POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN WANITA TANI PADA USAHATANI SAYURAN SENTRA SAYURAN DATARAN TINGGI

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK

ABSTRAK. Diarsi Eka Yani Pepi Rospina Pertiwi Argadatta Sigit Program Studi Agribisnis, Jurusan Biologi FMIPA-UT ABSTRACT

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGUASAAN TEKNOLOGI BUDIDAYA BELIMBING

KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR.

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI

Diarsi Eka Yani. ABSTRAK

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

JURNAL P ENYULUHAN PEMBINAAN WANITA PENGOLAH IKAN ASIN DI PESISIR MUARA ANGKE JAKARTA UTARA

Hubungan Karateristik Sosial Ekonomi Padi Sawah dengan...(welson Marthen Wangke)

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI DALAM MENERAPKAN USAHA TANI PADI ORGANIK

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (P2KP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

PENGARUH FAKTOR INTERNAL PETANI DALAM MENGADOPSI TEKNOLOGI

E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: Vol. 6, No. 4, Oktober 2017

ANALISIS EFEKTIVITAS KOMUNIKASI MODEL PRIMA TANI SEBAGAI DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN DI DESA CITARIK KABUPATEN KARAWANG JAWA BARAT

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI WANITA TANI DALAM USAHATANI KAKAO

(PERFORMANCE ANALYSIS OF FARMER GROUP AND ITS RELATIONSHIP WITH HOUSEHOLD FOOD SECURITY LEVEL (CASE STUDY IN RASANAE TIMUR SUBDISTRICT BIMA CITY)

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

PERSEPSI PETANI TENTANG KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYURAN

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP TUTORIAL ONLINE MATA KULIAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN LAUT

FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG KAKILIMA (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai gerobak Usaha Makanan Di Kota Bogor)

HUBUNGAN SEJUMLAH KARAKTERISTIK PETANI SAYURAN DENGAN PENGETAHUAN MEREKA TENTANG PENGELOLAAN USAHATANI SAYURAN DI KOTA KENDARI, SULAWESI TENGGARA

PERSEPSI PETANI TERHADAP KEMITRAAN SAYURAN DENGAN ASOSIASI ASPAKUSA MAKMUR KABUPATEN BOYOLALI

HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT)

HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH

ANALISIS KEEFEKTIFAN KELOMPOK TANI DALAM PEMBERDAYAAN PETANI HORTIKULTURA DI KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN SEJUMLAH KARAKTERISTIK PETANI METE DENGAN PENGETAHUAN MEREKA DALAM USAHATANI METE DI KABUPATEN BOMBANA, SULAWESI TENGGARA

Reza Raditya, Putri Suci Asriani, dan Sriyoto Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu ABSTRACT

Habitat, Volume 26, No. 2, Agustus 2015, Hal ISSN:

EFEKTIVITAS DAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN PERKOTAAN (P2KP) DI KOTA BANDAR LAMPUNG

PARTISIPASI PETANI DALAM PENERAPAN USAHATANI PADI ORGANIK (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

PEMANFAATAN MEDIA INTERNET SEBAGAI MEDIA INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PEMBERDAYAAN PETANI DI DESA PONCOKUSUMO KECAMATAN PONCOKUSUMO

Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK

Hubungan antara Dinamika Kelompok dengan Keberdayaan Peternak Ade Triwahyuni

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani)

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

Analisis Hubungan Fungsi Pemasaran.Rika Destriany

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

Hubungan Kondisi Sosial... Isrokiyah

JIIA, VOLUME 2 No. 4, OKTOBER 2014

SKRIPSI RATU PUTRI RAMANTI PROGRAM STUD1 SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Data dan Instrumentasi

PERSEPSI PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TENTANG KELUARGA KECIL (KASUS PADA ETNIS BATAK TOBA DI DAERAH ASAL DAN PERANTAUAN)

PARTISIPASI PETANI DALAM PENERAPAN PERTANIAN PADI ORGANIK (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai )

INTERNALISASI MODAL SOSIAL DALAM KELOMPOK TANI GUNA MENINGKATKAN DINAMIKA KELOMPOK TANI DI KABUPATEN JEMBER. Sri Subekti Fak. Pertanian RINGKASAN

KAJIAN SOSIAL EKONOMI BUDAYA DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM PADA TAMAN NASIONAL MERU BETIRI KABUPATEN BANYUWANGI SKRIPSI

SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu

EFEKTIVITAS PENYEBARAN INFORMASI DI BIDANG PERTANIAN MELALUI PERPUSTAKAAN DIGITAL

Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga Petani Peternak Itik pada Pola Usahatani Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Air Hangat Kabupaten Kerinci

PEMBERDAYAAN KELOMPOKTANI DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN BIOFARMAKA

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA BERDASARKAN KEGIATAN EKONOMI MASYARAKAT DESA TEGALSARI KECAMATAN TEGALSARI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2015

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH

MOTIVASI PETANI DALAM MENGGUNAKAN BENIH PADI HIBRIDA PADA KECAMATAN NATAR DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Oleh: Indah Listiana *) Abstrak

Hubungan Karakteristik Petani dengan Jasa Pelayanan dan Efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis di Prima Tani Leuwi Sadeng Kabupaten Bogor

FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI DALAM SISTEM PENJUALAN SAYURAN

PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel. variabel X yang akan diukur untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan

MOTIVASI PETANI UNTUK BERGABUNG DALAM KELOMPOK TANI DI DESA PAGARAN TAPAH KECAMATAN PAGARANTAPAH DARUSSALAM KABUPATEN ROKAN HULU

Oleh : DWI ERNAWATI A

KETERDEDAHAN DAN PEMANFAATAN INFORMASI 0LEH PETANI SAYURAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN KOMPETENSI AGRIBISNIS PADA

HUBUNGAN DINAMIKA GAPOKTAN DENGAN KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

Agricultural Extension Service Quality and Satisfaction of Farmers in Developing Farming (Case in Sukadamai village Dramaga District Bogor Regency)

KEMAMPUAN PETANI DALAM MELAKSANAKAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI KECAMATAN PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS

JURNAL P ENYULUHAN. Herawati dan Ismail Pulungan

HUBUNGAN ANTARA KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH

Analisis Kompetensi Petani Pepaya California (Studi Kasus Kelompok Tani Merta Giri Kusuma Desa Abang, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PENYULUHAN DAN POS KESEHATAN HEWAN WILAYAH CISARUA KABUPATEN BOGOR

Sikap Petani Padi Organik Terhadap Program OVOP (One Village One Product) Berbasis Koperasi Produk Beras Organik Di Kabupaten Karanganyar

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Peternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi

III. METODE PENELITIAN. Umur responden merupakan usia responden dari awal kelahiran. sampai pada saat penelitian ini dilakukan.

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

DESKRIPSI TENAGA KERJA INDUSTRI KERUPUK RAFIKA DI KELURAHAN TANJUNG HARAPAN KECAMATAN KOTABUMI SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2012

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.

METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK PENDAHULUAN. Akhmad Ansyor, Zikril Hidayat dan Nia Kaniasari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI

PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMANFAATAN SUMBER INFORMASI USAHATANI OLEH PETANI SAYURAN DI DESA WAIHERU KOTA AMBON

POTENSI MODAL PETANI DALAM MELAKUKAN PEREMAJAAN KARET DI KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN

PERANAN PENYULUH PERTANIAN HUBUNGANNYA DENGAN ADOPSI TEKNOLOGI PADI POLA PTT

ANALISIS GENDER DAN KESETERAAN GENDER PADA USAHATANI PADI SAWAH DAN PADI LADANG DI KABUPATEN KARAWANG NURJAMAN

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI DI KECAMATAN LEUWI SADENG BOGOR NIA RACHMAWATI

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

Umi Pudji Astuti, Eddy Makruf, dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jalan Irian km 6,5 Bengkulu

HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)

PERANAN PENYULUHAN PERTANIAN DALAM PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA PETANI

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

POLA DISTRIBUSI PEMASARAN CABAI ( STUDI KASUS DI TIGA KECAMATAN KABUPATEN SEMARANG ) Oleh : SKRIPSI PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

Transkripsi:

POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN WANITA TANI PADA USAHATANI SAYURAN SENTRA SAYURAN DATARAN TINGGI Diarsi Eka Yani (diarsi@utac.id) Pepi Rospina Pertiwi Program Studi Agribisnis Jurusan Biologi FMIPA Universitas Terbuka ABSTRACT This article aims to determine (1) internal and external characteristics associated with decision-making patterns of women farmers in vegetable farming, (2) decision-making patterns of women farmers in vegetable farming, and (3) the relationship between internal and external characteristics of women farmers in decision-making patterns. Data collected by survey methods. Respondents were all members of the group of women vegetables farmers in the village of Mekarbakti, Pangalengan District, Bandung Regency. Data analysis was performed by using descriptive and inferential Spearman Rank correlation test at 5% level of confidence. The results showed that internal characteristics associated with decision-making patterns of women farmers are age, while the external characteristics associated with decision making patterns of women farmers are farming infrastructure. Decision-making in the activities of tillage, fertilizing, pest and disease control, and marketing, were fully performed by the husband. While determining of businesses activities and purchases of farm fascilities were a joint decision between husband and wife, although the husband was more dominant. Activities in seed selecting, planting, replanting, and harvest timing, decision making were done equally between husband and wife. Keywords: horticulture farming system, patterns of decision-making, women farmers ABSTRAK Artikel ini bertujuan untuk menentukan (1) karakteristik internal dan eksternal yang berhubungan dengan pola pengambilan keputusan wanita tani pada usahatani sayuran, (2) pola pengambilan keputusan wanita tani dalam usahatani sayuran, dan (3) hubungan antara karakteristik internal dan eksternal wanita tani dengan pola pengambilan keputusannya. Data dikumpulkan dengan metode survei. Responden adalah seluruh anggota kelompok wanita tani sayuran di Desa Mekarbakti, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan inferensial menggunakan uji korelasi Rank Spearman pada taraf kepercayaan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik internal yang berhubungan dengan pola pengambilan keputusan wanita tani adalah umur, sedangkan karakteristik eksternal yang berhubungan dengan pola pengambilan keputusan wanita tani adalah prasarana usahatani. Pengambilan keputusan untuk kegiatan pengolahan tanah, pemupukan, pengendalian hama penyakit, dan pemasaran, sepenuhnya dilakukan oleh suami. Sedangkan kegiatan penentuan bisnis usahatani dan pembelian saprodi, merupakan keputusan bersama antara suami dan istri, tetapi suami lebih dominan. Adapun kegiatan pemilihan benih, penanaman, penyulaman, dan penetapan waktu panen, pengambilan keputusan dilakukan setara antara suami dan istri. Kata kunci: pola pengambilan keputusan, usahatani sayuran, wanita tani

Jurnal Matematika, Sains, dan Teknologi, Volume 13 Nomor 2, September 2012, 107-117 Pembangunan pertanian sebagai landasan pembangunan ekonomi maupun sosial melibatkan sumber daya manusia, baik pria maupun wanita. Wanita dilibatkan dalam pembangunan pertanian karena mereka juga berperan sebagai sumber tenaga kerja keluarga. Sebagai tenaga kerja keluarga, wanita memberikan andil yang cukup besar dalam pengambilan keputusan tentang berbagai kebijakan dalam pengelolaan usahatani keluarga. Dengan semakin besarnya pengambilan keputusan oleh wanita tani dalam pengelolaan usahatani keluarga, maka telah terjadi interaksi yang baik antara anggota keluarga dan partisipasi wanita tani yang tinggi dalam usahataninya. Peranan ini mempunyai nilai yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan pertanian. Terdapat beberapa pola pengambilan keputusan berkaitan dengan peranan wanita dalam rumah tangga (Sajogyo, 1983) yaitu: (1) keputusan dibuat oleh istri seorang diri tanpa melibatkan suami, (2) keputusan dibuat bersama oleh suami istri dengan pengaruh lebih besar dari suami, (3) keputusan dibuat bersama oleh suami istri tanpa salah satu mempunyai pengaruh yang lebih besar, (4) keputusan dibuat bersama oleh suami istri tetapi dengan pengaruh suami lebih besar dari istri, dan (5) keputusan dibuat oleh suami seorang diri tanpa melibatkan istri. Kecamatan Pangalengan merupakan salah satu sentra produksi sayuran di Kabupaten Bandung. Jumlah dan jenis sayuran dari Pangalengan dapat memasok kebutuhan warga sekitar Kabupaten Bandung bahkan sampai ke Kota Bandung. Sebagian besar usahatani sayuran dikerjakan oleh petani sayuran dengan melibatkan para wanita tani. Untuk tercapainya kemampuan wanita dalam pengambilan keputusan sangat dipengaruhi oleh karakteristik individu petani, dalam hal ini adalah karakteristik wanita tani. Pengukuran karakteristik wanita tani dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan sosiografis dan psikografis. Siregar dan Pasaribu (2000), menyatakan bahwa pendekatan sosiografis adalah cara mengenali khalayak dengan mempertimbangkan latar belakang seseorang, seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, pengalaman, dan posisi seseorang dalam kehidupan sosial. Adapun pendekatan psikografis adalah cara mengenali khalayak dengan mempertimbangkan psikologi seseorang, yang meliputi motivasi dan kebutuhan rasa aman. Pendidikan merupakan salah satu karakteristik individu yang mempengaruhi pengambilan keputusan. Kotler (1997) berpendapat bahwa selain umur, pendidikan, dan pengalaman, motivasi dapat pula mempengaruhi perilaku seseorang dalam pengambilan keputusan. Di samping itu akses terhadap informasi dan adanya sarana produksi dan prasarana juga mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan. Seperti dikemukakan Mosher (1981), fasilitas dan jasa yang harus tersedia bagi para petani bila pertanian hendak dimajukan diantaranya adalah akses informasi dan tersedianya sarana produksi serta prasarana. Artikel ini merupakan bagian dari hasil penelitian pada tahun 2010 tentang beberapa karakteristik yang berhubungan dengan pola pengambilan keputusan wanita tani pada usahatani sayuran. Tujuan penelitian adalah menganalisis, (1) karakteristik internal dan eksternal yang berhubungan dengan pola pengambilan keputusan wanita tani pada usahatani sayuran, (2) menjelaskan pola pengambilan keputusan wanita tani dalam usahatani sayuran, dan (3) menjelaskan hubungan antara karakteristik internal dan eksternal wanita tani dengan pola pengambilan keputusan. METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional dengan menggunakan metode survei. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui pengisian kuesioner penelitian, wawancara dan observasi tentang usahatani responden. Data 108

