MEWASPADAI DATA STATISTIK PADA PENCAPAIAN SASARAN MDGS. Fatia Fatimah Tati Rajati Andriyansah. UPBJJ-UT Padang

dokumen-dokumen yang mirip
(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

Latar Belakang. Tujuan setiap warga negara terhadap kehidupannya adalah

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator

MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Diterjemahkan dari: Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003

Nina Sardjunani. Disampaikan pada Acara Bedah Buku MDGs Sebentar Lagi. Reuni Akbar Alumni ITB 75, Jakarta, 31 Januari 2011

LAPORAN AKHIR EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER

DAFTAR ISI. RAD MDGs Jawa Tengah

Paparan Kepala Bappeda Provinsi Kalimantan Tengah

KATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes.

IKU Pemerintah Provinsi Jambi

KONFERENSI INTERNASIONAL CSR DAN MEMERANGI GIZI BURUK DALAM MENCAPAI MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Jakarta, 13 Desember 2010

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 37 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. strategi pembangunan daerah mulai dari RPJPD , RPJMD ,

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

MAKALAH KONSEP SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebijakan Kesehatan Nasional

KATA PENGANTAR. Pada akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan Laporan Ringkasan ini.

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan

LAPORAN SINGKAT PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS INDONESIA 2010

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

Target 2A : Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar

CAPAIAN MDGs. provinsi KALIMANTAN TENGAH

BAB III PEMANTAUAN DAN EVALUASI

BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA

LATAR BELAKANG DAN KONDISI UMUM

Dra. Nina Sardjunani, MA Deputi Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan, Kementerian PPN/Bappenas

Aplikasi System Dynamic pada Model Perhitungan Indikator Millennium Development Goals (MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0)

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya.

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state

Lampiran 1 KUESIONER RISKESDAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dari MDGs Menuju SDGs: Pembelajaran dan Tantangan Implementasi

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 56 TAHUN 2011

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

BAB II. 2.1 MDG s Dan SDG s. A. MDG s

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar

ORGANISASI PKK SEBAGAI SALAH SATU SARANA PENCAPAIAN MILLENIUM DEVELOPMENT GOALs di TINGKAT AKAR RUMPUT

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah

BAB IV P E N U T U P

& KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan

BAB IV PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV. PENCAPAIAN MDG s DI INDONESIA Hasil Pencapaian Tujuan Pertama: Penanggulangan Kemiskinan dan

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk

SERIAL PEDOMAN TEKNIS

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut :

PENCAPAIAN MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) DI INDONESIA MELALUI KERJASAMA INTERNASIONAL

PENCAPAIAN MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) DI INDONESIA MELALUI KERJASAMA INTERNASIONAL

PERAN DAN FUNGSI LEGISLATIF DALAM MENDORONG PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN ABAD MILENIUN/MDGs. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

MDGs. Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan. dalam. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007

BAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang

KUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III KAJI ULANG DAN INTEGRASI KEBIJAKAN

PERKEMBANGAN PENCAPAIAN

LAMPUNG LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

PENCAPAIAN TARGET MDGs DALAM RPJMN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Millenium Development Goals (MDGs) merupakan komitmen

Studi Efektifitas CSR 6 Desa Binaan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, dengan Pendekatan MDGs dan Lima Pilar Pembangunan Nasional

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pada konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

NOMOR : TANGGAL : TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Tidak hanya di negara berkembang, bahkan di Negara maju sekalipun.

Pengalaman MDGS: PROSES INTEGRASI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

INTEGRASI SPM DALAM RPJMD. BAPPEDA KABUPATEN GUNUNGKIDUL 2 Oktober 2012

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Apa Kabar Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia?

Kata Pengantar BAB 4 P E N U T U P. Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi

Peran Kementerian Dalam Negeri dalam Melaksanakan MDGs dan Bergerak Menuju SDGs

BAB I PENDAHULUAN. ini memungkinkan terjadinya peralihan lingkungan, dari lingkungan sekolah

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs): Refleksi dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia (Badan Pusat Statistik, 2013). Walaupun Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang permasalahan kesehatan merupakan dua dari 17 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era millenium saat ini, program unggulan Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. 1 Universitas Indonesia. Analisis pelaksanaan..., Rama Chandra, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik. Pembangunan berkelanjutan harus menyentuh seluruh aspek,

