BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi tempat kerja merupakan wadah dimana para pegawai melakukan interaksi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan sebagai organisasi yang bergerak

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perangkat keilmuannya masing-masing berinteraksi satu sama lain (Undang-

LAPORAN KINERJA TRIWULANAN RSUD LAWANG TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan dengan fungsi yang

RENCANA KINERJA TAHUNAN RSUD PLOSO KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 RUMUS/ FORMULA. tahun = Jumlah pasien rawat inap + Jumlah pasien rawat jalan

BAB 1 : PENDAHULUAN. sehat. Namun saat ini rumah sakit bukan hanya sebagai fasilitas sarana kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena

BAB 1 : PENDAHULUAN. Tahun Pemerintah berkewajiban mengupayakan tersedianya pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta,

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat menjadi lebih selektif dalam memilih jasa pelayanan dari suatu rumah

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber: diakses pada 25/04/2014 pukul WIB)

Penampilan rumah sakit dapat diketahui dari beberapa indikator antara lain : a. Cakupan dan mutu pelayanan dilihat melalui indikator :

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, maka tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN. gawat darurat. Sedangkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. pencegahan penyakit serta upaya perbaikan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat, baik kuratif maupun preventif, rumah sakit juga

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencari dan menerima pelayanan kedokteran dan tempat pendidikan

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, hal itu disebabkan karena semakin tingginya kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. kelima Pancasila serta Undang-Undang Dasar Negara Republik. kebutuhan dasar hidup yang layak dan memberikan kepastian

2 Sumber daya manusia medis dan non medis merupakan kunci keberhasilan rumah sakit, karena rumah sakit adalah suatu bentuk organisasi yang berfungsi s

BAB 1 PENDAHULUAN. yang profit maupun yang non profit, mempunyai tujuan yang ingin dicapai melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Rekam Medis menurut Huffman EK, diagnosa dan pengobatan serta merekam hasilnya. (6)

BAB I PENDAHULUAN. penyakit disamping penyembuhan dan pemulihan. segenap lapisan masyrakat. Sasaran dari program tersebut yakni tersedianya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015

BAB III METODOLOGI. Dokumentasi berupa data harian, bulanan, dan tahunan yang dilakukan di Rumah

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Obyek yang dipilih dalam penelitian ini adalah Rumah Sakit Graha Husada

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB 1 PENDAHULUAN. institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan keunggulan masing-masing agar bisa bertahan. Rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya (Hasibuan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit mempunyai peran yang penting dalam memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1204/Menkes/SK/X/2004. pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. (14) 340/MENKES/PER/III/2010

BAB I PENDAHULUAN. yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesehatan dan. mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (health service). Sarana Pelayanan Kesehatan merupakan tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepemimpinan organisasi rumah sakit memainkan peranan yang sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. of Hospital Care yang dikutip Azwar (1996) mengemukakan beberapa

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan (1, 2)

BAB I PENDAHULUAN. profesional sesuai kebutuhan masyarakat (Wuryanto, 2010). swaktu diperlukan untuk berangkat dan pulang kerja.

BAB I PENDAHULUAN. tidak dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan yaitu harus sesuai

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. ancaman yang akan datang. Rumah Sakit yang memiliki perencanaan strategis akan

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN: X, Vol.1, No.2, Oktober 2013

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan non profit, yaitu unit usaha yang bertujuan tidak untuk mencari

Indikator pelayanan rumah sakit By : Setiadi

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tidak terlepas dari peran tenaga medis dan nonmedis.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Salah satu profesi yang mempunyai peran penting di rumah

PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE BALANCED SCORECARD

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. mengutamakan pelaksanaannya melalui upaya penyembuhan pasien, rehabilitasi dan pencegahan gangguan kesehatan. Rumah sakit berfungsi

TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI : BERKUALITAS DI SEMUA LINI PELAYANAN MISI TUJUAN SASARAN

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu

INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP)

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan upaya kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang. Dari 22 RSU di

PENETAPAN KINERJA RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SISTEM PENGOLAHAN DATA RAWAT INAP DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN BERBASIS MULTIUSER

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

NAMA SKPD VISI MISI TUGAS POKOK FUNGSI. a. Penyelenggaraan pelayanan medis

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit dari cost center menjadi profit oriented membutuhkan suatu peraturan

Penilaian pelayanan di RSUD AM Parikesit menggunakan indikator pelayanan kesehatan, adapun data indikator pelayanan dari tahun yaitu :

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

GAMBARAN EFFISIENSI PENGGUNAAN TEMPAT TIDUR RUANG PERAWATAN KELAS III DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TASIKMALAYA TAHUN 2011 DAN 2012