Yani, Pola Pengambilan Keputusan Wanita Tani sekunder yang berupa data keadaan dan potensi wilayah, programa penyuluhan, serta data kelompok tani diperoleh dari pemerintah setempat, instansi terkait di wilayah penelitian, yang kesemuanya berfungsi sebagai pendukung dan pelengkap data primer. Populasi penelitian adalah semua wanita tani yang berada di Desa Mekarbakti, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Responden diambil secara purposive random sampling sebanyak 41 orang dari seluruh populasi yang berstatus sebagai isteri petani sayuran yang ikut serta dalam kegiatan usahatani sayuran di daerah setempat. Variabel pengaruh pada penelitian ini adalah karakteristik internal wanita tani, terdiri atas umur (X1), pendidikan formal (X2), dan motivasi (X3). Karakteristik eksternal wanita tani terdiri dari akses terhadap informasi (X4), dan prasarana (X5). Variabel terpengaruhnya adalah pola pengambilan keputusan oleh wanita dalam pelaksanaan usahatani sayuran (Y). Analisis deskriptif dilakukan dengan menampilkan distribusi frekuensi, dan persentase. Analisis statistik inferensial dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman pada taraf kepercayaan 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik internal wanita tani Kemampuan wanita dalam pengambilan keputusan sangat dipengaruhi oleh karakteristik wanita tani tersebut, diantaranya umur, pendidikan formal, dan motivasi. Sebagian wanita tani sayuran (46,3%) tergolong berumur dewasa pertengahan atau dewasa produktif. Hal ini menunjukkan bahwa responden umumnya berada pada usia produktif. Pada rentang umur ini, umumnya wanita tani di desa Mekarbakti, Pangalengan sudah mampu menjalankan aktivitas usahatani untuk menghasilkan produksi yang tinggi. Hasil produksi yang tinggi tersebut diakui oleh para wanita tani karena mereka sering melakukan interaksi dengan rekan sesama petani, untuk memperoleh informasi penting terkait usahatani. Pembagian usia dalam artikel ini dilakukan dengan membagi 3 kelompok dihitung dari usia paling tua dan usia paling muda. Pembagian usia juga mengacu pada pendapat Havighurst dalam Toha dkk (2009) yang membagi usia manusia mejadi 6 kelompok, yaitu usia bayi (0 6 tahun), pertengahan masa kanak-kanak (6 12 tahun), masa remaja (12-18 tahun), masa awal kedewasaan (18 30 tahun), masa pertengahan kedewasaan (30 60 tahun), dan masa kematangan akhir (lebih dari 60 tahun). Usia dewasa pertengahan merupakan usia dimana pria dan wanita mencapai puncak interaksi dalam masyarakat. Sebaran responden berdasarkan kategori umur tersaji pada Gambar 1. 109

