KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM B A D A N P E M B I N A A N K O N S T R U K S I PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

dokumen-dokumen yang mirip
KODE UNIT KOMPETENSI INA

KODE UNIT KOMPETENSI INA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada Proyek Pemasangan 3 (tiga) unit Lift Barang di

KODE UNIT KOMPETENSI INA

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN WAKTU

BAB 5 PERENCANAAN WAKTU

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

BAB II Tinjauan Pustaka

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL

MANAJEMEN WAKTU PROYEK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI

MANAJEMEN PROYEK. Manajemen proyek meliputi tiga fase : 1. Perencanaan 2. Penjadwalan 3. Pengendalian

MAKALAH RISET OPERASI NETWORK PLANNING

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM B A D A N P E M B I N A A N K O N S T R U K S I PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

BAB II LANDASAN TEORI

Pertemuan 5 Penjadwalan

KODE UNIT KOMPETENSI INA

Critical Path Method (CPM) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan. Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini ialah :

PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK (Perencanaan Waktu-3 : CPM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PENJADWALAN DAN EVALUASI PROYEK

ANALISIS PERENCANAAN JARINGAN KERJA (NETWORK PLANNING)

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Buku 2 : RKPM (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) Modul Pembelajaran Pertemuan ke 5

EMA302 - Manajemen Operasional Materi #9 Ganjil 2014/2015. EMA302 - Manajemen Operasional

PENJADWALAN PROYEK DENGAN ALAT BANTU PROGRAM PRIMAVERA PROJECT PLANNER 3.0 (P3 3.0)

STUDI PENJADWALAN DENGAN MENGGUNAKAN METODA PENJADWALAN LINIER PADA PROYEK GEDUNG BERTINGKAT

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Buku 2 : RKPM (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) Modul Pembelajaran Pertemuan ke 6

STUDI PERENCANAAN PERCEPATAN DURASI PROYEK DENGAN METODE LEAST COST ANALYSIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teknologi konstruksi (construction technology) dan manajemen konstruksi (construction

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

BAB II LANDASAN TEORI

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR

Proyek : Kombinasi dan kegiatan-kegiatan g (activities) yang saling berkaitan dan harus dilaksanakan dengan mengikuti suatu urutan tertentu sebelum se

BAB III METODE PENELITIAN

Cara membuat network planning manual

STUDI ANALISIS DENGAN MENGGUNAKAN METODA PENJADWALAN LINIER PADA PROYEK PERUMAHAN

BAB III LANDASAN TEORI. baik investasi kecil maupun besar dalam skala proyek memerlukan suatu

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERSIAPAN

Perencanaan dan Pengendalian Proyek. Pertemuan V

PROJECT TIME MANAGEMENT (MANAJEMEN WAKTU PROYEK BAG.1) (MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK)

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG MANDOR PEKERJAAN TANAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan dan

SIMULASI PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM 4D CAD ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengorganisasian suatu kegiatan untuk mencapai sasaran yang efektif dan efisien. Dalam

PENERAPAN METODE CPM PADA PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS PEMBANGUNAN GEDUNG BARU KOMPLEKS EBEN HAEZAR MANADO)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

BAB III LANDASAN TEORI

TEKNIK PERENCANAAN DAN PENJADWALAN PROYEK RUMAH TINGGAL DENGAN BANTUAN PROGRAM PRIMAVERA PROJECT PLANNER 3.0. Erwan Santoso Djauhari NRP :

BAB III METODOLOGI. Data yang dominan dalam Tugas Akhir ini adalah Data Sekunder,

PERENCANAAN WAKTU PELAKSANAAN KONSTRUKSI

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MANAJEMEN WAKTU PROYEK

Proyek. Proyek adalah sederetan tugas yang diarahkan pada suatu hasil output utama

DAFTAR ISI JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

Penjadwalan proyek. 1. Menunjukkan hubungan tiap kegiatan dan terhadap keseluruhan proyek

BAB I STANDAR KOMPETENSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

ANALISIS KONSEP CADANGAN WAKTU PADA PENJADWALAN PROYEK DENGAN CRITICAL PATH METHOD (CPM) (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Rumah Sakit Prima)

Manajemen Proyek. Teknik Industri Universitas Brawijaya

PENTINGNYA MANAJEMEN PROYEK

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Operations Management

Karena kompleksnya suatu proyek, para pengelola proyek selalu ingm memngkatkan kualitas perencanaan dan pengendalian. Banyak metode yang

MEMERIKSA SISTEM KEMUDI OTO.KR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada perencanaan suatu proyek terdapat proses pengambilan keputusan dan proses penetapan tujuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota


PENENTUAN JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN REHABILITASI JALAN ALIANYANG KOTA PONTIANAK DENGAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD (PDM)

BAB II LANDASAN TEORI

BAR CHART METHOD NETWORK ANALYSIS

Universitas Mercu Buana Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri #6 & 7 MANAJEMEN PROYEK

Parno, SKom., MMSI. Personal Khusus Tugas

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

BAB II LANDASAN TEORI

Manajemen Operasional PENJADWALAN DAN PENGAWASAN PROYEK

BAB II LANDASAN TEORI. tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan rencana, sehingga menyebabkan beberapa

TEKNIK ANALISA JARINGAN (CPM)

STUDI PENJADUALAN, PERENCANAAN BIAYA DAN PENGENDALIAN JADUAL PADA PROYEK PEMBANGUNAN RUKO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MICROSOFT PROJECT 2003

BAB 3 METODE PENELITIAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dilakukan juga akan semakin komplek. Untuk mengatur dan

Operations Management

BAB 14 PENJADWALAN. Bab ini merinci langkah 4, 5 dan 6, jaringan kerja dan jadwal.