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien adalah sebuah sistem pencegahan cedera terhadap pasien dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu proses pekerjaan yang berlangsung untuk mencapai hasil kerja

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan jasa kesehatan. Keberhasilan sebuah rumah sakit dinilai dari mutu

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mengakibatkan ketertarikan masyarakat umum semakin berlomba

LAPORAN KINERJA (LKj) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LAWANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nursalam, Manajemen Keperawatan, Ed 3, Salemba Medika, Jakarta, Hal : 295

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk melakukan evaluasi dalam menilai kinerja perusahaan. Seringkali penilaian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB 1 : PENDAHULUAN (1, 2)

PENGUKURAN KINERJA RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU MENGGUNAKAN ELEMEN-ELEMEN BALANCED SCORECARD. (Studi Empiris pada RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU)

RSUD DATU SANGGUL RANTAU KABUPATEN TAPIN

BAB I PENDAHULUAN. adalah sumber daya manusia (Depkes, 2002). penunjang lainnya. Diantara tenaga tersebut, 40% diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, masalah yang dirumuskan, tujuan serta manfaat penelitian dilakukan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Selain itu,

LAPORAN KINERJA (LKj) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LAWANG TAHUN 2015

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Organisasi adalah suatu sistem perserikatan formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan organisasi. Organisasi itu hanya merupakan alat dan wadah saja (Hasibuan, 2007). Organisasi tempat kerja merupakan wadah dimana para pegawai melakukan interaksi dalam melaksanakan pekerjaannya untuk mencapai tujuan bersama, agar para pegawai dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik dalam suatu organisasi tempat kerja dibutuhkan suatu perancangan organisasi yang ergonomis. Menurut Nurmianto (2008) ergonomi adalah studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomis, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain. Sedangkan menurut Harrianto (2009) ergonomi meliputi: ergonomi fisik, ergonomi kognitif dan ergonomi organisasi. Ergonomi organisasi merupakan studi yang fokus pada optimalisasi sistem sosioteknikal termasuk struktur organisasi, proses dan kebijakan. Ergonomi organisasi meliputi komunikasi, desain pekerjaan, kerjasama tim, manajemen sumber daya pegawai, teleworking, shift kerja, budaya keselamatan, kepuasan kerja dan dorongan (Catherine, 2008). Sedangkan ergonomi organisasi menurut Harrianto (2009) meliputi komunikasi, manajemen sumber daya pegawai, perencanaan tugas, perencanaan waktu kerja, kerja sama tim kerja, perencanaan partisipasi kerja,

ergonomi komunitas, paradigma kerja yang baru, pola kerja jarak jauh, dan manajemen kualitas kerja. Ergonomi organisasi penting dalam suatu lingkungan kerja karena organisasi merupakan tempat dimana para pegawai melakukan aktivitas pekerjaanya sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan oleh pimpinan organisasi. Oleh karena itu, organisasi tempat kerja harus didesain secara ergonomi sehingga dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi pekerjaan, baik dalam hal mempernyaman penggunaan, mengurangi kesalahan, dan meningkatkan produktivitas. Dengan demikian, ergonomi organisasi dapat menambah nilai-nilai kemanusiaan yang diinginkan, seperti meningkatkan keselamatan kerja, mengurangi kelelahan atau stres akibat pekerjaan, meningkatkan kepuasan kerja, dan memperbaiki kualitas hidup. Organisasi tempat kerja dapat menjadi pendorong atau penarik bagi pegawai untuk melakukan tugas sesuai dengan uraian tugas yang diberikan kepada pegawai. Untuk dapat melakukan tugas dengan baik setiap individu pegawai harus memiliki motivasi kerja yang baik sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja. Menurut Gray (1984) (dalam Winardi, 2001) motivasi merupakan hasil sejumlah proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seseorang individu yang menyebabkan timbulnya sikap entusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Motivasi kerja merupakan dorongan yang timbul pada diri seseorang untuk melakukan atau berperilaku untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi yang ada pada seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan untuk mencapai suatu

