BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kelancaran aliran produksi harus diperhatikan dalam perencanaan tata letak

BAB I PENDAHULUAN. meliputi pengaturan tataletak fasilitas produksi seperti mesin-mesin, bahan-bahan,

Pendahuluan BAB I BAB I PENDAHULUAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. IV, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut :

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK AREA PRODUKSI PT X DENGAN METODE SYSTEMATIC PLANT LAYOUT

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tata letak pabrik merupakan landasan utama dalam pengaturan tata letak

DAFTAR DIAGRAM Diagram Judul Halaman 5.1. Penjadwalan Awal Produk Singlet Penjadwalan Awal Produk Baju Penjadwalan Awal Produk Jaket

BAB V HASIL DAN ANALISIS

Perancangan Ulang Tata Letak Pabrik untuk Meminimalisasi Material Handling pada Industri Pembuat Boiler

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Aktual Jumlah Frekuensi Cacat PT. X

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB V ANALISA DAN HASIL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri di Indonesia sekarang ini semakin pesat. Hal ini

I-1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan cara mengatur lay-out pabrik sedemikian rupa berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. lama, maka kesalahan di dalam analisis dan perencanaan layout akan

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan tataletak fasilitas produksi. Pengaturan tataletak fasilitas produksi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB V ANALISIS HASIL

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

III BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. ini tentunya dapat dilakukan dengan cara mengatur layout pabrik sedemikian rupa

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kulitas barang/produk yang dihasilkan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era modern merupakan sebuah era yang sangat dinamis, baik dalam aspek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

REKAYASA DAN INOVASI TEKNOLOGI UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP BANGSA

pekerjaan pada mesin dan penugasan tenaga kerja pada mesin. Sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan perencanaan yang tepat pada saat menerima

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan tataletak fasilitas produksi. Pengaturan tataletak lantai produksi

BAB I PENDAHULUAN I-1

Ratih Setyaningrum,MT dan Rindra Yusianto, S.Kom.MT. Universitas Dian Nuswantoro Jalan Nakula I No Semarang

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu industri tata letak fasilitas merupakan salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembahasan

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan industri di bidang manufaktur khususnya di Indonesia dan

BAB V ANALISIS HASIL. 5.1 Analisis Tata Letak Fasilitas Awal dan Usulan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PERTEMUAN #3 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISA PERANCANGAN TATA LETAK LANTAI PRODUKSI DIVISI WELDING UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI DI PT. XX

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. dampak semakin ketatnya persaingan perusahaan pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Perusahaan yang dapat. jumlah konsumennya. Salah satu usahanya adalah dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Departemen Machining, 2014

Perbaikan Tata Letak Fasilitas Departemen Sheet Metal 1 PT. MCP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Susunan mesin dan peralatan pada suatu perusahaan akan sangat

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif membuat perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir Latar Belakang Masalah. Pada produksi yang mempunyai tipe produksi massal, yang melibatkan

Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Untuk Meminimasi Ongkos Material Handling

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Seminar Nasional IENACO ISSN: PERANCANGAN TATA LETAK CV.KARYA LOGAM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menentukan efisiensi sebuah manajemen operasional perusahaan dalam jangka

Metode Craft Berbantuan Perangkat Lunak WinQsb Untuk Usulan Perbaikan Tata Letak Fasilitas V2.0 Pada Industri Dompet CV. X

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PADA UKM ROTI SHENDY

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III KERANGKA PEMECAHAN MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Usulan Perbaikan Tata Letak Pabrik dengan Menggunakan Systematic Layout Planning (SLP) di CV. Arasco Bireuen

BAB 1 PENDAHULUAN. dari penurunan nilai pertumbuhan industry pada setiap tahunnya. Pada 2004

