KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO

dokumen-dokumen yang mirip
BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Kajian Ekonomi Regional Banten

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR PERTANIAN

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Grafik 1.21 Perkembangan Bongkar Barang

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

1. Tinjauan Umum

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

Tim Penulis: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPw BI Provinsi Kaltara CP. dan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

Transkripsi:

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN IV 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Suryono : Kepala Perwakilan / Deputi Direktur Akhmad Kosasih : Deputi Kepala Perwakilan / Asisten Direktur Fauzan : Analis Ekonomi / Manajer Hermanto : Analis / Manajer Nanang Surachmat : Kepala Unit Sumber Daya / Manajer Andi Anjum : Analis Ekonomi / Asisten Manajer Panji Putra Sitorus : Analis Ekonomi / Asisten Manajer Yoga Munajat : Analis Ekonomi / Asisten Manajer Telly Joko Triyono : Analis / Asisten Manajer Ayar Fauzan Romzie : Pelaksana / Asisten Manajer Softcopy buku ini dapat di-download dari DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) di website Bank Indonesia dengan alamat http://www.bi.go.id

Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilainilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil Misi Bank Indonesia : 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional. 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional. 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU. Nilai-nilai Strategis : Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen, dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trust and Intergrity, Professionalism, Excellence, Public Interest, dan Coordination and Teamwork. Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada Redaksi : Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Jl. H. Nani Wartabone No 35 Gorontalo 96115 Telp : +62 435 824444 Fax : +62 435 827993 Web : www.bi.go.id

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah-nya sehingga penyusunan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Gorontalo dapat diselesaikan dengan baik. Kajian periode triwulan IV-2013 ini merupakan pengejawantahan dari peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Gorontalo sebagai economic intelligent and research unit yang diharapkan mampu memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini sebagai bahan masukan pemangku kepentingan di daerah dan di pusat. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan informasi yang amat bermanfaat bagi penyusunan kajian ini. Di sisi lain, kami juga menyadari bahwa KPwBI Provinsi Gorontalo dari sisi produk dan peran masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami mengharapkan saran, masukan dan kerjasama dari berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas produk dan peranan kami di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya kajian ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi pengembangan perekonomian Provinsi Gorontalo. Gorontalo, 17 Februari 2014 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI GORONTALO Suryono Deputi Direktur

Halaman ini sengaja dikosongkan

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF 1 BAB 1 PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL 1.1 Sisi Permintaan 8 1.1.1 Konsumsi 9 1.1.2 Investasi 11 1.1.3 Ekspor Impor 14 1.2 Sisi Penawaran 16 1.2.1 Sektor Pertanian 17 1.2.2 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 20 1.2.3 Sektor Perdagangan Hotel Restoran 21 1.2.4 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 23 1.2.5 Sektor Industri Pengolahan 23 1.2.6 Sektor Lainnya 24 Boks KEKR 26 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI 2.1 Inflasi Secara Umum 31 2.2 Disagregasi Inflasi 32 2.2.1 Core Inflation 32 2.2.2 Non-Core Inflation 33 2.3 Inflasi di Kawasan Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua) 35 2.4 Ekspektasi Inflasi 37 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 3.1 Fungsi Intermediasi 39 3.1.1 Perkembangan Kantor Bank 39 3.1.2 Penyerapan Dana Masyarakat 40 3.1.3 Penyaluran Kredit 42 3.2 Stabilitas Sistem Perbankan 46 3.2.1 Risiko Kredit 46 3.2.2 Risiko Likuiditas 48 BAB 4 KEUANGAN DAERAH 4.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 51 4.2 Realisasi Pendapatan Daerah 52 4.3 Realisasi Belanja Daerah 54 4.4 Kontribusi Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo 55 Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN 5.1 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai 57 5.1.1 Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow) 57 5.1.2 Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan 58 5.2 Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai 58 5.2.1 Kliring Non BI di Gorontalo 58 5.2.2 Real Time Gross Settlement (RTGS) 60 BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 6.1 Ketenagakerjaan 61 6.2 Kemiskinan 64 6.3 Rasio Gini 65 6.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 66 6.5 Kesejahteraan Petani 67 BAB 7 OUTLOOK EKONOMI 7.1 Outlook Makroekonomi Regional 69 7.2 Outlook Inflasi 70 7.3 Prospek Perbankan 72 LAMPIRAN MAKROEKONOMI REGIONAL-INFLASI-PERBANKAN 73 DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN 83

DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Gorontalo 8 Grafik 1.2 Perkembangan Belanja Barang dan Jasa 9 Grafik 1.3 Perkembangan Belanja Pegawai 9 Grafik 1.4 Perkembangan Survei Konsumen Bank Indonesia 10 Grafik 1.5 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan IV-2013 10 Grafik 1.6 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga 10 Grafik 1.7 Perkembangan Konsumsi BBM Rumah Tangga 10 Grafik 1.8 Perkembangan Tabungan dan Deposito Perbankan 11 Grafik 1.9 Perkembangan Kredit Konsumsi Perbankan 11 Grafik 1.10 Perkembangan Belanja Modal Pemerintah Daerah 13 Grafik 1.11 Perkembangan Kredit Investasi Perbankan 13 Grafik 1.12 Perkembangan Kredit Konstruksi Perbankan 13 Grafik 1.13 Perkembangan Volume Penjualan Semen 13 Grafik 1.14 Perkembangan Realisasi Investasi PMA dan PMDN 13 Grafik 1.15 Perkembangan Jumlah Realisasi Proyek PMA dan PMDN 13 Grafik 1.16 Perkembangan Nilai Ekspor Gorontalo 14 Grafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19 Perkembangan Harga Jagung Internasional 15 Grafik 1.20 Perkembangan Nilai Impor Gorontalo 15 Grafik 1.21 Perkembangan Bongkar Barang Pelabuhan Gorontalo 15 Grafik 1.22 Perkembangan Neraca Perdagangan Luar Negeri Gorontalo 16 Grafik 1.23 Perkembangan Luas Tanam Jagung Berdasarkan Daerahnya 18 Grafik 1.24 Perkembangan Luas Tanam Padi Berdasarkan Daerahnya 18 Grafik 1.25 Perkembangan Luas Panen Jagung Berdasarkan Daerahnya 18 Grafik 1.26 Perkembangan Luas Tanam Padi Berdasarkan Daerahnya 18 Grafik 1.27 Perkembangan Luas Tanam Jagung Jagung dan Padi 18 Grafik 1.28 Perkembangan Luas Panen Jagung dan Padi 18 Grafik 1.29 Perkembangan Jumlah Penumpang Pesawat 20 Grafik 1.30 Perkembangan Frekuensi Penerbangan Pesawat 20 Grafik 1.31 Perkembangan Jumlah Penumpang Kapal Laut dan Ferry 21 Grafik 1.32 Perkembangan Konsumsi Premium dan Solar 21 Grafik 1.33 Perkembangan Kredit Perdagangan Perbankan 22 Grafik 1.34 Perkembangan Volume Bongkar Barang Per Pelabuhan 22 Grafik 1.35 Perkembangan Kredit Perdagangan 22 Grafik 1.36 Perkembangan Konsumsi Listrik Kelompok Bisnis 22 Grafik 1.37 Perkembangan Tingkat Penghunian Hotel (TPH) 22 Grafik 1.38 Perkembangan Pendapatan dan Beban Bunga Perbankan 23 Grafik 1.39 Perkembangan Net Interest Margin (NIM) Perbankan 23 Grafik 1.40 Perkembangan Industri Mikro-Kecil dan Industri Besar-Sedang 24 Grafik 1.41 Perkembangan Sub Sektor Industri Mikro-Kecil 24 Grafik 1.42 Perkembangan Konsumsi Listrik Industri 24 Grafik 1.43 Perkembangan Konsumsi BBM Industri 24 Grafik 1.44 Perkembangan Daya Listrik Tersambung 25 Grafik 1.45 Perkembangan Konsumsi Listrik 25

Grafik 1.46 Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa 25 Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Nasional dan Gorontalo 31 Grafik 2.2 Inflasi Tahunan Menurut Penyebab 32 Grafik 2.3 Perkembangan Indeks Rata-rata Tertimbang Inflasi SKDU dan Inflasi Aktual 33 Grafik 2.4 Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) Terhadap Beberapa Komoditas 34 Grafik 2.5 Perkembangan IKK, IEK, Ekspektasi Harga, Kurs USD-Rp dan BI Rate 38 Grafik 3.1 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) 41 Grafik 3.2 Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) 41 Grafik 3.3 Pertumbuhan Kredit Penggunaan 42 Grafik 3.4 Komposisi Kredit Penggunaan 42 Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit Sektoral Bank Umum 44 Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit UMKM 45 Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit Usaha Rakyat (KUR) 46 Grafik 3.8 Perkembangan NPL Bank Umum 47 Grafik 3.9 NPL Bank Umum Per Sektor 47 Grafik 3.10 NPL Kredit Sektoral BPR 47 Grafik 3.11 Perkembangan Portofolio DPK 48 Grafik 3.12 Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo (dalam %) 49 Grafik 4.1 Perkembangan APBD Provinsi Gorontalo 51 Grafik 4.2 Pangsa APBD Perubahan Provinsi Gorontalo 2013 52 Grafik 5.1 Net Inflow/Outflow Kas Titipan Gorontalo 57 Grafik 5.2 Perkembangan Netflow Bulanan 57 Grafik 5.3 Perputaran Kliring di Gorontalo 59 Grafik 5.4 Rata-Rata Perputaran Kliring Per Hari 59 Grafik 5.5 Rata-rata Penolakan Kliring Per Hari 60 Grafik 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Angkatan Kerja Provinsi Gorontalo 62 Grafik 6.2 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral Provinsi Gorontalo 62 Grafik 6.3 Pangsa Ketenagakerjaan Provinsi Gorontalo 63 Grafik 6.4 Pangsa Tenaga Kerja di Provinsi Gorontalo Berdasarkan Lapangan Usaha 63 Grafik 6.5 Perkembangan Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut 63 Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Grafik 6.6 Perkembangan Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan Provinsi Gorontalo 65 Grafik 6.7 Perkembangan Gini Ratio Nasional dan Wilayah Sulawesi 66 Grafik 6.8 Indeks Pembangunan Manusia Wilayah Sulawesi 66 Grafik 6.9 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Gorontalo 66 Grafik 6.10 Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi Gorontalo 67 Grafik 6.11 Perkembangan Nilai Tukar Petani Per Sub Sektor Provinsi Gorontalo 68 Grafik 7.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Gorontalo Triwulan I-2014 69 Grafik 7.2 Perkembangan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) 70 Grafik 7.3 Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) 70

Grafik 7.4 Realisasi dan Proyeksi Luas Panen Jagung dan Padi 70 Grafik 7.5 Perkembangan Survei Konsumen (SK) 70 Grafik 7.6 Proyeksi Inflasi Tahunan Provinsi Gorontalo 71

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 8 Tabel 1.2 Perkembangan Realisasi Beberapa Proyek Pemerintah tahun 2013 12 Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran 17 Tabel 1.4 ARAM II Produksi Jagung Provinsi Gorontalo 19 Tabel 1.5 ARAM II Produksi Padi Provinsi Gorontalo 19 Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Provinsi Gorontalo 32 Tabel 2.2 Survei Pemantauan Harga (SPH) 35 Tabel 2.3 Inflasi Provinsi Kawasan Sulampua 36 Tabel 2.4 Inflasi Kota-kota di Sulampua 36 Tabel 3.1 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum 41 Tabel 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga BPR 41 Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Bank Umum 43 Tabel 3.4 Perkembangan Kredit BPR 43 Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2012 dan 2013 53 Tabel 4.2 Pangsa Pendapatan Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2012 dan 2013 53 Tabel 4.3 Realisasi Belanja Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2012 dan 2013 55 Tabel 4.4 Pangsa Belanja Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2012 dan 2013 55 Tabel 4.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil 56 Tabel 5.1 Perkembangan Uang Palsu di Gorontalo 58 Tabel 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS di Gorontalo 60 Tabel 6.1 Garis Kemiskinan Provinsi Gorontalo Tahun 2013 65 Tabel 7.1 Tendensi Arah Inflasi Triwulan I-2014 72

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI Perekonomian Gorontalo tumbuh lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi didorong oleh masih tingginya pengeluaran konsumsi dan investasi daerah Di sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi ditopangoleh peningkatan pada pertanian, industri pengolahan, dan sektor konstruksi Perekonomian Gorontalo sampai dengan akhir tahun 2013 mengalami pertumbuhan yang semakin membaik. Pada triwulan IV-2013, perekonomian Gorontalo tumbuh 8,43% (y.o.y), sesuai dengan proyeksi Bank Indonesia yang berada pada kisaran 8,16 8,66% (y.o.y). Realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2013 dan triwulan IV-2012 yang masing-masing tercatat 7,90% (y.o.y) dan 7,57% (y.o.y). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Gorontalo selama tahun 2013 tercatat sebesar 7,77%, lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 7,71%. Angka pertumbuhan dimaksud masih sesuai dengan proyeksi Bank Indonesia yang berada pada kisaran 7,66 8,16%. Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi masih didorong oleh tingginya tingkat konsumsi dan membaiknya investasi daerah. Peringatan Hari Raya Idul Adha, Natal, Tahun Baru, dan liburan akhir tahun memberikan efek positif bagi peningkatan konsumsi rumah tangga. Sementara itu, meningkatnya realisasi penyerapan fiskal pemerintah pada triwulan IV-2013 memberikan dorongan positif bagi perkembangan konsumsi pemerintah di triwulan laporan. Kinerja fiskal yang membaik tidak hanya terdapat pada Belanja Barang dan Jasa, tetapi juga Belanja Modal yang ikut mendorong peningkatan kinerja investasi daerah. Di sisi penawaran, membaiknya kondisi perekonomian Gorontalo pada triwulan laporan dipengaruhi oleh peningkatan kinerja sektor pertanian, industri pengolahan, dan sektor konstruksi. Pertumbuhan sektor pertanian tidak terlepas dari cuaca yang relatif kondusif selama triwulan laporan, terutama bagi tanaman bahan makanan. Perkembangan sektor industri pengolahan didukung oleh meningkatnya produksi industri pengolahan gula di Gorontalo. Sementara itu pertumbuhan sektor konstruksi didorong oleh penyelesaian beberapa proyek pemerintah yang ditargetkan selesai pada akhir tahun 2013. Di sisi lain, sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami sedikit penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kinerja sub sektor perdagangan yang semakin BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 1

RINGKASAN EKSEKUTIF membaik seiring dengan peningkatan konsumsi rumah tangga tidak diikuti dengan kinerja sub sektor perhotelan yang mengalami penurunan di triwulan laporan. Perkembangan Inflasi Pada triwulan IV-2013, inflasi tercatat sebesar 5,84% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,40% (yoy) Kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 6,64% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,41% (y.o.y), sama halnya dengan core inflation yang tercatat meningkat dari 3,47% (y.o.y) menjadi 4,44% (y.o.y) Di sisi lain, administered price mengalami penurunan dari 7,74% (y.o.y) menajdi 7,72% (y.o.y) pada triwulan laporan Perkembangan harga barang dan jasa secara umum (inflasi) di Provinsi Gorontalo pada triwulan IV-2013 relatif terkendali. Secara tahunan, inflasi IHK sebesar 5,84% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,40% (yoy). Meningkatnya inflasi pada triwulan IV-2013 terutama disumbang oleh tingginya inflasi bulanan di bulan November dan Desember yang sebesar 1,35% (mtm) dan 1,54% (mtm). Inflasi Volatile Foods mengalami peningkatan. Disagregasi inflasi kota Gorontalo pada triwulan IV-2013 menunjukkan adanya peningkatan yang cukup besar pada kelompok Inflasi volatile food yang tercatat sebesar 6,64% (yoy)dari sebelumnya 0,41% (yoy) di triwulan III-2013. Peningkatan inflasi volatile food tersebut dikarenakan pasokan beberapa komoditas khususunya hortikultura dan perikanan tangkap mengalami kenaikan harga akibat faktor seasonal seperti Hari Raya Natal dan Tahun Baru dan cuaca buruk karena pada triwulan IV-2013 telah memasuki musim penghujan. Core inflation pada triwulan laporan tercatat sedikit mengalami peningkatan, yaitu sebesar 4,44% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 3,47% (yoy). Inflasi administered price mengalami penurunan dari 7,74% (y.o,y) pada triwulan III-2013 menjadi 7,72% (yoy) pada triwulan IV-2013 Tekanan inflasi kelompok administered price berasal dari kelompok komoditas transport seperti harga bensin, harga solar, angkutan dalam kota, angkutan luar kota, angkutan udara, harga mobil, serta tarif listrik.. 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

RINGKASAN EKSEKUTIF Perkembangan Perbankan Daerah Aktivitas perbankan Gorontalo (Bank Umum dan BPR) pada triwulan IV- 2013 masih ekspansif yang tercermin dari angka LDR dan penyaluran kredit, sedangkan penghimpunan dana relatif melambat. Stabilitas sistem perbankan menunjukkan rasion NPLs yang masih terjaga sebesar 2,82% sedangkan rasio LDR mengalami peningkatan menjadi 212,00% Pada triwulan IV-2013 aktivitas perbankan Gorontalo (Bank Umum dan BPR) masih ekspansif, antara lain tercermin dari angka Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan Gorontalo pada triwulan IV-2013 yang tercatat sebesar 212,00% (BU) dan 148,08% (BPR). Penyaluran kredit perbankan tumbuh masing-masing sebesar 22,43% (BU) dan 8,33% (BPR). Sementara penghimpunan dana (DPK) relatif melambat yaitu tercatat hanya tumbuh (y.o.y) sebesar 5,07% (BU) dan -6,10% (BPR) lebih rendah dari triwulan III-2013 yang tercatat tumbuh (y.o.y) sebesar 12,13% (BU) dan -6,69% (BPR). Adapun rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPLs) bank umum masih relatif terjaga pada angka yang wajar yaitu sebesar 2,82% (BU). Namun NPLs BPR masih perlu upaya optimal karena hingga triwulan IV-2013 masih tercatat cukup tinggi yaitu sebesar 11,78%. Stabilitas sistem perbankan tercermin dari indikator yang menggambarkan risiko kredit antara lain rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPLs) pada bank umum dan risiko likuiditas yang dicerminkan oleh jangka waktu Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan dan angka rasio kredit/pembiayaan terhadap dana pihak ketiga (LDR). Rasio NPLs bank umum pada triwulan IV- 2013 tercatat sebesar 2,82%, sementara LDR tercatat sebesar 212,00%. Perkembangan Keuangan Daerah Penyerapan belanja APBD pada triwulan IV-2013 lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara umum, kinerja pengelolaan keuangan Provinsi Gorontalo yang tercermin dari besarnya anggaran dan realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah menunjukkan peningkatan di tahun 2013. Di sisi penerimaan, anggaran pendapatan daerah setelah perubahan pada tahun 2013 adalah sebesar Rp1,04 triiun, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang dianggarkan sebesar Rp919,65 miliar. Realisasi pendapatan daerah tercatat relatif baik yaitu senilai Rp1,05 triliun atau mencapai 101,01% dari anggaran. Hal ini didorong oleh meningkatnya penerimaan Pajak Daerah dan Dana Alokasi Umum. Sementara itu di sisi pengeluaran, anggaran BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 3

