SINTESIS DAN KARAKTERISASI PARTIKEL NANO La 1-x Sr x CoO 3 DENGAN METODE KOPRESIPITASI Muhammad Arifin, Markus Diantoro, Abdulloh Fuad Jurusan Fisika, Universitas Negeri Malang E-mail: kdr.arifin@gmail.com ABSTRAK: Salah satu material yang mempunyai banyak kegunaan dan memiliki potensi yang besar pada masa yang akan datang yaitu material La 1-x Sr x CoO 3. Senyawa La 1-x Sr x CoO 3 atau sering dinamakan LSCO merupakan salah satu material yang menarik. Salah satu kegunanaan dan potensi aplikasinya yaitu sebagai material termoelektrik. Material termoelektrik dapat diapliksikan sebagai pendingin (refrigrator) dan generator termoelektrik yang sangat berguna untuk masa mendatang. Dalam struktur nano, material termoelektrik dapat digunakan untuk mengkonversi energi dengan efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan material bulk. Material LSCO akan mempunyai sifat termoelektrik dengan efisiensi yang lebih tinggi dibanding sebelumnya jika dibentuk dalam ukuran nano karena bentuk struktur nano dari material LSCO mengakibatkan munculnya efek pembatasan gerak dari pembawa muatan listrik pada skala mikroskopik atau yang dikenal sebagai efek kuantum (quantum confinement) yang dapat meningkatkan nilai koefisien Seebeck dan konduktivitas listrik. Dalam penelitian ini, LaCoO 3 didoping dengan Sr dalam bentuk La 1-x Sr x CoO 3 (0 x 0,4). Bahan dasar yang digunakan adalah La(NO 3 ) 3.6H 2 O ( p.a. 99,9%), Sr(NO 3 ) 2 ( p.a. 99,9%), Co(NO 3 ) 2.6H 2 O ( p.a. 99,9%), dan NH 4 OH (p.a. 99,9%). Metode sintesis yang digunakan adalah metode kopresipitasi. Karakterisasi komposisi menggunakan XRF, struktur kristal menggunakan XRD, dielektrisitas menggunakan kapasintansi meter dan konduktivitas listrik menggunakan metode 4-point probe. Fase dan struktur kristal dianalisis dengan software Celref, ukuran butir kristal dihitung melalui persamaan Scherrer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fase La 1-x Sr x CoO 3 yang terbentuk masih relatif kecil karena adanya fase lain yang muncul yaitu La 2 O 3 dan Co 3 O 4. Meskipun masih ada impuritas, partikel nano La 1-x Sr x CoO 3 telah berhasil disintesis dengan ukuran butir kristal berkisar antara 11,55 nm hingga 14,66 nm. Hasil analisis dengan program Celref menunjukkan bahwa peningkatan komposisi doping Sr 2+ juga meningkatkan volume kristal senyawa partikel nano La 1-x Sr x CoO 3. Hal ini disebabkan oleh jari-jari Sr 2+ yang lebih besar menggantikan posisi La 3+ yang mempunyai jari-jari yang lebih kecil. Sedangkan konstanta dielektrik yang diperoleh masih acak dan belum berpola. Salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu adanya perubahan keadaan spin kobalt yaitu dari Low Spin ke Intermediate Spin. Untuk konduktivitas listrik cenderung naik dan sesuai dengan teori kecuali pada x = 0,1. Ini disebakan karena pada x = 0,1 masih didominasi oleh senyawa Co 3 O 4. Kata kunci: partikel nano, La 1-x Sr x CoO 3, dielektrisitas, konduktivitas listrik Sintesis dan fabrikasi material dalam ukuran nanometer akhir-akhir ini mendapatkan perhatian yang serius dari para ilmuwan. Berbagai penelitian yang dilakukan dengan sangat cermat terus-menerus dilakukan. Penelitian dilakukan berdasar pada ide yang sangat sederhana (Hadiyawarman, dkk, 2008). Dengan nanoteknologi, material dapat didesain dan disusun dalam orde atom-per-atom atau molekul per-molekul sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pemborosan yang tidak diperlukan. Dengan menyusun ulang atau merekayasa struktur material di tingkat nanometer, maka akan diperoleh suatu bahan yang memiliki sifat 1