Jurnal Matematika, Sains, dan Teknologi, Volume 13 Nomor 2, September 2012, 107-117 Gambar 1. Sebaran responden berdasarkan kategori umur Pendidkan formal wanita tani yang terbanyak adalah SLTP (53,7%). Umumnya para wanita tani di wilayah ini berkeluarga pada usia yang sangat muda. Menurut responden, orang tuanya menganggap pendidikan setaraf SLTP sudah termasuk tinggi untuk kaum perempuan, sehingga setelah lulus SLTP banyak di antara responden yang dinikahkan oleh orang tuanya. Di samping itu beberapa di antara mereka sempat bekerja di pabrik garment setelah lulus SLTP, sehingga kurang termotivasi untuk menyelesaikan pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi. Sesuai dengan pendapat Elizabeth (2007), secara internal keterbatasan wanita tercermin pada lebih rendahnya pendidikan, keterampilan, rasa percaya akan kemampuan dan potensi dirinya. Sebaran responden berdasarkan kategori pendidikan formal tersaji pada Gambar 2. Gambar 2. Sebaran responden berdasarkan kategori pendidikan formal 110

Yani, Pola Pengambilan Keputusan Wanita Tani Motivasi wanita tani dalam berusahatani sebagian besar adalah untuk membantu suami mencari nafkah (63,4%), dengan harapan pendapatan keluarga menjadi meningkat. Responden mengatakan, bahwa motivasi membantu mencari nafkah juga muncul karena para wanita tani kebanyakan ibu rumah tangga yang tidak bekerja selain bertani. Di samping itu jika mereka ikut melakukan usahatani, beberapa di antara mereka merasa memiliki andil yang kuat pula dalam penetapan waktu panen. Motivasi merupakan karakteristik intrinsik dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi pola pengambilan keputusan. Hal ini didukung oleh pendapat Danim (2004), bahwa motivasi merupakan keinginan yang terdapat pada diri seseorang yang merangsangnya untuk melakukan tindakan. Sebaran responden berdasarkan kategori motivasi dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Sebaran responden berdasarkan kategori motivasi Karakteristik eksternal wanita tani Karakteristik eksternal wanita tani yang dikaji dalam artikel ini adalah akses wanita tani terhadap informasi, karena akses wanita tani terhadap informasi merupakan karakteristik individu yang akan mempengaruhi wanita tani dalam mengambil keputusan. Semakin luas kesempatan wanita tani dalam menerima informasi dari penyuluh, desa, ataupun sumber informasi lain, maka akan memperbesar kemampuan wanita tani dalam pengambilan keputusan. Di samping akses informasi, ketersediaan prasarana bagi wanita tani dalam kegiatan usahataninya merupakan hal yang memegang peranan penting, karena prasarana merupakan salah satu karakteristik pelancar pembangunan pertanian. Prasarana yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemudahan 111