kepuasan. Motivasi bukanlah sesuatu yang dapat diamati, tetapi lebih merupakan hal yang dapat disimpulkan adanya karena sesuatu perilaku yang tampak (Sukanto & Hani, 1997). Dalam suatu organisasi, motivasi merupakan masalah yang kompleks. Hal ini akibat kebutuhan dan keinginan setiap pegawai berlainan. Perbedaan tersebut disebabkan karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik, baik secara biologis maupun psikologis. Untuk itu, agar organisasi dapat memelihara dan mempertahankan semangat kerja pegawainya, bagaimana fenomena motivasi tersebut, serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya perlu dipelajari dan dipahami. Menurut Sastrohadiwiryo (2003) motivasi tenaga kerja akan ditentukan oleh perangsangnya. Perangsang yang dimaksud merupakan mesin penggerak motivasi pegawai, sehingga menimbulkan pengaruh perilaku individu pegawai yang bersangkutan. Sagir (1985) (dalam Sastrohadiwiryo, 2003) mengemukakan unsurunsur penggerak motivasi antara lain kinerja, penghargaan, tantangan, tanggung jawab, pengembangan, keterlibatan dan kesempatan. Penelitian Hendiana (1999) menemukan 15 faktor motivasi yang berhubungan dengan pemberdayaan pegawai. Dari 15 faktor motivasi tersebut, yang paling penting pada kelompok bawahan adalah perhatian manajemen terhadap pegawai atau staf terutama yang berkaitan dengan pujian atas keberhasilan pegawai tersebut dalam menjalankan tugas, peluang dalam karier, hubungan antara pimpinan dan staf, kondisi lingkungan kerja baik fisik maupun non fisik, pengelolaan konpensasi, kondisi hubungan antara sesama pegawai.

Keterkaitan ergonomi organisasi dengan motivasi kerja yaitu organisasi sebagai wadah bagi para pegawai melakukan aktivitas pekerjaan dapat menjadi pendorong atau penarik bagi para pegawai untuk melakukan suatu tugas atau bahkan menjadi faktor penghambat bagi pegawai untuk menunjukan kinerja sehingga dapat berpengaruh terhadap poduktivitas kerja. Penelitian ini penting dilakukan karena dari tinjauan literatur masih sangat sedikit penelitian-penelitian yang membahas tentang pengaruh ergonomi organisasi terhadap motivasi kerja, terutama ergonomi organisasi dalam keperawatan. Selain itu berbagai kebijakan dan peraturan organisasi dapat menarik atau mendorong motivasi kerja seorang perawat. Adapun fokus penelitian ini adalah rumah sakit yang menekankan pada kajian motivasi kerja perawat pelaksana. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 983 tahun 1992 rumah sakit umum mempunyai tugas antara lain melaksanakan upaya kesehatan secara efektif dan efisien, mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan. Untuk pemenuhan tugas tersebut, sumber daya manusia kesehatan yang sesuai dengan kemampuan dan keahliannya sangat diperlukan. Salah satu sumber daya manusia kesehatan yang melaksanakan tugas pelayanan di rumah sakit adalah perawat. Perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien harus mempunyai pengetahuan, keterampilan dan etika yang baik, juga harus mempunyai motivasi yang tinggi sehingga dapat memenuhi harapan pasien dan keluarganya

sesuai dengan kebutuhannya. Motivasi kerja perawat dalam melaksanakan tugasnya dipengaruhi oleh berbagai faktor yang ada pada organisasi rumah sakit tersebut. Faktor-fakor tersebut antara lain faktor organisasi khususnya manajemen sumber daya perawat. Motivasi kerja yang tinggi akan berdampak pada kinerja organisasi. Begitu juga dengan tenaga perawat pelaksana di rumah sakit merupakan bagian integral dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan asuhan keperawatan di rumah sakit. Baik buruknya kinerja suatu rumah sakit dipengaruhi oleh kinerja dari para perawat, sedangkan kinerja perawat dipengaruhi oleh motivasi kerjanya. Survei awal yang dilakukan di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I Bukit Barisan (Kesdam I/BB) pada tanggal 6-7 Pebruari 2012 didapatkan data sebagai berikut, parameter kinerja rumah sakit tahun 2011 Triwulan empat meliputi: BOR (Bed Occupancy Rate) = 69,4% yaitu persentase pemakaian tempat tidur 69,4%, standar efisiensi BOR 75% - 85%. BTO (Bed Turn Over) = 10,99 kali yaitu produktivitas tempat tidur 10,99, Standar efiesiensi BTO adalah 30 kali. ALOS (Average Length of Stay) = 5,91 hari yaitu rata-rata lama pasien dirawat 5,91 hari, standar efisiensi ALOS 6-9 hari dan ALOS dianjurkan serendah mungkin tanpa mempengaruhi kualitas pelayanan perawatan. TOI (Turn Over Interval) = 4,9 yaitu rata-rata tempat tidur kosong 4,9 hari, standar TOI adalah 1-3 hari. GDR (Gross Death Rate) = 32,5 yaitu jumlah pasien meninggal < 48 jam, standar ideal GDR adalah < 45 dan NDR (Net Death Rate) = 23,3 yaitu jumlah pasien mati > 48 jam, angka ideal NDR adalah 25. Sebagai bahan perbandingan parameter kinerja rumah sakit pemerintah di medan yaitu rumah sakit umum dr Pirngadi Medan.