Transkripsi:

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR AIR MINUM JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN PERPIPAAN MEMBUAT RENCANA JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN KODE UNIT KOMPETENSI INA.52.00.204. 01 BUKU INFORMASI 2011 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM B A D A N P E M B I N A A N K O N S T R U K S I PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

KATA PENGANTAR Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi untuk jabatan kerja Pelaksana Lapangan Pekerjaan Perpipaan ini dibuat sesuai dengan ketentuan dalam Surat Perjanjian Kerja Konsultansi No. 10/KONTRAK/PPK/Kt/2011, tanggal 14 Juni 2011 yang telah ditanda tangani oleh Pihak Kesatu Pejabat Pembuat Komitmen Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi, Badan Pembinaan Konstruksi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Pihak Kedua Direktur Utama PT Binatama Wirawredha Konsultan. Penyusunan Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi jabatan kerja Pelaksana Lapangan Pekerjaan Perpipaan ini dimaksudkan agar tercapai kelancaran pelaksanaan pelatihan Pelaksana Lapangan Pekerjaan Perpipaan. Selain itu penyusunan Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi menuangkan hasil identifikasi silabus, strategi pencapaian tujuan pelatihan dan pembelajaran yang tertuang dalam Kurikulum, yang terdiri dari Buku Kerja, dan Buku Penilaian. Demikian Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi untuk Jabatan Kerja Pelaksana Lapangan Perpipaan, kami susun sesuai dengan ketentuan Permen No. 14/PRT/M/2009 dan Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tahapan-tahapan kegiatan yang telah dilaksanakan. Kepala Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi Dr. Ir. Andreas Suhono, M.Sc. NIP : 110033451

INA.5.2.00.204.01 DAFTAR ISI DAFTAR ISI i BAB I. PENGANTAR... 1 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 1 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan... 1 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini... 2 1.4 Pengertian-pengertian / Istilah... 3 BAB II. STANDAR KOMPETENSI... 4 2.1 Peta Paket Pelatihan... 4 2.2 Pengertian Unit Standar Kompetensi... 4 2.3 Unit Kompetensi yang Dipelajari... 5 BAB III. STRATEGI DAN METODE PELATIHAN... 8 3.1 Strategi Pelatihan... 8 3.2 Metode Pelatihan... 8 BAB IV. PERHITUNGAN DAN PEMBUATAN DAFTAR KEBUTUHAN BAHAN,ALAT, PERLENGKAPAN PEKERJAAN DAN TENAGA KERJA 9 4.1 Umum... 9 4.2 Menyusun Tahapan pekerjaan... 10 4.3 Rumusan Kemampuan Kerja... 11 4.4 Pembuatan Rencana Jadual Pekerjaan... 12 BAB IV. SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI... 17 5.1 Sumber Daya Manusia... 17 5.2 Sumber-Sumber Kepustakaan... 17 5.3 Daftar Peralatan / Mesin dan Bahan... 18 LAMPIRAN Judul Modul : Membuat Rencana Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Halaman : i Ver : 1.1.2011

BAB I PENGANTAR 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi 1.1.1 Pelatihan berbasis kompetensi Pelatihan merupakan kumpulan dari unsur-unsur yang dinamis, yang saling berhubungan/berkaitan dalam proses pencapaian tujuan pelatihan. Perumusan tujuan pelatihan berbasis kompetensi merupakan penjabaran dari rangkaian kegiatan yang disyaratkan dalam standar kompetensi untuk menjawab tuntutan dari setiap kriteria unjuk kerja dalam pencapaian kompetensi kerja. Pelatihan kerja diarahkan untuk membekali, meningkatkan dan mengembangkan kompetensi kerja, meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang berkaitan dengan tugas yang dimiliki peserta. Sehingga setelah pelatihan selesai peserta memperoleh peningkatan kompetensi yang dibutuhkan dan mampu mengisi jabatan/profil pekerjaan yang dibutuhkan. 1.1.2 Kompeten di tempat kerja Kompetensi adalah menyatunya ketiga aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja atau KSA (knowledge, skill, attitude) yang diterapkan untuk mewujudkan standar kinerja yang disyaratkan di tempat kerja. Kompetensi adalah potensi seseorang yang ditampilkan setelah dilatih melalui pelatihan. Adapun ukuran standar kompetensi tersebut dapat diukur dan dijelaskan oleh Kriteria Unjuk Kerja. Kompeten di tempat kerja adalah seseorang yang telah dapat memenuhi persyaratan jabatan/pekerjaan yang ditetapkan oleh pasar/tempat kerja. Tuntutan kualitas tersebut didasarkan pada perangkat bakuan kompetensi (kriteria unjuk kerja). 1.2 Penjelasan materi pelatihan 1.2.1 Desain materi pelatihan Materi pelatihan merupakan bagian dari suatu program pelatihan kerja berbasis kompetensi yang menguraikan dan menjelaskan secara rinci rangkaian pencapaian kompetensi kerja. Pada materi pelatihan, aspek-aspek kompetensi dalam indikator unjuk kerja diuraikan ke dalam bentuk modul pelatihan, agar dapat dipahami, dimengerti dan dikuasai oleh peserta pelatihan. Modul ini didisain untuk dapat digunakan pada pelatihan konvensional/klasikal dan pelatihan individual/mandiri. Yang dimaksud dengan pelatihan klasikal adalah pelatihan yang dilakukan dengan melibatkan bantuan seorang pelatih atau pembimbing, dengan menggunakan proses belajar mengajar sebagaimana biasanya. Sedangkan yang dimaksud dengan pelatihan mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan secara mandiri oleh peserta, dengan menambah unsurunsur atau sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan pelatih. Selanjutnya dapat dipraktekkan penyelesaian suatu tugas tertentu melalui tahapan-tahapan latihan yang sistematis. 1.2.2 Isi modul Modul merupakan uraian terkecil bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis untuk membantu peserta pelatihan menguasai tujuan pelatihan. Modul akan memandu pelatih/fasilitator menyampaikan bahan belajar dalam proses pelatihan yang sesuai secara terinci. Modul ini terdiri dari 3 bagian, yaitu: 1. Buku informasi adalah sumber pelatihan, baik untuk pelatih maupun untuk peserta pelatihan. Halaman: 1 dari 1

