III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dalam anggota KPBS Pangalengan dan memiliki sapi perah produktif.

dokumen-dokumen yang mirip
III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah peternak sapi potong Peranakan Ongole yang

PENDAHULUAN. (KPBS) Pangalengan. Jumlah anggota koperasi per januari 2015 sebanyak 3.420

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE DENGAN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR ILUSTRASI... DAFTAR LAMPIRAN...

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan

Usia (tahun) Pendidikan Terakhir

BAB 3 METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bandung Provinsi Jawa Barat. Batas-batas admistratif Desa Margamukti, Utara

III. METODE PENELITIAN

PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (185A)

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

BAB II LANDASAN TEORI

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang berada ditpk Sukamenak Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung.

Analisis Hirarki Proses Vendor Pengembang System Informasi. STIE Indonesia

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

III. METODOLOGI PENELITIAN

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. wilayah Cikajang, Kabupaten Garut yang masih aktif sebagai anggota KPGS.

Bab II Analytic Hierarchy Process

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan

1 III METODE PENELITIAN. (Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara) Jabar yang telah mengikuti program

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada 2 April 2014 sampai 5 Mei 2014, di Kecamatan Jati

Fasilitas Penempatan Vektor Eigen (yang dinormalkan ) Gaji 0,648 0,571 0,727 0,471 0,604 Jenjang 0,108 0,095 0,061 0,118 0,096

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah Pamella Swalayan 1. Jl. Kusumanegara

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah kinerja petugas kesehatan hewan selaku

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dalam kelompok peternak Lebaksiuh yang ada di desa Sindanggalih, kecamatan

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Assesment Supplier PT. XYZ. Berdasarkan data yang sudah disajikan pada bab sebelumnya, maka

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN)

Analytic Hierarchy Process (AHP)

III. METODE PENELITIAN

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. berlokasi di desa Toyomarto, Malang Jawa Timur. Variabel yang diamati yaitu

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

III. METODOLOGI PENELITIAN

MEMILIH METODE ASSESMENT DALAM MATAKULIAH PENERBITAN DAN PEMROGRAMAN WEB MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

BAB 3 METODE PENELITIAN

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

HASIL DAN PEMBAHASAN. Malabar, Gunung Papandayan, dan Gunung Tilu, dengan ketinggian antara 1000-

METODOLOGI PENELITIAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek pada penelitian ini adalah CV. Bagiyat Mitra Perkasa. Lokasi

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

III.METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi

BAB 2 LANDASAN TEORI

KAJIAN KEPUSTAKAAN. yang meliputi segala aktivitas teknis dan ekonomis dalam hal pemeliharaan

BAB IV ANALISA DATA 4.1. PENDAHULUAN

PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Analytic Hierarchy Process

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

III. METODE PENELITIAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan jenis studi korelasional, yakni mendeskripsikan mengenai hubungan

Penyebaran Kuisioner

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini menggunakan catatan reproduksi sapi FH impor

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengadakan suatu penelitian, peneliti terlebih dahulu harus menentukan

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MEMILIH KOS DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW)

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

I. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Penelitian Terdahulu dan Penelitian Sekarang

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Juni 2010 di DAS

Sistem Penunjang Keputusan Penerimaan Dosen dengan Metode Analytic Hierarchy Process

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

BAB 3 METODE PENELITIAN

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah suatu yang menjadi titik perhatian dari suatu

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

Pendidikan Responden

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

Penentuan Toko Buku Gramedia ter Favorit pilihan Mahasiswa T Di Bogor Dengan Metode AHP (Analytical. Hierarchy Process)

BAB III ANP DAN TOPSIS

Transkripsi:

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah peternak sapi perah yang tergabung dalam anggota KPBS Pangalengan dan memiliki sapi perah produktif. 3.2. Metode Penelitian 3.2.1. Penentuan Lokasi Penelitian Berdasarkan pra survei diperoleh data bahwa Desa Margamukti merupakan desa dengan kepemilikan populasi sapi perah dan peternak paling banyak di KPBS Pangalengan. Desa Margamukti terdiri dari lima Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) : Cipanas II, Los Cimaung I, Los Cimaung II, Pangkalan, dan Rancamanyar. Lokasi penelitian ditentukan dengan cara memilih dua TPK yang memiliki anggota (peternak) dan populasi ternak paling banyak yaitu Los Cimaung I dan Los Cimaung II (lihat Tabel 6). 3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik multistage random sampling. Dalam penelitian ini, pengambilan sampel terdiri dari empat tahap. Tahap pertama yaitu menentukan sampel unit. Paturochman (2012) menjelaskan mengenai ketentuan yang harus diperhatikan dalam penentuan jumlah sampel dari suatu populasi yaitu sebagai berikut :