istimewa yang jauh mengungguli material yang ada sekarang (Herman,dkk, 2008). Salah satu material yang mempunyai banyak kegunaan dan memiliki potensi pada masa yang akan datang yaitu material La 1-x Sr x CoO 3. Senyawa La 1- xsr x CoO 3 sering dinamakan LSCO. LSCO merupakan salah satu material termoelektrik yang menarik. Salah satu kegunanaan dan potensinya yaitu sebagai pendingin (refrigrator) dan generator termoelektrik yang sangat berguna untuk masa mendatang (Djafar, 2010). Dalam struktur nano, material termoelektrik dapat mengkonversi energi dengan efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan material bulk. Hal ini berkaitan dengan faktanya bahwa di dalam struktur nano berbagai fenomena, sifat, dan fungsi baru yang tidak biasa (unusual) dapat muncul, salah satunya yaitu efek kuantum. Bentuk struktur nano dari material tertentu mengakibatkan munculnya efek pembatasan gerak dari pembawa muatan listrik pada skala mikroskopik atau yang dikenal sebagai efek kuantum (quantum confinement) yang dapat meningkatkan nilai koefisien Seebeck dan konduktivitas listrik (Sutjahja, 2011). Selain sebagai material termoelektrik, lapisan konduksi LSCO dapat diaplikasikan dalam pembuatan memori feroelektrik (Hwang, dkk, 2000). Material LSCO akan mempunyai sifat termoelektrik dengan efisiensi yang lebih tinggi dibanding sebelumnya jika dibentuk dalam ukuran nano karena bentuk struktur nano dari material LSCO mengakibatkan menculnya efek pembatasan gerak dari pembawa muatan listrik pada skala mikroskopik atau yang dikenal sebagai efek kuantum (quantum confinement) yang dapat meningkatkan nilai koefisien Seebeck dan konduktivitas listrik. Semakin besar konduktivitas listrik dalam bahan termoelektrik, maka semakin efisien sifat termoelektrik dalam bahan tersebut. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen murni dan sintesis bahan melalui reaksi kimia basah yaitu dengan metode kopresipitasi untuk mendapatkan senyawa baru partikel nano termoelektrik La 1- xsr x CoO 3. Penelitan ini menjelaskan pengaruh antar variabel dengan mengetahui pengaruh doping Sr 2+ pada material La 1-x Sr x CoO 3 (0 x 0,4) terhadap ukuran 2
butir, struktur kristal dan dielektrisitas serta konduktivitas listrik. Bahan dasar yang digunakan adalah La(NO 3 ) 3.6H 2 O ( p.a. 99,9%), Sr(NO 3 ) 2 ( p.a. 99,9%), Co(NO 3 ) 2.6H 2 O ( p.a. 99,9%), dan NH 4 OH (p.a. 99,9%). Pemanasan dilakukan pada temperatur 110 o C selama 3 jam, dilanjutkan proses kalsinasi dengan temperatur 200 o C selama 1 jam dan dinaikkan sampai temperatur 600 o C selama 8 jam sambil dialiri gas N 2 (nitrogen). Kemudian sampel hasil sintesis dikarakterisasi komposisi unsur, struktur kristal, dielektrisitas dan konduktivitas listrik. Karakterisasi komposisi unsur dengan XRF, karakterisasi struktur kristal dengan menggunakan XRD, karakterisasi dielektrisitas dengan menggunakan kapasitansi meter dan karakterisasi konduktivitas listrik dengan menggunakan metode 4-point probe. Setelah proses karakterisasi, selanjutnya data hasil karakterisasi dianalisis untuk mengetahui ukuran butir, struktur kristal, dielektrisitas dan konduktivitas listrik. Struktur kristal dianalisis dengan software Celref, ukuran butir kristal dihitung melalui persamaan Scherrer dengan bantuan software Microcal Origin 8. HASIL DAN PEMBAHASAN Fase dan Struktur Kristal Partikel Nano La 1-x Sr x CoO 3 Pola difraksi dan analisis fase sampel La 1-x Sr x CoO 3 untuk x = 0,0; x = 0,1; x = 0,2; x = 0,3; dan x = 0,4 hasil sintesis dengan metode kopresipitasi ditunjukkan pada Gambar 1. 3