RINGKASAN EKSEKUTIF belanja daerah setelah perubahan Provinsi Gorontalo pada tahun 2013 dialokasikan sebesar Rp1,13 triliun. Anggaran tersebut lebih besar 16,34% dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya dialokasikan sebesar Rp972,91 miliar. Realisasi anggaran belanja tahun 2013 sendiri tercatat senilai Rp1,05 tirliun atau mencapai 92,87% dari anggaran. Perkembangan Sistem Pembayaran Perkembangan sistem pembayaran pada triwulan IV-2013 mengalami perkembangan yang dinamis Aliran uang kartal dari kas titipan Bank Indonesia di Bank Mandiri Gorontalo pada triwulan IV-2013 menunjukkan net outflow sebesar Rp.25,45 miliar. Di sisi lain, pertumbuhan rata-rata nilai kliring per hari mengalami penurunan pada triwulan IV-2013 sebesar 29,99% (qtq) sedangkan nilai RTGS mengalami peningkatan pada triwulan IV-2013 yaitu rata-rata sebesar 4,05% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu pada triwulan IV-2013 ditemukan sebanyak 5 lembar uang palsu di wilayah Provinsi Gorontalo. Kesejahteraan Masyarakat Tingkat pengangguran terbuka Provinsi Gorontalo mengalami penurunan, sedangkan jumlah penduduk miskin menunjukkan peningkatan Tingkat pengangguran terbuka Provinsi Gorontalo mengalami penurunan dari 4,36% di bulan Agustus 2012 menjadi 4,12% pada Agustus 2013 dengan 36,66% dari total penduduk yang bekerja diserap oleh sektor pertanian. Akan tetapi, jumlah penduduk miskin di Provinsi Gorontalo menunjukkan peningkatan dari 17,22% pada September 2012 menjadi 18,01% pada September 2013. Walaupun Rasio Gini di tahun 2013 relatif stabil dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,44%, namun masih lebih tinggi dibandingkan nilai nasional yang sebesar 0,41%. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2012 tercatat sebesar 71,28 membaik dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 70,82. Nilai Tukar Petani pada tahun 2013 tumbuh moderat sebesar 101,07 dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 101,34. 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

RINGKASAN EKSEKUTIF Prospek Perekonomian Perekonomian Gorontalo triwulan I-2014 diperkirakan tumbuh 7,77 8,77% (y.o.y) Pada triwulan I-2014, inflasi Gorontalo diproyeksikan berada pada kisaran 5,95% ± 1% dengan inflasi volatile foods, administered price, dan core inflation yang relatif stabil. Perekonomian Gorontalo pada triwulan I-2014 diperkirakan tumbuh 7,77 8,77 % (y.o.y) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2013 yang sebesar 8,43% y.o.y). Di sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan diperkirakan terjadi hampir di seluruh sektor, kecuali sektor pertanian, sektor perdaganganhotel-restoran, dan sektor pengangkutan-komunikasi. Perlambatan kinerja sektoral tercermin dari Survei hasil Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang menunjukkan penurunan tingkat ekspektasi masyarakat terhadap kegiatan usaha di triwulan I-2014. Di sisi permintaan, kinerja konsumsi diprediksi tumbuh melambat. Perlambatan tersebut terjadi pada konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemeirntah. Sementara itu, konsumsi lembaga swasta nirlaba diperkirakan akan meningkat karena didorong oleh konsumsi lembaga partai. Perlambatan konsumsi terkonfirmasi melalui perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) triwulan I-2014. Memperhatikan perkembangan inflasi pada triwulan IV-2013, maka tingkat inflasi kota Gorontalo pada triwulan I-2014 diperkirakan meningkat moderat pada kisaran 5,95% ± 1%. Realisasi inflasi tahun kalender (y.t.d) sampai dengan bulan Desember 2013 sebesar 5,84%. Inflasi volatile foods akan meningkat moderat. Memasuki awal tahun, ekspektasi inflasi pada komoditas volatile foods diperkirakan akan stabil di kisaran yang rendah. Hal ini disebabkan antara lain karena tingkat konsumsi masyarakat di kota Gorontalo yang kembali normal pasca adanya perayaan natal dan tahun baru. Harga kelompok administred price dan inflasi inti diperkirakan akan stabil. Hal ini dikarenakan telah berakhirnya dampak kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang terjadi di tahun 2013. Ke depan, beberapa faktor risiko yang berpotensi mendorong kenaikan inflasi tetap perlu diwaspadai. Harga komoditas pangan dunia yang masih berada pada level tinggi, serta peningkatan ekspektasi inflasi akibat kenaikan BI Rate dan masih melemahnya mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika berpotensi untuk mendorong tekanan inflasi. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 5

RINGKASAN EKSEKUTIF Penyaluran kredit oleh perbankan di Provinsi Gorontalo diproyeksikan akan meningkat pada triwulan I-2014, sedangkan penghimpunan DPK akan melambat Penyaluran kredit/pembiayaan oleh perbankan di Provinsi Gorontalo diproyeksikan akan meningkat pada triwulan I-2014, didasarkan pada asumsi bahwa pada awal tahun 2014 terdapat kecenderungan meningkatnya permintaan kredit khususnya konsumsi antara lain untuk kebutuhan persiapan pemilu dan biaya pendidikan (tahun akademik baru). Sementara penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) di Provinsi Gorontalo diproyeksikan akan melambat pada triwulan I-2014 terutama bersumber dari jenis tabungan. Hal tersebut didasarkan pada asumsi adanya potensi meningkatnya kebutuhan dana untuk keperluan biaya pendidikan (tahun akademik baru) dan perhelatan Pemilu yang akan dilaksanakan pada bulan April. 6 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo sampai dengan akhir tahun 2013 mengalami pertumbuhan yang semakin membaik. Pada triwulan IV-2013, perekonomian Gorontalo tumbuh 8,43% (y.o.y), sesuai dengan proyeksi Bank Indonesia yang berada pada kisaran 8,16 8,66% (y.o.y). Realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2013 dan triwulan IV-2012 yang masing-masing tercatat 7,90% (y.o.y) dan 7,57% (y.o.y). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Gorontalo selama tahun 2013 tercatat sebesar 7,77%, lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 7,71%. Angka pertumbuhan dimaksud masih sesuai dengan proyeksi Bank Indonesia yang berada pada kisaran 7,66 8,16%. Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi masih didorong oleh tingginya tingkat konsumsi dan membaiknya investasi daerah. Peringatan Hari Raya Idul Adha, Natal, Tahun Baru, dan liburan akhir tahun memberikan efek positif bagi peningkatan konsumsi rumah tangga. Sementara itu, meningkatnya realisasi penyerapan fiskal pemerintah pada triwulan IV-2013 memberikan dorongan positif bagi perkembangan konsumsi pemerintah di triwulan laporan. Kinerja fiskal yang membaik tidak hanya terdapat pada Belanja Barang dan Jasa, tetapi juga Belanja Modal yang ikut mendorong peningkatan kinerja investasi daerah. Di sisi penawaran, membaiknya kondisi perekonomian Gorontalo pada triwulan laporan dipengaruhi oleh peningkatan kinerja sektor pertanian, industri pengolahan dan sektor konstruksi. Pertumbuhan sektor pertanian tidak terlepas dari cuaca yang relatif kondusif selama triwulan laporan, terutama bagi tanaman bahan makanan. Perkembangan sektor industri pengolahan didukung oleh meningkatnya produksi industri pengolahan gula di Gorontalo. Sementara itu pertumbuhan sektor konstruksi didorong oleh penyelesaian beberapa proyek pemerintah yang ditargetkan selesai pada akhir tahun 2013. Di sisi lain, sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami sedikit penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kinerja sub sektor perdagangan yang semakin membaik seiring dengan peningkatan konsumsi rumah tangga tidak diikuti dengan kinerja sub sektor perhotelan yang mengalami penurunan di triwulan laporan. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 7

Y.O.Y (%) BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Gorontalo 9.50 9.00 8.50 8.00 7.50 7.00 6.50 6.00 5.50 5.00 8.75 8.91 8.39 8.29 8.43 7.90 7.57 7.67 7.06 6.81 6.64 6.33 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2011 2012 2013 Sumber : BPS. Prov. Gorontalo 1.1 SISI PERMINTAAN Kontribusi konsumsi rumah tangga dan pemerintah cukup dominan dalam memberikan dorongan bagi perekonoman regional. Pada triwulan laporan, konsumsi rumah tangga tercatat meningkat seiring dengan perayaan Idul Adha, Natal, Tahun Baru, dan liburan akhir tahun. Konsumsi pemerintah juga meningkat pesat terkait dengan instruksi percepatan anggaran tahun 2013, termasuk konsumsi belanja modal sehingga investasi daerah turut meningkat. Peningkatan konsumsi juga tercermin dari kinerja impor yang tumbuh lebih tinggi bila dibandingkan triwulan sebelumnya maupun periode yang sama di tahun 2012. Di sisi lain, kinerja ekspor masih mengalami kontraksi karena beberapa produk unggulan mengalami penurunan produksi seperti pada komoditas kopra dan barang-barang dari kayu. Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan KOMPONEN 2012 (% y.o.y) 2013 (% y.o.y) 2012 I II III IV I II III IV 2013 Konsumsi 8.93 8.95 7.47 6.55 7.94 3.78 7.47 5.35 8.20 6.23 Konsumsi Rumah Tangga 6.13 5.84 6.12 5.35 5.86 5.91 6.24 6.29 6.45 6.23 Konsumsi Swasta Nirlaba 10.13 3.15 3.48 6.77 5.82 4.99 8.88 8.51 7.95 7.58 Konsumsi Pemerintah 13.70 14.30 9.79 8.41 11.43 0.34 9.33 3.77 10.86 6.21 PMTB 5.83 10.14 8.35 3.37 6.85 0.89 2.32 4.10 10.84 4.65 Perubahan Stok 19.79 32.61 27.83 1.23 18.11 (72.26) (31.87) (48.14) (16.50) (39.24) Ekspor Barang dan Jasa 11.27 14.98 8.97 8.72 10.92 (35.32) (28.53) (22.78) (26.91) (28.33) Impor Barang dan Jasa 5.47 5.27 4.51 4.80 5.01 6.80 8.46 9.59 10.61 8.89 PERTUMBUHAN EKONOMI 8.39 8.29 6.64 7.57 7.71 7.06 7.67 7.90 8.43 7.77 Sumber : BPS. Prov. Gorontalo 8 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL 1.1.1 KONSUMSI Pada triwulan IV-2013 kinerja konsumsi secara keseluruhan tumbuh 8,20% (y.o.y) meningkat signifikan dibandingkan triwulan III-2013 yang tumbuh 5,35% (y.o.y). Pesatnya pertumbuhan konsumsi didorong oleh kinerja konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Konsumsi rumah tangga tumbuh 6,45% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,29% (y.o.y). Hal yang sama juga diikuti oleh konsumsi pemerintah yang tumbuh 10,86% (y.o.y) meningkat signifikan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,77% (y.o.y). Upaya pemerintah dalam melakukan penyerapan anggaran tercatat cukup baik. Penyerapan fiskal yang sebesar 65,59% pada triwulan III-2013 dapat diakselerasi hingga mencapai 92,87% pada triwulan IV-2013. Dorongan terhadap konsumsi pemerintah antara lain dipengaruhi oleh realisasi Belanja Barang dan Jasa, serta Belanja Pegawai yang cukup baik yaitu masing-masing meningkat 24,17% (y.o.y) dan 9,83% (y.o.y). Grafik 1.2. Perkembangan Belanja Barang dan Jasa Grafik 1.3. Perkembangan Belanja Pegawai Sumber : Badan Keuangan Provinsi Sumber : Badan Keuangan Provinsi Masih tingginya pertumbuhan konsumsi rumah tangga ditunjukkan oleh hasil Survei Konsumen Bank Indonesia yang mencatat bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) masih berada pada level optimis yaitu 169,03 lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 161,81. Sejalan dengan itu, Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) juga turut meningkat meningkat dari 170,86 pada triwulan III-2013 menjadi 174,47 pada triwulan IV-2013. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat beranggapan kondisi ekonomi pada triwulan laporan masih cukup kondusif untuk melakukan kegiatan konsumsi. Perkembangan konsumsi yang cukup baik juga terlihat dari Indeks Tendensi Konsumen (ITK) yang dihasilkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo dimana pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 110,47. Membaiknya kinerja konsumsi di Provinsi Gorontalo terutama didorong oleh optimisme pendapatan rumah tangga saat ini yaitu sebesar 110,99. Konsumsi makanan dan non makanan juga masih tinggi yang tercatat 109,41. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 9

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL Grafik 1.4. Perkembangan Survei Konsumen Bank Indonesia Grafik 1.5. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan IV-2013 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Sumber : BPS Prov. Gorontalo Pertumbuhan konsumsi rumah tangga meningkat seiring dengan masuknya peringatan Idul Adha, Natal, Tahun Baru, dan liburan akhir tahun. Beberapa prompt indicator mengkonfirmasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga seperti konsumsi listrik rumah tangga dan konsumsi BBM rumah tangga. Konsumsi listrik rumah tangga pada triwulan IV-2013 tumbuh 14,29% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 13,85% (y.o.y). Konsumsi BBM rumah tangga juga mengalami peningkatan dari 29,53% (y.o.y) pada triwulan sebelumnya menjadi 33,58% (y.o.y). Grafik 1.6. Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga Grafik 1.7. Perkembangan Konsumsi BBM Rumah Tangga Sumber : PT. PLN Area Gorontalo Sumber : PT. Pertamina UP Gorontalo Sementara itu di sisi perbankan, kinerja konsumsi ditengarai dari perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang melambat, terutama deposito dan tabungan. Deposito masyarakat di perbankan pada triwulan laporan tumbuh melambat dari 12,83% (y.o.y) menjadi 3,88% (y.o.y). Hal yang serupa juga terjadi pada perkembangan tabungan yang turut mengalami perlambatan dari 11,64% (y.o.y) menjadi 6,77% (y.o.y). Penurunan tersebut dipengaruhi oleh peningkatan pola konsumsi masyarakat melalui penarikan simpanan di perbankan. Di sisi lain, kredit konsumsi pada triwulan IV-2013 tumbuh melambat menjadi 31,86% (y.o.y) dari 39,47% (y.o.y) pada triwulan sebelumnya. Hal tersebut diperkirakan terjadi karena pembiayaan konsumsi pada triwulan laporan lebih mengandalkan self financing dari masyarakat sendiri. 10 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL Grafik 1.8. Perkembangan Tabungan dan Deposito Perbankan Grafik 1.9. Perkembangan Kredit Konsumsi Perbankan Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia 1.1.2 INVESTASI Kinerja investasi Gorontalo pada triwulan IV-2013 tumbuh 10,84% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,10% (y.o.y). Peningkatan investasi pada triwulan laporan tidak hanya didorong oleh investasi pemerintah, tetapi juga investasi swasta. Investasi fisik diperkirakan lebih memberikan kontribusi yang besar terkait dengan pembangunan infrastruktur yang dilakukan pada triwulan laporan. Di sisi pemerintah, realisasi pembiayaan investasi fisik yang bersumber dari APBD meningkat. Pemerintah daerah terus memacu penyelesaian infrastrukturnya hingga menjelang akhir tahun 2013. Tercatat pada triwulan IV-2013, APBD Belanja Modal Pemerintah Provinsi yang telah terealisasikan mencapai Rp118,68 miliar meningkat signifikan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar Rp66,28 miliar. Akan tetapi, bila dibandingkan dengan yang telah dianggarkan dalam APBD 2013 yaitu Rp206,86 miliar, realisasi Belanja Modal pemerintah hanya sebesar Rp184,96 miliar atau 89,41% dari target anggaran. Walaupun kondisi ini lebih baik dibandingkan tahun 2012 yang hanya terserap 86,55% dari target anggaran, tetapi hal tersebut belum optimal karena seharusnya dapat diantisipasi lebih awal oleh Pemerintah Daerah mengingat pola yang sama relatif berulang setiap tahunnya. Bila dilihat dari sisi perbankan, peningkatan investasi terkonfirmasi dari membaiknya perkembangan kredit investasi. Pada triwulan laporan, pertumbuhan kredit investasi masih terkontraksi 3,14% (y.o.y), tetapi lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi hingga 14,95% (y.o.y). Di sisi sektoral, kredit konstruksi masih terkontraksi sebesar 4,57% (y.o.y), tumbuh moderat bila dibandingkan dengan triwulan III-2013 yang terkontraksi 4,31% (y.o.y). BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 11

