEI KONSUMEN. Maret Indeks Keyakinan Konsumen menurun Prospek ekonomi diperkirakan memburuk. Indeks Keyakinan Konsumen turun

Beras. September Beras

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017

Upaya Menuju Kemandirian Pangan Nasional Jumat, 05 Maret 2010

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI

RELEASE NOTE INFLASI MARET 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

Transkripsi:

(Rp/kg) (US$/ton) Edisi : 01/MGR/01/2011 Tinjauan Pasar Minyak Goreng Informasi Utama : Tingkat harga minyak goreng curah dalam negeri pada bulan Januari 2011 mengalami peningkatan sebesar 1.3% dibandingkan bulan sebelumnya. Harga relatif stabil dengan koefisien keragaman harga bulanan sebesar 7.2%. Disparitas harga minyak goreng curah antar wilayah pada bulan Januari 2011 relatif moderat dengan koefisien keragaman antar wilayah sebesar 9.6%. Harga CPO mengalami peningkatan pada bulan Januari 2011 dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan peningkatan permintaan dari RRT menjelang tahun baru Imlek dan faktor cuaca yang masih mengganggu produksi di negara produsen sehingga diperkirakan menurunkan pasokan. 11,500 11,000 10,500 10,000 9,500 9,000 8,500 8,000 Migor Kemasan Migor Curah CPO (RHS) RBD Olein (RHS) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nop Des Jan 2010 2011 1,400 1,300 1,200 1,100 1,000 900 800 700 600 Nama Kota 2010 2011 Perubahan Jan'11 (%) Januari Desember Januari Thd Jan'10 Thd Des'10 Jakarta 9.600 10.515 10.860 13,13 3,28 Bandung 9.148 11.043 11.377 24,37 3,03 Semarang 8.799 10.892 11.070 25,81 1,64 Yogyakarta 9.079 10.897 11.449 26,11 5,07 Surabaya 8.928 11.000 11.455 28,29 4,13 Denpasar 9.000 11.000 11.125 23,61 1,14 M e d a n 8.550 10.713 11.025 28,95 2,92 Makassar 8.800 11.000 11.216 27,46 1,97 Rata2 Nasional 9.451 11.184 11.327 19,86 1,28 Sumber : Dinas Perindag, 2011 Gambar 1. Perkembangan Harga Bulanan Minyak Goreng Curah dan Kemasan Dalam Negeri, Harga CPO dan RBD Olein Dunia. Tabel 1. Perkembangan Harga Rata-rata Bulanan Minyak Goreng Curah di Beberapa Kota (Rupiah/Kilogram). Kebijakan Terkait : Bea Keluar ekspor CPO pada bulan Januari 2011 dibebankan sebesar 20 %. Pada bulan Januari 2011 tarif Bea Keluar (BK) CPO diberlakukan berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/12/2010 tanggal 22 Desember 2010 tentang Penetapan Harga Patokan Ekspor atas Barang Ekspor yang Dikenakan Bea Keluar. Penetapan Harga Patokan Ekspor atas Barang Ekspor yang Dikenakan Bea Keluar yang berlaku mulai 1 Januari 2011 ditetapkan harga referensi CPO sebesar US$ 1,184.37/MT yang berada di dalam batas terkena tarif BK.