Jurnal Matematika, Sains, dan Teknologi, Volume 13 Nomor 2, September 2012, 107-117 transportasi untuk pembelian sarana produksi dan pendistribusian hasil usahatani dari lahan usahatani ke tempat penjualan hasil usahatani. Sebagian besar wanita tani (73,1%) mempunyai akses rendah terhadap informasi. Rendahnya akses informasi wanita tani karena mereka enggan untuk terlibat dengan kegiatan atau sumber informasi lain, yaitu desa, penyuluh, ataupun media, dalam hal ini TV, radio, surat kabar, majalah, atau informasi melalui handphone. Hal ini didukung oleh pendapat Elizabeth (2007) yang menyatakan bahwa secara eksternal keterbatasan wanita tercermin pada lebih rendahnya akses wanita menangkap berbagai peluang di luar rumah tangganya. Wanita tani sebagai responden dalam penelitian ini lebih banyak bertukar pikiran tentang usahatani kepada teman sekelompoknya. Bagi petani, interaksi dengan pihak luar sangat mempengaruhi pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki petani, bahkan tidak jarang dapat memperbesar potensi dalam pengambilan keputusan (Rosni, 2003). Sebaran responden berdasarkan akses terhadap informasi dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Sebaran responden berdasarkan kategori akses informasi Dari hasil wawancara diketahui bahwa sebagian besar wanita tani mengatakan bahwa ketersediaan prasarana tergolong mudah diakses (65,9%). Kondisi jalan yang dilalui untuk pendistribusian sarana produksi dan hasil usahatani cukup baik, karena dapat dilalui oleh kendaraan roda empat. Di samping itu umumnya para pengumpul hasil pertanian berlokasi di pinggir jalan desa dan relatif dekat dengan lahan petani, sehingga petani hanya perlu mengangkut hasil panen dengan menggunakan sepeda motor sampai ke lokasi pengumpul. Beberapa hasil pertanian seperti cabe bahkan sering didatangi pengumpul ke lahan, sehingga hasil panen dijual di tempat. Hal ini mengurangi risiko perjalanan dan menghemat waktu. Berdasarkan kondisi tersebut, dapat dikatakan bahwa para petani khususnya wanita tani tidak memiliki kendala yang berarti ditinjau dari prasarana pendukung usahatani sayuran. Sebaran responden berdasarkan ketersediaan prasarana dalam melakukan kegiatan usahatani sayuran dapat dilihat pada Gambar 5. 112

Yani, Pola Pengambilan Keputusan Wanita Tani Gambar 5. Sebaran responden berdasarkan kategori prasarana Pola Pengambilan Keputusan Wanita Tani Terdapat 5 pola pengambilan keputusan yang dikaji dalam penelitian ini mengacu pada teori Sajogyo (1983). Untuk melihat sebaran responden berdasarkan kategori pengambilan keputusan dalam pelaksanaan usahatani sayuran dan total pola pengambilan keputusan wanita tani dalam usahatani sayuran tersaji pada Gambar 6. Pola pengambilan keputusan wanita tani di Desa Mekarbakti, Pangalengan, dilakukan secara setara antara suami dan istri. Hal ini menunjukkan bahwa status wanita bukan hanya sebagai konco wingking, tetapi juga sebagai partner dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan secara setara mencerminkan adanya interaksi yang baik antara suami dan istri dalam menjalankan usahataninya serta menumbuhkan tanggungjawab kedua belah pihak dalam menjalankan usahatani. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sajogyo (1983), yang menyatakan bahwa peran yang diamati dari seorang wanita dalam pengambilan keputusan, baik di dalam keluarga dan masyarakat, mencerminkan tingkat kemandirian dirinya. 113

Jurnal Matematika, Sains, dan Teknologi, Volume 13 Nomor 2, September 2012, 107-117 Keterangan: 1 = keputusan dibuat oleh suami seorang diri tanpa melibatkan istri 2 = keputusan dibuat bersama oleh suami istri dengan pengaruh lebih besar dari suami 3 = keputusan dibuat bersama oleh suami istri secara setara 4 = keputusan dibuat bersama oleh suami istri dengan pengaruh lebih besar dari istri 5 = keputusan dibuat oleh istri seorang diri tanpa melibatkan suami Gambar 6. Sebaran responden berdasarkan kategori pola pengambilan keputusan dalam usahatani sayuran Hubungan Pola Pengambilan Keputusan dengan Karakteristik Internal Hasil analisis hubungan pola pengambilan keputusan wanita tani dalam pelaksanaan usahatani sayuran dengan karakteristik internal wanita tani berdasarkan uji korelasi Rank Spearman, tersaji pada Tabel 1. Tabel 1. Hubungan Pola Pengambilan Keputusan Wanita Tani dengan Karakteristik Internal dalam Pelaksanaan Usahatani Sayuran Karakteristik internal Penetapan bisnis usahatani Pembelian saprodi Pemilihan benih Persiapan/ pengolahan lahan Penanaman Penyulaman Pemupukan Pengendalian hama penyakit Penentuan waktu panen Pemasaran Umur 0.404** 0.187 0.400** 0.278 0.275 0.485** 0.305 0.309* 0.549** 0.245 Pend.Formal -0.192-0.312* -0.448** -0.272-0.302-0.393* -0.450** -.0.297 0.299-0.398* Motivasi 0.035-0.066-0.298-0.191-0.226-0.313* -0.285-0.287-0.267-0.018 Keterangan : * korelasi nyata pada taraf α = 5% 114