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL Tabel 1.2. Perkembangan Realisasi Beberapa Proyek Pemerintah tahun 2013 REALISASI (%) NO NAMA PROYEK FISIK KEUANGAN 1 Pek. Rehab Berkala Jln Molombulahe -Bubaa 100.00% 95.00% 2 Pek. Normalisasi Sungai Koluwoka 100.00% 95.00% 3 Pek. Pemb. Saluran Drainase Kel. Dembe I Kota Barat Lokasi Kota Gorontalo 100.00% 95.00% 4 Pek. Peningk. Jln. Poros Lonuo Kec. Kabila Kab. Bone Bolango 100.00% 95.00% 5 Pek. Lanjutan Pemb. Jembatan Taula'a (Biluhu Barat-Bilato) 100.00% 95.00% 6 Pek. Pemb. Saluran Drainase Desa Tenggela Lokasi Kab. Gorontalo 100.00% 95.00% 7 Pek. Peningk Jalan Thayeb M Gobel (Ex Bengawan Solo) Kota Gorontalo 100.00% 95.00% 8 Pek. Pemb. Jln. Agropolitan Desa Telaga Biru Kec. Popayato Lokasi Kab. Pohuwato 100.00% 95.00% 9 Pek. Pemb. Jln. Akses Pertanian Desa Daenaa Kec. Limboto Lokasi Kab. Gorontalo 100.00% 95.00% 10 Pek. Pemb. Saluran Irigasi Desa Mongolato Lokasi Kab. Gorontalo 100.00% 95.00% 11 Pek. Pemb. Jln Akses Tapadaa (Pos Daya) Kec. Suwawa Lokasi Kab. Bone Bolango 100.00% 95.00% 12 100.00% 95.00% 13 Pek. Pemb. Jln. Akses Pel Anggrek Lama (Ds Ibarat) 100.00% 95.00% 14 Pek. Pemb. Infrastruktur Kawasan Blok Plan Perkantoran Provinsi Lokasi Kab. Bonbol 100.00% 95.00% 15 Pek. Pembuatan Bak Reservoir Kel. Leato Lokasi kota Gorontalo 100.00% 95.00% 16 Pek. Pembuatan Saluran Drainase Desa Botumoito Lokasi Kab. Boalemo 100.00% 95.00% 17 Pek. Pemb. Jembatan Sigaso 100.00% 95.00% 18 Pek. Pemb Saluran Drainase Ds. Paengo Kec. Popayato Lok. Kab. Pohuwato 100.00% 95.00% 19 Pek. Pembangunan Jalan Akses Pariwisata Monano 100.00% 95.00% 20 Pek,Lanjt. Gedung Kantor Tamb. Dinas PU Lok. Kota Gtlo 100.00% 95.00% 21 100.00% 95.00% 22 Pek. Pemb. Saluran Drainase Jln. Durian 100.00% 95.00% 23 100.00% 95.00% 24 Pek. Pengembangan Gedung Kantor Laboratorium 100.00% 95.00% 25 Pek. Lanjutan Pemb. Tanggul Pengaman Pantai Desa Tabulo Selatan Kec. Mananggu 100.00% 95.00% 26 Pek. Pemb. Kantor Pemprov. (Pengawasan Kantor Prov. Gtlo) Lokasi Kab. Bone Bolango 100.00% 95.00% 27 Pek. Pemb. Jembatan Potanga Kec. Boliohuto 100.00% 95.00% 28 93.04% 88.04% 29 Pek. Pemb Jalan Akses Permukiman Ds Cempaka putih Kec. Tolinggula Lok Kab. Gorut 91.00% 86.00% 30 Pek. Pemb. Jln. Akses Pariwisata Monano 85.68% 80.68% 31 Pek. Lanjutan Pemb. Tanggul Pengaman Pantai Desa Tabulo Selatan Kec. Mananggu 85.00% 80.00% 32 Pek. Pengembangan Gedung kantor Lab. 85.00% 80.00% 33 pek. Pembangunan Kantor Pemprov lok. Kab. Bonbol 75.00% 70.00% 34 Pek. Pemb Jalan Akses Permukiman Ds Cempaka putih Kec. Tolinggula Lok Kab. Gorut 75.00% 70.00% 35 Pek. Pembangunan Gapura Gerbang perbatasan Lok. Kab. Gorut 75.00% 70.00% 36 Pek. Rekonstruksi Ruas Jln. Batudaa-Isimu 63.34% 58.34% 37 Pek. Pengaspalan Jln. Brimob 62.56% 57.56% 38 59.06% 54.06% 39 Pek. Lanjutan Pemb. Tanggul Pengaman Pantai Desa Tabulo Selatan Kec. Mananggu 55.00% 50.00% 40 Pek. Pemb. Jln. Akses Pemukiman Desa Cempaka Putih Kec. Tolinggula Lokasi Kab. Gorut 55.00% 50.00% 41 Pek. Peningk Jln. Akses Desa Wapalo Lokasi Kab. Gorut 55.00% 50.00% 42 Pek. Pemb. Kantor Pemprov. (Pengawasan Kantor Prov. Gtlo) Lokasi Kab. Bone Bolango 50.00% 45.00% 43 Pembangunan Kantor Pemprov Lokasi Kab. Bone Bolango 45.00% 40.00% Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo Perkembangan kontribusi investasi fisik yang relatif besar pada triwulan IV-2013 tercermin dari penjualan semen di Provinsi Gorontalo yang sebanyak 46.545 ton, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebanyak 42.370 ton. Pembangunan infrastruktur lebih dominan dilakukan dibandingkan aktivitas impor barang modal pada triwulan laporan. 12 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL Grafik 1.10. Perkembangan Belanja Modal Pemerintah Daerah Grafik 1.11. Perkembangan Kredit Investasi Perbankan Sumber : Badan Keuangan Daeah Provinsi Sumber : Bank Indonesia Grafik 1.12. Perkembangan Kredit Konstruksi Perbankan Grafik 1.13. Perkembangan Volume Penjualan Semen Sumber : Bank Indonesia Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Di samping itu, berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), diperoleh informasi bahwa kinerja penanaman modal pada periode laporan mengalami peningkatan terutama pada jenis Penanaman Modal Asing (PMA). Realisasi investasi jenis PMA mengalami peningkatan 26,04% (y.o.y) dari US$0,02 juta (2 proyek) di triwulan III-2013 menjadi US$21,90 juta (9 proyek) di triwulan IV-2013. Di sisi lain, jenis Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) belum menunjukkan aktivitas sejak triwulan III-2013. Grafik 1.14. Perkembangan Realisasi Investasi PMA dan PMDN Grafik 1.15. Perkembangan Jumlah Realisasi Proyek PMA dan PMDN Sumber : BKPM Sumber : BKPM BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 13

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL 1.1.3 EKSPOR IMPOR Kinerja ekspor pada triwulan IV-2013 secara keseluruhan mengalami penurunan. Nilai ekspor Gorontalo pada triwulan laporan mengalami penurunan 72,09% (y.o.y) lebih besar dibandingkan triwulan III-2013 yang masih mengalami penurunan sebesar 12,03% (y.o.y). Sementara itu, nilai impor juga mengalami penurunan. Setelah pada triwulan sebelumnya nilai impor tumbuh hingga 2.952,92% (y.o.y) maka pada triwulan laporan pertumbuhan nilai impor hanya sebesar 50,21% (y.o.y). Lebih besarnya nilai impor Gorontalo menyebabkan neraca perdagangan luar negeri Gorontalo mengalami defisit hingga US$35,00 juta. Perkembangan ekspor luar negeri menurun cukup signifikan pada triwulan IV-2013. Nilai ekspor pada triwulan laporan tercatat sebesar US$0,96 juta, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai US$2,43 juta. Penurunan produksi terjadi pada seluruh komoditas yaitu kayu dan barang dari kayu, kopra, serta gula dan kembang gula. Nilai ekspor komoditas kayu dan barang dari kayu tercatat sebesar US$39,88 ribu dengan negara tujuan Korea Selatan. Sementara itu untuk komoditas kopra tercatat sebesar US$ 920 ribu ke negara China. Kinerja ekspor antar provinsi juga mengalami perlambatan yang ditunjukkan dengan menurunnya volume muat barang. Total volume muat dari seluruh pelabuhan Gorontalo tercatat hanya 26.235 ton lebih rendah daripada triwulan III-2013 yang mencapai 46.078 ton atau terkontraksi 71,79% (y.o.y). Grafik 1.16. Perkembangan Nilai Ekspor Gorontalo Grafik 1.17. Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Penurunan produksi kopra di triwulan IV-2013 ditengarai karena adanya tekanan pada harga kopra internasional yang turun 11,48% dibanding triwulan sebelumnya. Penurunan juga dialami oleh harga jagung internasional sebesar 5,32% dibanding triwulan sebelumnya. Harga jagung internasional yang relatif tidak menguntungkan dibandingkan harga produksinya sehingga para petani lebih memilih untuk melakukan ekspor jagung ke provinsi lain (domestik) dibandingkan ekspor ke luar negeri. Harga jagung di tingkat petani sendiri pada triwulan IV- 2013 mengalami peningkatan 11,11% dibandingkan triwulan sebelumnya. 14 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL Grafik 1.18. Perkembangan Harga Minyak Kelapa Grafik 1.19. Perkembangan Harga Jagung Internasional Sumber : Bappebti RI Sumber : Bloomberg Di sisi lain, nilai impor Gorontalo pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar US$35,96 juta atau tumbuh 50,21% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh melonjak hingga 2.952,92% (y.o.y). Impor tersebut didominasi oleh komoditas raw sugar yang berasal dari Thailand senilai US$33,95 juta (94,40% dari total impor) sebagai bahan baku pengolahan industri gula PT. Perusahaan Gula Gorontalo. Impor raw sugar pada triwulan laporan tumbuh 41,77% dibandingkan triwulan sebelumnya, sekaligus tercatat sebagai impor tertinggi di sepanjang tahun 2013. PT. Perusahaan Gula Gorontalo mengkonfirmasi bahwa raw sugar tersebut digunakan sebagai bahan baku pembuatan gula kristal putih. Impor yang dilakukan selama ini disebabkan raw sugar bersifat idle capacity yaitu merupakan bahan mentah yang tidak mempunyai waktu kadaluarsa, tetapi agar tidak rusak maka penyimpanannya harus dijaga. Hasil produksi gula umumnya digunakan untuk kebutuhan domestik antara lain Gorontalo, Palu, Manado, Kendari, Kalimantan, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua. Selain itu, impor aspal yang senilai US$2,02 juta juga turut mendorong tingginya kinerja impor. Kebutuhan akan aspal diperoleh dari China dan Malaysia guna pembangunan dan rehabilitasi berkala terhadap akses transportasi. Grafik 1.20. Perkembangan Nilai Impor Gorontalo Grafik 1.21. Perkembangan Bongkar Barang Pelabuhan Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 15

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL Sementara itu, perkembangan impor luar negeri Gorontalo pada triwulan laporan sedikit diredam oleh melambatnya kinerja impor antar pulau. Hal tersebut terlihat dari volume bongkar barang di seluruh pelabuhan Gorontalo yang masih terkontraksi 24,26% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya terkontraksi 5,85% (y.o.y). Impor domestik pada triwulan IV-2013 turut didorong oleh barang konstruksi seiring dengan meningkatnya investasi yang terjadi di Gorontalo. Dilihat dari kumulatif ekspor impor, pada triwulan IV-2013 Gorontalo mengalami defisit neraca perdagangan luar negeri sebesar US$35,00 juta. Sementara itu, bila dihitung secara total, maka neraca perdagangan luar negeri Gorontalo pada tahun 2013 mengalami defisit hingga US$78,21 juta. Hal ini dipengaruhi oleh nilai impor Gorontalo yang melonjak 116,65% (y.o.y) dibandingkan tahun 2012 sekaligus tercatat sebagai nilai impor Gorontalo terbesar dalam lima tahun terakhir. Grafik 1.22. Perkembangan Neraca Perdagangan Luar Negeri Gorontalo Neraca Perdagangan Luar Negeri periode bulan Januari-Desember 2013 Ekspor ke LN US$5.280.815 DEFISIT US$78,21 Juta Impor dari LN US$83.493.576 Sumber : BPS. Prov. Gorontalo 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan IV-2013 menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor-sektor yang memberikan kontribusi dalam mendorong pertumbuhan perekonomian antara lain sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, dan sektor konstruksi. Di sisi lain, sektor listrik-gasair bersih, sektor perdagangan-hotel-restoran, sektor pengangkutan-komunikasi, dan sektor jasa-jasa mengalami perlambatan. Sementara itu, sektor keuangan-real estate-jasa perusahaan relatif tumbuh moderat. Tumbuhnya kinerja sektor pertanian memberikan stimulan positif bagi pertumbuhan ekonomi Gorontalo pada triwulan IV-2013, mengingat sektor tersebut memberikan kontribusi hingga 26,80% terhadap total PDRB Gorontalo. Dorongan terhadap pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh sektor konstruksi terkait dengan penyelesaian proyek pemerintah di akhir tahun. Peningkatan kinerja sektor konstruksi diikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian. 16 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL Perlu diketahui bahwa kedua sektor dimaksud terkait erat mengingat sektor pertambangan dan penggalian didominasi pertambangan galian C yang dibutuhkan dalam pekerjaan konstruksi. Di sisi lain, kinerja sektor perdagangan-hotel-restoran mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan laporan. Kinerja sub sektor perdagangan yang relatif baik tidak diimbangi oleh sub sektor hotel yang tumbuh melambat. Sementara itu, menurunnya jumlah penumpang sub sektor angkutan laut berpengaruh pada kinerja sektor pengangkutankomunikasi yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Tabel 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR 2012 (% y.o.y) 2013 (% y.o.y) 2012 I II III IV I II III IV 2013 Pertanian 5.76 5.67 5.72 5.70 5.71 6.70 5.16 5.50 6.25 5.90 Pertambangan & Penggalian 11.57 7.55 2.71 5.23 6.62 3.58 4.74 5.21 5.61 4.80 Industri Pengolahan 13.31 12.20 8.15 5.13 9.55 6.51 9.35 9.70 12.80 9.62 Listrik, Gas, dan Air Bersih 6.66 8.86 8.27 8.69 8.13 8.51 8.05 8.21 7.64 8.10 Konstruksi 11.56 9.75 6.33 10.13 9.38 7.51 8.86 8.90 11.51 9.24 Perdagangan, Hotel, Restoran 12.56 11.71 10.11 10.29 11.13 10.97 11.34 11.42 10.74 11.12 Pengangkutan & Komunikasi 7.02 8.15 9.44 10.01 8.69 9.00 9.09 8.56 8.24 8.71 Keuangan, Real Estate, & Jasa Perusahaan 7.40 10.43 9.46 9.86 9.30 9.38 9.06 9.19 9.11 9.18 Jasa-jasa 7.00 6.41 2.17 5.44 5.22 2.46 5.79 6.46 6.14 5.23 PERTUMBUHAN EKONOMI 8.39 8.29 6.64 7.57 7.71 7.06 7.67 7.90 8.43 7.77 Sumber : BPS. Prov. Gorontalo 1.2.1 SEKTOR PERTANIAN Kinerja sektor pertanian mengalami peningkatan pada triwulan laporan yaitu tercatat sebesar 6,25% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2013 yang sebesar 5,50% (y.o.y). Walaupun intensitas hujan sedikit meningkat di akhir triwulan laporan, tetapi cuaca yang masih kondusif secara umum mendukung pertumbuhan kinerja pertanian Gorontalo. Apabila memperhatikan produksinya, tanaman bahan makanan masih memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap sektor pertanian Gorontalo, terutama tanaman jagung dan padi. Musim tanam yang dialami Gorontalo pada triwulan IV-2013 mempengaruhi produksi pertanian yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo menyebutkan bahwa luas lahan tanam untuk jagung di triwulan laporan tercatat mencapai 66.149 ha meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang 9.150 ha. Hal serupa juga dialami oleh tanaman padi yang mengalami peningkatan luas tanam dari seluas 2.742 ha menjadi 26.294 ha. Kinerja produksi yang turun dibandingkan triwulan sebelumnya tercermin dari luas lahan panen yang lebih kecil. Pada triwulan laporan, tercatat luas lahan panen jagung sebesar BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 17

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL 9.999 ha lebih rendah dibandingkan saat musim panen pada triwulan III-2013 yang seluas 47.092 ha. Sementara itu, luas lahan panen padi sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya dari seluas 3.167 ha menjadi 3.049 ha. Produksi pertanian Gorontalo masih didominasi oleh sentra produksi jagung di Kabupaten Pohuwato dan sentra produksi padi di Kabupaten Gorontalo. Grafik 1.23. Perkembangan Luas Tanam Jagung Berdasarkan Daerahnya Grafik 1.24. Perkembangan Luas Tanam Padi Berdasarkan Daerahnya Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Grafik 1.25. Perkembangan Luas Panen Jagung Berdasarkan Daerahnya Grafik 1.26. Perkembangan Luas Panen Padi Berdasarkan Daerahnya Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Grafik 1.27. Perkembangan Luas Tanam Jagung dan Padi Grafik 1.28. Perkembangan Luas Panen Jagung dan Padi Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Pada tahun 2013, secara kumulatif tahunan perkembangan pertanian jagung dan padi diperkirakan akan lebih baik dibandingkan tahun 2012. Hasil Angka Ramalan (ARAM) II yang dirilis oleh BPS Provinsi Gorontalo memperkirakan produksi jagung di tahun 2013 mencapai 18 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL 677.242 ton meningkat 5,04% (y.o.y) daripada tahun sebelumnya yang sebesar 644.754 ton. Peningkatan produksi tersebut dipengaruhi oleh bertambahnya luas panen sebesar 3,63% (y.o.y). Tingkat produktivitas jagung juga diperkirakan lebih baik yaitu 48,22 kwintal/ha atau meningkat 1,36% (y.o.y) dibandingkan produktivitas tahun 2012 yang sebesar 47,57 kwintal/ha. Tabel 1.4. ARAM II Produksi Jagung Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Sementara itu, produksi tanaman padi juga diperkirakan meningkat 18,50% (y.o.y) dibandingkan tahun sebelumnya. Gabah kering giling hasil pertanian di tahun 2013 diproyeksi meningkat dari 245.786 ton menjadi 291.247 ton. Peningkatan produksi utamanya disebabkan oleh peningkatan luas panen sebesar 10,03% (y.o.y) dan tingkat produktivitas yang cukup baik yaitu 51,70 kwintal/ha atau meningkat 7,69% (y.o.y). Tabel 1.5. ARAM II Produksi Padi Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 19