BAB I PENDAHULUAN. negara karena dari sanalah kecerdasan dan kemampuan bahkan watak bangsa di masa

BAB I PENDAHULUAN. kompleks dan multi dimensional. Persoalan kemiskinan bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011

TINJAUAN PUSTAKA Masalah Gizi Ganda

MENGGAPAI TARGET MDGs DALAM PROGRAM KB NASIONAL. Oleh : Drs. Andang Muryanta

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

Millennium Development Goals

BAB II PERENCANAAN KINERJA

2/28/ Tantangan Masa Depan. 1. Globalisasi Ekonomi. 10 Tantangan Masa Depan. 1. Globalisasi Ekonomi. 1. Globalisasi Ekonomi

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

MEWASPADAI DATA STATISTIK PADA PENCAPAIAN SASARAN MDGS Fatia Fatimah (fatia@ut.ac.id) Tati Rajati Andriyansah UPBJJ-UT Padang Abstrak Pencapaian sasaran Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015 khususnya di Indonesia diharapkan bukan sekedar pencapaian statistik belaka. Kemampuan statistik menyajikan persoalan yang kompleks menjadi sederhana membuatnya seperti koin bersisi dua. Apabila data yang dihasilkan tidak valid maka kemungkinan buruk akan terjadi, namun sebaliknya apabila data yang dihasilkan berkualitas maka kebijakan yang akan diambil akan tepat sasaran. Analisis dan pemaknaan terhadap data statistik MDGs yang telah dicapai juga penting dilakukan agar tidak terjadi kebohongan statistik. Oleh karena itu, masyarakat jangan sampai terjebak dengan kebohongan fisik data statistik, peran serta semua pihak sangat diharapkan untuk mencapai target MDGs di Indonesia tepat pada sasaran yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Kata Kunci: MDGs, statistik, sasaran Pendahuluan Semenjak digulirkannya pemilihan kepala daerah secara langsung, tidak sedikit masalah Data Pemilih Tetap (DPT) menjadi pemicu konflik pendukung calon kepala daerah, sebut saja pemilihan kepala daerah di Provinsi Bangka Belitung yang sempat tertunda pelantikan Gubernur terpilih karena ada gugatan mengenai ketidaksesuaian DPT. Ini menunjukan bahwa data atau statistik di negara kita ini masih kurang sempurna. Bukan itu saja untuk tingkat internasionalpun terjadi kesalahan dalam data dikutip dari bisnis.com. Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengungkapkan selama ini neraca perdagangan Indonesia selalu tercatat mengalami defisit terhadap China. Anehnya, pemerintah China juga mengaku terjadi defisit dengan impor Indonesia. Statistik dapat dibilang telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Kemampuan statistik dalam menyajikan persoalan yang kompleks sangat berguna untuk menentukan pilihan atau dasar pengambilan kebijakan. Meskidemikian, statistik dapat membuat fakta terlihat berbeda jika disajikan secara keliru atau jumlah sampel tidak memadai. Pengguna data perlu memahami metodologi yang digunakan, serta konsep dan defenisi dari variabel yang sedang dipersoalkan. Jika tidak, pengguna data akan terjebak dalam kebohongan statistik, bias interpretasi atau kekeliruan dalam memaknai angkaangka yang disajikan.