Yani, Pola Pengambilan Keputusan Wanita Tani Tabel 1 memperlihatkan bahwa umur mempunyai hubungan positif nyata dengan pola pengambilan keputusan wanita tani dalam kegiatan penetapan bisnis usahatani, pemilihan benih, penyulaman, pengendalian hama penyakit, dan penentuan waktu panen. Keadaan ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi umur wanita tani, maka semakin mandiri, semakin produktif, dan semakin arif wanita tani dalam memutuskan penetapan bisnis usahatani, pemilihan benih, penyulaman, pengendalian hama penyakit, dan penentuan waktu panen. Kenyataan di lapangan memperlihatkan bahwa wanita tani yang berumur lebih tua lebih mampu mengungkapkan secara jelas tentang pengelolaan usahatani pada komponen-komponen terkait dibanding wanita tani yang lebih muda. Pendidikan formal mempunyai hubungan negatif nyata dengan pola pengambilan keputusan wanita tani dalam kegiatan pembelian sarana produksi, pemilihan benih, penyulaman, pemupukan, dan pemasaran (Tabel 1). Semakin tinggi pendidikan formal wanita tani, maka semakin tinggi toleransi wanita tani dengan sesama petani, termasuk juga dengan suaminya sebagai partner kerja dalam memutuskan kegiatan yang berhubungan usahatani keluarga. Pelibatan suami bersama-sama wanita tani untuk memutuskan dan mengelola kegiatan usahatani dalam hal pembelian sarana produksi, pemilihan benih, penyulaman, pemupukan, dan pemasaran. Keadaan ini juga didukung oleh umur wanita tani yang sebagian besar tergolong dewasa produktif, dimana pada fase ini wanita tani mampu menjalankan usahataninya untuk menghasilkan produksi yang tinggi. Havighurst dalam Toha dan Asmoro (2009) menyatakan usia dewasa pertengahan merupakan usia dimana pria dan wanita mencapai pucak interaksi dalam masyarakat. Motivasi mempunyai hubungan negatif nyata dengan pola pengambilan keputusan wanita tani dalam kegiatan penyulaman (Tabel 1). Hal ini berarti semakin tinggi motivasi wanita tani dalam kegiatan penyulaman, maka semakin besar juga wanita tani melibatkan suaminya untuk membantu kegiatan tersebut. Menurut Nurmalia dan Richard (2006), motivasi timbul akibat dari pengalaman. Pengalaman wanita tani sayuran di daerah ini tergolong masih rendah yaitu 1 14 tahun, sehingga keterlibatan suami dalam pengambilan keputusan dalam kegiatan penyulaman sangat diperlukan. Penyulaman harus dilakukan dengan cepat, agar pertumbuhan tanaman baru hasil sulaman dapat menyamai pertumbuhan tanaman sebelumnya. Dengan pertumbuhan tanaman yang baik akan didapat hasil yang memuaskan. Hubungan Pola Pengambilan Keputusan dengan Karakteristik Eksternal Hasil analisis hubungan pola pengambilan keputusan wanita tani dalam pelaksanaan usahatani sayuran dengan karakteristik eksternal wanita tani menggunakan uji korelasi Rank Spearman, tersaji pada Tabel 2. Tabel 2. Hubungan Pola Pengambilan Keputusan Wanita Tani dalam Pelaksanaan Usahatani Sayuran dengan Karakteristik Eksternal Karakteristik eksternal Akses informasi Penetapan bisnis usaha tani Pembelian saprodi Pemilihan benih Persiapan /pengolah an lahan 115 Penyulaman Penanaman Pemupukkan Pengendalian hama penyakit Penentuan waktu panen Pemasaran -0,249-0,341* -0,138-0,061 0,024 0,072 0,134 0,071-0,003-0,220 Prasarana 0,137 0,234 0,420** 0,219 0,318* 0,176 0,259 0,224 0,193 0,270 Keterangan : *korelasi nyata pada taraf 5%