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL 1.2.2 SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan IV-2013 sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, sektor ini tercatat tumbuh 8,24% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 8,56% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan sektor angkutan secara keseluruhan dipengaruhi oleh kinerja sub sektor pengangkutan laut dan pengangkutan darat yang menurun, sedangkan sub sektor pengangkutan udara mengalami peningkatan. Tumbuhnya sub sektor pengangkutan udara tercermin dari meningkatnya jumlah penumpang pesawat pada triwulan IV-2013. Faktor liburan sekolah, natal, dan tahun baru berpengaruh besar terhadap peningkatan kinerja sub sektor ini. Tercatat jumlah penumpang pesawat yang terlayani tumbuh 20,92% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 17,38% (y.o.y). Akan tetapi, jumlah penerbangan pada triwulan laporan, baik yang datang maupun berangkat dari Gorontalo mengalami penurunan dari 1.058 penerbangan menjadi 1.009 penerbangan. Hal ini terkait dengan berkurangnya frekuensi penerbangan salah satu maskapai udara sejak akhir triwulan IV-2013, dari sebelumnya melayani 2 kali penerbangan menjadi sekali penerbangan dalam sehari. Grafik 1.29. Perkembangan Jumlah Penumpang Pesawat Grafik 1.30. Perkembangan Frekuensi Penerbangan Pesawat Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Sementara itu, kinerja sub sektor pengangkutan laut tercatat menunjukkan penurunan. Pada triwulan IV-2013, jumlah penumpang kapal laut tercatat sebanyak 1.077 orang atau mengalami kontraksi 58,47% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat jumlah penumpang hingga 5.110 orang. Curah hujan dan gelombang laut yang cenderung tinggi selama triwulan laporan relatif berpengaruh pada jumlah penumpang dan kapal yang berlayar. Jumlah penumpang kapal ferry juga terkontraksi 18,43% (y.o.y) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan 18,27% (y.o.y). Di sisi lain, kinerja sub sektor pengangkutan darat dikonfirmasi dari melambatnya jumlah konsumsi BBM transportasi. Tingkat konsumsi bahan bakar premium pada triwulan laporan tercatat tumbuh 14,46% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang 20 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL tumbuh 20,42% (y.o.y). Hal yang sama juga dialami bahan bakar solar yang hanya tumbuh 4,96% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 16,96% (y.o.y). Grafik 1.31. Perkembangan Jumlah Penumpang Kapal Laut dan Ferry Grafik 1.32. Perkembangan Konsumsi Premium dan Solar Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Sumber : PT. Pertamina UP Gorontalo 1.2.3 SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN Perkembangan sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) di Gorontalo menunjukkan perlambatan pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sektor PHR pada triwulan IV-2013 tumbuh 10,74% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2013 yang sebesar 11,42% (y.o.y). Hal tersebut dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan yang terjadi pada sub sektor perhotelan. Sub sektor perdagangan mengalami pertumbuhan pada triwulan laporan. Hal ini dikonfirmasi meningkatnya pertumbuhan kredit perdagangan, dimana pada triwulan IV-2013 kredit perdagangan tercatat mencapai Rp1,85 triliun atau tumbuh 16,90% (y.o.y) lebih baik daripada triwulan sebelumnya yang tumbuh 13,58% (y.o.y). Selain itu, aktivitas volume bongkar barang pelabuhan juga tercatat mengalami peningkatan. Walaupun pertumbuhannya masih terkontraksi 24,26% (y.o.y), tetapi volume bongkar pada triwulan laporan meningkat dari 172.173 ton di triwulan sebelumnya menjadi 175.189 ton. Aktivitas perdagangan masih terpusat di Kota Gorontalo dimana 58,74% total aktivitas bongkar barang pelabuhan dilakukan di Pelabuhan Gorontalo. Tingkat konsumsi listrik kelompok bisnis pada triwulan laporan ikut mengalami peningkatan dari 6,10% (y.o.y) pada triwulan sebelumnya menjadi 6,74% (y.o.y). Kinerja sub sektor perdagangan yang membaik juga tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia, dimana realisasi kegiatan usaha pada triwulan laporan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelunya. Masuknya perayaan Idul Adha, Natal, dan Tahun Baru ditengarai memberikan dorongan pada pertumbuhan tingkat konsumsi masyarakat dan kinerja sub sektor ini. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 21

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL Grafik 1.33. Perkembangan Kredit Perdagangan Perbankan Grafik 1.34. Perkembangan Volume Bongkar Barang Per Pelabuhan Sumber : Bank Indonesia Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Grafik 1.35. Perkembangan Kredit Perdagangan Perbankan Grafik 1.36. Perkembangan Konsumsi Listrik Kelompok Bisnis Sumber : Bank Indonesia Sumber : PT. PLN Ara Gorontalo Grafik 1.37. Perkembangan Tingkat Penghunian Hotel (TPH) Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Di sisi lain, kinerja sub sektor perhotelan mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan laporan. Tingkat Penghunian Hotel (TPH) pada bulan Desember 2013 tercatat sebesar 34,91 atau menurun dibandingkan kondisi bulan September 2013 yang sebesar 46,66. Bila dibandingkan per daerah, TPH tertinggi masih dialami oleh Kota Gorontalo yaitu sebesar 37,54. Dari hasil liasion ke beberapa perhotelan Gorontalo, diperoleh informasi bahwa momen liburan akhir tahun berpengaruh pada menurunnya tingkat okupansi hotel disebabkan masyarakat umumnya memilih berlibur ke luar Gorontalo. Kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL), Upah Minimum Provinsi (UMP), bunga perbankan, dan tarif air turut berpengaruh pada perlambatan kinerja perhotelan. Pihak hotel disebutkan harus menaikkan 10-15% tarif hotel serta melakukan efisiensi untuk mengurangi biaya operasional yang diperkirakan mengalami kenaikan sekitar 4%. 22 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL 1.2.4 SEKTOR KEUANGAN, REAL ESTAT, DAN JASA PERUSAHAAN Kinerja sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 9,11% (y.o.y), relatif tumbuh moderat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 9,19% (y.o.y). Perkembangan sub sektor keuangan yang relatif stabil memberikan pengaruh yang cukup besar bagi kinerja sektor ini. Sub sektor keuangan yang didominasi oleh perbankan tumbuh dengan baik pada triwulan laporan. Kenaikan beban bunga perbankan juga diikuti oleh kenaikan pendapatan bunga. Pendapatan bunga pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp1,00 triliun atau tumbuh 26,96% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 24,02% (y.o.y). Beban bunga juga mengalami peningkatan dari Rp157,41 miliar menjadi 217,60 miliar, tumbuh 21,47% (y.o.y). Walaupun begitu, perkembangan Net Interest Margin (NIM) perbankan Gorontalo di triwulan laporan tetap terjaga, yaitu tercatat sebesar Rp783,34 miliar atau tumbuh 28,58% (y.o.y) relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 26,81% (y.o.y). Grafik 1.38. Perkembangan Pendapatan dan Beban Bunga Perbankan Grafik 1.39. Perkembangan Net Interest Margin (NIM) Perbankan Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia 1.2.5 SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN Kinerja sektor industri Gorontalo tumbuh lebih baik dibandingkan sebelumnya. Sektor industri pada triwulan IV-2013 tumbuh 12,80% (y.o.y) lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,20% (y.o.y). Beberapa sub sektor industri mikro dan kecil mengalami peningkatan seiring dengan perayaan Idul Adha,natal, dan tahun baru. Berdasarkan hasil survei BPS Provinsi Gorontalo, meningkatnya kinerja sektor industri terjadi pada industri makanan dan minuman, industri pakaian jadi, dan industri furniture. Meningkatnya permintaan masyarakat akan komoditas pakaian dan perabot rumah tangga diperkirakan mendorong produksi pakaian jadi dan furniture di Gorontalo. Di samping itu, perayaan hari besar keagamaan seperti Idul Adha dan Natal juga mempengaruhi peningkatan produksi industri makanan dan minuman. Secara total, industri mikro dan kecil pada triwulan BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 23

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL IV-2013 tumbuh 11,27% (y.o.y) sedangkan industri manufaktur besar dan sedang tumbuh 9,61% (y.o.y). Pertumbuhan sektor industri juga terkonfirmasi dari perkembangan konsumsi listrik dan BBM industri. Konsumsi listrik industri tercatat meningkat 5,51% (y.o.y) dari 4,35 juta KWh di triwulan sebelumnya menjadi 4,73 juta Kwh pada triwulan laporan. Sementara itu, walaupun masih terkontraksi 17,29% (y.o.y), tetapi pertumbuhan konsumsi BBM pada triwulan laporan lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 53,86% (y.o.y). Grafik 1.40. Perkembangan Industri Mikro- Kecil dan Industri Besar-Sedang Grafik 1.41. Perkembangan Sub Sektor Industri Mikro-Kecil Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Grafik 1.42. Perkembangan Konsumsi Listrik Industri Grafik 1.43. Perkembangan Konsumsi BBM Industri Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo 1.2.6 SEKTOR LAINNYA Kinerja sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan IV-2013 tumbuh 7,64% (y.o.y) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,21% (y.o.y). Walaupun daya tersambung mengalami pertumbuhan 21,70% (y.o.y) tetapi penjualan listrik tumbuh 11,57% (y.o.y) relatif stabil dengan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan 10,63% (y.o.y). Hasil konfirmasi dengan PT. PLN Area Gorontalo menyebutkan bahwa jumlah pelanggan listrik mengalami peningkatan dengan jumlah mencapai 178 ribu pelanggan. Dari jumlah tersebut, sekitar 0,3% merupakan pelanggan sektor bisnis dan perkantoran sedangkan sisanya adalah rumah tangga. Biaya listrik rumah tangga sendiri mendapat subsidi sekitar 75% dari pemerintah. Seiring dengan bertambahnya jumlah pelanggan, penyelesaian PLTU Molotabu 24 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL tahap II diharapkan dapat segera selesai sehingga membantu penyediaan jumlah pasokan listrik Provinsi Gorontalo yang saat ini masih dibantu oleh pasokan dari PLTU Amurang di Provinsi Sulawesi Utara. Grafik 1.44. Perkembangan Daya Listrik Tersambung. Grafik 1.45. Perkembangan Konsumsi Listrik Sumber : PT. PLN Area Gorontalo Sumber : PT. PLN Area Gorontalo Kinerja sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2013 meningkat dibandingkan triwulan III-2013. Sektor ini tumbuh 5,61% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (y.o.y). Peningkatan sektor ini tidak lepas dari meningkatnya kinerja sektor konstruksi yang tumbuh 11,51% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2013 sebesar 8,90% (y.o.y). Sumbangan sektor pertambangan dan penggalian terhadap PDRB Provinsi Gorontalo masih relatif kecil yaitu 1,14% dan didominasi oleh pertambangan galian C seperti batu dan pasir. Sementara itu, aktivitas pertambangan emas di Gorontalo umumnya masih dilakukan oleh penambang rakyat. Dari hasil liaison dengan Dinas Kehutanan dan Pertambangan Provinsi Gorontalo, diperoleh informasi bahwa terdapat terdapat 37 Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan 2 Kontrak Karya (KK) di Provinsi Gorontalo dan keseluruhannya belum menunjukkan kegiatan produksi. Grafik 1.46. Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa Sumber : Bank Indonesia Pada triwulan IV-2013, sektor jasa-jasa menunjukkan pertumbuhan 6,14% (y.o.y) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,46% (y.o.y). Melambatnya pertumbuhan realisasi APBD belanja pegawai pada triwulan laporan diperkirakan memberi pengaruh yang signifkan walaupun lapangan usaha jasa-jasa mengalami peningkatan. Kredit sektor jasa-jasa tercatat mengalami pertumbuhan 17,00% (y.o.y) lebih baik daripada triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,76% (y.o.y). BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 25

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL BOKS : KAWASAN MINAPOLITAN POHUWATO : MENGECAP (MANISNYA) BISNIS PERIKANAN Rupanya SBY kepincut oleh Profesor Michael E. Porter. Mahaguru strategi manajemen ini memberikan pencerahan kepada Presiden RI ke-6. Harvard Business School Amerika Serikat yang menjadi lokasinya. Topiknya menarik, yaitu bagaimana meningkatkan daya saing Indonesia di dunia internasional. Menurut pria kelahiran 1947 ini, salah satu permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia adalah masih rendahnya tingkat pembangunan berbasis klaster. Peristiwa ini terjadi empat tahun lalu, 28 September 2009. Sebulan kemudian, muncullah istilah minapolitan. Peluncurannya dilakukan berselang setelah pelantikan Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II di Istana Negara Jakarta. Program yang sejatinya merupakan implementasi konsep klaster ala Porter tersebut, diusung oleh Fadel Muhammad sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia waktu itu. Tujuannya tidak lain untuk meningkatkan daya saing sektor kelautan dan perikanan di Indonesia. Minapolitan Apa sih minapolitan? Minapolitan itu hampir sama dengan agropolitan. Bedanya, yang satu mina sedangkan yang satunya lagi agro. Mina itu berasal dari bahasa jawa mino sederhana minapolitan dapat diartikan sebagai kota bisnis yang berbasis perikanan. Sebagaimana kawasan bisnis, selayaknya ada daerah yang menjadi pusat pertumbuhan (growth pole) dan hinterland (daerah pinggiran). Growth pole adalah pusat transaksinya sedangkan hinterland adalah daerah penunjangnya. Harapan dibangunnya kawasan minapolitan adalah jika kegiatan sudah terintegrasi diharapkan kegiatan bisnis di growth pole dapat memberikan efek menetes ke bawah (trickle down effect) atau ke daerah hinterland. 26 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

Aceh Sulut Sumbar Riau Kepri Jambi Bengkulu Sumsel Babel Lampung Banten DKI Jabar Jateng DIY Jatim Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Sulut Gorontalo Sulteng Sulsel Sulbar Sulteng Bali NTB NTT Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Provinsi Jumlah Kawasan Minapolitan BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Grafik 1.47. Perkembangan Kawasan Minapolitan di Indonesia Sumber : Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Contoh sederhana kawasan minapolitan dapat diilustrasikan begini, misalnya pasar tempat transaksi, di situ ada pabrik ikan sarden. Nah di kampungkampung sekitar pabrik ada yang jadi kampung nener, ada yang jadi kampung ikan sarden, ada yang jadi kampung pakan ikan, dan seterusnya yang dibutuhkan untuk menunjang pabrik ikan sarden. Itu baru satu contoh pabrik yang dibangun di kawasan minapolitan. Bisa juga industri pengalengan ikan tuna yang sangat cocok dibangun di sekitar samudera karena tuna adalah ikan laut dalam. Bisa dibangun kampung tambak nener bandeng, kampung tambak bandeng, kampung pakan bandeng dan sebagainya. Kenapa bandeng? Karena tuna biasanya butuh umpan hidup dan bandeng hidup adalah umpan favorit tuna. Dari contoh di atas, maka pasar dan pabriknya adalah pusat pertumbuhannya sedangkan kampungkampung penunjang adalah hinterland-nya. Walhasil, kawasan minapolitan harus ditunjang oleh infrastruktur, perbankan, dan lainnya. Dan tak kalah penting adalah melibatkan masyarakat agar mau jadi nelayan yang tidak hanya mengandalkan ikan tangkap tapi mulai membudayakan budidaya karena kawasan yang baik adalah kawasan yang terjamin sustainabilitas-nya. Mengapa minapolitan begitu penting? Tentu saja penting. Lihat saja sebaran kawasan minapolitan. Saat ini sudah 33 provinsi, 179 kabupaten/kota di seluruh Indonesia yang ditetapkan menjadi kawasan minapolitan. Sebaran ini diambil dari Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 35/KEPMEN-KP/2013 tanggal 2 Juli 2013 yang ditandatangani oleh Sharif C. Soetardjo. Berbekal 145 kawasan minapolitan perikanan budidaya dan 57 kawasan minapolitan perikanan tangkap telah membawa hasil. Setidaknya beberapa target terlampaui, mulai dari produksi 15,3 juta ton, ekspor produk hasil perikanan senilai US$ 5 miliar sampai pencapaian neraca perdagangan produk perikanan surplus 76,47 persen di tahun 2013. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 27

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL Sebagai provinsi yang pernah dipimpin oleh Fadel Muhammad, dimana luas perairan Gorontalo mencapai 50.500 kilometer persegi cukup menjanjikan dalam pengembangan kawasan minapolitan. Salah satu wilayahnya adalah wilayah laut Teluk Tomini yang terbentang seluas 7.400 kilometer persegi ditambah dengan panjang garis pantai 655,8 kilometer setara dengan perjalanan darat Bandung-Surabaya melalui pantura. Khusus Gorontalo, setidaknya ada 3 kabupaten yang menjadi kawasan minapolitan. Dua minapolitan perikanan budidaya di Kabupaten Gorontalo Utara dan Kabupaten Pohuwato. Satu lagi kawasan minapolitan perikanan tangkap di Kabupaten Bone Bolango. Di sana terdapat Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Bone Bolango yang lokasinya dengan dekat daerah operasional perairan pedalaman dan perairan kepulauan sekitar.namun, hanya 2 lokasi yang dijadikan salah satu sentra produksi perikanan budidaya sebagai Kawasan Minapolitan Percontohan yaitu Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Keunggulan Alam Pohuwato Kabupaten Pahuwato merupakan salah satu lokasi minapolitan sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Nomor KEP.70/DJ-PB/2010 tentang Penetapan 24 Lokasi Sentra Produksi Perikanan Budidaya sebagai Percontohan Tahun 2011. Luas wilayah Kabupaten Pohuwato adalah 4.455,60 kilometer persegi atau 35,83 persen dari luas wilayah Provinsi Gorontalo. Panjang garis pantai yang mencapai 164 kilometer yang menjadikan garis pantainya terpanjang kedua di Provinsi Gorontalo yang berhadapan dengan Teluk Tomini. Di sepanjang pantai inilah, minimal 3.923 jiwa yang tersebar 31 desa nelayan di mencari nafkah sebagai nelayan. JIka dibanding-bandingkan, kira-kira hanya 2,9 persen dari penduduk Pohuwato yang jadi nelayan atau hampir 40 persen desa nelayan dari 131 desa nelayan yang ada di Gorontalo. Pohuwato pun berhak menyandang desa nelayan kedua terbanyak setelah desa nelayan kabupaten tetangga, Kabupaten Bone Bolango. Profesi nelayan pun beragam. Untuk budidaya air laut saja, 1.000 orang memiliki tambak, 500 orang memilih sebagai pembudidaya rumput dan 25 orang mempunyai keramba jaring apung. Ada pula 1.000 orang pembudidaya kolam air tawar dan lebih dari 200 orang memiliki keramba air tawar. Selain itu, ada juga yang berkecimpung di usaha pengolahan hasil perikanan. Jumlahnya sekitar 60 orang. 28 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