Gambar 1 Pola Difraksi Sinar-X dan Analisis Fase La 1-x Sr x CoO 3 Berdasarkan hasil analisis fase dari program Celref, sampel La 1-x Sr x CoO 3 hasil sintesis dengan metode kopresipitasi untuk variasi doping x = 0,0; x = 0,1; x = 0,2; x = 0,3; dan x = 0,4, diketahui bahwa sampel dengan doping x = 0,3 memiliki lebih banyak kecocokan fase dengan pola difraksi LaCoO 3, namun juga masih terdapat puncak yang tidak sesuai dengan pola difraksi LaCoO 3, setelah dianalisis lebih jauh, yaitu dengan cara dicocokkan dengan pola difraksi senyawa lain, maka diketahui puncak tersebut cocok dengan puncak yang dimiliki oleh senyawa La 2 O 3 dan Co 3 O 4. Berdasarkan pola difraksi La 1-x Sr x CoO 3 dari hasil sintesis dengan menggunakan metode kopresipitasi menunjukkan bahwa kemurnian fase perovskit yang terbentuk masih relatif kecil. Hal tersebut dapat dipastikan berdasarkan kemunculan puncak-puncak selain puncak karakteristik fasa perovskit induk LaCoO 3 pada sudut 23 o dan 33 o (Junwu, dkk., 2007) yaitu puncak La 2 O 3 dan Co 3 O 4. Puncak Co 3 O 4 merupakan senyawa yang memiliki puncak dengan intensitas tertinggi. Puncak tersebut terus meningkat seiring dengan semakin banyaknya kation La 3+ yang digunakan. Demikian halnya dengan puncak La 2 O 3. Hal ini mengakibatkan puncak karakteristik fase perovskit semakin menurun. Kehadiran pengotor prekursor logam oksida dapat terjadi pada proses 4
pemanasan selama sintesis (Jadhav, dkk., 2007). Pengotor prekursor logam oksida, yaitu La 2 O 3 dan Co 3 O 4 muncul disebabkan juga karena terjadinya pengendapan bertingkat, di mana Lantanum akan mengendap terlebih dahulu karena mempunyai Ksp yang kecil (Ksp = 2x10-21 ) dan baru diikuti oleh Kobalt (Ksp = 1,3 x 10-15 ) (Yuanita dan Fansuri, 2010). Puncak difraksi (214) pada Gambar 1 terlihat bahwa ada pergeseran puncak difraksi ke arah 2-theta semakin ke kiri untuk hkl (214) disebabkan oleh jari-jari Sr 2+ yang disisipkan lebih besar dari jari-jari La 3+ kecuali untuk doping x=0,1 dan x=0,2. Senyawa La 1-x Sr x CoO 3 untuk doping x = 0,1 dan x = 0,2 tidak ada Sr 2+ yang disisipkan karena sesuai hasil XRF untuk unsur Sr tidak ditemukan. Selain itu, juga terdapat puncak yang semakin melebar ataupun mengecil dengan adanya perubahan doping Sr 2+. Pola ini menunjukkan bahwa Sr 2+ berhasil disisipkan ke bagian tetrahedral dari LaCoO 3, yaitu yang ditempati oleh La 3+. Puncak difraksi yang lebar juga teramati untuk semua sampel yang disintesis, hal ini dapat diindikasikan bahwa ukuran butir kristal sampel kecil. Untuk hasil analisis struktur kristal ditunjukkan dalam Tabel 1. Tabel 1 Hasil Analisis Struktur Kristal Sampel La 1-x Sr x CoO 3 Para LaCoO 3 La 1-x Sr x CoO 3 (Refinement) Meter (Model) x = 0 x = 0,1 x = 0,2 x = 0,3 x = 0,4 a = b (Ǻ) 5.4445 5.4796 5.4174 5.4477 5.4415 5.4422 c (Ǻ) 13.0936 12.8037 13.1301 13.1000 13.1014 13.1286 α = β( o ) 90 90 90 90 90 90 γ( o ) 120 120 120 120 120 120 c/a 2,40 2,34 2,42 2,41 2,41 2,41 c-a/a 1,40 1,34 1,42 1,41 1,41 1,41 V (Ǻ 3 ) 336,13 332,94 333,72 336,69 335,96 336,74 Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa parameter kisi La 1-x Sr x CoO 3 berubah secara acak dan cenderung membesar meskipun perubahannya tidak signifikan dengan adanya dopan Sr +, sehingga volume kristal juga semakin membesar dengan bertambahnya dopan Sr 2+ yang masuk ke dalam La 1-x Sr x CoO 3, untuk lebih jelas ditunjukkan pada Gambar 2. 5