23 1). Jika anggota suatu populasi (N) cukup besar (1.000-10.000), maka persentase sampel (n) sebesar 0,1%-1%. 2). Jika anggota suatu populasi (N) relatif sedang (200-500), maka persentase sampel (n) sebesar 10%-20%. 3). Jika anggota populasi relatif kecil, misalnya 40-50 unit ambil semuanya. 4). Jumlah sampel yang harus diambil harus lebih banyak dari 30 unit. 5). Jumlah sampel yang diambil harus disesuaikan dengan anggaran biaya yang tersedia, batas waktu yang telah ditentukan, dan tenaga kerja yang ada. Los Cimaung I beranggotakan 87 peternak dan Los Cimaung II beranggotakan 113 peternak, maka jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 200 peternak. Anggota populasi peternak sapi perah Los Cimaung I dan Los Cimaung II masuk dalam kategori anggota populasi relatif sedang, maka dalam penentuan persentase sampel penelitian menggunakan 20% dari populasi yang ada, yaitu : n = 200 x 20% = 40 Jadi, jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 40 orang. Tahap dua yaitu mengalokasikan sampel yang diperoleh masing-masing TPK dengan persamaan : n i = N i x n N

Klasifikasi usaha peternakan rakyat berdasarkan jumlah kepemilikan sapi betina produktif, yaitu Skala Usaha I (1-3 ekor), Skala Usaha II (4-6 ekor), Skala Usaha III ( > 7 ekor) (Suryadi, dkk. 1989). Tahap tiga menentukan jumlah responden di setiap TPK pada berbagai skala usaha, dengan persamaan : n i = N i N i x n i 24 Keterangan : N Ni Ni n ni ni : Total populasi : Populasi pada TPK i : Populasi pada skala usaha TPK i : Total responden penelitian : Responden penelitian pada TPK i : Responden penelitian pada skala usaha TPK i Berikut hasil perhitungan penarikan sampel disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Sampel Penelitian di TPK Los Cimaung I dan Los Cimaung II per Skala Usaha Skala Usaha TPK (orang) Total Los Cimaung I Los Cimaung II I 12 10 22 II 4 8 12 III 2 4 6 Jumlah 18 22 40 Tahap empat memilih sampel atau responden pada masing-masing TPK dilakukan dengan teknik simple random sampling, angka acak diperoleh menggunakan fungsi RAND pada microsoft excel. Daftar responden terpilih dapat dilihat pada Lampiran 1.

25 3.2.3. Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden penelitian melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan daftar pertanyaan atau kuesioner yang telah disiapkan. Kuesioner dibuat dengan berpedoman pada Guide to Good Dairy Farming Practice yang diterbitkan oleh FAO dan IDF tahun 2011, serta faktorfaktor penentu teknis sapi perah (impact point) Direktorat Jenderal Peternakan tahun 1983. Data sekunder diperoleh dari database KPBS Pangalengan dan kantor Desa Margamukti. 3.3. Operasionalisasi Varibel 3.3.1. Good Dairy Farming Practice (Variabel X) Good Dairy Farming Practice yang merupakan variabel x terdiri dari tujuh sub variabel, diantaranya : reproduksi ternak, kesehatan ternak, higien pemerahan, nutrisi (pakan dan air), kesejahteraan ternak, lingkungan, dan manajemen sosial ekonomi. Penilaian GDFP berdasarkan poin-poin yang terdapat pada Guide to Good Dairy Farming Practice yang diterbitkan oleh FAO dan IDF tahun 2011, serta faktor-faktor penentu teknis sapi perah (impact point) Direktorat Jenderal Peternakan tahun 1983. Nilai maksimum variabel GDFP adalah 100 % dan nilai setiap sub variabel diberikan secara proportional yaitu sebesar 14,29 % (100% dibagi jumlah sub variabel). Definisi setiap sub variabel adalah sebagai berikut :