MDGs Pencapaian sasaran Millennium Development Goals (MDGS) diambil berdasarkan data. Pengumpulan data merupakan pekerjaan yang cukup sulit dilakukan terlebih luasnya geografis Indonesia dan ragam budaya yang ada. Capaian sasaran MDGs di Indonesia mungkin dapat menggambarkan ketercapaian tingkat nasional dan diharapkan sampai juga untuk tingkat provinsi, hanya saja butuh kerja keras untuk mempercayai data pencapaian sudah menggambarkan untuk tingkat kabupaten (Stalker, 2008). Berpatokan pada data dan kondisi pada tahun 1990, hampir semua target sasaran MDGs diharapkan tercapai pada tahun 2015. Dengan kata lain, 5 tahun lagi Indonesia dapat dilihat oleh mata internasional tingkat keseriusannya dalam merealisasikan kemajuan pembangunan. Pancasila sebagai landasan ideologi negara serta UUD 1945 sebagai landasan konstitusional dengan jelas memiliki tujuan yang luhur untuk kemajuan bangsa. Tujuan tersebut ialah menciptakan welfare state (negara makmur) dengan berbagai metode yang akan dibuat dalam semua aturan turunannya dalam negara, baik dalam bidang sosial, ekonomi, budaya, politik, pertanian, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya. Aturanaturan tersebut kemudian akan dijalankan secara selaras dengan aturan lainnya demi mewujudkan tujuan bangsa yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Tujuan bangsa Indonesia tidaklah bertolak belakang dengan delapan tujuan yang tercantum dalam MDGs atau boleh kita perjelas bahwa tujuan MDGs adalah penjabaran dari Ideologi negara Indonesia. Dua hal tersebut Pancasila dan MDGS dapat menjadi dasar untuk terus menggiatkan pencapaian Indonesia sejahtera. Komitmen Indonesia untuk mencapai MDGs mencerminkan komitmen Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan memberikan kontribusi kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat dunia. Pada tahun 2000, sasaran pencapaian MDGs dikumandangkan yang meliputi: 1. Memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrem 2. Mewujudkan pendidikan dasar untuk semua 3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan 4. Menurunkan angka kematian anak 5. Meningkatkan kesehatan ibu 6. Memerangi HIV dan AIDS, malaria serta penyakit lainnya 7. Memastikan kelestarian lingkungan 8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. MDGs merupakan komitmen nasional dan global. Percepatan pencapaian target MDGs perlu terus diupayakan dan menjadi prioritas pembangunan nasional yang bersinergis antara perencanaan nasional di pusat dan daerah. Peta jalan (roadmap)

nasional percepatan pencapaian target MDGs telah dirumuskan. Selanjutnya roadmap dijabarkan oleh daerah dalam bentuk Rencana Aksi Daerah (RAD) MDGs sesuai dengan kondisi dan permasalahan serta kemampuan daerah masing-masing. Capaian Sasaran MDGs Sasaran MDGs terjabar dalam target untuk masing-masing indikator. Berikut disajikan beberapa pencapaian dengan mengambil satu target indikator untuk masingmasing tujuan (Tabel 1). Tabel 1. Beberapa Capaian Sasaran MDGs No Indikator Acuan Dasar Saat ini Target MDGs 2015 1. Proporsi penduduk dengan pendapatan kurang dari USD 1,00 (PPP) per kapita per hari 20,60% (1990) 5,90% (2008) 10,30% 2. Angka Partisipasi Murni (APM) sekolah dasar 88,70% (1992)** 95,23% (2009)* 100,00% 3. Rasio APM perempuan/lakilaki 100,27 (1993) 99,73 (2009) 100,00% di SD Rasio APM perempuan/lakilaki di SMP Rasio APM perempuan/lakilaki di SMA 99,86 (1993) 93,67 (1993) 101,99 (2009) 96,16 (2009) 4. Angka Kematian Balita per 97 (1991) 44 (2007) 32% 1000 kelahiran hidup 5. Angka Kematian Ibu per 390 (1991) 228 (2007) 102% 100,000 kelahiran hidup 6. Prevalensi HIV/AIDS (persen) - 0,2% (2009) Menurun dari total populasi 7. Rasio luas kawasan tertutup 59,97% (1990) 52,43% (2008) Meningkat pepohonan berdasarkan hasil pemotretan citra satelit dan survei foto udara terhadap luas daratan 8. Rasio Ekspor + Impor terhadap PDB (indikator 41,60% (1990 39,50% (2009) Meningkat

