BAB I PENDAHULUAN. Gamba. r 1. Beberapa Penyebab Infertilitas pada pasangan suami-istri. Universitas Sumatera Utara

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN LEMBAR INFORMASI PASIEN

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Folikel antral adalah folikel kecil - kecil berukuran 2-8 mm yang dapat

Anatomi/organ reproduksi wanita

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN INFERTIL

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI...

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

Ni Ketut Alit A. Airlangga University. Faculty Of Nursing.

Gangguan Hormon Pada wanita

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Ovarium merupakan salah satu organ reproduksi dalam wanita.

Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan

... Tugas Milik kelompok 8...

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur

Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah kondisi yang dialami oleh pasangan suami istri. yang telah menikah minimal 1 tahun, melakukan hubungan sanggama


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi berakhir pada awal senium umur tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis

KESEHATAN REPRODUKSI* Oleh: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes**

Ovarian Cysts: A Review

BAB III FERTILISASI IN VITRO. yang telah berkembang di dunia kedokteran. Kata inseminasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan endometriosis dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

AMENOREA SEKUNDER M. Thamrin Tanjung

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan

BAB I PENDAHULUAN. yang dewasa ini paling banyak mendapat perhatian para ahli. Di. negara-negara maju maupun berkembang, telah banyak penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai

Risahmawati, dr., PhD Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta 22 Desember 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

BAB I. Pendahuluan. yang berasal dari implantasi endometriosis dan pertumbuhan jaringan. endometrium yang mencapai rongga peritoneal.

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di

HASIL DAN PEMBAHASAN

tahun berhubungan suami isteri tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal atau muda merupakan salah satu tahap dari siklus

BAB I PENDAHULUAN. kematian maternal (maternal mortality). Menurut World Health

BAB 1 PENDAHULUAN % jumlah penduduk mengalami infertilitas. Insidensi infertilitas meningkat

MENGAPA ISTRI MASIH BELUM HAMIL??

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. pendidikan, perumahan, pelayanan kesehatan, sanitasi dan lingkungan (Shah et al.

BAB 1 PENDAHULUAN. 5 15% wanita usia reproduktif pada populasi umum. rumah sakit pemerintah adalah sebagai berikut : di RSUD dr.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Gangguan Sistem Reproduksi Wanita. kesehatan reproduksi (Manuaba, 2008). Hal ini mencakup infeksi,

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat desa dengan keadaan desa yang alami dan mampu memberikan suplai

BAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara

BAB I PENDAHULUAN. Harlap & Shiono (1980) melaporkan bahwa 80% kejadian abortus spontan terjadi pada usia kehamilan 12 minggu pertama.

BAB II LANDASAN TEORI. dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam. zat-zat gizi lainnya (Almatsier, 2010; Supariasa, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERUBAHAN SELAMA KEHAMILAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. menopause (Kuncara, 2007).

Istilah-istilah. gangguan MENSTRUASI. Skenario. Menstruasi Normal. Menilai Banyaknya Darah 1/16/11

MENYOAL INFERTILITAS PADA PASANGAN SUAMI ISTRI. Oleh : Andang Muryanta

BAB II TINJAUAN TEORI. konsep yang relatif baru dalam kajian psikologi. Di negara-negara barat, istilah

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari

UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada berbagai organ. Sampai saat ini preeklamsia masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan generasinya. Bagi sebagian rakyat Indonesia, memiliki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Ketuban pecah dini (KPD) terjadi pada sekitar sepertiga dari

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

I. PENDAHULUAN. Selatan. Sapi pesisir dapat beradaptasi dengan baik terhadap pakan berkualitas

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Infertilitas dalam arti klinis didefinisikan sebagai Ketidakmampuan seseorang atau pasangan untuk menghasilkan konsepsi setelah satu tahun melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan perlindungan, atau ketidakmampuan seorang wanita untuk mempertahankan kehamilan hingga usia kehamilannya cukup bulan. Prakiraan yang ditemukan pada beberapa literatur menunjukkan bahwa insidensi kejadian infertilitas di Amerika Serikat berkisar antara 10-15%.Dari beberapa literatur, penyebab infertilitas dantara lain : Faktor Pria 30-40%, Gangguan Ovulasi ( Diminished Ovarian Reserve, Ovarium Polikistik, Hiperprolaktinemia, Disfungsi Tiroid ) 15%, Faktor mukus Serviks 5-10%, Perlengketan Tuba 20%, Defek Fase Luteal 10%, Unknown 10%, Lain-lain ( Penyakit Autoimun, Tumor/Endokrin, Endometriosis ) 1 r 1. Beberapa Penyebab Infertilitas pada pasangan suami-istri. Gamba