Perkembangan Harga Harga rata-rata minyak goreng curah pada bulan Januari 2011 mengalami peningkatan sebesar 1.3 % jika dibandingkan dengan bulan Desember 2010. Pada bulan Januari 2011, harga rata-rata minyak goreng curah adalah Rp 11,327 per kg. Jika dibandingan dengan bulan Januari 2010 maka terjadi peningkatan harga sebesar 19.9 %, dimana rata-rata harga bulan Januari 2010 adalah Rp 9,451 per kg. Harga rata-rata minyak goreng kemasan mengalami peningkatan sebesar 2.3 % bulan Januari 2011 jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Harga rata-rata minyak goreng kemasan pada bulan Januari 2011 adalah Rp 11,279 per kg. Jika dibandingkan dengan harga pada bulan Januari 2010 yang saat itu mencapai Rp 10,868 per kg maka terjadi peningkatan harga sebesar 3.8 %. Harga rata-rata nasional untuk minyak goreng curah relatif stabil dengan koefisien keragaman harga bulanan untuk periode Januari 2010 sampai Januari 2011 sebesar 7.2 %. Sedangkan koefisien keragaman harga bulanan untuk minyak goreng kemasan dengan periode yang sama sebesar 2.5 %. Nilai koefisien keragaman ini menunjukkan bahwa harga rata-rata nasional minyak goreng kemasan relatif lebih stabil dibandingkan minyak goreng curah. Koefisien keragaman antar wilayah untuk minyak goreng curah pada bulan Januari 2011 sebesar 9.6 % yang bermakna bawa perbedaan harga antar wilayah secara rata-rata sebesar 9.6 %. Hal ini menunjukkan bahwa secara nasional disparitas harga minyak goreng curah antar wilayah relatif moderat. Wilayah yang harganya relatif tinggi pada Januari 2011 adalah Manokwari dengan tingkat harga sekitar Rp 13,760 per kg, Gorontalo dengan tingkat harga sekitar Rp 13,700 per kg, Maluku Utara dengan tingkat harga sekitar Rp 13,100 per kg, dan Samarinda dengan tingkat harga sekitar Rp 13,000 per kg. Beberapa wilayah yang tingkat harganya relatif rendah adalah Bangka Belitung dengan harga sekitar Rp 9,000 per kg, Palangkaraya dengan harga sekitar Rp 9,500 per kg, Kendari dengan harga sekitar Rp 9,770 per kg, dan Kupang dengan tingkat harga sekitar Rp 10,250 per kg. Koefisien keragaman antar wilayah untuk minyak goreng kemasan pada bulan Januari 2011 sebesar 14.3 % yang bermakna bawa perbedaan harga antar wilayah secara rata-rata sebesar 14.3 %. Hal ini menunjukkan bahwa secara nasional disparitas harga minyak goreng kemasan antar wilayah relatif cukup tinggi. Wilayah yang harganya relatif tinggi pada Januari 2011 adalah Samarinda dengan tingkat harga sekitar Rp 15,484 per kg, Gorontalo dengan tingkat harga sekitar Rp 14,710 per kg, dan Ambon dengan tingkat harga sekitar Rp 14,194 per kg. Beberapa wilayah yang tingkat harganya relatif rendah adalah Banten dengan harga sekitar Rp 8,833 per kg, Bandar Lampung dengan harga sekitar Rp 9,200 per kg, dan Pekanbaru dengan tingkat harga sekitar Rp 9,580 per kg.

Tinjauan Pasar Domestik Pada tahun 2010, produksi minyak goreng Indonesia hanya meningkat tipis sebesar 0,2% dengan volume produksi 16,72 Juta ton. Laju peningkatan tersebut jauh dibawah peningkatan tahun 2009 yang mencapai 16.9% atau rata-rata pertumbuhan produksi dalam lima tahun terakhir yang mencapai 7.6 % per tahun. Rendahnya peningkatan produksi minyak goreng pada tahun 2010 diduga karena harga CPO yang sangat tinggi pada periode tersebut. Perubahan cuaca di tahun 2010 juga berdampak pada penurunan produksi CPO sebagai bahan utama minyak goreng. Curah hujan yang sangat tinggi, penyerapan pupuk yang lambat, serta pengangkutan panen dan TBS (tandan buah segar) yang lambat memicu penurunan tersebut (Gapki, 2011). Di sisi lain, konsumsi minyak goreng pada tahun 2010 meningkat cukup tajam dengan laju 11.5%, jauh diatas laju tahun 2009 yang hanya 4.4%. Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan konsumsi oleh rumah tangga seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Peningkatan konsumsi minyak goreng rumah tangga selama tahun 2010 terutama terjadi pada bulan September dan Oktober. Peningkatan permintaan tersebut terkait dengan hari besar keagamaan yaitu Ramadhan dan Idul Fitri dimana siklus tersebut terus berulang setiap tahunnya. Pertumbuhan konsumsi minyak goreng rumah tangga dalam lima tahun terakhir mencapai 8,75%. Terpengaruh oleh perkembangan harga di pasar internasional, rata-rata harga minyak goreng curah tahun 2010 mencapai Rp 9.623 per liter, atau sekitar 9,0% lebih tinggi dari rata-rata harga tahun 2009. Sebaliknya, rata-rata harga minyak goreng kemasan tahun 2010 sebesar Rp 11.055 per liter, lebih rendah 2,99% dibandingkan harga rata-rata tahun 2009 yang mencapai Rp 11.396 per liter. Selama tahun 2010, rata-rata peningkatan harga bulanan untuk minyak goreng curah adalah 2,2%, sedangkan untuk minyak goreng kemasan sebesar 0,3%. Tren penurunan harga minyak goreng kemasan terjadi sejak Januari 2009, namun kembali menunjukkan peningkatan sejak bulan September 2010. Sebagai salah satu komoditi unggulan ekspor, volume ekspor minyak goreng terus menunjukkan peningkatan. Volume ekspor minyak goreng sampai dengan Oktober 2010 telah mencapai 4,8 juta ton. Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2009, maka terjadi peningkatan ekspor sebesar 1,5%, dibawah laju tahun 2009 yang mencapai 12.0%. Menurut Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), produksi CPO tahun 2011 diperkirakan bisa mencapai 22 juta ton. Estimasi produksi CPO tersebut tumbuh sebesar 4,7% dari tahun 2010. Walaupun curah hujan di tahun 2011 diperkirakan masih cukup tinggi, target 22 juta ton dianggap cukup realistis karena pada tahun 2007 ada tambahan penanaman sawit sekitar 400 ribu hektar dimana tahun 2011 diharapkan sudah bisa dipanen. Sedangkan ekspor CPO tahun 2011 diperkirakan dapat mencapai 16,5 juta ton. Produksi minyak goreng domestik akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan produksi CPO sebagai bahan baku utamanya. Namun peningkatan produksi CPO yang diperkirakan terjadi pada tahun 2011 tidak secara otomatis mengindikasikan peningkatan produksi minyak goreng.

