BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dengan jumlah penduduk jiwa pada tahun Angka pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015 dan misi sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

BAB I PENDAHULUAN. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi di ASEAN. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-I Keperawatan. Disusun Oleh: YENI KURNIAWATI J.

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia karena masih dijumpainya penduduk yang sangat miskin, yang

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

GAMBARAN PERUBAHAN POLA HAID AKSEPTOR KON

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat yang menyebabkan. kepadatan penduduk (Hatta, 2012). Permasalahan lain yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan "Keluarga Berkualitas 2015" adalah keluarga yang bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Paradigma baru program keluarga berencana nasional mempunyai visi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI SUNTIK PADA AKSEPTOR KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATAMPONE

HUBUNGAN PELAYANAN KONSELING KB TENTANG AKDR DENGAN CAKUPAN AKSEPTOR AKDR

32 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 08 No. 01 Januari 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN SUNTIK DEPO PROGESTIN DENGAN KEJADIAN SPOTTING PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. (KB) yang dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

SINOPSIS RENCANA TESIS

BAB I PENDAHULUAN. Program KB dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, hingga

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

BAB I PENDAHULUAN. maka 10 tahun lagi Indonesia akan mengalami ledakan penduduk. wilayah terpadat ke dua se-diy setelah Sleman (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN jiwa, 2009 sebanyak jiwa, dan tahun sebanyak jiwa (KepMenKes, 2011).

HUBUNGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB DENGAN GANGGUAN HAID DI PUSKESMAS KALASAN SLEMAN DIY NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Jumlah AKI

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dari jumlah penduduk tahun 2000 sebanyak 205,8 juta jiwa.pada

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun yaitu 1,45%. Maka dari itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. miliar jiwa. Cina menempati urutan pertama dengan jumlah populasi 1,357 miliar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009).

KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Peran Keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi adalah. untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan

Oleh : Noviyanti, Indria Astuti, dan Siska Erniawati Stikes Jendr.A. Yani Cimahi

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB WANITA DI TUWEL

BAB I PENDAHULUAN. penurunan karena kematian. Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per

BAB 1 PENDAHULUAN. umumnya dan penduduk Indonesia khususnya. Dengan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu upaya pencegahan atau penurunan AKI di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2016, Angka

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI BPS INSULAMI DESA NGUWOK KEC

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF HORMONAL SUNTIK 1 BULAN PADA Ny E DENGAN PENINGKATAN BB DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. berbagai permasalahan kependudukan.pemerintah Indonesia telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih cukup tinggi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar

MIKIA KEJADIAN AMENORE SEKUNDER PADA AKSEPTOR SUNTIK DMPA. Artikel Penelitian. Nurya Viandika 1 Nurfitria Dara Latuconsina 2

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Kontrasepsi Pasangan Usia Subur Di Puskesmas Damau Kabupaten Talaud

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG EFEK SAMPING DEPO MEDROXY PROGESTERON ASETAT

PERSEPSI AKSEPTOR KB SUNTIK TENTANG EFEK SAMPING KB SUNTIK DI BIDAN PRAKTIK SWASTA DWI KUSUMA DESA POJOK KECAMATAN TAWANGSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Target dari Millenium Development Goals (MDGs) 2015, salah satunya yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka kematian Bayi atau Balita (AKB), serta meningkatkan kesehatan ibu. Kesehatan ibu merupakan komponen yang sangat penting dalam kesehatan reproduksi, dan untuk menciptakan keluarga yang sehat. Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat menyelenggarakan Rakornas penguat sistem kesehatan, kependudukan, dan keluarga berencana dalam pencapaian target MDGs 2015 (Depdiknas, 2009). Program Keluarga Berencana merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang dasar dan utama bagi wanita. Pelayanan Keluarga Berencana merupakan salah satu di dalam paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial yang perlu mendapatkan perhatian serius, karena dengan Mutu Pelayanan Keluarga Berencana berkualitas akan meningkatkan tingkat kesejahteraan, kesehatan bayi dan anak serta kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi banyak sekali yang harus dikaji, tidak hanya tentang organ reproduksi saja tetapi ada beberapa aspek, salah satunya adalah kontrasepsi (Prawiryoharjo, 2006). 1