2. Buku kerja Buku kerja ini digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktik baik dalam pelatihan klasikal maupun pelatihan individual/mandiri. Buku kerja diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi : 1) Kegiatan-kegiatan yang membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi. 2) Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian kemampuan peserta pelatihan. 3) Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktik kerja. 3. Buku penilaian Buku penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada buku kerja. Buku penilaian berisi : 1) Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan kemampuan. 2) Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian kemampuan peserta pelatihan. 3) Sumber-sumber yang dapat digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai kemampuan. 4) Semua jawaban/tanggapan pada setiap pertanyaan yang diisikan pada buku kerja. 5) Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktik. 6) Catatan pencapaian kemampuan peserta pelatihan. 1.2.3 Pelaksanaan materi pelatihan 1. Pada pelatihan klasikal, pelatihan akan: 1) Menyediakan buku informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan. 2) Menyediakan salinan buku kerja kepada setiap peserta pelatihan. 3) Menggunakan buku informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan. 4) Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban tanggapan dan menuliskan hasil tugas praktiknya pada buku kerja. 2. Pada pelatihan individual / mandiri, peserta pelatihan akan : 1) Menggunakan buku informasi sebagai sumber utama pelatihan. 2) Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada buku kerja. 3) Memberikan jawaban pada buku kerja. 4) Mengisikan hasil tugas praktik pada buku kerja. 5) Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh pelatihan. 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini 1.3.1 Pengakuan kompetensi terkini (recognition of current competency-rcc) Jika seseorang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, maka yang bersangkutan dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini, yang berarti tidak akan dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan. 1.3.2 Persayaratan Untuk mendapatkan pengakuan kompetensi terkini, seseorang harus sudah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, yang diperoleh melalui: Halaman: 2 dari 2

1. Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan dan keterampilan yang sama, atau 2. Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama, atau 3. Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang sama. 1.4 Pengertian-Pengertian 1.4.1 Profesi Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja, atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan. 1.4.2 Standarisasi Standarisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu. 1.4.3 Penilaian / uji kompetensi Penilaian atau uji kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan (kriteria unjuk kerja). 1.4.4 Pelatihan Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari. 1.4.5 Kompetensi Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk menunjukkan aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan serta penerapan dari ketiga aspek tersebut di tempat kerja untuk mencapai unjuk kerja yang ditetapkan. 1.4.6 Standar kompetensi Standar kompetensi adalah standar kemampuan yang diperlukan pada rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh pelaku atau pemangku jabatan kerja. Standar kompetensi dinyatakan dalam format tertentu, yaitu: (i) unit kompetensi dari jabatan kerja tersebut; (ii) elemen kompetensi dari tiap unit kompetensi, dan (iii) kriteria unjuk kerja untuk tiap unit kompetensi. 1.4.7 Sertifikasi kompetensi Sertifikasi kompetensi adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi melalui proses penilaian/uji kompetensi. 1.4.8 Sertifikat kompetensi Sertifikat kompetensi adalah pengakuan tertulis yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi kepada seseorang yang dinyatakan kompeten, yaitu tenaga kerja trampil atau ahli yang telah menguasai suatu kompetensi tertentu dan telah memenuhi persyaratan berdasarkan disiplin keilmuan dan atau keahlian/ketrampilan tertentu. Halaman: 3 dari 3

BAB II STANDAR KOMPETENSI 2.1 Peta Paket Pelatihan Standar kompetensi kerja sektor konstruksi dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) sub sektor, yaitu perencanaan, pelaksanaan konstruksi, dan pengelolaan. Pada bidang pelaksana lapangan pekerjaan perpipaan. Terdapat 9 unit kompetensi dalam pelaksana lapangan pekerjaan perpipaan, yang dikategorikan dalam: 1. Kelompok kompetensi umum, terdiri dari 1 unit kompetensi. 2. Kelompok kompetensi inti, terdiri dari 8 unit kompetensi. 2.2 Pengertian Unit Standar 2.2.1 Unit standar kompetensi 1. Standar kompetensi Merupakan pernyataan apa yang harus dikerjakan di tempat kerja, disusun dengan pendekatan bidang pekerjaan. Standar kompetensi terbentuk atas sejumlah unit kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tertentu. 2. Unit kompetensi Merupakan uraian fungsi dan tugas atau pekerjaan yang mendukung tercapainya standar kompetensi. Setiap unit kompetensi memiliki sejumlah elemen kompetensi. 3. Elemen kompetensi Merupakan bagian terkecil dari unit kompetensi yang mengidentifikasikan sejumlah fungsi tugas atau kegiatan yang harus dikerjakan untuk mencapai unit kompetensi tersebut. 4. Kriteria unjuk kerja (KUK) Merupakan langkah kerja yang harus dilaksanakan dalam pencapaian elemen kompetensi. KUK mencerminkan kegiatan yang menggambarkan 3 aspek, yaitu pengetahuan, ketrampilan, dan sikap kerja. Selain itu KUK juga menunjukkan sejauh mana persyaratan elemen kompetensi dapat diukur berdasarkan pada tingkat yang diinginkan. 2.2.2 Daftar unit kompetensi Terdapat 9 unit kompetensi dalam jabatan pelaksana lapangan pekerjaan perpipaan : 1. Kelompok kompetensi umum 1) Menerapkan keselamatan kesehatan kerja dan Lingkungan di tempat kerja (K3L) 2. Kelompok kompetensi inti 1) Persiapan pekerjaan pemasangan pipa 2) Menghitung dan membuat daftar kebutuhan bahan, alat, perlengkapan pekerjaan dan tenaga kerja 3) Rencana jadual pelaksanaan pekerjaan 4) Melaksanaan pengamanan dalam handling 5) Melaksanakan pekerjaan uiset dan tanah 6) Melaksanakan pekerjaan pemasangan, penyambungan pipa beserta accesories 7) Melaksanakan pekerjaan pengetesan sambungan pipa dan accesories serta penggelontoran dan disinfektan 8) Membuat laporan pelaksanaan pekerjaan pemasangan pipa Halaman: 4 dari 4