Gambar 2 Grafik Pengaruh Doping (x) terhadap Volume Kristal La 1-x Sr x CoO 3 Perubahan volume sel kristal ini terjadi ketika kation Sr 2+ didopingkan pada bagian tetrahedral yang ditempati kation La 3+, sehingga sebagian kation La 3+ digantikan oleh kation Sr 2+. Karena jari-jari Sr 2+ jauh lebih besar daripada jari-jari La 3+ (jari-jari Sr 2+ = 215 pm, jari-jari La 3+ = 138pm), maka pendopingan Sr 2+ dalam senyawa La 1-x Sr x CoO 3 akan memperbesar jari-jari agregat ion (La, Sr). Parameter kisi membesar dan volume sel kristal juga membesar seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Berdasarkan analisis pada Tabel 1 juga teramati bahwa rasio c/a dan derajat distorsi c-a/a tidak memiliki perubahan yang signifikan, rasio untuk ke lima sampel berkisar antara 1,40; 1,41 dan 1,42, kecuali pada doping x = 0. Pada doping x = 0 rasio c/a dan derajat distorsi c-a/a memiliki perubahan yang cukup besar dibanding doping yang lainnya. Terjadinya sedikit penurunan yang tidak signifikan pada rasio c/a dan derajat distorsi c-a/a dikarenakan adanya gangguan pada bagian tetrahedral La 3+ yang disisipi Sr 2+. Jadi, ketidakstabilan La 3+ akibat kehadiran efek Jahn-Teller yang bertanggung jawab atas distorsi tetragonal. 6
Ukuran Butir Kristal Partikel Nano La 1-x Sr x CoO 3 Analisis ukuran butir partikel nano La 1-x Sr x CoO 3 dihitung dengan menggunakan persamaan Scherrer (persamaan 1) dan hasilnya dapat dilihat pada Table 2. (1) Keterangan, D = ukuran butir kristal (nm) k = konstanta yang nilainya 0,9 λ = panjang gelombang sinar-x (1,5406Ǻ) B o = lebar puncak pada setengah maksimum (FWHM) θ = sudut Bragg ( o ) Tabel 2 Ukuran Butir Kristal La 1-x Sr x CoO 3 No. x Ukuran Butir (nm) 1 0,0 12,50 2 0,1 14,66 3 0,2 11,55 4 0,3 11,24 5 0,4 12,83 Berdasarkan Tabel 2 di atas diketahui bahwa ukuran butir kristal tidak semuanya menurun atau masih acak dan tidak berpola dengan bertambahnya komposisi dopan. Hal tersebut belum begitu sesuai dengan konsep pembentukan senyawa, di mana ketika suatu senyawa diberi perlakuan suhu serta lama pemanasan yang sama, sedangkan pada saat itu pula ditambahkan komposisi bahan lain dalam hal ini dopan Sr 2+, maka untuk membentuk senyawa baru diperlukan waktu yang lama ketika doping semakin ditambah. Akibatnya, pembentukan ikatan senyawa baru tersebut belum sempurna yang berakibat pada ukuran butir kristal yang terbentuk semakin kecil ketika jumlah dopan Sr 2+ semakin besar. Tetapi, dalam penelitian ini belum semuanya sesuai dengan teori yang sudah dibahas di atas karena masih ada ukuran butir yang membesar selama 7
adanya pendopingan mulai dari x = 0 sampai x = 0,4. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 Grafik Pengaruh Doping (x) terhadap Ukuran Butir Kristal La 1-x Sr x CoO 3 Dielektrisitas Partikel Nano La 1-x Sr x CoO 3 Konstanta dielektrik partikel nano La 1-x Sr x CoO 3 dihitung dengan menggunakan persamaan kapasitansi kapasitor plat sejajar (persamaan 2) dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3. k = (2) Keterangan, k = konstanta dielektrik C = kapasitansi (F) d = tebal sampel (m) εo = permitivitas di ruang hampa (F/m) A = luas penampang (m 2 ) 8
Tabel 3 Nilai Dielektrisitas sampel La 1-x Sr x CoO 3 No. x Konstanta Dielektrik 1 0,0 177,20 2 0,1 585,73 3 0,2 485,74 4 0,3 645,91 5 0,4 4769,51 Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa konstanta dielektrik sampel naik turun dengan bertambah besarnya komposisi dopan Sr 2+, dan perubahannya pun tidak begitu signifikan. Perubahan signifikan hanya terjadi pada sampel dengan doping x = 0,4. Hal ini menunjukkan bahwa konstribusi ion Sr 2+ ke dalam bagian dodekahedral senyawa LaCoO 3 membentuk stoikiometri La 1-x Sr x CoO 3 belum sepenuhnya berpengaruh pada kapasitansi bahan. Jika dibandingkan dengan konstanta dielektrik LaCoO 3 dari referensi, maka orde yang paling mendekati yaitu pada x = 0,4. Konstanta dielektrik dari referensi yaitu 3939. Sedangkan untuk sampel yang lain ordenya cenderung mendekati konstanta dielektrik dari Co 3 O 4. Ketidaklinieran nilai dielektrisitas ini