Tinjauan Pasar Dunia Volume produksi berbasis CPO pada tahun 2010 mencapai 47,91 juta ton, mengalami peningkatan sebesar 6,9% dibandingkan tahun 2009 yang mencapai 44.8 juta ton. Pada kuartal pertama 2010, produksi minyak makan dunia menunjukkan penurunan yang disebabkan pengaruh cuaca yang memperlambat panen di beberapa negara sehingga berdampak pada rendahnya total produksi. Pada kuartal kedua tahun 2010, total produksi minyak makan dunia mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan produksi dari minyak kedele, palm oil, palm kernel oil, dan rapeseed oil. Peningkatan tersebut merupakan dampak dari tertundanya panen di beberapa negara. Pada kuartal ketiga 2010, produksi minyak makan dunia kembali mengalami penurunan. Produksi minyak bunga matahari, minyak kedele, dan rapeseed oil mengalami penurunan dikarenakan berbagai bencana alam yang terjadi di negara produsen. Di sisi lain, produksi CPO dan produk turunannya mengalami peningkatan yang stabil (MPOB, 2011). Pada tahun 2010 tingkat konsumsi produk berbasis CPO dunia kembali meningkat menjadi 48,20 juta ton, atau mengalami peningkatan 7,9% yang jika dibandingkan dengan volume tahun 2009. Seperti diketahui, konsumsi produk berbasis CPO di dunia dari tahun ke tahun menunjukan peningkatan seiring dengan pertumbuhan penduduk dunia. Selama tujuh tahun terakhir pertumbuhan konsumsi rata-rata mencapai 7,20%. Peningkatan konsumsi palm oil dunia di tahun 2010 disebabkan oleh beberapa faktor di samping pertumbuhan jumlah penduduk. Faktor pertama adalah penurunan produksi beberapa produk substitusi minyak sawit seperti kedele dan biji bunga matahari sehingga meningkatkan konsumsi produk berbasis CPO. Faktor kedua adalah dampak dari gagal panen gandum di Rusia akibat gelombang panas di kuartal kedua 2010. Seperti diketahui, gandum adalah substitusi kedele dan jagung dalam pakan ternak sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan konsumsi CPO. Faktor ketiga adalah kenaikan harga minyak bumi dunia yang juga turut memicu peningkatan konsumsi CPO sebagai salah satu sumber bahan bakar alternatif. Pertumbuhan konsumsi palm oil dunia menunjukkan nilai yang lebih tinggi dari pada tingkat pertumbuhan produksi per tahunnya. Hal ini dapat menjadi peluang dan tantangan bagi ekspor dan upaya mempertahankan pasokan dalam negeri. Harga CPO dan RBD dunia terus mengalami peningkatan sejak awal tahun 2009. Peningkatan harga selama tahun 2010 rata-rata untuk CPO mencapai 4,1% per bulan sedangkan untuk RBD mencapai 3,9% per bulan. Harga CPO tertinggi selama tahun 2010 terjadi pada bulan Desember yan mencapai US$ 1.239 per ton. Begitu pula dengan harga RBD dunia yang mencapai tingkat tertinggi pada bulan Desember 2010 dengan nilai US$ 1.213 per ton. Ada beberapa faktor yang mendorong kenaikan harga CPO yaitu kenaikan harga minyak bumi, kuranynya pasokan minyak nabati lainnya, khusunya minyak kedele dan minyak bunga matahari. Di samping itu, perbaikan ekonomi dunia yang meningkatkan permintaan akan minyak nabati juga merupakan pemicu kenaikan harga CPO (MPOB, 2011).