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI PERCETAKAN DI SURAKARTA

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

Usulan Perbaikan Tata Letak Fasilitas dengan Menggunakan Algoritma CRAFT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perancangan fasilitas memiliki pengaruh yang sangat besar di dalam proses operasi perusahaan karena merupakan dasar dari keseluruhan proses produksi. Dalam sistem produksi sendiri 20%-50% dari total biaya manufaktur berasal dari ongkos material handling dan ongkos yang berhubungan dengan tata letak (Tompkins, 2010). Hal ini tentu saja membutuhkan konsentrasi tersendiri bagi perusahaan untuk tetap menghemat biaya produksi melalui penekanan biaya material handling dan biaya yang terkait dengan tata letak fasilitas pabrik. CV Artana Engineering merupakan perusahaan industri yang bergerak dibidang manufaktur yang mengolah plat besi menjadi berbagai jenis tangki seperti tangki air,tangki susu dan tangki transportasi. Produk unggulan dari perusahaan ini adalah tangki susu. Perusahaan ini mengadopsi job order, sehingga proses produksi akan berjalan setelah ada kesepakatan antara pihak CV Artana Engineering dengan konsumen dalam kontrak. Proses produksi dalam pembuatan tangki menggunakan mesin bubut, mesin potong, mesin roll, mesin tekuk,mesin milling, las argon dan perakitan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa proses produksi ini memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi karena tangki yang dihasilkan harus memiliki suhu yang stabil diantara 2 hingga 4 celcius untuk menjaga ketahanan susu dalam proses pasteurisasi. Objek yang diamati pada penelitian CV Artana Engineering adalah aliran material produksi dimulai dari gudang material plat hingga departemen Finishing. Setelah dilakukan penelitian melalui wawancara didapatkan kendala pada CV Artana Engineering yaitu terjadinya keterlambatan produksi tangki sehingga menyebabkan perusahaan harus membayarkan denda kepada customer. Faktor yang dapat menjadi penyebab acuan terjadinya keterlambatan produksi bisa dilihat dari beberapa hal, diantaranya seperti faktor tenaga manusia, mesin,

material, material handling equipment, fasilitas produksi tangki, seperti yang dapat dilihat pada Gambar I.1. Gambar I.1 Diagram Fishbone Pada Gambar I.1 terlihat akar dan penyebab dari masing-masing faktor, diantaranya: 1. Tenaga kerja Operator yang kurang terampil akibat tidak adanya training dan cepat lelah karena job desk untuk operator belum ditetapkan secara pasti. Sehingga operator tidak dapat fokus pada suatu kerjaan tertentu. 2. Mesin Sebagian besar mesin CV Artana Engineering merupakan asli buatan dari CV. Artana Engineering, namun jumlah mesin yang dibutuhkan untuk proses produksi tangki susu tidak pernah diperhitungkan dan juga proses pengerjaan yang lama, dapat menyebabkan terjadinya antrian yang merupakan salah satu faktor acuan terjadinya keterlambatan produksi.

3. Material Material yang digunakan CV Artana Engineering untuk produksi tangki susu adalah plat besi yang memiliki bobot 400 kg. Namun pada saat perpimdahan material dari satu departemen ke departemen lainnya, terkadang material jatuh sehingga menyebabkan material menjadi cacat, hal ini disebabkan jarak tempuh antar departemen tidak diperhitungkan saat peletakan posisi mesin. 4. Material Handling Equipment Alat perpindahan material yang digunakan pada CV Artana Engineering dominan menggunakan operator sebagai alat perpindahannya, karena alat perpindahan material lainnya hanya dapat mencakup beberapa area proses produksi akibat jarak antar departemen yang belum diperhitungkan sehingga beberapa departemen memiliki space yang longgar dan menyebabkan total momen perpindahan berlebih. 5. Fasilitas Produksi Tangki Fasilitas produksi tangki juga dapat menjadi salah satu faktor acuan terjadinya keterlambatan produksi yaitu adanya penumpukan material akibat dari aliran material yang tidak diurutkan sehingga terjadinya backtracking dan jarak perpindahan material antar depatemen sulit dijangkau oleh alat material handling equipment sehingga proses perpindahan material dominan dilakukan oleh operator yang menyebabkan terjadinya antrian. Beberapa faktor tersebut bisa menjadi acuan penyebab adanya kendala keterlambatan produksi yang menyebabkan CV Artana Engineering harus membayarkan denda kepada konsumen, seperti yang terlampir pada Tabel I.1 data denda produksi CV Artana Engineering.