Tahun BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL Pedagang hasil perikanan ada 158 orang, 30 orang menjadi pengumpul hasil perikanan. Jangan dilupakan, ada sekitar 77 orang petambak garam. Mereka semua tidak berdiri sendirisendiri. Semuanya tergabung dalam sebuah kelompok sesuai profesinya. ada kelompok masyarakat pengawas sebanyak 5 kelompok, kelompok pembudidaya sebanyak 85 kelompok, kelompok nelayan sebanyak 75 kelompok dan ada pula kelompok pengolah ikan sebanyak 11 kelompok. Produktivitas Secara umum, berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pohuwato, produksi 9 komoditas pilihan yaitu bandeng, udang, rumpur laut, kerapu, kuwe, mutiara, ikan nila, ikan mas dan ikan lele mengalami peningkatan. Puncaknya pada tahun 2011 dengan total 68,2 ribu ton yang kemudian menurun di tahun 2012 menjadi 48 ribu ton dan di tahun 2013 mengalami kenaikan kembali hingga mencapai 60,4 ribu ton. Adapun komoditas unggulan Pohuwato di kawasan minapolitan, capaiannya baru 58,01 persen yaitu rumput laut dan udang (windu dan vaname) dengan total produksi 40.475,8 ton tahun 2012. Angka ini diungkap oleh Dwika Herdikiawan, Direktur Prasarana dan Sarana Budidaya Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan RI di Pohuwato pada acara Rapat Kelompok Kerja (Pokja) Minapolitan Kabupaten Pohuwato tahun 2013 lalu. 80,000 60,000 40,000 20,000 Ton Sebagai informasi, kawasan minapolitan Pohuwato mencakup 11 kecamatan. Mulai dari Kecamatan Paguat, Dengilo, Marisa, Duhiadaa, Patilanggio, Taluditi, Randangan, Wanggarasi, Lemito, Popayato dan Popayato Barat sampai dengan Kecamatan Lemito sebagai minapolis. Pohuwato pun menyabet prestasi menjadi kabupaten terbanyak yang menjadikan kecamatannya sebagai kawasan minapolitan. Grafik 1.48. Perkembangan Produksi Sembilan Komoditas Pilihan Kab. Pohuwato - 2008 2009 2010 2011 2012 2013* *perkiraan sementara Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pohuwato Menurut Dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pohuwato, capaian produksi perikanan baik produksi perikanan tangkap maupun perikanan budidaya pada 2013 memberikan kontribusi pendapatan rata-rata bagi nelayan sekitar Rp 4,3 juta per bulan atau meningkat 5,4 persen dibandingkan tahun 2012. Angka ini jauh melebihi pendapatan rata-rata pembudidaya dan nelayan Provinsi Gorontalo yang hanya Rp 1,9 juta per bulannya. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 29

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL Dukungan anggaran pun cukup besar. Total dukungan anggaran penunjang minapolitan budidaya selama 2 tahun terakhir mencapai lebih dari Rp 6,4 miliar dikucurkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pihak perbankan sendiri sudah menyalurkan kredit di sektor perikanan di Kabupaten Pohuwato tahun 2013 mencapai Rp 4,7 miliar atau sekitar 27,46 persen dari total kredit perikanan di Gorontalo sebesar Rp 17,47 miliar. Dilihat dari jenisnya, kredit perikanan budidaya menyedot dana sebesar 49,2 persen atau sebesar Rp 2,4 miliar dan kreditnya tumbuh pesat sekitar 420,5 persen dibandingkan tahun 2012. Untuk kredit perikanan penangkapan telah disalurkan sebesar Rp 1,8 miliar dan kredit jasa perikanan sebesar Rp 0,6 miliar. Kedua jenis kredit perikanan budidaya dan kredit jasa perikanan ini mengalami pertumbuhan minus dibandingkan tahun 2012. Perbaikan Ada beberapa pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan. Sebut saja dualisme antara kepentingan ekonomi dengan pelestarian lingkungan. Saat ini pengembangan budidaya udang masih banyak menggunakan lahan yang termasuk dalam kawasan cagar alam dan hutan lindung. Selain itu, perlu adanya regulasi yang mengatur tentang pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang merupakan implementasi UU No. 27 Tahun 2007. Tidak ketinggalan juga makin maraknya kegiatan Illegal fishing dan destructive fishing yang sangat merugikan. Solusinya tentu saja ada pada kita semua. Mulai dari penataan kawasan, penerbitan regulasi sampai pengetatan pengawasan yang disertai dengan edukasi kepada masyarakat. Pewaris Jika sempat berkunjung ke Pohuwato, sempatkan berada di Desa Bununyo, Kecamatan Paguat untuk melihat kelompok pembudidaya udang. Kelompok pembudidaya udang di lokasi tersebut telah menerapkan sistem polikultur dengan komoditas udang dan bandeng. Mereka tebar udang 100.000 bibit dan bandeng 10.000 bibit per hektar. Harga jual panen untuk bandeng Rp 7.500,- /kg, sedangkan udang Rp 30.000,-/kg (size 90). Permasalahan yang dihadapi pembudidaya adalah mahalnya harga bibit (PL 4 = Rp 35,-) dan sarana produksi yang kurang memadai. Namun, semua itu tentu ada peran penyuluh perikanan yang saat ini berjumlah 68 orang yang siap sedia menumbuhkembangkan kawasan minapolitan dan menyokong sektor perikanan lebih baik. Seperti pidato Bung Karno pada lebih suka lukisan samudra yang gelombangnya memukul, menggebu-gebu, daripada lukisan sawah yang adem ayem 30 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Perkembangan harga barang dan jasa secara umum (inflasi) di Provinsi Gorontalo pada triwulan IV-2013 relatif terkendali. Secara tahunan, inflasi IHK sebesar 5,84% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,40% (yoy). Meningkatnya inflasi pada triwulan IV-2013 terutama disumbang oleh tingginya inflasi bulanan di bulan November dan Desember yang sebesar 1,35% (mtm) dan 1,54% (mtm). 2.1 INFLASI SECARA UMUM Inflasi Kota Gorontalo meningkat. Inflasi kota Gorontalo pada akhir triwulan IV-2013 sebesar 5,84% (yoy), meningkat dibandingkan inflasi di triwulan sebelumnya yang sebesar 3,40% (yoy).inflasi periode triwulan IV-2013 tersebut lebih tinggi dari proyeksi pada laporan sebelumnya yang diperkirakan sebesar 4,61% ± 1%. Tekanan inflasi pada periode ini relatif masih terkendali dari sisi permintaan (demand-pull), sedangkan tekanan inflasi dari sisi penawaran (cost-push) mengalami peningkatan di akhir triwulan IV-2013 akibat faktor seasonal seperti adanya Hari Raya Natal dan Tahun Baru dimana beberapa komoditas seperti bawang merah dan cabe merah banyak yang keluar daerah akibat tingginya permintaan di Sulawesi Utara, serta diakibatkan oleh meningkatnya curah hujan serta cuaca buruk di akhir tahun 2013 yang mengakibatkan naiknya harga ikan laut. Realisasi inflasi lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional. Pencapaian inflasi Gorontalo pada triwulan IV-2013 sebesar 5,84% (yoy) lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 8,38% (yoy). Bahkan sepanjang tahun 2013, inflasi tahunan (yoy) kota Gorontalo selalu berada di bawah rata-rata inflasi nasional. Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Nasional dan Gorontalo BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 31

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI 2.2 DISAGREGASI INFLASI Tekanan inflasi yang meningkat dari 3,39% (yoy) menjadi 5,84% (yoy) di triwulan IV- 2013 masih banyak bersumber dari kelompok volatile foods, sementara itu tekanan inflasi pada kelompok core inflation dan administred pricejuga masih terpantau di level yang cukup tinggi. Inflasi volatile foods naik dari 0,41%(y.o,y) di triwulan Grafik 2.2. Inflasi Tahunan Menurut Penyebab Sumber : BPS Gorontalo (diolah) III-2013 menjadi 6,64% (yoy), sementara core inflation juga meningkat dari 3,47% (yoy) menjadi 4,44% (yoy). Inflasi pada kelompok administred price masih dalam level yang cukup tinggi meski mengalami sedikit penurunan dari semula 7,74% (yoy) menjadi 7,72% (yoy). Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Provinsi Gorontalo Sumber : BPS & Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah) 2.2.1 CORE INFLATION Core inflation pada triwulan laporan tercatat sedikit mengalami peningkatan, yaitu sebesar 4,44% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 3,47% (yoy). Tekanan inflasi kelompok core inflation berasal dari kelompok komoditas. Tekanan inflasi kelompok inti berasal dari komoditas makanan jadi seperti kue kering berminyak, mie dan ayam goreng, kelompok komoditas minumam non-alkohol seperti air kemasan, kelompok komoditas biaya tempat tinggal seperti cat tembok, cat kayu dan keramik, sabun detergen, upah pembantu rumah tangga dan perlengkapan rumah tangga serta 32 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI kelompok barang pribadi dan sandang lainnya seperti emas perhiasan. Dari hasil pantauan Survey Pemnatauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh Bank Indonesia, harga emas di kota Gorontalo tercatat mengalami beberapa kali fluktuasi harga dari sebelumnya di kisaran Rp. 450.000,- per gram di bulan Juli 2013 menjadi Rp. 550.000,- per gram di bulan September 2013 dan kembali ke kisaran Rp.440.000,- di akhir bulan Desember 2013. Di sisi lain, faktor fundamental lainnya seperti ekspektasi inflasi dunia usaha yang dilakukan melalui Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) tercatat lebih rendah dari kondisi inflasi pada triwulan IV-2013, sebagaimana ditunjukkan dalam grafik 2.3 di bawah ini. Grafik 2.3 Perbandingan Indeks Rata-rata Tertimbang Inflasi SKDU dan Inflasi Aktual Sumber : SKDU, Bank Indonesia 2.2.2 NON-CORE INFLATION Inflasi Volatile Foods mengalami peningkatan. Disagregasi inflasi kota Gorontalo pada triwulan IV-2013 menunjukkan adanya peningkatan yang cukup besar pada kelompok Inflasi volatile food yang tercatat sebesar 6,64% (yoy)dari sebelumnya 0,41% (yoy) di triwulan III-2013. Peningkatan inflasi volatile food tersebut dikarenakan pasokan beberapa komoditas khususunya hortikultura dan perikanan tangkap mengalami kenaikan harga akibat faktor seasonal seperti Hari Raya Natal dan Tahun Baru dan cuaca buruk karena pada triwulan IV-2013 telah memasuki musim penghujan. Komoditas yang mengalami koreksi harga cukup besar pada akhir triwulan IV-2013 antara lain adalah ikan segar, sayur-sayuran, bawang merah, cabe rawit, dan buah-buahan. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 33

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI Gejolak harga pada komoditas ikan segar tersebut disebabkan karena cuaca di Gorontalo yang telah memasuki musim penghujan sehingga hasil tangkapan dan aktivitas melaut nelayan terganggu oleh adanya ombak besar. Sejalan dengan hal tersebut, hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh Kantor PerwakilanBank Indonesia (KPW BI) Provinsi Gorontalo di pasar sentral Gorontalo juga menunjukkan adanya peningkatan beberapa komoditas di Gorontalo. Grafik 2.4 Hasil Survey Pemantauan Harga (SPH) terhadap beberapa komoditas Meski terjadi sedikit penurunan pada infasi administered price namun tekanan inflasi pada kelompok administred price masih cukup tinggi. Inflasi harga yang diatur oleh pemerintah (administered price inflation) mengalami sedikit penurunan dari 7,74% (y.o,y) pada triwulan III-2013 menjadi 7,72% (yoy) pada triwulan IV-2013. Tekanan inflasi kelompok administered price berasal dari kelompok komoditas transport seperti harga bensin, harga solar, angkutan dalam kota, angkutan luar kota, angkutan udara, harga mobil, serta tarif listrik. Inflasi untuk harga bensin dan solar tersebut disebabkan oleh penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang diumumkan pemerintah pada tanggal 21 Juni 2013 yang lalu, kebijakan ini mengoreksi harga bensin premium dari semula Rp 4.500,- menjadi Rp 6.500,- dan bensin solar yang semula Rp 4.500,- menjadi Rp 5.500,-. Walaupun penerapan harga baru untuk BBM 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI bersubsidi tersebut diterapkan pada akhir triwulan II-2013, namun dampak langsung penerapan kebijakan ini baru terasa pada awal triwulan III-2013. Efek yang timbul akibat dari penerapan harga baru tersebut adalah meningkatnya tarif angkutan dalam kota sepert ibecak motor dan angkutan luar kota. Tabel 2.2. Survei Pemantauan Harga (SPH) 2.3 INFLASI DI KAWASAN SULAWESI, MALUKU DAN PAPUA (SULAMPUA) Gorontalo menjadi Provinsi yang memiliki tingkat inflasi paling rendah dibandingkan dengan provinsi lain di kawasan Sulampua. Pada akhir triwulan IV-2013, secara umum inflasi bulanan provinsi-provinsi di Sulampua mengalami inflasi yang cukup tinggi. Gorontalo sendiri tercatat mengalami inflasi bulanan sebesar 1,54% (mtm) sehingga tingkat inflasi tahunannya menjadi sebesar 5,84% (yoy). Sedangkan provinsi yang memiliki tingkat inflasi tertinggi di wilayah Sulampua adalah Provinsi Maluku Utara, dimana inflasi tahunan provinsi tersebut adalah sebesar 9,78% (yoy). BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 35

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI Tabel 2.3. Inflasi Provinsi Kawasan Sulampua Tabel 2.4. Inflasi Kota-kota di Sulampua Gambar 2.1. Peta Inflasi Sulawesi Sumber : BPS Gorontalo Sumber : BPS Gorontalo 36 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI Gambar 2.2. Peta Inflasi Bulan Desember 2013 di Indonesia Secara bulanan, tekanan inflasi Gorontalo dan Nasional mengalami peningkatan pada Triwulan I-2013 yang diakibatkan oleh meningkatnya harga bumbu-bumbuan seperti bawang merah dan bawang putih sebagai dampak penerapan kebijakan pembatasan impor komoditas hortikultura di tingkat nasional. Meski peningkatan inflasi ini mulai mereda di triwulan II-2013, namun terjadi peningkatan tekanan inflasi kembali di awal triwulan III-2013 sebagai akibat diberlakukannya penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi oleh Pemerintah pada akhir Juni 2013 dan adanya hari raya Idul Fitri di bulan Agustus 2013. Peningkatan ekspektasi inflasi ini dirasakan pada bulan Juli dan Agustus 2013 dan mulai mereda di bulan September-Oktober 2013. Namun, menjelang akhir tahun tingkat inflasi secara umum kembali mengalami peningkatan akibat faktor seasonal effect seperti perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Capaian inflasi IHK nasional tahun 2013 sebesar 8,38% (yoy) berada di atas targetnya (4,5%±1%), namun tetap terkendali di single digit. Di awal tahun 2014, tekanan inflasi nasional diperkirakan akan mereda, walau resiko masih cukup besar. 2.4 EKSPEKTASI INFLASI Konsumen Gorontalo masih optimis. Berdasarkan Survey Konsumen (SK) yang dilakukan oleh Bank Indonesia dapat diketahui bahwa Indeks Keyakinan konsumen (IKK) Gorontalo masih berada pada level optimis (nilai indeks diatas 100). Secara umum, tingginya optimisme terutama didorong oleh masih tingginya optimisme konsumen atas prospek perekonomian ke depan. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 37

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI Grafik 2.5 Grafik IKK, IEK, Ekspektasi Harga, Kurs USD-Rp dan BI Rate Sektor eksternal turut berkontribusi dalam mendorong tekanan inflasi. Kondisi nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika pada akhir triwulan IV-2013 berada pada kisaran Rp.12.189,- atau mengalami pelemahan sebesar 26,04% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2012 dimana nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika berada di kisaran Rp.9.670,-. Sedangkan BI Rate juga tercatat mengalami kenaikan 175 basis poin (bps) dari sebelumnya 5,75% di akhir triwulan IV 2012 menjadi 7,50% di akhir Triwulan IV-2013. Kenaikan suku bunga tersebut merupakan salah satu langkah lanjutan dari penguatan bauran kebijakan Bank Indonesia yang difokuskan untuk pengendalian inflasi dan stabilitas nilai tukar Rupiah. 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH BAB 3 : PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Pada triwulan IV-2013 aktivitas perbankan Gorontalo (Bank Umum dan BPR) masih ekspansif, antara lain tercermin dari angka Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan Gorontalo pada triwulan IV-2013 yang tercatat sebesar 212,00% (BU) dan 148,08% (BPR). Penyaluran kredit perbankan tumbuh masing-masing sebesar 22,43% (BU) dan 8,33% (BPR). Sementara penghimpunan dana (DPK) relatif melambat yaitu tercatat hanya tumbuh (y.o.y) sebesar 5,07% (BU) dan -6,10% (BPR) lebih rendah dari triwulan III-2013 yang tercatat tumbuh (y.o.y) sebesar 12,13% (BU) dan -6,69% (BPR). Adapun rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPLs) bank umum masih relatif terjaga pada angka yang wajar yaitu sebesar 2,82% (BU). Namun NPLs BPR masih perlu upaya optimal karena hingga triwulan IV-2013 masih tercatat cukup tinggi yaitu sebesar 11,78%. 3.1 FUNGSI INTERMEDIASI Fungsi intermediasi yang dilakukan oleh industri perbankan di Provinsi Gorontalo berjalan dengan baik seperti tercermin dari indikator Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan Gorontalo yang ekspansif dimana pada triwulan IV-2013 tercatat total sebesar 211,63% dengan rincian bank umum sebesar 212,00% dan BPR sebesar 148,08%. Angka LDR tersebut meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 191,28%. Untuk perbankan syariah, pada triwulan laporan tercatat LDR sebesar 119,92% mengalami peningkatan dibanding triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 107,40%. Penyumbang tingginya angka LDR tersebut adalah meningkatnya permintaan kredit yang tercatat tumbuh sebesar 22,43% (bank umum) dan 7,36% (BPR), dengan penyumbang utama kredit konsumsi yang tercatat tumbuh sebesar 31,86% (bank umum) dan 2,74% (BPR). Sementara dana yang dihimpun pada triwulan laporan hanya tercatat tumbuh sebesar 5,07% (bank umum) dan 1,93% (BPR). Angka LDR yang tinggi tersebut mencerminkan bahwa kecenderungan masyarakat untuk menyimpan dananya di bank masih relatif rendah, dan untuk itu perlu berbagai upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar mau menyimpan dananya pada perbankan yang ada di Gorontalo, salah satunya adalah menggalakkan kembali program gerakan TabunganKu. 3.1.1 PERKEMBANGAN KANTOR BANK Jumlah bank di Provinsi Gorontalo hingga triwulan IV-2013 tercatat sebanyak 20 bank, dengan rincian sebagai berikut : bank umum konvensional sebanyak 13 bank, bank umum BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 39