26 1). Reproduksi ternak, identifikasi performa-performa reproduksi yang terdiri dari umur beranak pertama, kawin pertama setelah beranak, selang beranak, service per conception, pengetahun birahi, dan cara kawin. 2). Kesehatan ternak (animal health), mendeskripsikan GDFP untuk menjamin ternak yang memproduksi susu adalah ternak yang sehat dan terdapat program kesehatan ternak yang efektif di dalam peternakan. 3). Higien pemerahan (milking hygiene), mendeskripsikan GDFP untuk menjamin proses produksi susu di bawah kondisi higienis dan peralatan yang digunakan terpelihara dengan baik. 4). Nutrisi (Nutrition, feed and water), mendeskripsikan GDFP untuk tatalaksana nutrisi ternak yang di dalamnya termasuk pakan dan air minum. 5). Kesejahteraan ternak (animal welfare), mendeskripsikan mengenai lima kebebasan yang harus didapatkan oleh ternak diantaranya ternak terbebas dari rasa haus, lapar, ketidaknyamanan, penyakit, takut, dan dapat bergerak sesuai dengan perilaku normalnya. 6). Lingkungan (environment) mendeskripsikan langkah penerapan sistem peternakan yang ramah lingkungan dan sistem pengolahan limbah untuk menjamin peternakan sapi perah tidak berdampak negatif terhadap lingkungan. 7). Manajemen sosial ekonomi (socio economic management) yang meliputi manajeman sumber daya manusia yang efektif dan efisien, menjamin

27 seluruh pekerjaan dalam peternakan dilakukan secara aman dan kompeten serta harus memiliki sistem untuk mengelola keuangan. (satuan yang digunakan adalah persen) 3.3.2. Pendapatan Peternak (Variabel Y) Pendapatan peternak merupakan variabel y diukur menggunakan metode Income Over Feed Cost (IOFC) yang diperoleh berdasarkan penjualan susu dan pengeluaran biaya pakan. 1). Produksi susu harian, merupakan total produksi dari seluruh sapi laktasi (lt/hari). 2). Harga jual susu, merupakan harga susu per kg pada masing-masing peternak yang ditetapkan oleh koperasi, berdasarkan kualitas susu, TPC, dan berat jenis (Rp/lt). 3). Biaya pakan, merupakan total biaya yang dikeluarkan oleh peternak atas pengadaan pakan hijauan dan konsentrat (Rp). 3.4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 3.4.1. Analisis Penerapan Good Dairy Farming Practices Analisis mengenai penerapan GDFP menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Ranking seluruh prioritas (skala prioritas) menggunakan Pairwise Comparison (perbandingan berpasangan). Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan alat pengambil keputusan yang menguraikan suatu permasalahan kompleks dalam struktur hirarki dengan banyak tingkatan yang terdiri dari tujuan, kriteria dan alternatif (Suyatno dkk., 2011).

28 Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan dengan menggunakan AHP, meliputi : 1). Menyusun hirarki yang terdiri dari unsur tujuan, kriteria dan sub kriteria. Good Dairy Farming Practice (GDFP) I. Reproduksi Ternak II. Kesehatan ternak III. Pemerahan Higienis IV.Nutrisi (pakan dan minum) V. Kesejahtera an ternak VI. Lingkungan VII. Sosialekonomi manajemen Sub aspek 1.1.-1.8. Sub aspek 2.1.-2.4. Sub aspek 3.1.-3.3. Sub aspek 4.1.-4.4. Sub aspek 5.1.-5.5. Sub aspek 6.1.-6.5. Sub aspek 7.1.-7.3. Ilustrasi 2. Struktur Kriteria Model AHP Good Dairy Farming Practice (Keterangan dapat dilihat pada Lampiran 2) 2). Melakukan pembobotan kuesioner. Tujuh aspek GDFP terdiri dari sejumlah sub aspek. Poin-poin pada sub aspek memiliki beberapa alternatif jawaban, jumlah alternatif jawaban yang dipilih oleh responden dipersentasikan dengan bobot poin tersebut sehingga diperoleh skor dari setiap poin. (lihat Lampiran 2). 3). Menyusun perbandingan berpasangan. Membandingkan nilai yang diperoleh setiap aspek ke dalam bentuk berpasangan, perbandingan tersebut kemudian ditransformasikan dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan (Pairwise Comparisson) (lihat Tabel 3). 4). Penelitian ini melibatkan banyak responden maka dari itu, nilai seluruh responden dirata-ratakan per aspek.