Defek Fase Luteal ialah keadaan defisiensi berulang Pasca Ovulasi untuk menghasilkan hormon Progesteron dari Corpus Luteum yang mengakibatkan infertilitas dan abortus berulang. Pada keadaan ini, Corpus Luteum tidak mampu menghasilkan hormon Progesteron yang adekuat, sehingga mengakibatkan gangguan pada Endometrium berupa tidak sinkronnya keadaan stroma dan kelenjar yang membangun Endometrium. Yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya gangguan implantasi. Sehingga seorang wanita tidak mampu untuk mempertahankan kehamilan hingga usia kehamilannya cukup bulan dan mengakibatkan kejadian abortus berulang. Literatur memperkirakan bahwa didapati angka kejadian 10% dalam populasi normal di Amerika Serikat. Di Indonesia, angka kejadian Defek Fase Luteal adalah 3-4% dari semua wanita infertil, dan 5% pada wanita dengan riwayat abortus berulang. Namun ada juga yang menemukan Defek Fase Luteal dengan angka kejadian yang tinggi, yaitu 25-60% pada wanita dengan riwayat abortus berulang dan 3-20% pada wanita infertil. Walau bagaimanapun, angka ini kurang akurat mengacu kepada kurang seragamnya kriteria yang baku untuk mengevaluasi dan menegakkan diagnosa banding Defek Fase Luteal. Banyak uji klinis yang dilakukan untuk mendiagnosa Defek Fase Luteal dan berbagai kombinasi telah digunakan untuk menginvestigasi keadaan ini. Sejumlah perangkat diagnostik telah dilakukan, termasuk pengukuran Chart Suhu Basal Badan, Biopsi Endometrium, USG Pelvik pra-ovulasi untuk mengukur diameter folikel pra-ovulasi, kadar progesteron serum Fase Mid-Luteal, Panjang periode Fase Luteal. Diskrepansi berkembang dalam berbagai literatur bahwasanya kapan sebaiknya waktu yang paling optimal dalam siklus haid untuk pengambilan sampel untuk menegakkan Defek Fase Luteal,bervariasi mulai dari antara 1 sampai 2 hari sebelum onset menstruasi berikutnya, hingga 9 hari pasca ovulasi. Namun, waktu yang paling optimal ialah saat Mid Fase Luteal, yaitu pada 7 hari setelah Lonjakan LH atau 7 hari sebelum onset menstruasi berikutnya. Dikategorikan sebagai Defek Fase Luteal bila ditemukan Kadar Serum Progesteron < 10 ng/ml pada 7 hari setelah Lonjakan LH atau 7 hari sebelum onset menstruasi berikutnya. Angiogenesis pada Corpus Luteum terjadi pada siklus menstruasi dan sangat penting dalam mempertahankan kehamilan dini.setelah Ovulasi, saat lapisan sel Granulosa terluteinisasi mulai menjadi menebal, membran dasar yang memisahkan lapisan sel Granulosa dari lapisan sel Theca akan terurai.kemudian pembuluh darah dari lapisan sel Theca interna menginvasi rongga dari folikel yang ruptur dan membentuk jaringan neovaskularisasi yang mensuplai sel-sel Luteal. 1 Corpus Luteum menjadi salah satu organ yang paling kuat mengalami vaskularisasi di

dalam tubuh. Aliran darah di dalam Corpus Luteum penting untuk perkembangan Corpus Luteum itu sendiri dan pemeliharaan fungsi Luteal. Neovaskularisasi ini sangat penting untuk pengiriman steroid luteal pada sirkulasi sistemik termasuk untuk pemasokan substrat, Low Density Lipoprotein yang digunakan oleh sel-sel Luteal untuk biosintesis Progesteron. Oleh karena itu terlihat bahwa aliran darah ke Ovarium umumnya dan ke Corpus Luteum khususnya, dapat menjadi hal penting dalam pengaturan fungsi Luteal. Aliran darah ke Ovarium akan mengakibatkan vaskularisasi Corpus Luteum meningkat sampai dengan tiga hingga tujuh kali lipat selama Fase Luteal dan kemudian sangat berkurang ketika Corpus Luteum mengalami regresi ( Niswender dkk, 1976 ). 1 Progesteron diproduksi dalam dua cara oleh sel-sel Ovarium. Pertama, disekresikan secara Tonik (kontinu) oleh sel Granulosa terluteinisasi, dan Kedua, dilepaskan secara Pulsatil oleh sel Techa terluteinisasi. Pelepasan secara Tonik tidak dipengaruhi oleh rangsangan LH dan selanjutnya terlibat sebagai penyokong untuk maturasi endometrium. Pelepasan secara Pulsatil menghasilkan respon secara langsung untuk menstimulasi LH dan bertanggung jawab untuk merespon hcg pada saat konsepsi, untuk membantu Corpus Luteum mendukung kehamilan yang sukses. Bila Corpus Luteum tidak memproduksi progesteron dalam jumlah yang cukup dan tidak tepat waktu, maka kesulitan muncul dari beberapa fokus atau berbagai interaksi dari fokusfokus tersebut pada siklus reproduksi. Adanya perubahan Aliran Darah Corpus Luteum pada Fase Luteal dan hubungannya yang erat dengan aliran darah Luteal dan fungsi Luteal menjadi topik menarik untuk diperbincangkan 18. Yang menarik, aliran darah Luteal berkorelasi secara signifikan dengan konsentrasi serum Progesteron selama fase Mid-Luteal, dan aliran darah Luteal lebih rendah secara signifikan pada wanita dengan Defek Fase Luteal daripada wanita dengan fungsi Luteal normal, yang menunjukkan bahwa rendahnya aliran darah pada Corpus Luteum terkait dengan adanya Defek Fase Luteal. Pencitraan USG Power Doppler-berwarna Transvaginal telah lama digunakan untuk menunjukkan indeks echogenisitas dan aliran darah intrafollikuler ( Collins dkk, 1991 ) dan untuk mengevaluasi indeks serial dari echogenisitas, vascularitas dan aliran darah sepanjang usia hidup Corpus Luteum dan sangat jelas terkait dengan Fungsi Luteal ( Bourne dkk, 1996 ). Lebih lanjut, aliran berwarna dari denyut aliran darah Doppler telah lama digunakan untuk memprediksikan adanya Defek Fase Luteal ( Tinkannen, 1994 : Glock dan Brumsted, 1995 ).