Di Indonesia terdapat berbagai macam metode Keluarga Berencana (KB) seperti alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), susuk/implant, kontrasepsi suntikan, kontrasepsi pil, kondom, dan kontrasepsi mantap, metode operasi wanita (MOW) dan metode operasi pria (MOP). Hal ini disesuaikan dengan pilihan akseptor (Sarwono, 2008). Salah satu jenis kontrasepsi efektif yang menjadi pilihan masyarakat adalah KB hormonal suntikan (injectables) Depo Medroxy Progesterone Acetat (DMPA) atau suntik 3 bulanan, setelah mendapatkan penyuntikan ada sebagian akseptor KB suntik mengeluh terjadi penambahan berat badan dan sering merasa takut apabila suntikan menyebabkan ketidaksuburan permanen bahkan kelainan janin, hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan tentang amenorea sekunder dan peningkatan berat badan yang merupakan sebagian efek samping dari KB suntik Depo Medroxy Progesterone Acetat. Sebuah penelitian melaporkan peningkatan berat badan lebih dari 2,3 kilogram pada tahun pertama dan selanjutnya meningkat secara bertahap hingga mencapai 7,5 kilogram selama enam tahun (Varney, 2007). Untuk menanggulangi masalah tersebut perlu diinformasikan bahwa klien dianjurkan untuk diet bila perubahan berat badan terlalu mencolok. Bila berat badan berlebihan, hentikan suntikan kemudian anjurkan metode kontrasepsi lain dan untuk masalah amenorrea sekunder apabila klien tidak hamil, pengobatan apapun tidak perlu, dijelaskan bahwa darah haid tidak terkumpulkan dalam rahim, 2

menghentikan penyuntikan apabila terjadi kehamilan ektopik kemudian segera rujuk klien (Dyah, Sujiyatini, 2009). Pemakaian kotrasepsi suntik memperlihatkan kecenderungan peningkatan pada beberapa kurun waktu ini, berdasarkan data yang diperoleh dari BKKBN Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Maret 2012 jumlah peserta KB aktif sebanyak 429.736 orang. Spesifikasi dari seluruh kabupaten DIY yaitu Kabupaten Sleman 116.780 orang (27,18 %), Kabupaten Kulonprogo 52.236 orang (12,15 %), Kabupaten Gunung Kidul 106.578 orang (24,80 %), Kabupaten Bantul 120.397 orang (28,02 %) dan di kota Yogyakarta 33.745 orang (7,85 %). Menurut laporan BKKBN DIY (2012) bahwa jumlah PUS sebanyak 550.753 orang dan peserta KB aktif diwilayah DIY sebesar 429.736 orang, sedangkan jumlah PUS di Sleman 152.036 orang dan peserta KB aktif diwilayah Sleman 116.780 orang, yang menggunakan KB suntik 56.539 orang (48,81 %), IUD 30.498 orang (26,12 %), Pil 11.462 orang (9,82 %), Kondom 7.867 orang (6,74%), MOW 5.443 orang (4,66 %), implant 4.260 orang (3,65%), MOP 711 orang (0,61%). Partisipasi PUS di kota Sleman Yogyakarta dalam mengikuti program KB hampir mencapai target yang diharapkan. Angka target yang ingin dicapai 99,91% dan telah tercapai 77,32%, dengan rincian 20,24% IUD, 3,60% MOW, 0,47% MOP, 11,86% Kondom, 5,20%, implant, 37,43 % KB suntik, dan 7,5% KB Pil (BKKBN, 2012). 3

Dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di RB Amanda, Gamping, Sleman, Yogyakarta seluruh kunjungan KB pada tahun 2011-2012 sebanyak 1.528 orang, sehingga kunjungan akseptor KB perbulannya sekitar 127 orang dengan akseptor KB suntik 3 bulan sebanyak 49,3%, KB suntik 1 bulan sebanyak 46,5%, KB Pil 1%, IUD 3%, Implant 0,1, dan Kondom 0,1%. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Lama Penggunaan Depo Medroxy Progesterone Acetat Dengan Peningkatan Berat Badan dan Terjadinya Amenorea Sekunder pada Akseptor KB Suntik Di RB Amanda, Gamping, Sleman Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana Pengaruh Lama Penggunaan Depo Medroxy Progesterone Acetat terhadap peningkatan Berat Badan dan Terjadinya Amenorea Sekunder pada akseptor KB suntik di RB Amanda, Gamping, Sleman, Yogyakarta? adalah: C. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini 1. Tujuan Umum 4