Bulan Tabel I.1 Denda Produksi Sumber: CV Artana Engineering Data Produksi CV Artana Engineering Jumlah Order Jumlah Produksi Delay Tangki Denda Mei 4 2 2 Rp.5.000.000/week/tangki Juni 3 2 1 Rp.5.000.000/week/tangki Juli 3 3 - Rp.5.000.000/week/tangki Agustus 5 2 3 Rp.5.000.000/week/tangki September 2 2 - Rp.5.000.000/week/tangki Dari Tabel I.1 dapat diketahui jumlah produksi CV Artana Engineering pada beberapa bulan dan terlihat bahwa perusahaan terkena denda kepada customer akibat tidak terselesaikannya produksi tangki yang tepat waktu. Denda per/minggu terhadap kosumen adalah Rp.5.000.000 dan berlaku kelipatan jika tangki tidak terselesaikan selama berminggu-minggu. Hal ini terjadi dikarenakan CV Artana Engineering tidak memperhitungkan jarak perpindahan material antar departemen sehingga terjadinya antrian pada beberapa departemen. Selain itu perusahaan juga tidak merancang tata letak mesin berdasarkan aliran proses produksi, sehingga terjadinya backtracking pada beberapa proses yang menyebabkan meningkatnya total momen perpindahan material seperti yang dilampirkan pada tabel I.2 Tabel waktu dan jarak perpindahan material.

Tabel I.2 Waktu dan Jarak Perpindahan Material Sumber: CV Artana Engineering Waktu No Mesin Jarak Perpindahan Alat BBM (meter) (menit) transportasi (liter) from To From To 1 Department bahan Mesin cutting 1 118 0 30 Operator baku - 2 Mesin cutting 1 Mesin Tekuk 1 30 30 55 Operator - 3 Mesin Tekuk 1 Mesin cutting 2 20 55 75 Operator - 4 Mesin cutting 2 MesinnTekuk 2 20 75 95 Operator - 5 Mesin Tekuk 2 Mesin milling 30 95 120 Operator - 6 Mesin milling Mesin roll 40 120 155 Forklift 2.0 7 Mesin roll Mesin las argon 50 155 200 Forklift 2.2 8 Mesin las argon Mesin bubut 90 200 262 Forklift 4.1 9 Mesin bubut Mesin perakitan 110 262 405 Forklift 5 10 Mesin perakitan finishing 30 405 418 Forklift 1.4 11 finishing Warehouse 123 418 440 Crane - Tabel I.3 Standar Bahan Bakar Sumber: CV Artana Engineering Standar Bahan Bakar CV Artana Engineering Jumlah Tangki Bahan bakar Waktu Penggunaan BBM 1-3 tangki 10 27 hari 4-6 tangki 15 27 hari 7-10 tangki 15 27 hari 11-15 tangki 15 27 hari

Dari Tabel I.2 didapatkan bahwa banyak dalam perpindahan material menggunakan operator dan forklift. Namun masalah yang terjadi pada CV Artana Engineering adalah ketika perpindahan material menggunakan operator maka jam kerja menjadi tidak maksimal dikarenakan membutuhkan tenaga kerja 8-10 orang sehingga menurunkan produktivitas kerja, hal ini dikarenakan jika menggunakan forklift akan menghabiskan 10 hingga 15 liter selama dua hari untuk perpindahan material pada proses produksi pembuatan untuk 1 tangki saja. Faktor lainnya yaitu beberapa area proses produksi tidak terjangkau karena jarak perpindahan antar material tidak diurutkan berdasarkan aliran proses yang menyebabkan penggunaan bahan bakar minyak melebihi standar penggunaan perusahaan, seperti yang terlihat pada terlihat pada Tabel I.3. Parameter yang dijadikan tolak ukur perencanaan tata letak fasilitas yang dinamis adalah minimasi ongkos material handling (OMH) karena menurut Tompkins dan White, 2000 bahwa 20-50% dari total biaya operasi manufaktur berasal dari ongkos material handling (OMH) dan ongkos yang berhubungan dengan tata letak. Selain itu perusahaan juga dapat berupaya dalam menganggulangi keterlambatan produksi dengan merancang ulang tata letak fasilitas dan meningkatkan waktu proses produksi sehingga produktivitas kerja dapat lebih maksimal agar tidak terjadi antrian dan backtracking, seperti yang terlihat pada Tabel I.4 dan pada Gambar I.2.