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH syariah sebanyak 3 bank dan BPR sebanyak 4 bank. Sementara itu, jaringan kantor bank umum di Provinsi Gorontalo hingga triwulan laporan terdiri dari 19 kantor cabang, 39 kantor cabang pembantu, 2 kantor fungsional, 9 kantor kas serta 27 kantor unit. Sedangkan jaringan kantor BPR terdiri dari 4 kantor pusat, 3 kantor cabang dan 1 kantor kas. Untuk perbankan syariah, saat ini jaringan kantor terdiri dari 2 kantor cabang, 9 kantor cabang pembantu, dan 1 kantor kas. 3.1.2 PENYERAPAN DANA MASYARAKAT Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil diserap oleh perbankan Gorontalo pada triwulan IV-2013 tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan. Pada bank umum, jumlah DPK yang dihimpun mencapai Rp.3,19 triliun atau tumbuh sebesar 5,07% (y.o.y) lebih rendah dibanding triwulan III-2013 yang tercatat Rp.3,44 triliun atau tumbuh 12,13%. Perlambatan pertumbuhan DPK tersebut antara lain bersumber dari giro dimana pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp.322,81 miliar atau mengalami penurunan dibanding triwulan III-2013 yang tercatat Rp516,65 miliar. Penurunan DPK tersebut disebabkan oleh penurunan saldo rekening, sementara jumlah rekening triwulan IV-2013 mengalami peningkatan 39,19% menjadi sebanyak 588.966 rekening. Untuk perbankan syariah, DPK yang berhasil dihimpun hingga triwulan IV-2013 tumbuh sebesar 27,79%, lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 35,62%. Hal tersebut terutama dipengaruhi oleh giro pada triwulan laporan yang mengalami pertumbuhan negatif yaitu sebesar -38,86% (y.o.y). Jika dilihat dari komponen DPK, pangsa terbesar DPK masih didominasi oleh tabungan yaitu sebesar Rp2,12 triliun atau 66,31% dari total DPK, meningkat dibanding triwulan III-2013 yang tercatat Rp1,91 triliun atau 55,65% dari total DPK. Hal yang sama terlihat pada bank syariah, dimana share tabungan memiliki pangsa terbesar yaitu 56,97%, sementara giro dan deposito masing-masing hanya mengambil pangsa sebesar 3,72% dan 39,31% dari total DPK. Share dan pertumbuhan masing-masing komponen DPK pada bank umum dapat dilihat pada Grafik 3.1 dan Grafik 3.2 berikut ini. 40 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

JAN MAR MEI JULI SEP NOV JAN MAR MEI JULI SEP NOV JAN MAR MEI JULI SEP NOV BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Grafik 3.1 Grafik 3.2 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) 50.00% Giro Deposito Tabungan 10.10% 40.00% 30.00% 20.00% 23.58% Giro Deposito 10.00% 0.00% 66.31% Tabungan -10.00% -20.00% 2011 2012 2013 Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, diolah Tabel 3.1 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Indikator Tw. IV-2012 Tw. III-2013 Tw. IV-2013 Growth Tw. IV-2013 (Rp. miliar) (Rp. miliar) (Rp. miliar) (y.o.y) Dana Pihak Ketiga 3,040.78 3,436.54 3,194.92 5.07% Giro 331.22 577.64 322.81-2.54% Deposito 725.33 946.46 753.46 3.88% Tabungan 1,984.23 1,912.44 2,118.65 6.77% Sumber Data : Laporan Bulanan Bank Umum, diolah Penghimpunan DPK pada BPR pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 18,55 miliar atau tumbuh negatif sebesar -6,10% (yoy) dibanding triwulan IV-2012 yang tercatat sebesar Rp.19,75 miliar. Hal tersebut disebabkan oleh penurunan yang cukup signifikan pada jumlah tabungan pada BPR dimana pada triwulan laporan tercatat Rp.7,26 miliar atau turun sebesar - 16,42% dibanding triwulan IV-2012 yang tercatat Rp8,69 miliar. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 3.2. berikut ini. Tabel 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga BPR Indikator Tw. IV-2012 Tw. III-2013 Tw. IV-2013 Growth Tw. IV-2013 (Rp. miliar) (Rp. miliar) (Rp. miliar) (y.o.y) Dana Pihak Ketiga 19.75 18.49 18.55-6.10% Deposito 11.07 11.37 11.29 2.00% Tabungan 8.69 7.12 7.26-16.42% Sumber Data : Laporan Bulanan Bank Perkreditan Rakyat, diolah BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 41

JAN MAR MEI JULI SEP NOV JAN MAR MEI JULI SEP NOV JAN MAR MEI JULI SEP NOV BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 3.1.3 PENYALURAN KREDIT Pada triwulan IV-2013 perbankan Gorontalo telah menyalurkan kredit/pembiayaan kepada 94.642 debitur dengan baki debit mencapai Rp.6,77 triliun atau tumbuh sebesar 22,43% (y.o.y). Namun demikian pertumbuhannya relatif lebih rendah dibandingkan triwulan III-2013 yang tumbuh 25,45%. Hal itu antara lain dipengaruhi oleh kredit investasi yang tercatat sebesar Rp546,95 miliar atau tumbuh negatif sebesar -3,14% dibanding triwulan IV- 2012. Adapun kredit modal kerja dan kredit konsumsi pada bank umum hingga triwulan IV- 2013 tercatat masing-masing sebesar Rp.1,94 triliun dan Rp.4,28 triliun. Untuk perbankan syariah, penyaluran pembiayaan pada triwulan IV-2013 tercatat tumbuh sebesar 21,75% lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 20,83%. Hal tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan pembiayaan konsumsi yang tercatat tumbuh sebesar 19,84%, meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar -17,56%. Sementara pembiayaan investasi dan pembiayaan modal kerja pada triwulan IV-2013 masingmasing tumbuh sebesar 37,25% dan 1,19%. Berdasarkan jenis penggunaan, komposisi kredit pada bank umum didominasi oleh kredit konsumsi dengan pangsa 63,25% dari total kredit. Sedangkan kredit modal kerja dan kredit investasi masing-masing mengambil pangsa 28,68% dan 8,08%. Sementara untuk perbankan syariah, pangsa terbesar pembiayaan adalah untuk investasi dan modal kerja yaitu 50,07% dan 25,94%, sedangkan pembiayaan konsumsi sebesar 23,99% dari total pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah di Gorontalo. Secara rinci pangsa dan pertumbuhan masing-masing jenis kredit terhadap total kredit bank umum di Gorontalo, dapat dilihat pada Grafik 3.3 dan Grafik 3.4 berikut ini. Grafik 3.3 Grafik 3.4 Pertumbuhan Kredit Penggunaan Komposisi Kredit Penggunaan 250.00% Investasi Modal Kerja Konsumsi 8.08% 200.00% 150.00% 100.00% 50.00% 63.25% 28.68% Investasi Modal Kerja Konsumsi 0.00% -50.00% 2011 2012 2013 Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, diolah 42 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Bank Umum Indikator Tw. IV-2012 Tw. III-2013 Tw. IV-2013 Growth Tw. IV-2013 (Rp. miliar) (Rp. miliar) (Rp. miliar) (y.o.y) Kredit Penggunaan 5,532.35 6,580.69 6,773.12 22.43% Investasi 564.68 526.66 546.95-3.14% Modal Kerja 1,718.86 1,922.77 1,942.31 13.00% Konsumsi 3,248.81 4,131.26 4,283.85 31.86% Sumber Data : Laporan Bulanan Bank Umum, diolah Penyaluran kredit BPR hingga triwulan IV-2013 telah mencapai Rp.27,47 miliar atau menurun dibanding posisi triwulan III-2013 yang tercatat sebesar Rp28,15 miliar. Penurunan penyaluran kredit BPR terutama disebabkan oleh penurunan kredit konsumsi dari Rp13,20 miliar pada triwulan III-2013 menjadi Rp12,33 miliar pada triwulan IV-2013. Hal yang sama juga terjadi pada jenis kredit modal kerja yang mengalami penurunan dari Rp13,24 miliar menjadi Rp13,18 miliar. Penyaluran kredit BPR yang mengalami peningkatan hanya terjadi pada kredit investasi yaitu dari Rp1,71 miliar menjadi Rp1,96 miliar, namun pangsanya relatif kecil yaitu 7,14% dari total kredit BPR. Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Bank Perkreditan Rakyat Indikator Tw. IV-2012 Tw. III-2013 Tw. IV-2013 Growth Tw. IV-2013 (Rp. miliar) (Rp. miliar) (Rp. miliar) (y.o.y) Kredit Penggunaan 25.36 28.15 27.47 8.33% Investasi 0.37 1.71 1.96 435.47% Modal Kerja 12.95 13.24 13.18 1.73% Konsumsi 12.04 13.20 12.33 2.43% Sumber Data : Laporan Bulanan Bank Perkreditan Rakyat, diolah Secara sektoral, penyaluran kredit produktif bank umum masih didominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran dengan baki kredit sebesar Rp.1,80 triliun atau memiliki pangsa 26,63% dari total kredit. Kredit pada sektor tersebut tumbuh sebesar 17,13% (y.o.y) yang dipengaruhi oleh meningkatnya kebutuhan modal usaha untuk memenuhi permintaan pada saat lebaran dan akhir tahun (natal dan tahun baru). Adapun kredit sektor pertanian tercatat sebesar Rp81,24 miliar (share 1,20%) mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi sebesar 33,28% (y.o.y). Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor musiman dimana pada triwulan IV (Oktober-Desember) merupakan musim tanam sehingga para petani khususnya petani padi memerlukan tambahan modal usaha untuk membiayai pengolahan lahan, bibit, dan obatobatan yang diperlukan di masa tanam dan pemeliharaan. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 43

JAN MAR MEI JULI SEP NOV JAN MAR MEI JULI SEP NOV JAN MAR MEI JULI SEP NOV BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit Sektoral Bank Umum 200.00% 150.00% PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN INDUSTRI PENGOLAHAN PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN PERIKANAN KONSTRUKSI PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA 100.00% 50.00% 0.00% -50.00% 2011 2012 2013-100.00% -150.00% Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, diolah Seperti halnya bank umum, sektor utama penyaluran kredit pada BPR adalah sektor perdagangan besar dan eceran dimana pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar Rp.10,09 miliar atau 36,73% dari total kredit BPR. Kredit sektor perdagangan tersebut tumbuh sebesar 8,42% (y.o.y) lebih tinggi dibanding triwulan III-2013 yang tercatat 5,49%. Hal tersebut dipengaruhi oleh naiknya kebutuhan debitur untuk membiayai kegiatan usaha karena meningkatnya permintaan barang pada akhir tahun. Berdasarkan kategori debitur, jumlah rekening/nasabah kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada bank umum hingga triwulan IV-2013 tercatat sebanyak 40.911 rekening dengan baki debit sebesar Rp.2,17 triliun atau tumbuh sebesar 8,58% (y.o.y), lebih tinggi dibanding triwulan III-2013 yang tumbuh 7,10% dengan jumlah kredit Rp2,13 triliun. Kredit UMKM terbesar adalah untuk kategori debitur usaha kecil dengan kredit sebesar Rp954,08 miliar (44,05%), sedangkan kredit usaha mikro dan usaha menengah masing-masing sebesar Rp486,89 miliar dan Rp724,91 miliar. Untuk perbankan syariah, seluruh kredit UMKM disalurkan untuk kategori debitur usaha kecil. Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit pada bank umum di Gorontalo pada triwulan IV-2013 adalah sebesar 31,98%, mengalami penurunan dibanding triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 32,44% dari total kredit. Penurunan pangsa kredit UMKM tersebut karena adanya peningkatan cukup signifikan pada porsi kredit non UMKM, khususnya kredit konsumsi, dimana pada triwulan laporan tercatat 63,25%. Untuk perbankan syariah, share pembiayaan bagi UMKM yang disalurkan hingga triwulan IV-2013 adalah sebesar 56,33%. Grafik 3.6 menunjukkan pertumbuhan kredit UMKM di Gorontalo. 44 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

JAN MAR MEI JULI SEP NOV JAN MAR MEI JULI SEP NOV JAN MAR MEI JULI SEP NOV BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 400.00% 350.00% 300.00% 250.00% 200.00% 150.00% 100.00% 50.00% 0.00% Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit UMKM Mikro Kecil Menengah -50.00% -100.00% 2011 2012 2013 Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, diolah Data Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia menunjukkan bahwa outstanding KUR di Provinsi Gorontalo hingga posisi triwulan IV-2013 tercatat sebesar Rp.199,06 miliar atau tumbuh sebesar 28,99% (y.o.y), meningkat dibandingkan outstanding KUR triwulan III-2013 sebesar Rp.179,37 Miliar. Sementara itu, jumlah debitur yang memperoleh KUR sejak awal penyalurannya di Gorontalo telah mencapai 62.501 debitur dengan nilai nominal (kumulatif) penyaluran mencapai Rp.698,56 miliar. Adapun bank penyalur KUR di Provinsi Gorontalo pada saat ini adalah Bank Rakyat Indonesia, Bank Mandiri, Bank Tabungan Negara, Bank Negara Indonesia, Bank Sulut dan Bank Syariah Mandiri. Pertumbuhan Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Gorontalo ditunjukkan dalam Grafik 3.7. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 45

JAN MAR MEI JULI SEP NOV JAN MAR MEI JULI SEP NOV JAN MAR MEI JULI SEP NOV BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit Usaha Rakyat (KUR) 700.00% 600.00% 500.00% 400.00% 300.00% 200.00% 100.00% 0.00% -100.00% 2011 2012 2013 Sumber : Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia 3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN Stabilitas sistem perbankan tercermin dari indikator yang menggambarkan risiko kredit antara lain rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPLs) pada bank umum dan risiko likuiditas yang dicerminkan oleh jangka waktu Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan dan angka rasio kredit/pembiayaan terhadap dana pihak ketiga (LDR). Rasio NPLs bank umum pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 2,82%, sementara LDR tercatat sebesar 212,00%. 3.2.1 RISIKO KREDIT Risiko kredit perbankan sebagaimana tercermin dari rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPLs) pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 2,82% atau membaik dibandingkan triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 3,36%. Hal tersebut seiring dengan membaiknya kualitas kredit modal kerja pada triwulan IV-2013 sebesar 6,27% dari 7,50% pada triwulan sebelumnya. Adapun untuk perbankan syariah, rasio pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financings (NPFs) pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 2,44%, meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 2,30%. Peningkatan NPFs bank syariah terutama bersumber dari meningkatnya rasio pembiayaan bermasalah pada jenis pembiayaan modal kerja dari 1,57% pada triwulan III-2013 menjadi 4,17% pada triwulan IV-2013. Secara sektoral, secara umum rasio kredit bermasalah mengalami penurunan atau membaik. Pada triwulan IV-2013 rasio kredit bermasalah terbesar masih berada pada sektor konstruksi yaitu sebesar 18,86%, sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya sebesar 21,33%. Sementara kredit bermasalah pada sektor pertanian yang pada triwulan sebelumnya 46 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

JAN MAR MEI JULI SEP NOV JAN MAR MEI JULI SEP NOV JAN MAR MEI JULI SEP NOV BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH tinggi yaitu sebesar 26,59%, pada triwulan IV-2013 mengalami penurunan signifikan menjadi sebesar 8,04%. Perbaikan NPLs tersebut menunjukkan membaiknya kinerja perbankan di Gorontalo. Grafik 3.8 dan Grafik 3.9 menunjukkan perkembangan NPLs bank umum dan NPLs bank umum secara sektoral. Grafik 3.8 Grafik 3.9 Perkembangan NPLs Bank Umum NPLs Bank Umum Per Sektor 4.00% 3.50% 3.00% 19. PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA 18. KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA 17. BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA 16. JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA 15. JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA 0.69% 0.00% - 1.57% 1.65% 2.50% 14. JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 13. JASA PENDIDIKAN 0.00% 2.51% 2.00% 12. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB 11. REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN 0.00% 8.12% 1.50% 10. PERANTARA KEUANGAN 9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI 0.00% 2.88% 1.00% 8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM 7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 2.95% 6.56% 0.50% 6. KONSTRUKSI 5. LISTRIK, GAS DAN AIR 2.10% 18.86% 4. INDUSTRI PENGOLAHAN 2.17% 0.00% 3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 0.30% 2. PERIKANAN 2.49% 1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN 8.04% 2011 2012 2013 0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, diolah Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPLs) untuk BPR pada triwulan IV-2013 tercatat masih tinggi yaitu sebesar 11,78% atau sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 11,04%. Penyumbang terbesar kredit bermasalah pada BPR adalah kredit modal kerja yaitu sebesar 15,09% dari total kredit modal kerja yang disalurkan oleh BPR di Gorontalo. Grafik 3.10 NPL Kredit Sektoral BPR 19. PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA 18. KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA 17. BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA 16. JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA 15. JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA 14. JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 13. JASA PENDIDIKAN 12. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB 11. REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN 10. PERANTARA KEUANGAN 9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI 8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM 7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 6. KONSTRUKSI 5. LISTRIK, GAS DAN AIR 4. INDUSTRI PENGOLAHAN 3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 2. PERIKANAN 1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN 8.88% 0.76% 32.44% 6.03% 23.96% 0.00% 0.00% 0.95% 8.10% 2.59% 0.56% 16.12% 0.00% 0.00% 13.18% 0.00% 11.16% 4.29% 100.00% Sumber : Laporan Bulanan BPR, diolah 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 47

2011 2012 2013 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 3.2.2 RISIKO LIKUIDITAS Risiko likuiditas yang diindikasikan dari jangka waktu komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) menunjukkan tendensi peningkatan sebagaimana tercermin dari meningkatnya pangsa komposisi dana jangka pendek perbankan (tabungan) dan meningkatnya indikator Loan to Deposit Ratio (LDR). Berdasarkan data komposisi DPK, terlihat bahwa komposisi dana jangka pendek (tabungan) mengambil pangsa terbesar dibandingkan dana jangka menengah-panjang (giro-deposito). Pada triwulan IV-2013, pangsa tabungan terhadap DPK tercatat sebesar 66,31%, meningkat dibandingkan triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 55,65%. Sementara itu, dana jangka menengah-panjang (giro dan deposito) tercatat hanya memiliki pangsa masing-masing sebesar 10,10% dan 23,58%, mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya yaitu masing-masing 16,81% dan 27,54%. Peningkatan proporsi dana jangka pendek serta penurunan share dana jangka menengah panjang, di satu pihak memberikan dampak pada menurun/rendahnya biaya dana bank, namun di lain pihak dapat mempengaruhi kemampuan bank dalam membiayai kredit berjangka waktu lebih panjang khususnya investasi. Grafik 3.11 menunjukkan perkembangan portofolio DPK bank umum. Grafik 3.11 Perkembangan Portofolio DPK Tabungan Deposito Giro OKT JULI APR JAN OKT JULI APR JAN OKT JULI APR JAN - 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000 Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, diolah Rasio kredit/pembiayaan terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan atau lebih dikenal dengan LDR merupakan indikator risiko likuiditas yang masih perlu mendapat perhatian oleh perbankan di Gorontalo, karena data menunjukkan bahwa perbankan di Gorontalo sangat ekspansif. Pada triwulan IV-2013, LDR bank umum tercatat sebesar 212,00% atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 191,49%. Adapun perbankan syariah, rasio pembiayaan terhadap dana (FDR) pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 119,92% atau mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya sebesar 107,40%. Sedangkan untuk 48 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