keterbukaan ekonomi) Sumber: (Ali Alisjahbana, A.S., dkk., 2010) Berdasarkan Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia 2010, Sasaran dari Tujuan MDGs yang telah dicapai, mencakup: MDG 1 - Proporsi penduduk yang hidup dengan pendapatan per kapita kurang dari USD 1 per hari telah menurun dari 20,6 persen pada tahun 1990 menjadi 5,9 persen pada tahun 2008. MDG 3 - Kesetaraan gender dalam semua jenis dan jenjang pendidikan telah hampir tercapai yang ditunjukkan dengan rasio angka partisipasi murni (APM) perempuan terhadap laki-laki di SD/MI/Paket A dan SMP/MTs/Paket B berturut-turut sebesar 99,73 dan 101,99, dan rasio angka melek huruf perempuan terhadap laki-laki pada kelompok usia 15-24 tahun sebesar 99,85 pada tahun 2009. MDG 6 - Prevalensi tuberkulosis menurun dari 443 kasus pada 1990 menjadi 244 kasus per 100.000 penduduk pada tahun tahun 2009. Sasaran dari Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) yang telah menunjukkan kemajuan signifikan dan diharapkan dapat tercapai pada tahun 2015 (on-track) adalah: MDG 1 - Prevalensi balita kekurangan gizi telah berkurang hampir setengahnya, dari 31 persen pada tahun 1989 menjadi 18,4 persen pada tahun 2007. Target 2015 sebesar 15,5 persen diperkirakan akan tercapai. MDG 2 - Angka partisipasi murni untuk pendidikan dasar mendekati 100 persen dan angkat melek huruf penduduk melebihi 99,47 persen pada 2009. MDG 3 - Rasio APM perempuan terhadap laki-laki di SM/MA/Paket C dan pendidikan tinggi pada tahun 2009 berturut-turut 96,16 dan 102,95. Dengan demikian maka target 2015 sebesar 100 % diperkirakan akan tercapai. MDG 4 - Angka kematian balita telah menurun dari 97 per 1.000 kelahiran pada tahun 1991 menjadi 44 per 1.000 kelahiran pada tahun 2007 dan diperkirakan target 32 per 1.000 kelahiran pada tahun 2015 dapat tercapai. MDG 8 - Indonesia telah berhasil mengembangkan perdagangan serta sistem keuangan yang terbuka, berdasarkan aturan, bisa diprediksi dan non-diskrimina f ditunjukkan dengan adanya kecenderungan positif dalam indikator yang berhubungan dengan perdagangan dan sistem perbankan nasional. Pada saat yang sama, kemajuan signifi kan telah dicapai dalam mengurangi rasio pinjaman luar negeri terhadap PDB dari 24,6 persen pada 1996 menjadi 10,9

persen pada 2009. Debt Service Ra o juga telah berkurang dari 51 persen pada tahun 1996 menjadi 22 persen pada tahun 2009. Sasaran dari Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) yang telah menunjukkan kecenderungan kemajuan yang baik namun masih memerlukan kerja keras untuk mencapai sasaran yang ditetapkan pada tahun 2015, mencakup: MDG 1 - Indonesia telah menaikkan ukuran untuk target pengurangan kemiskinan dan akan memberikan perhatian khusus untuk mengurangi tingkat kemiskinan yang diukur terhadap garis kemiskinan nasional dari 13,33 persen (2010) menjadi 8-10 persen pada tahun 2014. MDG 5 - Angka kematian ibu menurun dari 390 pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Diperlukan upaya keras untuk mencapai target pada tahun 2015 sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup. MDG 6 - Jumlah penderita HIV/AIDS meningkat, khususnya di antara kelompok risiko tinggi pengguna narkoba dan pekerja seks. MDG 7 - Indonesia memiliki tingkat emisi gas rumah kaca yang tinggi, namun tetap berkomitmen untuk meningkatkan tutupan hutan, memberantas pembalakan liar dan mengimplementasikan kerangka kerja kebijakan untuk mengurangi emisi karbon dioksida paling sedikit 26 persen selama 20 tahun ke depan. Selain itu, saat ini hanya 47,73 persen rumah tangga yang memiliki akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan 51,19 persen yang memiliki akses sanitasi yang layak. Diperlukan perhatian khusus, untuk mencapai target MDG pada tahun 2015. Mewaspadai Data Statistik Statistik perlu digunakan untuk menyajikan data lebih mudah dipahami. Akan tetapi jika penulisnya tidak menggunakan istilah dengan jujur dan penuh pengertian serta pembaca tidak memahami maksudnya hasilnya tidak akan berarti (Huff, 2002). Berikut akan dibahas tentang pemaknaan terhadap data beberapa pencapaian MDGs di Indonesia berdasarkan laporan pada tahun 2010. MDGs menggunakan garis kemiskinan internasional yang ditetapkan pada angka 1 dollar AS per hari. Indonesia telah sukses mengurangi kemiskinan berdasarkan proporsi penduduk yang hidup dengan pendapatan per kapita kurang dari USD 1 per hari telah menurun dari 20,6 persen pada tahun 1990 menjadi 5,9 persen pada tahun 2008 (Tabel 1.). Jika dilihat nilai rata-rata satu dollar pada pertengahan 2008 adalah sekitar Rp. 9.400 maka garis kemiskinan untuk Indonesia adalah Rp. 288.000 per bulan. Berdasarkan data ini perlu dicermati bahwa nilai dollar di masing-masing negara berbeda dan nilainya saat