Jurnal Matematika, Sains, dan Teknologi, Volume 13 Nomor 2, September 2012, 107-117 Tabel 2 memperlihatkan adanya hubungan negatif nyata antara akses informasi dengan pola pengambilan keputusan wanita tani dalam kegiatan pembelian sarana produksi. Semakin tinggi akses informasi yang diterima oleh wanita tani, membuat wanita tani semakin sulit mengambil keputusan untuk melakukan pembelian sarana produksi, sehingga memerlukan orang lain sebagai tempat bertukar pikiran. Hal ini yang membuat wanita tani melibatkan suaminya dalam pembelian sarana produksi, yaitu sebagai teman untuk berbagi informasi atau saling tukar pikiran dalam memutuskan kegiatan tersebut. Ketersediaan prasarana mempunyai hubungan positif nyata dengan pola pengambilan keputusan wanita tani dalam kegiatan pemilihan benih dan penanaman (Tabel 2). Ketersediaan prasarana cenderung akan mempermudah dan memperlancar wanita tani dalam melakukan pemilihan benih. Selain itu semakin tinggi ketersediaan prasarana, juga akan mempermudah wanita tani akses ke lahan untuk melakukan penanaman. Hal ini sejalan dengan pendapat Mosher (1981) yaitu salah satu karakteristik pelancar pembangunan pertanian adalah ketersediaan prasarana. KESIMPULAN Karakteristik internal yang berkaitan dengan pola pengambilan keputusan wanita tani dalam melakukan kegiatan usahatani adalah umur petani. Selain itu karakteristik eksternal yang berkaitan dengan pola pengambilan keputusan wanita tani dalam melakukan kegiatan usahatani adalah prasarana usahatani. Pada kegiatan persiapan/pengolahan lahan, pemupukan, pengendalian hama penyakit, dan pemasaran, pengambilan keputusan sepenuhnya dilakukan oleh suami. Pada kegiatan penentuan bisnis usahatani, dan pembelian sarana produksi, pengambilan keputusan dilakukan secara bersama antara suami dan istri, dengan porsi suami lebih dominan. Pada kegiatan pemilihan benih, penanaman, penyulaman, dan penetapan waktu panen, pengambilan keputusan dilakukan secara setara antara suami dan istri. Terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik internal wanita tani, walaupun hubungan tersebut bersifat negatif. Karakteristik tersebut yaitu pendidikan formal dengan pola pengambilan keputusan wanita dalam kegiatan pembelian saprodi, pemilihan benih, penyulaman, pemupukan, dan pemasaran, sedangkan motivasi pada kegiatan penyulaman. Demikian pula terdapat hubungan nyata antara karakteristik eksternal wanita tani, yaitu akses terhadap informasi dengan pola pengambilan keputusan wanita tani dalam kegiatan pembelian sarana produksi. Di samping itu, ketersediaan sarana produksi berhubungan positif nyata dengan pola pengambilan keputusan wanita tani dalam pemilihan benih, dan pemupukan. SARAN Perlu diberikan pelatihan pada wanita tani yang dikonsentrasikan pada persiapan/ pengolahan lahan, pemupukan, pengendalian hama penyakit, dan pemasaran, agar wanita tani mempunyai rasa percaya diri yang tinggi untuk mengambil keputusan dalam memutuskan kegiatan tersebut. REFERENSI Danim, S. (2004). Motivasi, kepemimpinan, dan efektivitas kelompok. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Elizabeth, R. (2007). Mendukung strategi gender mainstreaming dalam kebijakan pembangunan pertanian di pedesaan. Forum penelitian agro ekonomi, 25(2), 126-135. 116

Yani, Pola Pengambilan Keputusan Wanita Tani Kotler. (1997). Manajemen pemasaran: analisis perencanaan, implementasi dan kontrol. Jakarta: Prehallindo. Mosher, A.T. (1981). Menggerakkan dan membangun pertanian. Jakarta: CV. Yasaguna. Nurmalia, N., & Richard W.E.L. (2006). Pembinaan wanita pengolah ikan asin di pesisir Muara Angke, Jakarta Utara. Jurnal Penyuluhan, 2(2), 92. Rosni, M. (2003). Wanita tani dalam pengambilan keputusan pada usahatani jagung. Thesis master yang tidak dipublikasikan. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB. Sajogyo, P. (1983). Peranan wanita dalam perkembangan masyarakat desa. Jakarta: CV. Rajawali. Siregar, A. & Pasaribu, R. (2000). Bagaimana mengelola media korporasi organisasi lembaga penelitian, pendidikan, dan penerbitan yogyakarta (LP3Y). Yogyakarta: Kanisius. Toha, R., & Asmoro, H. (2009). Pendekatan pendidikan orang dewasa. Jakarta: Golden Media Jakarta. 117