JAN APR JULI OKT JAN APR JULI OKT JAN APR JULI OKT BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH BPR, LDR pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 148,08% atau mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya sebesar 152,26%, yang disebabkan oleh penurunan jumlah kredit terutama jenis kredit konsumsi dari Rp13,19 miliar menjadi Rp12,33 miliar. Tingginya rasio LDR perbankan di Provinsi Gorontalo tentu meningkatkan potensi risiko likuiditas yang dihadapi perbankan, khususnya untuk membiayai kredit berjangka waktu cukup panjang seperti kredit investasi. Untuk mengimbangi ekspansi kreditnya yang begitu progresif, perbankan tentu harus mendapatkan dana dari luar wilayah Gorontalo baik itu antar kantor maupun antar bank. Kondisi ini perlu mendapatkan perhatian lebih, sebab untuk menjaga keseimbangan operasional, perbankan tidak hanya dituntut untuk menyalurkan pembiayaan, namun juga harus mempertimbangkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) agar rasio LDR tetap terjaga pada level yang aman bagi operasional perbankan. Kegiatan-kegiatan untuk mendorong peningkatan penghimpunan dana dari masyarakat, salah satunya menggalakkan kembali program Gerakan Indonesia Menabung yang telah dicanangkan pada tahun lalu. Grafik 3.12 berikut menunjukkan perkembangan LDR perbankan Gorontalo. Grafik 3.12 Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo (dalam %) LDR Linear (LDR) 250.00% 200.00% 150.00% 100.00% 50.00% 0.00% 2011 2012 2013 Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum, diolah BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 49

Halaman ini sengaja dikosongkan 50 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Secara umum, kinerja pengelolaan keuangan Provinsi Gorontalo yang tercermin dari besarnya anggaran dan realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah menunjukkan peningkatan di tahun 2013. Di sisi penerimaan, anggaran pendapatan daerah setelah perubahan pada tahun 2013 adalah sebesar Rp1,04 triiun, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang dianggarkan sebesar Rp919,65 miliar. Realisasi pendapatan daerah tercatat relatif baik yaitu senilai Rp1,05 triliun atau mencapai 101,01% dari anggaran. Hal ini didorong oleh meningkatnya penerimaan Pajak Daerah dan Dana Alokasi Umum. Sementara itu di sisi pengeluaran, anggaran belanja daerah setelah perubahan Provinsi Gorontalo pada tahun 2013 dialokasikan sebesar Rp1,13 triliun. Anggaran tersebut lebih besar 16,34% dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya dialokasikan sebesar Rp972,91 miliar. Realisasi anggaran belanja tahun 2013 sendiri tercatat senilai Rp1,05 tirliun atau mencapai 92,87% dari anggaran. 4.1 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Provinsi Gorontalo tidak terlepas dari adanya alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Anggaran pendapatan daerah setelah perubahan tahun 2013 tercatat sebesar Rp1,04 triliun atau meningkat 13,17% dibandingkan anggaran pendapatan daerah setelah perubahan tahun 2012 yang sebesar Rp919,65 miliar. Jumlah anggaran belanja setelah perubahan juga meningkat sebesar 16,34% dari Rp972,91 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp1,13 triliun pada tahun 2013. Grafik 4.1. Perkembangan APBD Provinsi Gorontalo 1,200,000.00 1,000,000.00 Pendapatan Daerah Belanja Daerah 800,000.00 600,000.00 400,000.00 200,000.00 0.00 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber : Badan Keuangan Daerah Provinsi Gorontalo BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 51

BAB 4 KEUANGAN DAERAH Peningkatan tertinggi pada anggaran pendapatan daerah setelah perubahan tahun 2013 dialami oleh penerimaan Retribusi Daerah sebesar 12,05% (y.o.y) dan Dana Alokasi Khusus sebesar 79,16% (y.o.y). Sementara itu, Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak dianggarkan lebih kecil dengan presentase penurunan sebesar 4,21% (y.o.y). Struktur anggaran pendapatan daerah Provinsi Gorontalo selalu didominasi oleh Dana Alokasi Umum yang dianggarkan hingga 62,67% dari total anggaran pendapatan. Di sisi lain, peningkatan pada anggaran belanja daerah setelah perubahan secara signifikan dialami oleh Belanja Bantuan Sosial sebesar 66,67% (y.o.y). Hal tersebut dipengaruhi oleh perhatian Pemerintah Provinsi Gorontalo terhadap kesejahteraan masyarakat terkait dampak kenaikan BBM dan TDL pada tahun 2013. Jika dilihat dari strukturnya, alokasi terhadap Belanja Barang dan Jasa mendapat proporsi terbesar yaitu 30,84% diikuti oleh Belanja Pegawai yaitu 20,80%. Hal tersebut mengindikasikan kegiatan tingkat konsumsi pemerintah yang masih tinggi dalam penyerapan belanja daerah. Grafik 4.2. Pangsa APBD Perubahan Provinsi Gorontalo 2013 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, 11.63% Pajak daerah, 17.66% PAD Lainnya, 1.13% Belanja Modal, 18.27% Belanja Pegawai, 20.80% Dana Alokasi Umum, 62.67% Dana Perimbanga n Lainnya, 6.92% Belanja Barang dan Jasa, 30.84% Belanja Langsung Lainnya, 3.40% Belanja Tidak Langsung Lainnya, 10.45% Belanja Hibah, 16.23% 4.2 REALISASI PENDAPATAN DAERAH Realisasi pendapatan secara triwulanan menunjukkan pola yang serupa dengan tahun sebelumnya. Pola realisasi pendapatan, baik dalam bentuk Dana Perimbangan maupun Pendapatan Asli Daerah (PAD) menunjukkan pola yang sama dengan tahun sebelumnya. Realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Gorontalo hingga akhir triwulan IV-2013 mencapai Rp1,05 triliun atau 101,01% dari pendapatan yang ditargetkan pada APBD Perubahan 2013. Realisasi ini relatif stabil dibandingkan dengan pencapaian tahun 2012 yaitu 101,36% dari rencana anggaran sebesar Rp932,18 milyar. Tingkat kemandirian fiskal daerah secara umum masih belum cukup baik, tercermin dari realisasi Pendapatan Asli Daerah yang relatif kecil yaitu 20,29% dari total pendapatan daerah. 52 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

BAB 4 KEUANGAN DAERAH Hal ini menunjukkan bahwa sumber pendapatan daerah sangat tergantung dengan bantuan dana dari pemerintah pusat yang terkumpul dalam komponen Dana Perimbangan mencapai 68,69% dari total realisasi pendapatan. Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) didominasi oleh komponen Pajak Daerah yang tercatat sebesar Rp200,58 miliar atau 109,14% dari target 2013. Sementara itu, realisasi Dana Perimbangan masih ditopang oleh komponen Dana Alokasi Umum dengan nominal mencapai Rp652,28 miliar atau 100% dari anggaran pendapatan perubahan. Pangsa dari Dana Alokasi Umum juga merupakan yang terbesar yaitu mencapai 62,05% dari total realisasi pendapatan daerah tahun 2013. Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2012 dan 2013 Pendapatan Daerah APBDP 2012 2012 Realisasi Realisasi APBDP 2013 Nominal % Nominal % Pendapatan Asli Daerah 161,639,396,184 179,100,125,263 110.80 195,534,471,014 213,321,705,226 109.10 Pajak daerah 150,012,733,985 168,068,663,005 112.04 183,779,995,351 200,576,715,357 109.14 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - - - - - Retribusi Daerah 100,000,000 88,420,000 88.42 225,000,000 227,671,007 101.19 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 11,526,662,199 10,943,042,258 94.94 11,529,475,663 12,517,318,862 108.57 Dana Perimbangan 636,378,685,314 636,955,516,188 100.09 724,255,635,359 722,098,488,898 99.70 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 30,230,153,314 30,806,884,188 101.91 28,957,844,359 26,800,697,898 92.55 Dana Alokasi Umum 582,140,302,000 582,140,302,000 100.00 652,284,261,000 652,284,261,000 100.00 Dana Alokasi Khusus 24,008,230,000 24,008,330,000 100.00 43,013,530,000 43,013,530,000 100.00 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 121,630,890,000 116,123,470,000 95.47 121,007,990,000 115,842,912,317 95.73 Jumlah Pendapatan 919,648,971,498 932,179,111,451 101.36 1,040,798,096,373 1,051,263,106,441 101.01 Sumber : Badan Keuangan Daerah (BKD) Provinsi Gorontalo 2013 Tabel 4.2 Pangsa Pendapatan Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2012 dan 2013 (persen) Pendapatan Daerah 2012 2013 Pendapatan Asli Daerah 19.21 20.29 Pajak daerah 18.03 19.08 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - - Retribusi Daerah 0.01 0.02 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 1.17 1.19 Dana Perimbangan 68.33 68.69 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 3.30 2.55 Dana Alokasi Umum 62.45 62.05 Dana Alokasi Khusus 2.58 4.09 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 12.46 11.02 Jumlah Pendapatan 100.00 100.00 Sumber : Badan Keuangan Daerah (BKD) Provinsi Gorontalo BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 53

BAB 4 KEUANGAN DAERAH 4.3 REALISASI BELANJA DAERAH Pada tahun 2013, alokasi anggaran belanja daerah Provinsi Gorontalo adalah sebesar Rp1,05 triliun, meningkat 18,91% (y.o.y) bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar Rp883,97 miliar. Realisasi belanja daerah tahun 2013 juga lebih baik dibandingkan tahun 2012, yaitu dari 90,86% menjadi 92,87% dari target belanja. Kondisi ini mengindikasikan kinerja Pemerintah Provinsi Gorontalo yang lebih baik dalam pelaksanaan program kerja anggaran di tahun 2013. Belanja Langsung mengalami peningkatan tertinggi yaitu 30,13%, (y.o.y) dari Rp418,87 miliar di tahun 2012 menjadi Rp545,09 miliar di tahun 2013. Hal ini terkait dengan pembiayaan berbagai proyek pemerintah dan menunjukkan perkembangan yang positif tercermin dari tingkat penyerapannya yang mencapai 91,70%, meningkat dibandingkan dengan realisasi tahun 2012 sebesar 88,80% dari target belanja. Bila dilihat lebih dalam, komponen Belanja Modal mencatat pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 33,65% (y.o.y) dari Rp138,39 miliar menjadi Rp184,96 miliar. Komponen Belanja Barang dan Jasa yang memiliki pangsa terbesar yaitu 30,79% dari total realisasi belanja, juga mencatat pertumbuhan yang signifikan mencapai 30,70% (y.o.y) dari Rp247,66 miliar menjadi Rp323,68 miliar di tahun 2013. Sementara itu, Belanja Tidak Langsung tercatat sebesar Rp506,07 miliar, meningkat 8,81% (y.o.y) bila dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar Rp465,10 miliar. Alokasi tersebut mencapai 94,16% dari target belanja, lebih baik dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 92,79%. Komponen Belanja Bantuan Sosial mengalami pertumbuhan tertinggi hingga 1.316,56% (y.o.y) didorong oleh pemberian bantuan kepada masyarakat terkait kenaikan harga BBM di pertengahan tahun 2013. Sementara itu, realisasi komponen Belanja Pegawai mencapai Rp224,35 miliar atau 21,34% dari total realisasi belanja daerah, terjadi penurunan pangsa dibanding tahun 2012 yaitu 23,65% dari total belanja. Berdasarkan kondisi realisasi pendapatan yang lebih besar dibandingkan belanja tersebut, maka Provinsi Gorontalo berada dalam kondisi surplus di tahun 2013 sebesar Rp102,70 juta, lebih kecil dibandingkan tahun 2012 yang mencapai surplus hingga Rp48,21 miliar. Ruang fiskal (fiscal space) yang lebih kecil tersebut menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam mengalokasikan pendapatannya dengan lebih optimal seperti dalam penyediaan infrastruktur dasar, sehingga dapat memberikan multipplier effect yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo. 54 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

BAB 4 KEUANGAN DAERAH Tabel 4.3. Realisasi Belanja Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2012 dan 2013 Belanja Daerah APBDP 2012 Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo 2012 Realisasi Realisasi APBDP 2013 Nominal % Nominal % Belanja Tidak Langsung 501,216,517,206 465,099,947,678 92.79 537,473,997,962 506,068,260,680 94.16 Belanja Pegawai 226,769,991,136 209,099,424,239 92.21 235,393,466,242 224,349,199,908 95.31 Belanja Subsidi 3,500,000,000 1,506,660,000 43.05 - - - Belanja Hibah 195,175,312,000 182,988,988,187 93.76 183,745,600,000 171,430,384,750 93.30 Belanja Bantuan Sosial 600,000,000 39,250,000 6.54 1,000,000,000 556,000,000 55.60 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 56,676,214,070 55,182,732,653 97.36 82,205,181,720 78,238,394,300 95.17 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem 16,295,000,000 16,088,905,599 98.74 32,629,750,000 31,158,408,722 95.49 Belanja Tidak Terduga 2,200,000,000 193,987,000 8.82 2,500,000,000 335,873,000 13.43 Belanja Langsung 471,690,889,513 418,870,553,572 88.80 594,441,651,728 545,092,141,606 91.70 Belanja Pegawai 35,787,169,212 32,819,283,363 91.71 38,534,953,900 36,455,920,312 94.60 Belanja Barang dan Jasa 276,001,571,940 247,657,426,558 89.73 349,049,273,945 323,677,951,691 92.73 Belanja Modal 159,902,148,361 138,393,843,651 86.55 206,857,423,883 184,958,269,603 89.41 Jumlah Belanja 972,907,406,719 883,970,501,250 90.86 1,131,915,649,690 1,051,160,402,286 92.87 2013 Tabel 4.4. Pangsa Belanja Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2012 dan 2013 (persen) Belanja Daerah 2012 2013 Belanja Tidak Langsung 52.61 48.14 Belanja Pegawai 23.65 21.34 Belanja Subsidi 0.17 - Belanja Hibah 20.70 16.31 Belanja Bantuan Sosial 0.00 0.05 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 6.24 7.44 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 1.82 2.96 Belanja Tidak Terduga 0.02 0.03 Belanja Langsung 47.39 51.86 Belanja Pegawai 3.71 3.47 Belanja Barang dan Jasa 28.02 30.79 Belanja Modal 15.66 17.60 Jumlah Belanja 100.00 100.00 Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo 4.4 KONTRIBUSI REALISASI APBD PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO TERHADAP SEKTOR RIIL DAN UANG BEREDAR Kinerja fiskal pada triwulan IV-2013 belum menunjukkan perubahan yang signifikan dalam memberikan stimulan terhadap perkembangan sektor riil. Realisasi anggaran konsumsi pemerintah memberikan pangsa 28,25%, sementara itu belanja modal memberikan pangsa 6,03%. Pangsa konsumsi pemerintah terhadap sektor riil mengalami peningkatan karena didorong oleh pertumbuhan Belanja Barang dan Jasa. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 55

BAB 4 KEUANGAN DAERAH Sementara itu, pangsa Belanja Modal terhadap sektor riil mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari 5,18% menjadi 6,03% di tahun 2013. Kondisi ini berimplikasi positif pada meningkatnya pertumbuhan komponen investasi PDRB Provinsi Gorontalo. Tabel 4.5. Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil Belanja Daerah APBDP 2012 Triwulan IV-2012 Triwulan IV-2013 APBDP 2013 Nominal %PDRB Nominal %PDRB Konsumsi Pemerintah 813,005,258,358 745,576,657,599 27.90 925,058,225,807 866,202,132,683 28.25 Belanja Pegawai 262,557,160,348 241,918,707,602 9.05 273,928,420,142 260,805,120,220 8.51 Belanja Subsidi 3,500,000,000 1,506,660,000 0.06 - - - Belanja Hibah 195,175,312,000 182,988,988,187 6.85 183,745,600,000 171,430,384,750 5.59 Belanja Bantuan Sosial 600,000,000 39,250,000 0.00 1,000,000,000 556,000,000 0.02 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 56,676,214,070 55,182,732,653 2.07 82,205,181,720 78,238,394,300 2.55 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 16,295,000,000 16,088,905,599 0.60 32,629,750,000 31,158,408,722 1.02 Belanja Tidak Terduga 2,200,000,000 193,987,000 0.01 2,500,000,000 335,873,000 0.01 Belanja Barang dan Jasa 276,001,571,940 247,657,426,558 9.27 349,049,273,945 323,677,951,691 10.56 Pembentukan Modal Tetap Bruto 159,902,148,361 138,393,843,651 5.18 206,857,423,883 184,958,269,603 6.03 Sumber : Badan Keuangan Daerah (BKD) Provinsi Gorontalo 56 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Aliran uang kartal dari kas titipan Bank Indonesia di Bank Mandiri Gorontalo pada triwulan IV-2013 menunjukkan net outflow sebesar Rp.25,45 miliar. Di sisi lain, pertumbuhan rata-rata nilai kliring per hari mengalami penurunan pada triwulan IV-2013 sebesar 29,99% (qtq) sedangkan nilai RTGS mengalami peningkatan pada triwulan IV-2013 yaitu rata-rata sebesar 4,05% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu pada triwulan IV-2013 ditemukan sebanyak 5 lembar uang palsu di wilayah Provinsi Gorontalo. 5.1 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI 5.1.1 ALIRAN UANG KARTAL (INFLOW/OUTFLOW) Perkembangan transaksi pembayaran tunai dilihat dari aliran uang kartal pada posisi triwulan IV-2013 mengalami net outflow sebesar Rp.25,45 miliar yang berarti jumlah uang yang keluar dari khasanah kas titipan Bank Indonesia (Rp.813,56 miliar) lebih besar dibandingkan uang yang masuk dalam khasanah kas titipan (Rp.788,11 miliar). Grafik 5.1. Net Inflow-Outflow Kas Titipan di Gorontalo Grafik 5.2. Perkembangan Net Flow Secara Bulanan Sumber: Bank Indonesia BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 57