2.2.3 Durasi pelatihan Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pelatihan seluruh 9 unit kompetensi adalah 99,44 JPL, dimana 1 JPL (jam pelajaran) adalah 45 menit. Sedangkan waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pelatihan unit kompetensi ini adalah 4 JPL. 2.2.4 Kesempatan mencapai kompetensi Jika anda belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, pelatih anda akan mengatur rencana pelatihan dengan anda. Rencana ini akan memberikan anda kesempatan kembali untuk meningkatkan level kompetensi anda sesuai dengan level yang diperlukan. Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali. 2.3 Unit Kompetensi yang Dipelajari 2.3.1 Judul unit Judul unit kompetensi: Membuat Rencana Jadual Pelaksanaan Pekerjaan 2.3.2 Kode unit Kode unit: F52 00 204 01 2.3.3 Deskripsi unit Unit ini mengambarkan ruanglingkup pengetahuan, ketrampilan dan sikap prilaku yang diperlukan untuk membuat rencana jadual pelaksanaan pekerjaan 2.3.4 Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja Elemen kompetensi yang harus dikuasai dalam unit kompetensi berikut kriteria unjuk kerja terdapat pada tabel Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja pada unit kompetensi membuat rencana jadual pelaksanaan pekerjaan Elemen kompetensi 1. Menyusun tahapan tahapan pekerjaan 2. Merumuskan kemampuan kerja 3. Membuat rencana jadual pelaksanaan Kriteria unjuk kerja 1.1 Jangka waktu kegiatan secara umum pelaksanaan pekerjaan ditetapkan 1.2 Standar operasional dan prosedur (SOP) tahapan pekerjaan disiapkan 1.3 SOP tahapan pekerjaan dibuat ditetapkan 2.1 Volume pekerjaan pemasangan pipa dihitung 2.2 Kemampuan alat, peralatan dan tenaga kerja dihitung 2.3 Waktu Pekerjaan pemasangan pipa dirumuskan 3.1 Bagan alir pekerjaan(flow chart) dibuat komunikatif sesuai dengan kebutuhan 3.2 Diagram batang (bar chart) dan kurva S ( S curve) dibuat 3.3 Jadual pelaksanaan pekerjaan dibuat Halaman: 5 dari 5

2.3.5 Batasan variabel 1. Konteks variabel : Unit ini berlaku untuk diterapkan dalam satuan kerja perorangan sebagai acuan untuk membuat rencana jadual pelaksanaan pekerjaan 2. Tugas dalam membuat rencana jadual pelaksanaan pekerjaan ini meliputi : 1) Mempelajari gambar kerja yang terkait dengan pekerjaan ini 2) Menyusun tahap pekerjaan sesuai dengan cakupan pekerjaan perpipaan 3) Tabel kebutuhan bahan, alat, perlengkapan dan tenaga kerja 4) Membuat jadual pelaksanaan pekerjaan dalam penyediaan bahan, alat, perlengkapan dan tenaga 3. Dalam pelaksanaan pekerjaan yang terkait dengan unit ini perlu tersedianya peralatan dan sarana antara lain : 1) Gambar kerja 2) Peralatan untuk menghitung 3) Brosur dari pabrikan tentang pipa di Indonesia 4. Peraturan perundangan dan kebijakan terkait, antara lain: 1) UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2) Undang-undang nomor 18 tahun 1999 tentang jasa konstruksi 3) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor :18/PRT/M/2007 2.3.6 Panduan penilaian 1. Konteks penilaian 1) Prosedur penilaian (1). Tetapkan metode penilaian (2). Kumpulkan bukti pendukung (fortofollio) (3). Lakukan wawancara atau uji tertulis (4). Kesimpulan hasil penilaian 2) Tempat penilaian, unit ini dapat dinilai di dalam maupun di luar tempat kerja yang sudah disepakati 3) Alat yang digunakan berupa; alat tulis dan komputer 4) Bahan yang dibutuhkan mencakup; lembar pertanyaan, pedoman wawancara, materi uji kompetensi (MUK). 5) Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya: (1). INA.52.00.201.01 Menerapkan keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan (MK3L) (2). INA.52.00.202.01 Melaksanakan kegiatan persiapan pekerjaan pemasangan perpipaan (3). INA.52.00.202.01 Menghitung dan membuat daftar kebutuhan bahan, alat, perlengkapan pekerjaan dan tenaga kerja 6) Keterkaitan dengan unit kompetensi lain: (1). INA. 52.00.205.01 Melaksanaan pengamanan dalam handling (2). INA. 52.00.206.01 Melaksanakan pekerjaan uiset dan tanah (3). INA. 52.00.207.01 Melaksanakan pekerjaan pemasangan, penyambungan pipa beserta accesories (4). INA. 52.00.208.01 Melaksanakan pekerjaan pengetesan sambungan pipa dan accesories serta penggelontoran dan disinfektan (5). INA. 52.00.209.01 Membuat laporan pelaksanaan pekerjaan pemasangan pipa Halaman: 6 dari 6

2. Pengetahuan pendukung yang dibutuhkan: 1) Pengetahuan tentang cara membaca gambar kerja dan specifikasi teknik 2) Pengetahuan tentang cara membuat diagram 3) Pengetahuan tentang membuat tabel 3. Keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung kompetensi ini: 1) Keterampilan membaca gambar 2) Ketrampilan berkomunikasi ditempat kerja 4. Aspek penting penilaian Aspek yang harus diperhatikan : 1) Kemampuan mengidentifikasi gambar kerja dan specifikasi teknik. 2) Kemampuan menyusun bahan dan peralatan 3) Kemampuan mengoperasikan computer 4) Kemampuan membuat rencana jadual pelaksanaan pekerjaan 5. Aspek kritis Kecermatan dan ketelitian dalam merangkum jenis kegiatan dikaitkan dengan lamanya waktu pelaksanaan 2.3.7 Kompetensi kunci Kompetensi kunci dalam mencapai unjuk kerja yang disyaratkan terdapat pada tabel Kompetensi kunci dalam pencapaian unjuk kerja membuat rencana jadual pelaksanaan pekerjaan Kompetensi kunci Tingkat Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisis informasi 2 Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 1 Merencanakan mengorganisir aktifitas-aktifitas 2 Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 2 Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 1 Memecahkan masalah 2 Menggunakan teknologi 1 Halaman: 7 dari 7

BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN 3.1 Strategi Pelatihan 3.3.1 Persiapan dan perencanaan pelatihan: 1. Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar anda. 2. Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca. 3. Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki. 4. Merencanakan aplikasi praktik pengetahuan dan keterampilan anda. 3.3.2 Permulaan dari proses pembelajaran: 1. Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas yang terdapat pada tahap belajar. 2. Merevisi dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan anda. 3.3.3 Pengamatan terhadap tugas praktik: 1. Mengamati keterampilan praktik yang didemonstrasikan oleh pelatih atau orang yang telah berpengalaman lainnya. 2. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih tentang konsep sulit yang anda temukan. 3.3.4 Implementasi dan penilaian: 1. Penilai akan mengumpulkan bukti dan membuat pertimbangan mengenai pengetahuan, pemahaman dan unjuk kerja tugas-tugas anda dan sikap anda terhadap pekerjaan. 2. Penilaian dapat dilaksanakan dengan tujuan sebagai bantuan dan dukungan belajar. 3. Anda akan dinilai untuk menentukan apakah anda telah mencapai kompetensi sesuai dengan standar yang dijelaskan dalam kriteria unjuk kerja. 3.2 Metode Pelatihan Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan. 3.2.1 Belajar secara mandiri: Belajar secara mandiri memperbolehkan anda untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, anda disarankan untuk menemui pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar. 3.3.2 Belajar berkelompok Belajar berkelompok memungkinkan peserta untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, namun sesi kelompok tetap memberikan interaksi antara peserta, pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja.. 3.3.3 Belajar terstruktur Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar terstruktur ini umumnya mencakup topik tertentu. Halaman: 8 dari 8

BAB IV MEMBUAT RENCANA JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN 4.1 Umum 4.1.1 Latar belakang Setiap Proyek besar atau kecil selalu sudah tercantum waktu pelaksanaan konstruksinya. Jadi dalam kontrak sudah ditentukan kapan selesainya proyek tersebut, tugas pengelola pelaksana harus menguraikan pekerjaan dalam penjadwalan. Tiap bagian pekerjaan harus dikelola dan dikerjakan dengan baik dan tepat waktu dengan harapan bagian pekerjaan berikutnya tidak mengalami terganggu. Dalam peneyelesaian pekerjaan harus mengikuti meteoda pelaksanaan karena bisa saja dalam tahapan-tahapan pekerjaan ada pekerjaan yang harus diselesaikan dengan waktu yang bersamaan, tetapi dapat juga bagian dalam tahapan dikerjakan setelah bagian lain selesai. Sehingga diperlukan rincian penyelesaian bagian-bagian terkecil dari tahapan-tahapan pekerjaan perpipaan. Dalam pelaksanaan pekerjaan, pelaksana sepakat melakukan kerjasama dalam kontrak yang berisi garis besar kegiatan yang antara lain berisi : 1. Daftar pekerjaan yang harus dilaksanakan 2. Jumlah biaya yang disediakan 3. Waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan Penyedia jasa harus mempelajari dengan seksama isi kontrak tersebut untuk melakukan persiapan pelaksanaannya. Penyedia jasa juga harus menghitung bahan, peralatan yang dipakai, tenaga yang diperlukan serta membuat jadwal sesuai alokasi waktu yang telah ditetapkan. Penjadwalan sebaiknya merupakan pengaturan pekerjaan-pekerjaan dan urutan waktu dimana tugas-tugas dalam proyek harus dilaksanakan. Keperluan-keperluan akan tenaga manusia bahan pada setiap tahap produksi dihitung bersama dengan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masing-masing pekerjaan. Untuk menyelesaikan pekerjaan agar tepat waktu dan tepat sasaran diperlukan pengaturan yang ketat, oleh karena itu pelaksana pekerjaan pada umumnya membuat jadwal pelaksanaan pekerjaan lebih rinci lagi, yang merupakan uraian dari jenis dan tahapan pekerjaan yang ada dalam kontrak. 4.1.2 Tujuan Modul 1. Tujuan intruksonal umum Setelah mengikuti pelatihan, peserta diharapkan mampu membuat rencana jadwal pelaksanaan untuk pekerjaan perpipaan 2. Tujuan instruksional khusus Setelah mengikuti pelatihan, peserta pelatihan diharapkan mampu menjelaskan penyusunan tahapan pekerjaan, merumuskan kemampuan kerja, dan membuat rencana jadual pelaksanaan Halaman: 9 dari 9

4.1.3 Ruang lingkup Ruang lingkup kegiatan membuat rencana jadwal pelaksanaan pekerjaan pemasangan perpipaan meliputi kompetensi menyusun tahapan pekerjaan, merumuskan kemampuan kerja, dan membuat jadwal pelaksanaan pekerjaan perpipaan 4.2 Penyusunan Tahapan Pekerjaan 4.2.1 Jangka waktu kegiatan Jangkawaktu pelaksanaan pada dasarnya telah ditetapkan dalam kontrak, jangka waktu yang ada disiapkan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan volume pekerjaan yang sudah ditentukan. Sehinga apabila dikehendaki untuk mengatur penyelesaian pekerjaan sesuai atau lebih cepat dengan alokasi waktu yang ada dalam kontrak diperlukan penjadwalan pekerjaan lebih rinci lagi. Penjadwalan kembali pekerjaan tersebut diperlukan analisis per bagian kegiatan dari tahapan pekerjaan, untuk menghitung kembali dapat dilakukan pengaturan waktu jam kerja dan kuantitas mesin atau personil. Dapat disimpulkan bahwa penjadwalan ulang penyelesaian pekerjaan dengan volume pekerjaan yang tetap akan tergantung dari pengaturan: 1. Jumlah tenaga/personil 2. Jumlah alat kerja apakah manual atau mekanik 3. Metoda pelaksanaan pekerjaan 4. Jumlah waktu jam kerja 5. regulasi lokasi pekerjaan 6. Kondisi pekerjaan (topografi) 7. Kondisi Cuaca (hujan) 4.2.2 Penyiapan SOP Standar operasional prosedur (SOP) dalam setiap kegiatan pekerjaan pada dasarnya sudah dimiliki oleh para pekerja, akan tetapi berdasarkan latar belakang pendidikan, pengalaman di lapangan, seringnya melakukan kegiatan tersebut inilah yang membuat tidak standarnya para pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya. Untuk menghindari kegagalan konstruksi maka disiapkan standar sehingga siapapun yang melaksanakan harus mengacu pada standar operasional prosedur (SOP) masing-masing jenis pekerjaan, untuk pekerjaan perpipaan paling sedikit disiapkan SOP : 1. Pengangkatan, pengangkutan, penurunan, penumpukan, dan perbaikan pipa yang kerusakannya masih didalam batas yang diizinkan. 2. Pemasangan, dan penyambungan pipa (tergantung jenis bahan, dan diameter pipa) 3. Pengetesan dan penggelontoran 4. Penggalian, pengurukan kembali 4.2.3 Pembuatan SOP Tahapan pekerjaan Pembuatan SOP untuk pekerjaan perpipaan ini, maksudnya adalah penyesuaianpenyesuaian untuk masing-masing SOP tersebut di atas, karena pada dasarnya secara formatip SOP tersebut sudah ada. Dengan dilakukannya penyesuaian SOP yang ada berdasarkan kondisi lapangan akan lebih menjamin kualitas pekerjaan apabila SOP ini dijadikan acuan dalam menyelesaikan pekerjaan. Contoh SOP terlampir Halaman: 10 dari 10