Untuk menganalisis pengaruh lama penggunaan Depo Medroxy Progesterone Acetat terhadap peningkatan berat badan dan terjadinya amenorea sekunder pada akseptor KB suntik di RB Amanda, Gamping Sleman, Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya pengaruh lama penggunaan Depo Medroxy Progesterone Acetat terhadap peningkatan berat badan. b. Diketahuinya pengaruh lama penggunaan Depo Medroxy Progesterone Acetat terhadap terjadinya amenorea sekunder. c. Diketahuinya pengaruh lama penggunaan Depo Medroxy Progesterone Acetat terhadap peningkatan berat badan dan terjadinya amenorea sekunder. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian merupakan hasil yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan. Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritik Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang KB suntik Depo Medroxy Progesterone Acetat terkait dengan lama penggunaan Depo Medroxy Progesterone Acetat, peningkatan berat badan dan terjadinya amenorea sekunder serta diterapkan bagi profesi bidan dalam memberikan asuhan kebidanan keluarga berencana pada wanita sesuai kebutuhannya. 5

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan menambah pengalaman dalam melaksanakan penelitian terutama pada KB suntik Depo Medroxy Progesterone Acetat. b. Bagi Bidan Menambah informasi bagi bidan mengenai efek samping KB suntik Depo Medroxy Progesterone Acetat khususnya yang berhubungan dengan peningkatan berat badan dan terjadinya amenorea sekunder sehingga dapat meningkatkan perannya dalam memberikan konseling kepada akseptor KB suntik Depo Medroxy Progesterone Acetat. E. Keaslian Penelitian Penulis mencatat terdapat penelitian yang terkait dengan penelitian yang sedang penulis lakukan. Penelitian tersebut yaitu : 1. Diana Purnamasari (2009) meneliti tentang Hubungan Lama Pemakaian KB Suntik Depo Medroxy Progesterone Acetat (DMPA) dengan Perubahan Berat Badan Di BPS Yossi Trihana Jogonalan Klaten. Rancangan penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. dengan teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling sebanyak 30 orang. Dari uji statistik dengan analisa korelasi spearman rank diperoleh nilai ρ hitung = 0,587. Harga ρ 6

hitung lebih besar dari ρ tabel yaitu 0,364. Hal ini menunjukkan ada hubungan antara lama pemakaian KB suntik DMPA dengan perubahan berat badan. 2. Heni Maesaroh (2010) meneliti tentang Perbedaan Siklus Menstruasi Berdasarkan Pemakaian Alat Kontrasepsi Hormonal Pada Akseptor KB di BPS Sri Marwanti Pandak Bantul Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, populasi dalam penelitian ini seluruh akseptor kunjungan ulang kontrasepsi hormonal selama 2 bulan yaitu 207 orang, dengan sampel 100 orang. Pengumpulan data dengan wawancara teknik analisa data dengan chi square (χ 2 ). Analisis data perubahan siklus menstruasi setelah penggunaan alat kontrasepsi hormonal, diketahui adanya perbedaan yang signifikan (χ 2 =42,72; p=0,000). 3. Evi Diah Nurvitasarai (2009) meneliti tentang Hubungan Tingkat pengetahuan tentang KB suntik Depo Medroxy Progesterone Acetat dengan Tingkat Kecemasan Akseptor Menghadapi Gangguan Haid di BPS Iswantini Moyudan Sleman 2009. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelatif populasi. Dalam penelitian ini 43 akseptor dengan jumlah sampel 30. Pengumpulan data dengan kuisioner teknik analisa data chi square (χ 2 ). Pengambilan sampel dengan purposive sampling. Persamaan penelitian terdahulu dengan sekarang terletak pada kriteria responden yang digunakan yaitu akseptor KB suntik atau hormonal, rancangan penelitian cross sectional dan analisa data 7

menggunakan chi square (χ 2 ). Sedangkan yang membedakan adalah metode penelitian yang digunakan, pengambilan sampel, tahun penelitian, dan tempat penelitian. 8