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN 5.1.2 PERKEMBANGAN UANG PALSU YANG DITEMUKAN Pada triwulan IV-2013 ditemukan adanya temuan uang palsu sebanyak 4 lembar pecahan Rp100.000,- dan 1 lembar pecahan Rp.50.000,-.Dengan demikian, sepanjang tahun 2013 telah diperoleh adanya laporan temuan uang palsu dari masyarakat Gorontalo sebanyak 152 lembar uang palsu. Rincian temuan uang palsu dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1. Perkembangan Uang Palsu di Gorontalo Sumber : Bank Indonesia 5.2 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI 5.2.1 KLIRING NON BI DI GORONTALO Jika dilihat dari jumlah warkat, perputaran warkat kliring non BI di Gorontalo pada triwulan IV-2013 tercatat sebanyak 15.576 lembar atau turun sebesar 20,16% dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak 19.509 lembar. Sementara jumlah nominal kliring juga menurun dimana tercatat sebesar Rp.393,04 miliar atau turun sebesar 29,99% dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat Rp.561,42 miliar. Grafik 5.3 dan Grafik 5.4 menunjukkan perputaran kliring di Gorontalo dan rata-rata perputaran kliring per hari. 58 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN Grafik 5.3. Perputaran Kliring di Gorontalo Grafik 5.4. Rata-rata Perputaran Kliring per hari Sumber: Bank Indonesia Sementara itu, persentase rata-rata penolakan cek & bilyet giro kosong per hari pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 1,70% meningkat dibanding triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 1,18%. Adapun dari sisi nominal, jumlah nominal warkat yang ditolak selama triwulan IV-2013 tercatat sebesar 1,09% atau mengalami peningkatan dibanding triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 1,34%. Grafik 5.5 menunjukkan persentase rata-rata penolakan cek & bilyet giro kosong per hari dari sisi jumlah lembaran dan nominalnya. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 59

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN Grafik 5.5. Rata-rata Penolakan Kliring per Hari 5.2.2 REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS) Transaksi yang dilakukan melalui RTGS pada triwulan IV-2013 memiliki nilai rata-rata sebesar Rp.1.010,61 miliar atau meningkat sebesar 4,05% dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat Rp.971,30 miliar. Sementara itu, bila dilihat dari volumenya, rata-rata transaksi RTGS pada triwulan IV-2013 adalah sebanyak 1.911 transaksi, atau tumbuh 10,93% dibandingkan triwulan III-2013 yang tercatat sebanyak 1.722 kali transaksi. Tabel 5.2. Perkembangan Transaksi RTGS di Gorontalo Sumber : Bank Indonesia 60 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB 6 : KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Tingkat pengangguran terbuka Provinsi Gorontalo mengalami penurunan dari 4,36% di bulan Agustus 2012 menjadi 4,12% pada Agustus 2013 dengan 36,66% dari total penduduk yang bekerja diserap oleh sektor pertanian. Akan tetapi, jumlah penduduk miskin di Provinsi Gorontalo menunjukkan peningkatan dari 17,22% pada September 2012 menjadi 18,01% pada September 2013. Walaupun Rasio Gini di tahun 2013 relatif stabil dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,44%, namun masih lebih tinggi dibandingkan nilai nasional yang sebesar 0,41%. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2012 tercatat sebesar 71,28 membaik dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 70,82. Nilai Tukar Petani pada tahun 2013 tumbuh moderat sebesar 101,07 dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 101,34. 6.1. KETENAGAKERJAAN Jumlah penduduk usia kerja (berusia 15 tahun ke atas) di Provinsi Gorontalo pada bulan Agustus 2013 tercatat sebanyak 755.495 jiwa, lebih tinggi dibandingkan bulan Agustus 2012 yang sebanyak 738.885 jiwa. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh bertambahnya jumlah angkatan kerja dari 466.073 jiwa pada Agustus 2012 menjadi 468.380 jiwa pada Agustus 2013, serta naiknya jumlah bukan angkatan kerja dari 272.812 jiwa menjadi 287.115 jiwa. Perbaikan kondisi angkatan kerja terlihat dari bertambahnya jumlah penduduk yang bekerja dari 445.729 jiwa menjadi 449.104 jiwa atau meningkat 0,76% (y.o.y). Sementara itu, jumlah penduduk yang tidak bekerja mengalami penurunan dari 20.344 jiwa di bulan Agustus 2012 menjadi 19.276 jiwa di bulan Agustus 2013. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di sepanjang tahun 2013 telah berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Gorontalo. Hal ini dapat dilihat pada menurunnya Tingkat Pengangguran Terbuka dari sebesar 4,36% pada bulan Agustus 2012 menjadi sebesar 4,12% pada bulan Agustus 2013. Hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi cukup berkualitas. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 61

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Grafik 6.1. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Angkatan Kerja Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Prov. Gorontalo Jika dilihat berdasarkan lapangan usaha penduduk yang bekerja, sektor pertanian terlihat masih mendominasi sebagian besar penduduk Provinsi Gorontalo yaitu menyerap 164.637 tenaga kerja pada bulan Agustus 2013 atau sebesar 36,66% dari total penduduk yang bekerja. Jumlah tersebut menurun 2,29% jika dibandingkan dengan bulan Agustus 2012 yang mampu menyerap 168.496 tenaga kerja. Sektor industri juga tercatat mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, dimana pada bulan Agustus 2013 tercatat menyerap 34.173 tenaga kerja turun 10,04% (y.o.y) dibandingkan Agustus 2012 yang menyerap 37.986 tenaga kerja. Di sisi lain, sektor perdagangan mengalami pertumbuhan di tahun 2013 yaitu tercatat menyerap 76.416 tenaga kerja atau tumbuh 13,81% (y.o.y) dibandingkan bulan Agustus 2012 yang menyerap 67.142 tenaga kerja. Grafik 6.2. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral Provinsi Gorontalo Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo 62 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Grafik 6.3. Pangsa Ketenagakerjaan Provinsi Gorontalo Grafik 6.4. Pangsa Tenaga Kerja di Provinsi Gorontalo Berdasarkan Lapangan Usaha Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo Dalam hal jenjang pendidikan, pada bulan Agustus 2013 jumlah tenaga kerja masih didominasi oleh jenjang SD ke bawah terutama pada sektor pertanian yaitu sebanyak 274.202 jiwa atau 61,06% dari total penduduk yang bekerja. Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan bulan Agustus 2012 yang menyerap 280.369 tenaga kerja berpendidikan SD ke bawah atau turun 2,20% (y.o.y). Spesifikasi tenaga kerja untuk jenjang universitas masih relatif rendah dimana hingga bulan Agustus 2013 hanya memiliki 43.228 tenaga kerja atau memiliki pangsa 9,63% dari total penduduk bekerja. Jumlah tersebut meningkat 19,14% (y.o.y) dibandingkan dengan bulan Agustus 2012 yang hanya menyerap 36.283 tenaga kerja berjenjang universitas. Grafik 6.5. Perkembangan Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 63

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 6.2. KEMISKINAN Jumlah penduduk miskin di Provinsi Gorontalo hingga September 2013 tercatat 200.970 jiwa (18,01% dari jumlah penduduk), mengalami kenaikan dibandingkan posisi September 2012 yang tercatat sebanyak 187.732 jiwa (17,22% dari jumlah penduduk). Pada periode ini, jumlah penduduk miskin baik di kota maupun di desa mengalami kenaikan dimana kenaikan jumlah penduduk miskin di perkotaan mencapai 5.002 jiwa (28,05%) sedangkan di pedesaan mencapai 8.236 jiwa (4,85%). Penduduk miskin di Gorontalo sebagian besar masih tinggal di pedesaan yaitu sebesar 88,64% sementara sisanya 11,36% dari total penduduk miskin tinggal di wilayah perkotaan. Sementara itu garis kemiskinan di Provinsi Gorontalo pada bulan September 2013 sebesar Rp233.492 per kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp21.466 perkapita per bulan dibandingkan dengan bulan September 2012 yang tercatat sebesar Rp212.476 perkapita per bulan. Garis kemiskinan daerah perkotaan di bulan September 2013 tercatat sebesar Rp237.600 per kapita per bulan lebih tinggi dibandingkan masyarakat pedesaan yang sebesar Rp232.048 per kapita per bulan. Pada bulan September 2013, garis kemiskinan makanan untuk wilayah perkotaan tercatat lebih rendah dibandingkan pedesaan disebabkan karena pola konsumsi makanan di pedesaan relatif lebih besar dibandingkan di perkotaan. Sedangkan untuk garis kemiskinan non makanan, wilayah perkotaan cenderung lebih tinggi karena penduduk kota memiliki pola konsumsi non makanan yang lebih besar dibandingkan penduduk pedesaan. Hal tersebut dipengaruhi oleh kebutuhan non makanan di perkotaan seperti perumahan, kesehatan, pakaian, perlengkapan, dan jasa yang lebih banyak dan lebih mahal harganya dibandingkan di wilayah pedesaan. Salah satu faktor pendorong meningkatnya persentase penduduk miskin di Provinsi Gorontalo disebabkan oleh peningkatan tekanan inflasi pada pertengahan tahun 2013 pasca penerapan kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi oleh pemerintah. Oleh karena itu, peran pemerintah, perbankan, dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) menjadi sangat penting dengan melakukan berbagai upaya dalam menjaga stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi. 64 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Grafik 6.6. Perkembangan Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Tabel 6.1. Garis Kemiskinan Provinsi Gorontalo tahun 2013 Garis Kemiskinan Garis Kemiskinan Makanan Bukan Makanan Total Perkotaan Rp176,185 Rp61,415 Rp237,600 Pedesaan Rp184,469 Rp47,579 Rp232,048 Kota + Desa Rp181,643 Rp52,299 Rp233,942 6.3. RASIO GINI Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh BPS pada bulan Maret 2013 mencatat Rasio Gini Provinsi Gorontalo sebesar 0,44%, relatif sama dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Akan tetapi, kesenjangan pendapatan antar lapisan penduduk Provinsi Gorontalo merupakan yang tertinggi di wilayah Sulawesi. Hal yang sama juga terjadi bila dibandingkan dengan Rasio Gini nasional yang tercatat sebesar 0,41%. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa walaupun pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi Provinsi Gorontalo lebih baik dibandingkan nasional, tetapi manfaatnya relatif belum sepenuhnya dirasakan oleh semakin masih lebar. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 65

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Grafik 6.7. Perkembangan GINI Ratio Nasional dan Wilayah Sulawesi Sumber : BPS Nasional, Berdasarkan Susena Maret 2013 6.4. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) Seiring dengan terus bertumbuhnya perekonomian Provinsi Gorontalo, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo, yang terdiri dari indeks daya beli, indeks pendidikan dan indeks kesehatan, juga menunjukan tren peningkatan. IPM Provinsi Gorontalo pada tahun 2012 tercatat sebesar 71,28 meningkat dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 70,82. Meskipun demikian IPM Provinsi Gorontalo masih relatif lebih rendah dibandingkan provinsi lainnya di wilayah Sulawesi kecuali terhadap Provinsi Sulawesi Tenggara dan Provinsi Sulawesi Barat. Sementara itu, dilihat berdasarkan kabupaten dan kota di Provinsi Gorontalo, IPM tertinggi berada di Kota Gorontalo. Hal ini tidak terlepas dari posisi kota Gorontalo yang merupakan ibukota provinsi dan pusat pemerintahan sehingga masyarakatnya lebih banyak tersentuh kegiatan pembangunan. Grafik 6.8. Indeks Pembangunan Manusia Wilayah Sulawesi Grafik 6.9. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Gorontalo Sumber: BPS Provinsi Gorontalo Sumber: BPS Provinsi Gorontalo 66 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 6.5. KESEJAHTERAAN PETANI Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Grafik 6.10. Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi Gorontalo Sumber: BPS Provinsi Gorontalo Mulai bulan Desember 2013, perubahan tahun dasar dilakukan dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergeseran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga pertanian di pedesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian. NTP pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 101,07, lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu 99,75. Hal ini menunjukkan bahwa kesejahteraan petani relatif meningkat dibandingkan triwulan III-2013. Bahkan di bulan Desember 2013, indeks harga yang diterima petani naik sebesar 0,81% (mtm) dari 100,50 menjadi 101,07, namun juga disertai kenaikan indeks harga yang dibayar sebesar 0,24% (mtm) dari 109,00 menjadi 109,27. Peningkatan NTP secara keseluruhan utamanya dipengaruhi oleh meningkatnya NTP pada sub sektor utama yaitu sub sektor tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan yang secara berturut-turut tercatat sebesar 98,24, 113,45, dan 102,41. Sementara itu, NTP pada subsektor perkebunan rakyat dan perikanan mengalami penurunan di triwulan IV-2013 dan berada di bawah angka 100, yang berarti petani pada sub sektor tersebut belum memiliki kesejahteraan yang baik. NTP sub sektor perkebunan rakyat tercatat sebesar 94,21 disebabkan penurunan hasil panen pada komoditi cengkeh, aren, dan kemiri. Hal yang sama juga terjadi BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 67

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN pada sub sektor perikanan dengan NTP sebesar 99,97 dimana hasil ikan tangkap mengalami penurunan sebagai akibat dari curah hujan yang cukup tinggi selama triwulan IV-2013. Grafik 6.11. Perkembangan Nilai Tukar Petani Per Sub Sektor Provinsi Gorontalo Sumber: BPS Provinsi Gorontalo 68 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

Pertumbuhan (y.o.y) BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan IV-2013 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2013. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh perkiraan meningkatnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor bangunan, dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Inflasi Gorontalo pada triwulan IV-2013 diproyeksikan pada kisaran 6,61% ± 1% (y.o.y). Tendensi inflasi pada rentang tersebut diperkirakan akan dipengaruhi oleh perayaan Hari Besar Keagamaan yaitu Natal dan Tahun Baru pada bulan Desember 2013. Aktivitas usaha perbankan diperkirakan akan mengalami peningkatan pada triwulan IV-2013 seiring dengan strategi ekspansif dan pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan semakin membaik. 7.1 OUTLOOK MAKROEKONOMI REGIONAL Grafik 7.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Gorontalo Triwulan I-2014 9.00 8.39 8.29 8.43 8.77 8.00 7.00 6.64 7.57 7.06 7.67 7.90 8.27 7.77 6.00 5.00 Baseline Pesimis Optimis Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1* 2012 2013 Perekonomian Gorontalo pada triwulan I-2014 diperkirakan tumbuh 7,77 8,77 % (y.o.y) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2013 yang sebesar 8,43% y.o.y). Di sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan diperkirakan terjadi hampir di seluruh sektor, kecuali sektor pertanian, sektor perdagangan-hotel-restoran, dan sektor pengangkutan-komunikasi. Provinsi Gorontalo akan memasuki musim panen pada triwulan I- 2014, terutama pada tanaman bahan pangan sehingga produksi pertanian dapat lebih besar dibandingkan triwulan sebelumnya. Pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif pada bulan April 2014 dan Pemilihan Umum Presiden bulan Juli 2014 diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan sektor perdagangan-hotel-restoran dan sektor pengangkutan-komunikasi. Perlambatan kinerja sektoral tercermin dari Survei hasil Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang menunjukkan penurunan tingkat ekspektasi masyarakat terhadap kegiatan usaha di triwulan I- 2014. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 69

BAB 7 OUTLOOK EKONOMI Di sisi permintaan, kinerja konsumsi diprediksi tumbuh melambat. Perlambatan tersebut terjadi pada konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Sementara itu, konsumsi lembaga swasta nirlaba diperkirakan akan meningkat karena didorong oleh konsumsi lembaga partai. Perlambatan konsumsi terkonfirmasi melalui perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) triwulan I-2014, dimana perkiraan tingkat optimisme konsumen tercatat sebesar 108,08 lebih rendah dibandingkan ITK triwulan IV-2013 yang sebesar 110,47. Grafik 7.2. Perkembangan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Grafik 7.3. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Sumber : Bank Indonesia Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Grafik 7.4. Realisasi dan Proyeksi Luas Panen Jagung dan Padi Grafik 7.5. Perkembangan Survei Konsumen (SK) Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Sumber : BPS Provinsi Gorontalo 7.2 OUTLOOK INFLASI Memperhatikan perkembangan inflasi pada triwulan IV-2013, maka tingkat inflasi kota Gorontalo pada triwulan I-2014 diperkirakan meningkat moderat pada kisaran 5,95% ± 1%. Realisasi inflasi tahun kalender (y.t.d) sampai dengan bulan Desember 2013 sebesar 5,84%. 70 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA

BAB 7 OUTLOOK EKONOMI Grafik 7.6. Proyeksi Inflasi Tahunan Provinsi Gorontalo Sumber: Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo Inflasi volatile foods akan meningkat moderate. Memasuki awal tahun, ekspektasi inflasi pada komoditas volatile foods diperkirakan akan stabil di kisaran yang rendah. Hal ini disebabkan antara lain karena tingkat konsumsi masyarakat di kota Gorontalo yang kembali normal pasca adanya perayaan natal dan tahun baru. Tekanan inflasi masih akan terjadi pada sub kelompok bumbu-bumbuan seperti bawang merah dan cabe merah, namun dengan tekanan inflasi yang tidak terlalu tinggi. Harga kelompok administred price dan inflasi inti diperkirakan akan stabil. Hal ini dikarenakan telah berakhirnya dampak kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang terjadi di tahun 2013. Sedangkan harga-harga pada kelompok inflasi inti di akhir triwulan IV- 2013 lalu tercatat mulai mengalami tren penurunan, sehingga proyeksi inflasi inti di triwulan I- 2014 diperkirakan tidak akan terlalu meningkat secara signifikan. Ke depan, beberapa faktor risiko yang berpotensi mendorong kenaikan inflasi tetap perlu diwaspadai. Harga komoditas pangan dunia yang masih berada pada level tinggi, serta peningkatan ekspektasi inflasi akibat kenaikan BI Rate dan masih melemahnya mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika berpotensi untuk mendorong tekanan inflasi. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 71

BAB 7 OUTLOOK EKONOMI Tabel 7.1 Tendensi Arah inflasi Triwulan I-2014 Menurun Meningkat Stabil 7.3 PROSPEK PERBANKAN Penyaluran kredit/pembiayaan oleh perbankan di Provinsi Gorontalo diproyeksikan akan meningkat pada triwulan I-2014, didasarkan pada asumsi bahwa pada awal tahun 2014 terdapat kecenderungan meningkatnya permintaan kredit khususnya konsumsi antara lain untuk kebutuhan persiapan pemilu dan biaya pendidikan (tahun akademik baru). Sementara penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) di Provinsi Gorontalo diproyeksikan akan melambat pada triwulan I-2014 terutama bersumber dari jenis tabungan. Hal tersebut didasarkan pada asumsi adanya potensi meningkatnya kebutuhan dana untuk keperluan biaya pendidikan (tahun akademik baru) dan perhelatan Pemilu yang akan dilaksanakan pada bulan April. 72 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA