Oleh I Dewa Ayu Inten Sri Damayanti Suatra Putrawan Bagian Peradilan Fakultas Hukum Universitas Udayana

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh Ni Made Desika Ermawati Putri I Made Tjatrayasa Bagian Peradilan Fakultas Hukum Universitas Udayana

I. PENDAHULUAN. putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, kecuali putusan

A. Kronologi pengajuan uji materi (judicial review) Untuk mendukung data dalam pembahasan yangtelah dikemukakan,

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi (selanjutnya disebut MK) sebagai salah satu pelaku

Lex Administratum, Vol. III/No.1/Jan-Mar/2015

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan olehnya dapat di pertanggung jawabkan dihadapan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang berperkara untuk mengajukan suatu upaya hukum atas putusan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 42/PUU-XV/2017 Tafsir Frasa Tidak dapat Dimintakan Banding atas Putusan Praperadilan

PENINJAUAN KEMBALI LEBIH DARI SATU KALI, ANTARA KEADILAN DAN KEPASTIAN HUKUM

PENGATURAN HAK MENGAJUKAN UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kekuasaan raja yang semakin absolut di Negara Perancis

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN

UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM PERKARA PIDANA PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

HAK UNTUK MELAKUKAN UPAYA HUKUM OLEH KORBAN KEJAHATAN DIKAJI DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA

UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM PERKARA PIDANA PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI. Ani Triwati Fakultas Hukum Unversitas semarang ABSTRAK

Oleh Nama : Farhan Aziz Nim : Program Kekhususan : Hukum Pidana

BAB I PENDAHULUAN. penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam

DASAR HUKUM KEWENANGAN PRAPERADILAN DALAM MEMUTUS PENETAPAN TERSANGKA

BAB V KESIMPULAN. hanya dapat dilakukan satu kali saja. 1 Hal itu berarti putusan yang

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan

BAB V ANALISIS. A. Analisis mengenai Pertimbangan Hakim Yang Mengabulkan Praperadilan Dalam

JURNAL. ARTIKEL ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum

HAK UNTUK MEMPEROLEH NAFKAH DAN WARIS DARI AYAH BIOLOGIS BAGI ANAK YANG LAHIR DARI HUBUNGAN LUAR KAWIN DAN PERKAWINAN BAWAH TANGAN

KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI PADA SENGKETA HASIL PEMILIHAN KEPALA DAERAH

THE ANALYSIS OF LEGAL CONSIDERATIONS SURROUNDING CONSTITUTIONAL COURT RULING NO

PROBLEMATIKA YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 34/PUU-XI/2013 TENTANG PENINJAUAN KEMBALI LEBIH DARI SATU KALI

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 108/PUU-XIV/2016 Peninjauan Kembali (PK) Lebih Satu Kali

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 99/PUU-XIII/2015 Tindak Pidana Kejahatan Yang Menggunakan Kekerasan Secara Bersama-Sama Terhadap Barang

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 15 Januari Dalam Perubahan Undang-Undang Nomor 30

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 43/PUU-XI/2013 Tentang Pengajuan Kasasi Terhadap Putusan Bebas

PUTUSAN Nomor 36/PUU-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA. : I Made Sudana, S.H.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 117/PUU-XII/2014 Bukti Permulaan untuk Menetapkan Sebagai Tersangka dan Melakukan Penahanan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 40/PUU-XV/2017 Hak Angket DPR Terhadap KPK

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 123/PUU-XIII/2015 Hak Tersangka Untuk Diadili Dalam Persidangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana

KEKUATAN HUKUM PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) SEBAGAI LEMBAGA SMALL CLAIM COURT DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

PERTENTANGAN SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 DENGAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 34/ PUU-XI/ 2013 TERKAIT PENINJAUAN KEMBALI

KEABSAHAN PERNYATAAN MAJELIS HAKIM SIDANG TERBUKA DAN TERBATAS UNTUK UMUM (STUDI KASUS PENISTAAN AGAMA Ir. BASUKI TJAHAJA PURNAMA)

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan Ketiga UUD 1945 mengamanahkan pembentukan lembaga yudikatif lain

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCABUTAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XV/2017

ASPEK HUKUM PENINJAUAN KEMBALI LEBIH DARI SATU KALI DALAM PERKARA PIDANA (PERSPEKTIF PENEGAKAN KEADILAN, KEPASTIAN DAN KEMANFAATAN HUKUM)

FUNGSI MAHKAMAH AGUNG DALAM MENERIMA PENINJAUAN KEMBALI SUATU PERKARA PIDANA 1 Oleh: Eunike Lumi 2

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 9/PUU-XIV/2016 Upaya Hukum Kasasi dalam Perkara Tindak Pidana Pemilu

BAB I PENDAHULUAN. adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 8/PUU-XI/2013 Tentang Frasa Pihak Ketiga Yang Berkepentingan

Oleh: Anak Agung Ngr. Wisnu Wisesa Ni Gusti Ayu Dyah Satyawati Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana

PRAPERADILAN SEBAGAI KEWENANGAN TAMBAHAN PENGADILAN NEGERI PRETRIAL COURT AS ADDITIONAL POWERS

HAK JAKSA MENGAJUKAN PK DAN BATASANNYA. OLEH: Paustinus Siburian, SH., MH. ABSTRAK

ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MAHKAMAH AGUNG DALAM MENGADILI PERMOHONAN KASASI PENGGELAPAN (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor: 373 K/Pid/2015)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian normatif (dokcrinal research) yaitu

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 017/PUU-IV/2006 Perbaikan Tanggal 12 September 2006

KAJIAN YURIDIS PERKAWINAN DI BAWAH UMUR BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PEMOHON Perkumpulan Tukang Gigi (PTGI) Jawa Timur yang dalam hal ini di wakili oleh Mahendra Budianta selaku Ketua dan Arifin selaku Sekretaris

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP KELALAIAN PENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR YANG MENYEBABKAN KEMATIAN DALAM KECELAKAAN DI JALAN RAYA

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HAMBATAN PENEGAKAN HUKUM PERSAINGAN USAHA OLEH KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU)

Pengujian Peraturan Perundang-undangan. Herlambang P. Wiratraman Fakultas Hukum Universitas Airlangga 30 Oktober 2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

ETIKA PENEGAKAN HUKUM DALAM PERILAKU HAKIM

BAB I PENDAHULUAN. Berawal dari sebuah adegan di film Arwah Goyang Karawang, Julia

PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN APABILA TIDAK HANYA SATU KONSUMEN YANG MERASA TELAH DIRUGIKAN OLEH PRODUK YANG SAMA

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 018/PUU-IV/2006 Perbaikan Permohonan Secara on the Spot Tanggal 09 Oktober 2006

KAJIAN YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 34/PUU-XI/2013 MENGENAI PEMBATALAN PASAL 268 AYAT (3) KUHAP

HASIL WAWANCARA. Wawancara dilakukan pada hari kamis tanggal 25 Juli 2013 jam WIB

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memutus perkara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KLAUSULA DALAM PERJANJIAN WARALABA YANG DAPAT MENIMBULKAN PRAKTIK MONOPOLI

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 17/PUU-XIII/2015 Upaya Hukum Peninjauan Kembali (PK) terhadap Putusan Hukuman Mati

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XIII/2015 Pengecualian Pembina dalam Menerima Gaji, Upah, atau Honorarium Pengurus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan

KEABSAHAN PENETAPAN STATUS TERSANGKA DALAM PROSES PENYELIDIKAN (STUDI KASUS PENISTAAN AGAMA Ir. BASUKI TJAHAJA PURNAMA)

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa substansi hukum, struktur hukum, dan budaya hukum. Ketiga

SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh : Nama : Adri Suwirman.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 65/PUU-VIII/2010 Tentang Pengajuan Saksi Yang Meringankan Tersangka/Terdakwa ( UU Hukum Acara Pidana )

HAK TERSANGKA UNTUK MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

Mengenal Mahkamah Agung Lebih Dalam

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 016/PUU-I/2003

Oleh : A.A. Nandhi Larasati Ni Gusti Ayu Dyah Satyawati Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 86/PUU-XIV/2016 Pemidanaan Bagi Penyedia Jasa Konstruksi Jika Pekerjaan Konstruksinya Mengalami Kegagalan Bangunan

RechtsVinding Online

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusi yang berbunyi Putusan Mahkamah Konstitusi memperoleh kekuatan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 132/PUU-XIII/2015 Ketentuan Pidana Bagi Penyedia Jasa dan Pemakai Pada Tindak Pidana Prostitusi

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 26/PUU-XV/2017 Pembatalan Putusan Arbitrase

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 29/PUU-XV/2017 Perintah Penahanan yang Termuat dalam Amar Putusan