juga disebabkan masih adanya senyawa lain dalam sampel yaitu La 2 O 3 dan Co 3 O 4. Dari analisis struktur kristal di atas deketahui bahwa dopan Sr 2+ hanya berkontribusi pada sampel dengan doping x = 0,3 dan x = 0,4. Sehingga alasan yang paling kuat dan fundamental yang mempengaruhi nilai dielektrisitas pada sampel adalah jari-jari dopan Sr 2+ lebih besar daripada jari-jari La 3+ (jari-jari Sr 2+ = 215 pm, jari-jari La 3+ = 138 pm). Akibatnya volume kristal semakin besar dan membawa dampak terhadap membesarnya jari-jari elektron valensi dalam kristal La 1-x Sr x CoO 3 dengan bertambahnya komposisi dopan ion Sr, sehingga energi ikat kristal menjadi semakin menurun. Hali ini menyebabkan elektron terikat semakin lemah dan mudah lepas, konsekuensinya material akan mengalami peningkatan konduktivitas sedangkan dielektrisitasnya menurun. Selain itu, keadaan spin kobalt juga berpengaruh terhadap nilai dielektriksitas. Ketika Sr 2+ disubstitusikan ke LaCoO 3, maka ada perubahan keadaan spin pada unsur koblat yaitu dari low spin Co 3+ menjadi intermediate spin Co 4+, khusus pada kisi kristal yang disubstitusi Sr 2+. Perubahan keadaan spin ini juga berpengaruh pada sifat fisis dari La 1-x Sr x CoO 3 seperti dielektrisitas. Untuk lebih jelas pengaruh doping terhadap volume kristal, dan kontanta dielektrik dapat dilihat pada Gambar 4. 9
Gambar 4 Grafik Pengaruh Doping (x) terhadap Volume Kristal, dan Konstanta Dielektrik La 1-x Sr x CoO 3 Konduktivitas Listrik Partikel Nano La 1-x Sr x CoO 3 Konduktivitas listrik partikel nano La 1-x Sr x CoO 3 dikarakterisasi dengan metode 4-point probe dan dihitung dengan menggunakan persamaan konduktivitas listrik (persamaan 3) dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4. atau (3) Keterangan, σ = konduktivitas listrik (Ohm -1.m -1 ) ρ = resistivitas listrik (Ohm.m) d = jarak antara I dan V (m) V = beda potensial listrik(volt) I = kuat arus (A) Tabel 4 Konduktivitas Listrik Sampel La 1-x Sr x CoO 3 No. x Konduktivitas Listrik (10 3.Ω -1.m -1 ) 1 0,0 2,30 2 0,1 1,10 3 0,2 3,44 4 0,3 5,91 5 0,4 5,63 10
Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa konduktivitas listrik sampel turun naik dengan bertambah besarnya komposisi dopan Sr 2+, dan perubahannya pun tidak begitu signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa konstribusi ion Sr 2+ ke dalam bagian tetragonal senyawa LaCoO 3 membentuk stoikiometri La 1-x Sr x CoO 3 belum sepenuhnya berpengaruh pada konduktivitas listrik bahan. Ketidaklinieran nilai konduktivitas listrik ini dikarenakan masih adanya pengotor dalam sampel seperti La 2 O 3 dan Co 3 O 4. Dari analisis struktur kristal, deketahui bahwa dopan Sr 2+ hanya berkontribusi pada sampel dengan doping x = 0,3 dan x = 0,4. Alasan yang paling kuat dan fundamental yang mempengaruhi nilai konduktivitas listrik pada sampel adalah jari-jari dopan Sr 2+ yang lebih besar daripada jari-jari La 3+ (jari-jari Sr 2+ = 215 pm, jari-jari La 3+ = 138 pm). Kondisi tersebut membawa dampak terhadap membesarnya volume kristal dan jari-jari elektron valensi dalam kristal La 1- xsr x CoO 3 dengan bertambahnya komposisi dopan ion Sr, sehingga energi ikat kristal menjadi semakin menurun. Akibatnya elektron terikat semakin lemah dan mudah lepas, konsekuensinya material akan mengalami peningkatan konduktivitas listrik. Adapun grafik pengaruh doping x terhadap volume kristal, dan konduktivitas listrik ditunjukkan pada Gambar 5. Gambar 5 Grafik Pengaruh Doping (x) terhadap Volume Kristal, dan Konduktivitas Listrik La 1-x Sr x CoO 3 11