ini jauh berkurang dibandingkan tahun 1990. Sederhananya, membeli rumah lebih murah di Padang dibandingkan di New York. Oleh karena itu, Pemerintah mengukur kembali tingkat kemiskinan dengan menggunakan garis kemiskinan nasional yang setara dengan USD 1,50 per hari. Akibatnya, tingkat kemiskinan yang pada tahun 2009 sebesar 14,15 persen menurun pada tahun 2010 menjadi 13,33 persen yang artinya masih jauh dari target 8-10 persen pada tahun 2014. Prevalensi balita kekurangan gizi belum mencapai target yaitu berkurang dari setengahnya. Pada tahun 1989 31 persen, diperoleh 18,4 persen pada tahun 2007. Target 2015 adalah sebesar 15,5 persen. Pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana dapat dikatakan sukses mengentaskan kemiskinan ekstrem jika ternyata masih banyak balita yang kekurangan gizi. Logikanya, jika tidak miskin maka balita tidak kurang gizi. Ternyata persoalan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya pendidikan orang tua atau kepedulian orang tua terhadap anak. Karenanya, penting untuk tidak hanya menghitung berapa banyak anak Indonesia yang kekurangan gizi, namun juga memastikan bahwa semua anak memperoleh asupan yang cukup. Permasalahan angka-angka yang disajikan jangan sampai menjebak untuk pencapaian dari segi kualitas. Ketika angka partisipasi murni untuk pendidikan dasar mendekati 100 persen dan angka melek huruf penduduk melebihi 99,47 persen pada 2009 sebaiknya tidak membuat pihak-pihak pemerhati pendidikan merasa puas. Kualitas pendidikan dasar tetap harus diperhatikan seperti kondisi sekolah yang layak, buku-buku pelajaran yang tersedia, pemerataan jumlah guru. Angka hanya bersifat kuantitatif, sehingga angka partisipasi murni pendidikan dasar yang 95,23% tetap tak bergeming meski terdapat beberapa sekolah dengan kondisi atap ambruk tetap ada dan ditempati. Kesetaraan gender pada prinsipnya bukan hanya berbicara tentang perempuan, namun untuk sasaran MDGs dititikberatkan pada perempuan. Rasio angka partisipasi murni laki-laki/perempuan mulai dari jenjang pendidikan SD sampai SMA telah mencapai target (Tabel 1). Terkait kesempatan untuk masuk sekolah maka telah terjadi kesetaraan gender. Akan tetapi, jika diamati ketika bersekolah terdapat ketidaksetaraan gender. Masih dapat ditemui papa pelajaran di tingkat dasar bahwa penanaman konsep dan contoh soal bahwa tugas ayah adalah mencari uang dan pergi ke kantor sedangkan ibu bertugas di rumah dan memasak. Kualitas isi pendidikan dasar masih belum berpihak pada perempuan sepenuhnya. Angka kematian balita belum mencapai target 32 per 1.000 kelahiran serta diperlukan upaya keras mencegah kematian ibu untuk mencapai target pada tahun 2015 sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup. Pada prinsipnya dari angka ini adalah

mencegah terjadinya kematian ibu lebih penting daripada sekedar menghitung berapa banyak perempuan meninggal sewaktu melahirkan. Kesimpulan Laporan pencapaian target MDGs penting dilakukan, kritisi dalam membacanya juga perlu diperhatikan karena secara keseluruhan data-data MDGs memiliki keterbatasan. Setidaknya MGDs bukan sekerdar sajian angka-angka tetapi lebih mendorong semua pihak untuk peduli dan merealisasikan tujuan pembangunan dalam wujud nyata. Penyajian secara statistik dalam pencapaian MDGS pada dasarnya bermanfaat untuk mengedukasi masyarakat akan masalah yang ada sehingga dapat dicarikan penyelesaiannya secara bersama-sama. Referensi Alisjahbana, A.S., dkk. (2010). Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia 2010. Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Huff, Darell. (2002). Berbohong dengan Statistik. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Stalker, Peter. 2008. Let Speak Out for MDGs. Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).