No Lokasi Antrian Tabel I.4 Jumlah dan Lama Antrian Sumber: CV. Artana Engineering Jumlah Antrian (kg) Lama Waktu Mengantri (menit) Jumlah Tangki 1 Departemen Bahan Baku 6000-8000 25 1 2 Mesin Cutting 1 1000-1300 20 1 3 Mesin Tekuk 1 900-1200 25 1 4 Mesin cutting 2 800-1100 20 1 5 Mesin Tekuk 2 900-1200 25 1 6 Mesin milling 100-200 45 1 7 Mesin roll 100-200 35 1 8 Mesin las argon 400-700 125 1 9 Mesin las bubut 200-300 30 1 10 Perakitan 500-1000 160 1 11 Mesin Finishing - - 1 Dari tabel I.4 dapat diketahui terjadi antrian dari awal proses yaitu Departemen Bahan Baku hingga ke proses mesin perakitan, antrian dari departemen bahan baku dengan kapasitas jumlah antrian sebesar 6000-8000 kg dengan waktu antrian 25 menit yaitu untuk 1 tangki, dimana untuk membuat 1 tangki membutuhkan plat yang dipotong sebesar 4-6 plat dan pada proses selanjutnya pun juga dibutuhkan proses yang berulang agar suhu dan bentuk tangki sesuai dengan yang di order, yaitu pada proses tekuk 2, milling, roll dan las argon yang dimana proses tersebut terdapat antrian seperti yang dijelaskan pada tabel I.4.

1 3 2 4 2 1 Departemen Bahan Baku 3 4 5 5 6 6 Office 7 7 8 8 9 Warehouse Perakitan 11 10 Finishing Keterangan 1. Mesin Cutting 1 2. Mesin Cutting 2 3. Mesin Tekuk 2 4. Mesin Tekuk 1 5. Mesin Milling 6. Mesin Bubut 7. Mesin Roll 8. Mesin Las Flow Material Backtracking Gambar I.2 Layout Sumber: CV Artana Engineering Pada Gambar I. 2 terlihat layout CV Artana Engineering terjadi perpindahan bolak balik (backtracking) yaitu pada proses perpindahan material dari mesin tekuk 1 (4) ke mesin cutting 2 (2) dan mesin las (8) ke mesin roll (7), selain itu juga terdapat jarak perpindahan material yang belum diperhitungkan, sehingga cost bahan bakar minyak melebihi dari standar perusahaan dan meningkatnya total moment perpindahan

sehingga menyebabkan keterlambatan produksi dan total moment perpindahan yang berlebih (Tabel I. 2). Dari uraian beberapa permasalahan yang ada dapat diketahui kendala yang dihadapi CV Artana Engineering dalam pembuatan tangki susu ada beberapa hal, yaitu: 1. Terjadinya keterlambatan produksi tangki sesuai jadwal permintaan customer sehingga merugikan perusahaan. Dapat dilihat pada Tabel I. 1. 2. Jarak tempuh yang belum diperhitungkan sehingga dalam setiap perpindahan bahan antar department terjadi over time dan biaya total moment cost yang berlebih. Dapat dilihat pada Tabel I. 2. 3. Prosesnya yang kompleks menyebabkan aliran bahan mengalami banyak titik perpindahan. Perpindahan material ini juga sering mengalami kendala yaitu lambatnya material atau bahan untuk sampai ke departemen berikutnya yang mengakibatkan terjadinya penumpukan bahan di beberapa departemen seperti yang ada pada Tabel I.4. 4. Tata letak yang belum dirancang sehingga mengakibatkan adanya perpindahan bolak balik (backtracking) pada material. Dapat dilihat pada Gambar I.2. Dari permasalahan yang ada, maka perlu dilakukan perbaikan tata letak fasilitas aktual dengan membuat usulan tata letak baru untuk mengurangi total moment perpindahan dengan memperhitungkan unit load sehingga waktu proses produksi lebih optimal dan meningkatkan jam kerja operator di CV Artana Engineering dengan menggunakan framework Systematic Layout Planning (SLP). Sistem perpindahan material di CV Artana Engineering dari satu departemen ke departemen lainnya masih banyak menggunakan operator sehingga jam kerja produksi operator belum maksimal karena harus melakukan aktivitas material handling. Waktu tenaga kerja produktif dapat terbuang karena keadaan tata letak yang buruk (Apple, 1990). Oleh Karena itu, maka perlu dilakukan pembenahan tata letak fasilitas pabrik pada CV Artana Engineering seperti perancangan ulang dan perbaikan sistem fasilitas produksi dengan menggunakan algoritma CRAFT.