Harga CPO pada tahun 2011 diperkirakan akan masih tetap tinggi. Perkembangan produksi minyak sawit dunia dalam enam bulan pertama 2011 diperkirakan akan melemah dan ekspor yang terus meningkat akan membuat stok mengecil. Hal ini akan membuat harga CPO akan tetap tinggi. Harga minyak mentah yang terus meningkat akan turut mendorong kenaikan harga CPO. Namun demikian, mulai Juni 2011 produksi dan stok CPO diperkirakan mulai meningkat sehingga secara keseluruhan produksi pada tahun 2011 diharapkan meningkat sekitar 3,5 juta ton (James Fry, 2010). Situasi ini diharapkan tidak akan mendorong harga CPO untuk sedikit melemah. Menurut Thomas Mielke dari Oil World, produk CPO akan semakin mendominansi pasar minyak nabati dunia. Ekspor CPO global akan memimpin dengan pangsa hingga 58% dengan volume 38,4 juta ton pada 2010/2011. Produksi CPO dunia juga akan bertambah 3 sampai 3,3 juta ton pada 2011. Indonesia diharapkan akan menyumbang penambahan sekitar 2,1 juta ton dan Malaysia 0,7 juta ton. Sayangnya, Indonesia yang telah menjadi produsen CPO terbesar di dunia sejak 2006, mulai mengalami perlambatan dalam ekspansi perluasan lahan perkebunan kelapa sawit sejak 2009 yang dampaknya pada produksi baru terlihat pada 2012. Suplai minyak nabati lain seperti minyak biji bunga matahari serta rapeseed oil dunia terus merosot hingga 1,4 juta ton pada 2010/2011. Jika industri biofuel juga berkembang, kebutuhan akan minyak nabati tentu akan semakin tinggi. Hal ini akan mempertajam persaingan antara kebutuhan minyak nabati sebagai bahan bakar dan pangan. Perkembangan Harga Dunia Januari 2011 Harga CPO dunia pada bulan Januari 2011 cenderung mengalami peningkatan. Terjadi peningkatan harga CPO sebesar 2.9% pada bulan Januari 2011 jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sedangkan jika dibandingkan dengan harga bulan Januari 2010 maka terjadi peningkatan yang cukup signifikan mencapai sebesar 62.3%. Peningkatan harga tersebut disebabkan meningkatnya permintaan CPO dari RRT menjelang tahun baru Imlek yang dikhawatirkan akan meningkatkan harga karena kurangnya pasokan. Selain itu masih adanya dampak buruk cuaca pada daerah penghasil CPO dimana curah hujan yang tinggi di Malaysia memperlambat produksi vegetable oil pada saat permintaan global meningkat. Rendahnya produksi di Indonesia dan Malaysia karena curah hujan tinggi membuat stok akhir bulan ini rendah. Selain itu juga karena Indonesia akan menaikkan pajak ekspor dari 20 % menjadi 25 % di bulan Februari (Reuters, 2011). Isu terkait : Krisis politik dan ekonomi di beberapa Negara Timur Tengah berdampak pada kekhawatiran akan pasokan minyak bumi dunia. Hal tersebut mendorong terus meningkatnya harga minyak bumi dunia di bulan Januari 2011 yang sudah hampir mencapai tiga digit. CPO sebagai salah satu bahan utama biofuel yang merupakan substitusi sumber energi dari minyak bumi cenderung akan mengalami peningkatan harga.