4.3 Rumusan Kemampuan Kerja 4.3.1 Perhitungan Volume Pekerjaan Daftar kuantitas pekerjaan, merupakan jumlah keseluruhan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh penyedia jasa baik merupakan pengadaan bahan, konstruksi pekerjaan maupun pekerjaan borongan yang selalu dicantumkan dalam setiap kontrak pekerjaan, perlu dipelajari bagi pelaksana lapangan untuk dapat menghitung kebutuhan bahan, alat dan tenaga kerja dilapangan. Daftar kuantitas pekerjaan perlu dikombinasikan dengan gambar teknis serta spesifikasi teknis agar dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan dapat diperoleh ketepatan antara : 1. Resources (bahan-bahan yang diperlukan, tenaga) dan 2. Teknologi (alat dan metode yang akan digunakan) yang akan diterapkan Sudah tentu penentuan kuantitas tiap jenis pekerjaan akan selalu sejalan dengan penentuan masing-masing jenis pekerjaan lebih dahulu. Untuk menghitung volume pekerjaan harus dihitung berdasarkan tahapan pekerjaan, contoh menghitung volume galian adalah luas penampang galian dikalikan panjang total galian. Luas penampang galian diperoleh tergantung dari bentuk profil galian, contoh : 1. Contoh Perhitungan volume galian : 1) Profil galian untuk pipa berbentuk trape- T B H A = ( T+B) x ½ x H (m2) V = A x L.. (m3) A = Luas penampang galian L = Panjang galian 2.) Profil galian untuk pipa berbentuk segi A = B x H. (m2) V = A x L. (m3) A = Luas penampang galian L = Panjang galian V = Volume galian H B 2. Contoh pemasangan pipa Untuk menghitung kebutuhan pipa, pertama-tama harus dihitung; 1) Panjang pipa yang akan dipasang 2) Gambar kerjannya di periksa apakah ada fitting yang dipasang atau peralatan lain (valve dsb). 3) Periksa jenis pipa dan sambungan yang akan digunakan Selanjutnya dihitung volumenya sebagai berikut; Halaman: 11 dari 11

Untuk panjang pipa dihitung sepanjang jalur yang akan dipasang, misalanya 200 m berarti pipanya dihitung sepanjang 200 m tidak dikurangi panjang fitting. Jumlah dan jenis fitting tinggal dihitung sesuai gambar. Kelengkapan lain sesuai jenis sambungan kalau push on joint ditambah rubber ring setiap sambungan, dan seterusnya Contoh detail terlampir. 4.3.2 Kemampuan alat, peralatan dan tenaga kerja Dalam membuat jadwal pekerjaan dibutuhkan kemampuan alat, peralatan dan tenaga kerja per satuan waktu, sehingga bila dikehendaki waktu penyelesaian yang cepat maka jumlah alat, peralatan dan tenaga kerja ditingkatkan. Akan tetapi tidak selamanya jumlah alat, peralatan dan tenaga kerja ditingkatkan akan berbanding lurus dengan waktu penyelesaian pekerjaan karena ada factor yang tidak dapat ditentukan dengan pasti misalnya kondisi di tempat pekerjaan pun akan mempengaruhi tingkat kesulitan penyelesaian pekerjaan, semakin meningkat tingkat kesulian pekerjaan akibat kondisi di tempat bekerja maka semakin menurun produktifitas pekerjaan dan akibatnya semakin lama pekerjaan itu diselesaikan. 4.3.3 Perumusan waktu pemasangan pipa Perumusan Perhitungan waktu pemasangan pipa sangat tergantung dari produktifitas pekerjaan yang dihasilkan/produksi per satuan waktu WP WP Vp P f = (Vp/P) x f = Waktu penyelesaian pekerjaan umumnya dalam hari = Volume pekerjaan satuan yang dipergunakan tergantung jenis pekerjaan umumnya dalam meter panjang, meter persegi, dan meter kubik (m, m2, dan m3) = Kemampuan berprodusi, satuan yang dipergunakan tergantung jenis pekerjaan umumnya m/jam, m2/jam, dan m3/jam = Faktor koreksi <1 umumnya dipakai harga 0,80-0,98 tergantung dari kondisi alam Waktu satu hari effektif sama dengan 8 jam atau tergantung kondisi lokasi pekerjaan Kemampuan berproduksi sangat tergantung dari : 1. Metoda pelaksanaan 2. Peralatan yang digunakan (manual atau mekanik) 3. Kualifikasi tenaga kerja 4. Kondisi alam dan lingkungan (cuaca, topografi, dan prilaku masyarakat sekitar) 4.4 Pembuatan Rencana Jadual Pekerjaan Pembuatan jadwal pelaksanaan pekerjaan pada umumnya yang sering digunakan dan pamilier di Indonesia ada dua jenis jadwal yaitu; jadwal berbentuk bagan alir yang dimaksud adalah diagram panah disebut juga (network planning) dan diagram batang (barchart) dapat dilengkapi dengan kurpa S (S-curve) 4.4.1 Bagan alir pekerjaan Diagram Panah disebut juga Network Planning diperkenalkan pada tahun 1950-an oleh tim perusahaan Dupont dan Ran Corporation untuk mengembangkan system kontrol Halaman: 12 dari 12