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut. Semakin besar komposisi doping Sr 2+ pada senyawa La 1-x Sr x CoO 3, maka (1) semakin besar volume kristalnya, hal ini diakibatkan oleh jari-jari Sr 2+ yang lebih besar dari jari-jari La 3+. (2) Ukuran butir kristalnya semakin kecil, kecuali pada doping x = 0,1 dan x = 0,4. Ini disebabkan saat proses sintesis ketiga ion yaitu La 3+, Sr 2+ dan Co 3+ belum bereaksi secara sempurna sehingga senyawa yang dibentuk kurang sempurna sehingga dengan bertambhanya variasi doping, ukuran butir tidak mengecil melainkan masih acak atau tidak berpola. (3) Dielektrisitas yang didapat tidak semakin kecil melainkan acak atau tidak berpola. Ini karena masih banyak senyawa lain yang ada pada sampel L a1-x S rx CoO 3. Selain itu, naik atau turunnya nilai dielektrisitas ini juga dikarenakan adanya perubahan spin pada ion kobalt yaitu dari keadaan low spin ke intermediate spin. (4) Konduktivitas listrik La 1-x Sr x CoO 3 semakin naik kecuali pada x = 0,1. Ini karena pada x = 0,1 masih didominasi senyawa Co 3 O 4. Semakin besar volume kristal, maka konduktivitas listrik juga semakin besar. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam sintesis senyawa partikel nano termoelektrik La 1-x Sr x CoO 3 melalui metode kopresipitasi dengan kontrol ph 9-10 dan temperatur reaksi berkisar 70-75 o C. Saat proses kalsinasi dengan gas nitrogen (N 2 ) akan lebih baik jika furnace yang digunakan lebih tertutup dari udara luar. Selain itu, juga perlu dilakukan variasi temperatur saat karakterisasi konduktivitas listrik untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap nilai konduktivitas listrik dan perlu adanya penambahan waktu saat proses pecampuran bahan supaya terjadi reaksi yang lebih sempurna serta mengurangi terbentuknya fase lain yang tidak diinginkan. 12
DAFTAR RUJUKAN Djafar, Zuryati. 2010. Kajian Eksperimental Pengembangan Generator Termoelektrik sebagai Sumber Listrik. (Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) ke-9 Palembang, 13-15 Oktober 2010). Hadiyawarman, dkk. 2008. Fabrikasi Material Nanokomposit Superkuat, Ringan dan Transparan Menggunakan Metode Simple Mixing. Bandung: KK Fisika Material ElektronikFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung (Jurnal Nanosains dan Nanoteknologi Vol. 1 No. 1/ISSN 1979-0880). Herman, Atih S, dkk. 2008. Roadmap Pengembangan Teknologi Industri Berbasis Nanoteknologi. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Industri Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Industri Departemen Perindustrian. Jadhav A.D., Gaikwad, A.B., Samuel, V. and Ravi, V. 2007. A low temperature route to preparelafeo 3 and LaCoO 3. Materials Letters, vol. 61, pp. 2030-2032. Junwu, Z., Xiaojie, S., Yanping, W., Xin, W., Xujie Y., and Lude. 2007. Solution- Phase Synthesisand Characterization of Perovskite LaCoO 3 Nanocrystals via A Co-Precipitation Route. Journal Of Rare Earths, vol. 25, pp. 601-604. Hwang, Kyu-Seog. 2000. Preparation of Epitaxially Grown LaSrCoO 3 Thin Flms on SrTiO 3 (100) Substrates by The Dipping-Pyrolysis Process. (Journal Of Materials Science 35 page 6209 6212). Sutjahja, Inge M. 2011. Penelitian Bahan Thermoelektrik Bagi Aplikasi Konversi Energi di Masa Mendatang (Review Article). Bandung: Grup Riset Fisika Magnetik dan Fotonik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung (Jurnal Material dan Energi Indonesia Vol. 01, No. 01 hal. 58 70, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran). Yuanita, Ivanie F. dan Fansuri, Hamzah. 2010. Sintesis dan Karakterisasi Oksida Perovskit LaCo 1-x Ni x O 3-δ dengan Metode Kopresipitasi. Surabaya: Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITS (Prosiding Skripsi Semester Gasal 2010/2011 (SK-091304)). 13