Sub Bagian Hukum dan Humas BPK RI Perwakilan Provinsi Bali

PENOLAKAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI PENGADILAN NASIONAL INDONESIA. Oleh: Ida Bagus Gde Ajanta Luwih I Ketut Suardita

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 67/PUU-XIII/2015 Beban Penyidik untuk Mendatangkan Ahli dalam Pembuktian Perkara Pidana

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN IJAZAH

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 016/PUU-IV/2006 Perbaikan 11 September 2006

Transkripsi:

IMPLIKASI PUTUSAN NOMOR 34/PUU-XI/2013 MENGENAI JUDICIAL REVIEW PASAL 268 AYAT (3) TERHADAP UPAYA HUKUM LUAR BIASA PADA KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA Oleh I Dewa Ayu Inten Sri Damayanti Suatra Putrawan Bagian Peradilan Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract The extraordinary remedy appeals in the form of invocation the judicial review are arranged in terms of the Book of Criminal Procedure Law (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana-KUHAP) now can submitted more than once, according to the decision issued by the Constitutional Court in the decision number 34/PUU-XI/2013.It seems unfair if article 268 subsection (3) continues to apply, because the filing restrictions of judicial review for the second time by the convicted or his heirs wounded sense of justice before the law (Article 28 D subsection (1) of the Republic of Indonesia Constitusional 1945). Through normative legal research, this article aims to explain the implication of the judicial decision number 34/PUU-XI/2013 against the provision of article 268 subsection (3) KUHAP. Key word: The extraordinary remedy, Review Appeals, Criminal Procedure Law, The convictedor his Heirs. Abstrak Upaya hukum luar biasa berupa permohonan Peninjauan Kembali (PK) yang diatur dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) kini dapat diajukan lebih dari sekali sesuai dengan putusan yang dikeluarkan oleh Mahkamah Konstitusi (MK) dalam putusan nomor 34/PUU-XI/2013. Jika dilihat memang terasa tidak adil apabila Pasal 268 ayat (3) terus diberlakukan, karena pembatasan pengajuan permohonan PK untuk kedua kalinya oleh terpidana atau ahli warisnya mencederai rasa keadilan di depan hukum (Pasal 28 D ayat (1) UUD NRI 1945). Dengan menggunakan metode normatif, tulisan ini akan membahas mengenai implikasi putusan nomor 34/PUU-XI/2013 terhadap ketentuan Pasal 268 ayat (3) KUHAP. Kata Kunci: Upaya Hukum Luar Biasa, Peninjuan Kembali, KUHAP I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Nampaknya pengajuan Peninjauan Kembali (PK) yang boleh dilakukan satu kali yang telah diatur secara limitatif pada Pasal 268 ayat (3) membuat terpidana atau ahli warisnya merasa dirugikan, karena hak-haknya untuk memperjuangkan suatu keadilan harus dibatasi. PK merupakan gerbang terakhir bagi terpidana atau ahli warisnya untuk memperjuangkan keadilan. Pasal 268 ayat (3) yang pada pokonya menyatakan bahwa 1

pengajuan permohonan peninjauan kembali hanya boleh satu kali. Apabila Pasal 268 ayat (3) terus diberlakukan maka sudah barang tentu hak-hak yang dimiliki oleh terpidana atau ahli warisnya tidak terakomodir dan menciderai rasa keadilan (sense of justice) pencari keadilan (iustitia belen). Pemberlakuan Pasal 268 ayat (3) ini juga menimpa Antasari Azhar dalam kasusnya yaitu pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen, Antasari Azhar sebagai terpidana dalam kasus ini telah dijatuhi pidana oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan putusan Nomor 1532/Pid.B/2009/PN.Jkt.Sel yang telah memiliki kekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde). Antasari Azhar terus memperjuangkan hak-haknya dengan mengajukan upaya hukum luar biasa berupa PK atas putusan Mahkamah Agung tersebut, namun putusan tersebut ditolak oleh Mahkamah Agung. Karena telah mengajukan upaya hukum PK dan telah ditolak, maka berdasarkan Pasal 268 ayat (3) KUHAP Antasari Azhar tidak memiliki upaya hukum lain untuk membersihkan namanya, apabila suatu hari terdapat bukti baru (novum) yang memberikan putusan yang berbeda dengan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 1532/Pid.B/2009/PN.Jkt.Sel juncto putusan Mahkamah Agung Nomor 1429K/Pid/2010 tanggal 21 September 2010. 1 Antasari Azhar terus memperjuangkan hak-haknya dengan mengajukan permohonan Judicial review terhadap Pasal 268 ayat (3) KUHAP kepada Mahkamah Konstitusi. Pada tanggal 6 maret 2014 Mahkamah membacakan putusan dengan nomor 34/PUU-XI/2013 dengan segala pertimbangan mengabulkan seluruh permohonan yang diajukan oleh Antasari Azhar. Dengan dikeluarkannya putusan nomor 34/PUU-XI/2013 oleh Mahkamah Konstitusi tentunya akan mempengaruhi sistem peradilan di Indonesia, khususnya sistem peradilan pidana yang diatur dalam KUHAP. 1.2 Tujuan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui mengenai implikasi putusan Nomor 34/PUU-XI/2013 terhadap KUHAP khusunya bagian kedua mengenai PK putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap terhadap Pasal 268 ayat (3) KUHAP. 1 Putusan Nomor 34/PUU-Xi/2013 oleh Mahkamah Konstitusi terhadap Judicial Riview Pasal 268 ayat (3) KUHAP. 2