manajemen. Metoda ini untuk mengendalikan sejumlah besar kegiatan yang memiliki ketergantungan yang kompleks. Metoda ini relative lebih sulit, hubungan antar kegiatan jelas dan dapat memperlihatkan kegiatan kritis. Dari informasi network planninglah monitoring serta tindakan koreksi kemudian dapat dilakukan. Network Planning merupakan sebuah alat manajemen yang memungkinkan dapat lebih luas dan lengkapnya perencanaan dan pengawasan suatu proyek. Cara ini penting sekali untuk digunakan oleh mereka yang bertanggungjawab atas bidang-bidang Engginering, production, marketing, Administration dan Research, dimana terutama yang tidak merupakan suatu rangkaian kegiatan (activity) yang rutin. (NETWORK PLANNING DIHAPUS) 1. Manfaat penerapan Network Planning adalah : Menggambarkan logika hubungan antar kegiatan, membuat perencanaan proyek menjadi lebih rinci dan detail. Dengan memperhitungkan dan mengetahui waktu terjadinya setiap kegiatan yang ditimbulkan oleh satu atau beberapa kegiatan, kesukaran kesukaran yang timbul bakal dapat diketahui jauh sebelum terjadi sehingga tindakan pencegahan yang diperlukan dapat dilakukan Dalam network dapat terlihat jelas waktu penyelesaian yang dapat ditunda atau ditepati. Membantu mengkomunikasikan hasil network yang ditampilkan. Memungkinkan dicapainya hasil proyek yang lebih ekonomis dari segi biaya langsung serta penggunaan sumber daya. Berguna untuk menyelesaikan legal claim yang diakibatkan oleh keterlambatan dalam menentukan pembayaran kemajuan pekerjaan, menganalisis cashflow, dan pengendalian biaya. Menyediakan kemampuan analisis untuk mencoba mengubah sebagian dari proses, lalu mengamati efek terhadap proyek secara keseluruhan. Metode Nertwork Planning terdiri atas Activity On Arrow dan Activity On Nodel/Precedence Diagram Method. 2. Activity On Arrow Diagram (AOA) I EETi ES ES EF EF J EETj 3. Metode ini mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1) Diagram Network dibuat dengan menggunakan anak panah untuk menggambarkan kegiatan dan node-nya menggambarkan peristiwa/event. Node pada permulaan anak panah ditentukan sebagai I-Node, sedangkan pada akhir anak panah ditentukan sebagai J Node. Halaman: 13 dari 13

2) Menggunakan perhitungan maju (forward Pass) untuk memperoleh waktu mulai paling awal (EETi) pada I-Node dan waktu mulai paling awal (EETj) pada J-Node dari seluruh kegiatan, dengan mengambil nilai maksimumnya, seperti dibawah ini. (1). ES (Earliest Start) Saat paling cepat untuk mulai kegiatan (2). EF (Earliest Finish) Saat paling cepat untuk akhir kegiatan 3) Menggunakan perhitungan mundur (Backward Pass) untuk memperoleh waktu selesai paling lambat (LETi) pada I-Node dan waktu selesai paling lambat (LETj), pada J- Node dari seluruh kegiatan, dengan mengambil nilai minimumnya (1). LF (latest Finis) : Saat paling lambat untuk akhir kegiatan (2). LS (Latest Star) : Saat paling lambat untuk mulai kegiatan 4) Diantara 2 peristiwa tidak boleh ada dalam 2 kegiatan, sehingga untuk menghindarinya dipergunakan kegiatan semu atau dummy yang tidak mempunyai durasi. 5) Menggunakan CPM (Critical Part Method) atau metode lintasan kritis, dimana pendekatan yang dilakukan deterministic hanya menggunakan satu jenis durasi pada kegiatannya. Lintasan kritis adalah lintasan dengan kumpulan kegiatan yang mempunyai durasi terpanjang yang dapat diketahui bila kegiatannya mempunyai Total Float, TF = 0. Contoh Pembuatan flowchart dapat dilihat pada lampiran -1 4.4.2 Diagram batang dan curva S Diagram batang atau barchart diciptakan oleh Gantt dan Fredick W. Taylor dalam bentuk bagan batang, dengan panjang batang sebagai representasi dari durasi setiap kegiatan. Format bagan batang informative, mudah dibaca dan efektif untuk komunikasi serta dapat dibuat dengan mudah dan sederhana. Biasanya disusun hanya untuk memonitor jadwal waktu pelaksanaan kegiatan jadwal penggunaan kegiatan dan jadwal penggunaan sumber daya. Waktu yang diperlukan untuk sebuah kegiatan dinyatakan dengan garis horizontal, skala waktu bisa dengan dimensi jam, hari, minggu, bulan bahkan tahunan. Bagan Balok terdiri atas sumbu y yang menyatakan kegiatan atau paket kerja dari lingkup proyek, sedangkan sumbu x menyatakan satuan waktu dalam hari, minggu atau bulan sebagai durasinya. 1. Keunggulan untuk diagram batang (bar chart): 1) Pembuatannya sangat mudah (tentunya bagi yang bisa dan berpengalaman di lapangan) yang membuat bagan ini harus mempunyai visi yang tajam kedepan sehingga dapat membuat yang bagus (membuat time schedule secara normal) disamping itu membacapun mudah biarpun dibaca oleh orang yang awam. 2) Pada bar chart pada kolom nomor 2 untuk uraian pekerjaan/nama bagian pekerjaan berisi bagian-bagian pekerjaan yang ada kontrak 3) Membuat time schedul jenis bar chart dapat dipakai untuk pelaporan pekerjaan. 4) Bisa digunakan untuk semua tingkat kemajuan pekerjaan dan cukup komunikatif. 2. Kekurangannya : 1) Untuk proyek yang banyak bagian pekerjaannya misalnya bangunan gedung bertingkat banyak, maka bar chart kurang efektif karena dengan banyak item, maka makin banyak pula batang-batangnya bahkan dibutuhkan bias mencapai berlembarlembar. 2) Logika para pembuat time schedul bar chart tidak tergambar akibatnya pihak pelaksana berulang kali bertanya kepada pembuat time schedule. Halaman: 14 dari 14