Penelitian sebelumnya menggunakan Pencitraan USG Power Doppler-berwarna telah terbukti dapat mengukur indeks Aliran darah pada Ovarium dan pada Corpus Luteum, Penelitian ini difokuskan pada Korelasi antara Aliran Darah Corpus Luteum dengan Konsentrasi Serum Progesteron pada wanita Infertil. Berdasarkan literatur, Aliran Darah pada Corpus Luteum dan Konsentrasi Serum Progesteron terkait dengan fungsi reproduksi wanita. Sesuai tujuan ini, Penelitian dilaksanakan untuk meneliti adakah Korelasi antara Aliran Darah Corpus Luteum dengan Konsentrasi Serum Progesteron pada wanita infertil. Penelitian ini dilakukan karena di Indonesia masih jarang ada penelitian untuk mengetahui Fungsi Luteal dan Konsentrasi serum Progesteron pada infertilitas. Dan belum pernah ada penelitian yang dilakukan untuk mengetahui apakah korelasi antara Aliran darah Luteal dengan Konsentrasi serum Progesteron yang kurang adekuat dapat menyebabkan infertilitas. Di Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran USU, Medan belum pernah dilakukan penelitian untuk meneliti korelasi tersebut. Berdasarkan pertimbangan itu, penelitian ini dilakukan untuk meneliti Korelasi antara Aliran darah Corpus Luteum dengan Konsentrasi serum Progesteron pada Fase Luteal wanita infertil dengan menggunakan pemeriksaan Ultrasonografi Doppler-berwarna Transvaginal untuk menilai Aliran darah Corpus Luteum dan Pemeriksaan darah untuk menilai Konsentrasi serum Progesteron yang dinilai pada puncak Fase Luteal. 1.2. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Apakah Aliran darah Corpus Luteum berkorelasi dengan Konsentrasi serum Progesteron pada Fase Luteal wanita infertil. 1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. TUJUAN UMUM Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Adakah korelasi yang signifikan antara Aliran darah Corpus Luteum dengan Konsentrasi serum Progesteron pada Fase Luteal wanita infertil. 1.3.2. TUJUAN KHUSUS 1. Untuk mengetahui hubungan antara Peak Systolic Velocity (PSV) Gelombang Aliran darah Corpus Luteum dengan Konsentrasi serum Progesteron pada Fase Luteal wanita infertil.

2. Untuk mengetahui hubungan antara End Diastolic Velocity (EDV) Gelombang Aliran darah Corpus Luteum dengan Konsentrasi serum Progesteron pada Fase Luteal wanita infertil. 3. Untuk mengetahui hubungan antara Pulsatility Index (PI) Gelombang Aliran darah Corpus Luteum dengan Konsentrasi serum Progesteron pada Fase Luteal wanita infertil. 4. Untuk mengetahui hubungan antara Resistance Index (RI) Gelombang Aliran darah Corpus Luteum dengan Konsenterasi serum Progesteron pada Fase Luteal wanita infertil. 5. Untuk mengetahui hubungan antara Volume Corpus Luteum dengan Konsentrasi serum Progesteron pada Fase Luteal wanita infertil. 6. Untuk menilai parameter manakah dari Aliran Darah Corpus Luteum yang menjadi Prediktor terbaik untuk menegakkan diagnosa Defek Fase Luteal sebagai parameter diagnostik alternatif selain melalui penilaian Kadar Serum Progesteron. 1.4. HIPOTESIS PENELITIAN Ada Korelasi yang signifikan antara Aliran darah Corpus Luteum dengan Konsentrasi serum Progesteron pada Fase Luteal wanita infertil. 1.5. MANFAAT PENELITIAN 1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang Aliran darah Corpus Luteum dan efeknya terhadap produksi Progesteron pada Fase Luteal wanita infertil. 2. Pemeriksaan Ultrasonografi Power Doppler berwarna Transvaginal ternyata dapat membantu mendiagnosa Aliran darah Corpus Luteum pada Fase Luteal wanita infertil. 3. Pemeriksaan Ultrasonografi Power Doppler berwarna Transvaginal dapat menjadi alat diagnostik alternatif yang non-invasif untuk menegakkan diagnosa Defek Fase Luteal yang merefleksikan Konsentrasi Serum Progesteron pada wanita infertil ataupun wanita dengan riwayat abortus berulang.