II. Isi Makalah 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini juga dilakukan secara normatif dengan menggunakan pendekatan undangundang (statute approach), yang dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. 2 2.2 Hasil dan Pembahasan 2.2.1. Upaya Hukum Luar Biasa berupa Peninjauan Kembali Dasar pengajuan PK diatur dalam Pasal 263 ayat (2) KUHAP, yang menjadi titik pembahasan dalam tulisan ini adalah Pasal 263 ayat (2) huruf a yaitu permintaan PK dilakukan atas dasar: a. apabila terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat, bahwa jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih berlangsung, hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan lepas dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih ringan. Pengajuan PK dapat dilakukan apabila ada novum, jika ada suatu perkara pidana dimana terpidana atau ahli warisnya telah mengajukan PK dan kemudian diterima ataupun ditolak oleh MA maka pada suatu waktu apabila terpidana atau ahli warisnya menemukan novum untuk perkaranya maka terpidana atau ahli warisnya tidak boleh mengajukan PK kembali ini sesuai dengan ketentuan Pasal 268 ayat (3) KUHAP. Namun semua telah berubah ketika dikelurkannya putusan Nomor 34/PUU-XI/2013 oleh Mahkamah Konstitusi yang memutuskan bahwa Pasal 283 ayat (3) tidak mengikat lagi dan permohonan PK dapat dilakukan lebih dari sekali. Hakim Agung, Topane Gayus Lumbuun mengingatkan permohonan hukum luar biasa (PK) tidak bisa dilakukan berkali-kali alias tanpa batas sebab akan menghilangkan kepastian hukum seperti yang dibayangkan banyak pihak, yang kurang memahami tentang hukum perundang-undangan. 3 Ketentuan PK tidak boleh lebih dari satu kali atau putusan PK tidak bisa dimohonkan kembali ini lebih menekankan kepada penegakan hal.39. 2 Peter Muhammad Marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 3 Hakim Agung Gayus Lumbuun: PK Tidak Bisa Diajukan Berkali-kali, tersedia dalam URL: http://www.tribunnews.com/nasional/2014/03/10/hakim-agung-gayus-lumbuun-pk-tidak-bisa-diajukanberkali-kali. 3