3) Bila 1 item pekerjaan ada perubahan misalnya dari 2 minggu menjadi 3 minggu apa pengaruhnya terhadap item-item yang lain secara keseluruhan tidak bisa dibaca. 4) Biaya proyek secara keseluruhan bila time schedule di ubah akan berpengaruh seberapa besar tidak bisa dihitung. 3. Contoh jawal diagram batang NO. JENIS PEKERJAAN satuan VOLUME MINGGU KE KET. (TAHAPAN PEKERJAAN) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 4 5 6 1 Mobilisasi 1 Ls pembuatan 1 2 Direksi Keet Ls 3 Pengukuran 1.500 meter 4. Kurva-S (S-curve) Kurve S adalah sebuah grafik yang dikembangkan oleh Warren T. Hanumm (Brigadir Jenderal) atas dasar pengamatan terhadap sejumlah proyek sejak awal hingga akhir proyek. kurva S dapat menunjukan kemajuan proyek berdasarkan kegiatan, waktu dan bobot pekerjaan yang direpresentasikan sebagai persentase kumulatif dari seluruh kegiatan proyek. Visualisasi kurva S dapat memberikan informasi mengenai kemajuan proyek dengan membandingkannya terhadap jadwal rencana. Dari sinilah diketahui apakah ada keterlambatan atau percepatan jadwal proyek. Untuk membuat kurva S, jumlah persentase komulatif bobot masing-masing kegiatan pada suatu periode diantara durasi proyek diplotkan terhadap sumbu vertical sehingga bila hasilnya dihubungkan dengan garis akan membentuk kurva S. Bentuk demikian terjadi karena volume kegiatan pada bagian awal biasanya masih sedikit, kemudian pada pertengahan meningkat dalam jumlah cukup besar, lalu pada akhir proyek volume kegiatan kembali mengecil. Untuk menentukan bobot pekerjaan, pendekatan yang dilakukan dapat berupa perhitungan persentase berdasarkan biaya peritem pekerjaan/kegiatan dibagi total anggaran atau berdasarkan volume rencana dari komponen kegiatan terhadap volume total kegiatan. Contoh kurva S pada lampiran - 2 4.4.3 Pembuatan jadwal pelaksanaan (Cara membuatnya saja) Setelah dijelaskan di atas pembuatan jadwal pelaksanaan untuk pekerjaan perpipaan, sebagai pelaksana pada umumnya dibuat lagi. Penjadwalan ulang untuk pelaksanaan dimaksudkan agar lebih detail sehingga dibuat jadwal pelaksanaan waktunya harus lebih pendek dibandingkan dengan jadwal yang ada di kontrak. Langkah-langkah untuk mendapatkan waktu lebih pendek yang sangat berpengaruh adalah dari metoda kerja dibuat lebih efisien. Hal ini dapat dibuat apabila gambar kerja dan spesifikasi teknis betulbetul dicermati ulang, karena pada bagian-bagian mana ada yang dapat dipercepat dan pada bagian yang lain yang tidak dapat diubah. Khususnya kegiatan yang harus menunggu kegiatan Halaman: 15 dari 15

lain harus selesai terlebih dahulu. Tidak menutup kemungkinan pengadaan barang yang harus dilakukan oleh perusahaan terkadang menjadi penyebab terlambatnya kegiatan dimulai dan akibatnya waktu yang dibutuhkan secara keseluruhan lebih panjang. Untuk menghindari hal tersebut bias terjadi harus diperhatikan: 1. Mencermati kembali gambar kerja dan spesifikasi teknisnya 2. Konstruksi yang harus dikerjakan diperiksa ulang dengan kondisi lapangan 3. Material yang digunakan diperiksa ulang apakah ada stock di lokasi kerja, di kota lain atau di provinsi bahkan dapat terjadi harus melakukan infort 4. Ketersediaan mesin/peralatan apakah beli atau sewa 5. Untuk pipa jenis bahan pipa, sambungan harus diperhatikan bias saja belum tersedia banyak di pasaran local dan harus mencari terlebih dahulu 6. SDM yang harus direkrut apakah kualifikasinya mudah didapat. Kesemuanya apabila salah dalam persiapan akan membutuhkan waktu yang panjang. Halaman: 16 dari 16

BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI 5.1 Sumber Daya Manusia 5.1.1 Pelatih Peran pelatih adalah untuk: 1. Membantu anda dalam merencanakan proses belajar. 2. Membimbing anda dalam melakukan tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap belaja. 3. Membantu anda untuk memahami konsep dan praktik baru dan untuk menjawab pertanyaan anda mengenai proses belajar anda. 4. Membantu anda untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain yang anda perlukan untuk belajar anda. 5. Mengorganisir kegiatan belajar kelompok jika diperlukan. 6. Merencanakan seorang ahli dari tempat kerja untuk membantu jika diperlukan. 5.1.2 Penilai Penilai bertugas melaksanakan program pelatihan terstruktur untuk penilaian di tempat kerja. Penilai akan: 1. Melaksanakan penilaian apabila anda telah siap dan merencanakan proses belajar dan penilaian selanjutnya dengan anda. 2. Menjelaskan kepada anda mengenai bagian yang perlu untuk diperbaiki dan mendiskusikan rencana pelatihan selanjutnya dengan anda. 3. Mencatat pencapaian / perolehan anda. 5.1.3 Teman kerja/sesama peserta pelatihan Teman kerja anda/sesama peserta pelatihan juga merupakan sumber dukungan dan bantuan. Anda juga dapat mendiskusikan proses belajar dengan mereka. Pendekatan ini akan menjadi suatu yang berharga dalam membangun semangat tim dalam lingkungan belajar/kerja Anda dan dapat meningkatkan pengalaman belajar Anda. 5.2 Sumber-Sumber Kepustakaan 5.2.1 Sumber pustaka penunjang pelatihan Pengertian sumber-sumber adalah material yang menjadi pendukung proses pembelajaran ketika peserta pelatihan sedang menggunakan materi pelatihan ini, sumber-sumber bacaan yang dapat dipergunakan meliputi : 1. Buku refrensi (text book) 1) Permen PU No. 18/PRT/M/2007 2) Sri Widharto, 1987, Pedoman Ahli Pemasang Pipa, PT Pradnya Paramita, Jakarta 2. Contoh tugas kerja 3. Rekaman dalam bentuk kaset, video, film dan lain-lain. 4. Lembar kerja Halaman: 17 dari 17

5.3 Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan 5.3.1 Peralatan yang digunakan: 1. Kalkulator 2. Unit computer lengkap 5.3.2 Bahan yang dibutuhkan: 1. Alat tulis 2. Kertas 3. Kontrak pelaksanaan pekerjaan konstruksi 4. Contoh manual dan spesifikasi teknis alat pemasangan pipa Halaman: 18 dari 18