Menurut data rekam medis RSU Dr Pirngadi Medan Triwulan IV Tahun 2011 adalah BOR (Bed Occupancy Rate) = 68,48%, BTO (Bed Turn Over) = 3,58 kali. ALOS (Average Length of Stay) = 6,42 hari, TOI (Turn Over Interval) = 2,64, GDR (Gross Death Rate) = 89,63, NDR (Net Death Rate) = 49,57. Jumlah perawat pelaksana di ruang rawat inap adalah 128 orang, pengaturan shift kerja dibuat oleh masingmasing kepala ruangan, tetapi pengaturan shiftnya belum sesuai dengan ketentuan yaitu tidak menganut pola metropolitan (pola 2-2-2) atau pola continental (pola 2-2- 3). Manajemen sumber daya pegawai untuk pengembangan karier belum ditemukan pola karier yang bisa menjadi motivasi bagi perawat pelaksana. Sementara itu pengembangan pegawai dilaksanakan melalui pelatihan internal dan eksternal secara terbatas serta bimbingan belajar bagi pegawai yang akan naik golongan. Sedangkan bagi perawat yang ingin melanjutkan pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi hanya diberikan ijin belajar dengan biaya ditanggung oleh yang bersangkutan. Selain itu penerapan sistem reward dan punishmet bagi perawat belum sesuai aturan baku. Komunikasi dalam organisasi yaitu kotak saran untuk menampung saran dari perawat dan pasien serta keluarganya sudah ada disetiap ruang perawatan namun belum berfungsi secara optimal. Dalam setiap pertemuan, apel dan jam komandan pimpinan rumah sakit selalu memberikan himbauan dan dorongan kepada semua pegawai termasuk perawat pelaksana untuk melaksanakan tugas dengan baik dalam rangka mencapai tujuan organisasi tetapi aplikasinya di lapangan belum seperti harapan dari pimpinan tersebut.

Sedangkan data yang berkaitan dengan tanda-tanda rendahnya motivasi kerja antara lain dalam pergantian shift kerja masih ditemukan ada yang tidak sesuai dengan ketentuan, tingkat kehadiran apel belum optimal, masih ditemukan waktu penyelesaian tugas yang lamban, masih adanya keluhan dari pasien dan keluarganya tentang lambatnya respon perawat terhadap keluhan pasien. Berdasarkan data tersebut diatas dan pengalaman peneliti selama berdinas di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan dari seluruh variabel ergonomi organisasi yang menonjol adalah masalah manajemen sumber daya pegawai yaitu pengembangan karier dan reward dan punishment, shift kerja dan komunikasi sehingga penulis hanya memilih empat variabel ini. Mengingat pentingnya ergonomi organisasi dalam lingkungan kerja termasuk juga di rumah sakit maka peneliti berkeinginan untuk meneliti bagaimana pengaruh ergonomi organisasi terhadap motivasi kerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan. 1.2.Permasalahan Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka masalah penelitian ini adalah bagaimana pengaruh ergonomi organisasi terhadap motivasi kerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan. 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh ergonomi

organisasi terhadap motivasi kerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan. 1.4. Hipotesis Ada pengaruh ergonomi organisasi terhadap motivasi kerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan. 1.5. Manfaat Penelitan Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Rumah Sakit Tk II Putri Hijau dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan. 1.5.1. Manajemen Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Bagi manajemen Rumah Sakit Tk II Putri Hijau hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai: 1. Pentingnya ergonomi organisasi dalam meningkatkan motivasi kerja perawat pelaksana yang hasil outputnya dapat meningkatkan produktivitas kerja. 2. Pentingnya menerapkan sistem manajemen sumber daya pegawai yang dapat membangkitkan motivasi kerja pegawai, sehingga dapat meningkatkan kinerja pegawai khusunya para perawat pelaksana. 1.5.2. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan Khususnya Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manfaat bagi Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM USU Medan hasil penelitan ini diharapkan dapat memperkaya bahasan dalam bidang

keselamatan dan kesehatan kerja yang berhubungan dengan ergonomi organisasi terhadap motivasi kerja perawat pelaksana, dan sebagai bahan masukan bagi penelitipeneliti selanjutnya.