Tabel 3. Matriks Pairwise Comparisson (PC) I II III IV V VI VII I 1 aij........ a17 II.. 1.......... III.... 1........ IV...... 1...... V........ 1.... VI.......... 1.. VII a71.......... 1 Keterangan : I : Reproduksi ternak II : Kesehatan ternak III : Higien pemerahan IV : Nutrisi (pakan dan air) V : Kesejahteraan ternak VI : Lingkungan VII : Manajemen sosial ekonomi Nilai aij merupakan nilai perbandingan aspek i dan aspek j, untuk i dan j adalah tujuh aspek GDFP. Apabila yang dibandingkan adalah aspek yang sama maka diberi nilai 1. Dalam penelitian ini melibatkan banyak responden sehingga nilai perbandingan merupakan nilai perbanding ratarata seluruh responden. 5). Menguadratkan matriks PC 29 1 a 17 1 a 17 1 1 1 1 1 x 1 1 1 1 1 ( a 71 1 ) ( a 71 1 ) 1 + + (a 17 )(a 16 ) (a 17 )(a 17 ) + + 1 1 1 = 1 Matriks PC 2 1 1 ((a 71 )(1) + + (1)(a 71 ) (1)(a 17 ) + + 1 )

30 6). Menjumlahkan setiap baris pada matriks PC 2. 1 + + (a 17 )(a 16 ) (a 17 )(a 17 ) + + 1 1 1 1 1 1 ((a 71 )(1) + + (1)(a 71 ) (1)(a 17 ) + + 1 ) = b 1 b 2 Jumlah setiap baris pada matriks PC 2 ( b n ) c Total 7). Membagi jumlah pada setiap baris dengan total baris sehingga diperoleh nilai eigenvector. Nilai eigenvector terbesar merupakan prioritas utama dalam hal ini aspek GDFP. b 1 c b 2 c Nilai eigenvector atau matriks prioritas b ( n c) 8). Menghitung konsistensi logis, pengukuran konsistensi ini dimaksudkan untuk melihat ketidakkonsistenan respon yang diberikan responden. Berikut langkah-langkah perhitungannya : a. Menentukan Vektor Jumlah Tertimbang (Weighted Sum Vector), dengan cara perhitungan semua baris pada kolom pertama matriks PC dikalikan dengan nilai baris pertama matriks prioritas dan seterusnya sampai diperoleh nilai dari matriks WSV.

31 1x b 1 c a 17 x b n c 1x b 2 c Matriks weighted Sum Vector (WSV) ( a 71 x b 1 c 1x b n c ) b. Menjumlahkan setiap baris pada matriks WSV. 1x b 1 c + + a 17 x b n c y 1 y 2 = Jumlah setiap baris pada matriks WSV ( a 71 x b 1 c + + 1x b n c) ( y n ) c. Menghitung Consistency Vector (CI), membagi hasil penjumlahan tiap baris pada matriks WSV dengan prioritas bersangkutan. y 1 b1 c y 2 b2 c = Consistency Vector (CV) y n ( bn c ) Cara perhitungan : baris pertama matriks WSV dibagi baris pertama matriks prioritas. d. Menghitung nilai rata-rata CI (λ) dan Consistency Index (CI), dengan rumus sebagai berikut : λ = ΣCV Σn CI = λ n n 1 e. Menghitung Consistency Ratio (CR), dengan rumus sebagai berikut : CR = CI RI Keterangan : λ : Nilai rata-rata Consistency Vector (CV) n : Jumlah faktor yang sedang dibandingkan RI : Random Index