hukum yang berdimensi kepastian hukum. 4 mengenai hal terkikisnya kepastian hukum dalam suatu perkara pidana tidak perlu dikhawatirkan sebab novum tersebut tidak semuanya dapat mengubah putusan pengadilan yang berbeda dengan isi putusan yang sebelumnya, apabila novum tersebut sampai mengubah substansi putusan sebelumnya, maka novum tersebut tidak bisa ditolak oleh Mahkamah Agung. Dasar pertimbangan Mahkamah Konstitusi mengabulkan permohonan judicial riview Pasal 268 ayat (3) adalah bahwa Pasal tersebut bertentangan dengan UUD NRI 1945 yang secara umum memusatkan bahwa Pasal 268 ayat (3) bertentangan dengan asas keadilan yang begitu dijunjung tinggi oleh kekuasaan kehakiman Indonesia untuk menegakkan hukum dan keadilan. Dan juga meliputi pelanggaran HAM dimana bahwa kebebasan untuk mengembangkan diri dan mendapat pengakun pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum telah dicederai dengan adanya penerapan Pasal 268 ayat (3) KUHAP sebagai pembatasan PK. 2.2.2 Implikasi Putusan Nomor 34/PUU-Xi/2013 terhadap KUHAP Implikasi dari putusan Nomor 34/PUU-XI/2013 dari segi yuridis bahwa Pasal 268 ayat (3) KUHAP tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat bagi terpidana atau ahli warisnya untuk mengajukan PK berkali-kali. Ini juga menjadi cerminan bagi para hakim dalam memutus suatu perkara, tidak hanya suatu kepastian hukum yang dilihat namun keadilan dan kefaedahaaan juga harus menjadi dasar dari putusan tersebut sesuai dengan 3 (tiga) teori tujuan hukum yang diungkapkan oleh Gustav Radbruch. Bagi kasus yang penuh keraguan berdasar pada suatu kepastian hukum dengan mengabaikan suatu keadilan dan kefaedahaan maka tidak ada jalan lain bagi Mahkamah Agung untuk mencari kebenaran material yang merupakan bagian dari kepastiaan kebenaran, tidak sekedar kepastian hukum prosedural. 5 Dilihat dari segi praktisnya pengajuan PK oleh terpidana atau ahli warisnya harus diterima oleh Mahkamah Agung walaupun pengajuan PK tersebut lebih dari satu kali. Pada intinya hakim dalam memutus atau mengadili perkara tidak boleh mengabaikan fakta yang dapat menjerat terdakwa atau pihak lainnya 4 Puslitbang Hukum Dan Peradilan Badan Litbang Diklat Kumdil Mahkamah Agung Ri, Laporan Penelitian Peninjauan Kembali Putusan Pidana Oleh Jaksa Penuntut Umum, Dr. Mudzakkir, 2012, Peninjauan Kembali Putusan Pidana Oleh Jaksa Penuntut Umum, Jakarta, h.452. hal.23. 5 Amir Symasudin, 2008, Integritas Penegak Hukum, PT. Kompas Media Nusantara, Jakarta, 4

dan tentunya ini bersentuhan langsung mengenai pengajuan PK lebih dari sekali karena adanya novum (bukti/fakta baru). 6 III. Kesimpulan Implikasi putusan nomor 34/PUU-Xi/2013 oleh MK terhadap KUHAP dari segi yuridis, bahwa Pasal 268 ayat (3) tidak memiliki kekuatan hukum mengikat, jadi bagi terpidana atau ahli warisnya yang telah mengajukan PK, pada kemudian hari dapat kembali mengajukan PK untuk kedua kalinya. Kedua dari segi peraktiknya Mahkamah Agung harus menerima pengajuan permohonan PK oleh terpidana atau ahli warisnya walau terpidana atau ahli warisnya telah mengajukan PK sebelumnya. Daftar Pustaka Buku : Amir Syamsudin, 2008, Integritas Penegak Hukum, PT. Kompas Media Nusantara, Jakarta. Laporan Penelitian Putusan Pengadilan Tinggi, 2012, Penerapan Hukum Dan Penemuan Hukum Dalam Putusan Hakim, Sekertariat Jendral Komisi Yudisial Republiik Indonesia, Jakarta Pusat. Peter Muhammad Marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Puslitbang Hukum Dan Peradilan Badan Litbang Diklat Kumdil Mahkamah Agung RI, Laporan Penelitian Peninjauan Kembali Putusan Pidana Oleh Jaksa Penuntut Umum, Dr. Mudzakkir, 2012, Peninjauan Kembali Putusan Pidana Oleh Jaksa Penuntut Umum, Jakarta. Hakim Agung Gayus Lumbuun: PK Tidak Bisa Diajukan Berkali-kali, tersedia dalam URL:http://www.tribunnews.com/nasional/2014/03/10/hakim-agung-gayuslumbuun-pk-tidak-bisa-diajukan-berkali-kali. Undang-undang : UUD NRI 1945 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Putusan Nomor 34/PUU-Xi/2013 oleh Mahkamah Konstitusi terhadap Judicial Riview Pasal 268 ayat (3) KUHAP 6 Laporan Penelitian Putusan Pengadilan Tinggi, 2012, Penerapan Hukum Dan Penemuan Hukum Dalam Putusan Hakim, Sekertariat Jendral Komisi Yudisial Republiik Indonesia, Jakarta Pusat, h. 92. 5