I.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka hal yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini ialah: 1. Bagaimana rancangan usulan perbaikan tata letak fasilitas produksi di CV Artana Engineering? 2. Berapa unit load untuk mengurangi total moment cost perpindahan? I.3 Tujuan Penelitian Dengan mengacu pada permasalahan yang akan diselesaikan maka telah ditetapkan tujuan dalam penelitian ini yaitu: 1. Memberikan usulan perancangan tata letak fasilitas produksi yang lebih optimal sehingga dapat meningkatkan produktivitas. 2. Memberikan usulan perbaikan jumlah unit load untuk meminimukan total moment perpindahan di CV Artana Engineering. I.4 Batasan Penelitian Untuk menghindari kesalahpahaman dan meluasnya masalah yang akan diteliti, maka penulis membatasi atau memfokuskan masalah terkait perancangan tata letak fasilitas sebagai berikut: 1. Tidak melakukan perubahan sistem produksi ataupun urutan proses pada perusahaan. 2. Tingkat keahlian operator dalam menggunakan mesin sehingga terjadi kerusakan tidak diperhitungkan. 3. Perancangan tata letak fasilitas hanya dilakukan pada lantai produksi.

I.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Mendapatkan usulan tata letak yang lebih efisien untuk meningkatkan produktivitas produksi dan meminimumkan total momen perpindahan. 2. Menjadi acuan untuk perbaikan tata letak fasilitas yang bisa diterapkan pada CV Artana Engineering. I.6 Sistematika Penulisan berikut: Pada penelitian ini akan diuraikan dengan sistematika penulisan sebagai Bab I Bab II Pendahuluan Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan yang terjadi pada CV Artana Engineering, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Tinjauan Pustaka Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai literatur yang berisi teori yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian. Teori tersebut digunakan dalam penelitian ini sebagai acuan dan kerangka berpikir melakukan penelitian dalam penyelesaian masalah terkait perencanaan fasilitas, algoritma tata letak fasilitas, tipe tata letak dan prosedur yang digunakan. Bab III Metodologi Penelitian Dalam bab ini dijelaskan mengenai model konseptual dan langkah-langkah penelitian yang harus dilakukan sehingga dapat memberikan hasil berupa solusi dan usulan perbaikan. Berikut tahap yang akan dilakukan: tahap identifikasi masalah penelitian, tahap perancangan, mengidentifikasi dan menganalisis hasil penelitian sampai ke tahap pemecahan masalah serta kesimpulan dan saran.

Bab IV Bab V Bab VI Pengumpulan dan pengolahan data Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai sub bab pengumpulan data yang berisi informasi mengenai data yang diperlukan untuk merancang ulang tata letak fasilitas pada CV Artana Engineering. Data yang dikumpulkan melalui wawancara dengan operator dan observasi langsung dilantai produksi perusahaan dan kemudian data tersebut diolah dan diproses agar mendapatkan hasil penelitian yang diinginkan. Analisis Data Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai hasil analisis penelitian, kondisi sebelum dilakukan penelitian dan hasil sesudah dilakukan penelitian setelah perancangan. Analisis berisi sejauh mana parameter yang telah dilakukan akan perubahan pada perusahaan. Kesimpulan dan saran Dalam bab ini berisi kesimpulan akhir dari penelitian. Kesimpulan ini merupakan hasil akhir secara keseluruhan dari penelitian yang telah dilakukan dan juga berisi saran yang digunakan untuk perbaikan penelitian kedepannya