32 Tabel 4. Indeks Random/ Random Index (RI) Ukuran 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Matriks RI 0 0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 Sumber : Saaty (1994). Suatu matriks perbandingan berpasangan dinyatakan konsisten apabila nilai CR 0,1 atau 10% (Suyatno dkk., 2011). Random Index adalah indeks rerata konsistensi dari matriks perbandingan. 3.4.2. Analisis Tingkat Pendapatan Peternak Analisis pendapatan peternak dihitung menggunakan metode IOFC yaitu nilai yang didapat dari selisih penerimaan usaha ternak sapi perah dengan biaya pakan yang dikeluarkan. Perhitungan IOFC terlepas dari biaya lain yang belum diperhitungkan seperti upah tenaga kerja, fasilitas kandang, bibit dan lain sebagainya yang tidak termasuk ke dalam kriteria yang diamati dalam biaya variabel. Perhitungan keuntungan peternak selama satu tahun (tahun 2014) atas harga pakan yang dikeluarkan dan harga jual susu yang diterima, menggunakan rumus : IOFC = (produksi susu harian X harga jual susu) (pengeluaran biaya pakan) 3.4.3. Hubungan Penerapan Good Dairy Farming Practices dan Tingkat Pendapatan Peternak 1). Mengolah setiap jawaban pertanyaan dari kuesioner untuk menghitung frekuensi dan persentasenya.

2). Mengambil pasangan data yang diteliti sehingga jika banyak sampel adalah sebesar n, maka diperoleh (x1y1), (x1y1) (xnyn), dimana x adalah variabel GDFP dan y adalah variabel tingkat pendapatan peternak. 3). Menentukan nilai d perbedaan antara dua ranking dan jumlah total kuadrat. 4). Menghitung pengujian hipotesis dengan menggunakan perhitungan korelasi peringkat dari Rank Spearman (Siegel, 1997), dengan persamaan sebagai berikut : r s = 1 [ 6 d2 N 3 N ] Keterangan : 33 rs d N : koefisien korelasi Spearman yang menunjukan ukuran keeratan hubungan antar variabel : selisisih antara jenjang dari x dan y : total pasangan data observasi 5). Menggunakan faktor koreksi T, jika terdapat ranking yang ber angka sama yaitu sebagai berikut : T = t3 t 12 Keterangan : T t : faktor koreksi : banyaknya observasi berangka sama Kemudian gunakan persamaan koefisien peringkat Spearman (rs) rs = Σx2 + Σy 2 Σdi 2 2 (Σx 2 )(Σy 2 )

34 Dimana : Σx 2 = N3 N 12 Σy 2 = N3 N 12 Keterangan : rs x y di N Tx Ty ΣTx ΣTy : Nilai keeratan hubungan : Variabel bebas (aspek GDFP) : Variabel terikat (tingkat pendapatan peternak) : perbedaan Rank : Jumlah sampel : Faktor koreksi pada x : Faktor koreksi pada y Untuk menguji apakah terdapat korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat dilakukan pengujian hipotesis, uji signifikan terhadap hipotesis tersebut dilakukan dengan pengujian t, dengan tingkat signifikasi 0,05 (α = 5%) serta menggunakan derajat bebas (df = degree of freedom) = n-2 dimana n adalah jumlah data. Persamaan sebagai berikut : t hitung = r s n 2 1 rs 2 Keterangan : rs n : koefisien korelasi spearman : banyaknya responden Bentuk hipotesis yang diuji adalah : H0 : Tidak ada hubungan nyata antara variabel GDFP dengan tingkat pendapatan peternak sapi perah di KPBS Pangalengan.

35 H1 : Ada hubungan nyata antara variabel GDFP dengan tingkat pendapatan peternak sapi perah di KPBS Pangalengan. Kaidah keputusan : 1). Bila thitung > ttabel H0 ditolak, terdapat yang nyata hubungan antara variabel GDFP dengan tingkat pendapatan peternak. 2). Bila thitung < ttabel H0 diterima, tidak ada yang nyata hubungan antara variabel GDFP dengan tingkat pendapatan peternak. Jika hasil signifikan menunjukan menolak H0 dan menerima H1, maka terdapat hubungan antara penerapan GDPF dengan tingkat pendapatan peternak. Derajat hubungan dan penafsiran dari koefisien korelasi yang diperoleh disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Derajat Hubungan dan Penafsiran Nilai Koefisien Hubungan Kurang dari 0,20 Hubungan rendah sekali 0,20 0,40 Hubungan rendah 0,40-0,70 Hubungan cukup berarti 0,70 0,90 Hubungan tinggi dan kuat Lebih dari 0,90 Hubungan sangat tinggi Sumber : Guilford, dalam Rahmat (1995)