METODE INOVATIF TERMODIFIKASI UNTUK SINTESIS KOMPLEKS INTI TUNGGAL [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ]

dokumen-dokumen yang mirip
Ind. J. Chem. Res, 2013, 1, SYNTHESIS OF BINUCLEAR COMPLEX COMPOUND OF {[Fe(L)(NCS) 2 ] 2 oks} (L = 1,10-phenantrolin and 2,2 -bypiridine)

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS BESI(II) DENGAN LIGAN 3,6-DI-2-PIRIDIL-1,2,4,5-TETRAZIN (DPTZ)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS KOBALT(II) DENGAN BENZOKAIN

I. PENDAHULUAN. senyawa kompleks bersifat sebgai asam Lewis sedangkan ligan dalam senyawa

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS BESI(III) DENGAN LIGAN 1,10-FENANTROLIN DAN ANION TRIFLUOROMETANASULFONAT

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

Jurnal Kimia Indonesia

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang dan Masalah Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian. Sintesis CaCu(CH 3 COO) 4.xH 2 O. Karakterisasi. Penentuan Rumus kimia

I. PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

8.4 Senyawa Kompleks

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS DARI Mn(NO 3 ) 2 DAN Co(NO 3 ) 2 DENGAN CAMPURAN LIGAN 8- HIDROKSIKUINOLINA DAN ANION DISIANAMIDA

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-8- HIDROKSIKUINOLIN DAN Co(II)-8-HIDROKSIKUINOLIN Laelatri Agustina 1, Suhartana 2, Sriatun 3

Sintesis dan Sifat Magnetik Kompleks Ion Logam Cu(II) dengan Ligan 2-Feniletilamin

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2013 di Laboratorium

Senyawa Koordinasi (senyawa kompleks)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

SENYAWA KOORDINASI Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

PENENTUAN KADAR BESI DALAM SAMPEL AIR SUMUR SECARA SPEKTROFOTOMETRI

Bab IV Hasil dan Pembahasan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

4 Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

3. Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

3 Metodologi penelitian

3 METODOLOGI PENELITIAN

Kimia Koordinasi Teori Ikatan Valensi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

Pembuatan selulosa dari kulit singkong termodifikasi 2-merkaptobenzotiazol untuk pengendalian pencemaran logam kadmium (II)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS BESI(III)-EDTA ABSTRAK

Senyawa Koordinasi. Ion kompleks memiliki ciri khas yaitu bilangan koordinasi, geometri, dan donor atom:

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN...

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian

Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap.

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS BINUKLIR HOFMANN-LIKE NETWORK BESI(II) - NIKEL(II) DENGAN SIANIDA DAN ETILENDIAMIN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

1.1 Senyawa Koordinasi (Coordination Coumpond)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS BESI HEKSASULFANILATOBESI(II) DIHIDRAT

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

REAKSI AMOKSIMASI SIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN KATALIS Ag/TS-1

2018 UNIVERSITAS HASANUDDIN

sehingga dapat diperoleh produk dengan waktu yang cepat. Dilain pihak, penggunaan katalis yang selama ini digunakan adalah katalis yang berwujud cair

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS KOBALT(II) DENGAN LIGAN 1,10-FENANTROLIN DAN ANION TRIFLUOROMETANASULFONAT

I. PENDAHULUAN. Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari lingkungannya. Udara

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015

KIMIA ANORGANIK TRANSISI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

MODIFIKASI SILIKA GEL DARI ABU SEKAM PADI DENGAN LIGAN DIFENILKARBAZON. I Wayan Sudiarta, Ni Putu Diantariani dan Putu Suarya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Oleh: Arifta Henda Kurniatullah Dosen Pembimbing: Dr. Didik Prasetyoko, M.Sc Arif Fadlan, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari sampai dengan bulan Juni

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agustus 2011 di laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan

STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai Januari 2013 di

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset

ABSTRAK I. PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb

3 Metodologi Penelitian

KAJIAN KOMPARASI METODE DALAM SINTESIS MAGNETIT (Fe 3 O 4 ) DENGAN METODE HIDROLISIS OKSIDATIF DAN METODE KOPRESIPITASI

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH KATION ORGANIK PADA KOMPLEKS BINUKLIR [A][Mn II Fe III (ox) 3 ], A=[N(n-C 4 H 9 ) 4 ] + ATAU [N(n-C 5 H 11 ) 4 ] +

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

Transkripsi:

METODE INOVATIF TERMODIFIKASI UNTUK SINTESIS KOMPLEKS INTI TUNGGAL [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] Shielda N. Joris 1 dan Yusthinus T. Male 1,* 1 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Pattimura, Ambon Ged. Biotek Lt.II, Kampus Unpatti-Poka E-mail: yusmale@yahoo.com Abstrak. Kompleks tris-fenantrolinbesi(ii), [Fe(fen) 3 ] 2+ dengan ion lawan NCS - dan kompleks ditiosianato-bis(1,10-fenantrolin)besi(ii), [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ], telah disintesis dari FeSO 4.7H 2 O dengan ligan fenantrolin dan tiosianat dengan perbandingan mol 1:3:2 dan 1:2:2 dalam akuades melalui metode langsung, refluks, dan difusi lambat. Penentuan struktur senyawa kompleks dilakukan melalui pengujian daya hantar listrik, spektroskopi serapan atom (SSA), spektroskopi infra merah dan difraksi sinar-x serta penentuan sifat kemagnetan menggunakan Magnetic Susceptibility Balance (MSB). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa senyawa kompleks [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] dengan momen magnet 5,037 BM yang bersifat paramagnetik diperoleh melalui metode refluks. Terbentuknya kompleks diindikasikan dengan pergeseran bilangan gelombang C=C aromatik (1653,99 cm -1 ), -OH (3433,5 cm -1 ) serta hilangnya serapan khas C=N-C (2356,09 cm -1 ) dari fenantrolin. Kompleks [Fe(fen) 3 ] 2+ bersifat diamagnetik dengan momen magnet ( ) = 1,439 BM, sedangkan kompleks [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] yang disintesis dengan metode langsung dan difusi lambat bersifat paramagnetik dengan momen magnet ( ) masing-masing 4,841 BM dan 4,989 BM. Keberadaan inti besi ditandai dengan adanya difraktogram puncak dengan intensitas tinggi pada 2 di sekitar 20-25. Kata kunci : kompleks, besi, sintesis, diamagnetik, paramagnetik Abstract. Complex tris-phenantrolineiron(ii), [Fe(phen) 3 ] 2+ with NCS - as counter ion and complex dithiocyanato-bis(1,10-phenantroline)iron(ii), [Fe(phen) 2 (NCS) 2 ], were synthesized by mixing FeSO 4.7H 2 O with phenantroline and thyocyanate in 1:3:2 and 1:2:2 mole ratio in aquades by direct, reflux, and slow diffusion method. Determine structure of the complexes have been done by electric conductivity measurements, atomic absorbance spectroscopy, infra red spectroscopy, and X-ray difraction, while magnetic properties has been determined by Magnetic Susceptibility Balance (MSB) measurements. The results showed that complex [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] with magnetic value 5.037 BM which has paramagnetic properties obtained by reflux. The forming of complexes were indicated by shift of wave number in infra red spectra are, C=C aromatic (1653.99 cm -1 ), -OH (3433.5 cm -1 ) while characteristic absorption of phenantroline C=N-C (2356.09 cm -1 ) was loosed. Complex [Fe(fen) 3 ] 2+ is diamagnetic with magnetic value ( ) = 1.439 BM, while complex [Fe(phen) 2 (NCS) 2 ] which synthesized by direct and slow difussion method are paramagnetic with magnetic value ( ) 4.841 BM and 4.989 BM, respectively. Iron metal nuclear was indicated by peak with high intensity at 2 arround 20-25 in X-ray difractogram. Keywords : complex, iron, synthesis, diamagnetic, paramagnetic

I. Latar Belakang Penelitian Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari atom logam pusat dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya kepada atom pusat. Pemasangan elektron ligan ke atom logam pusat menghasilkan ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa kompleks juga disebut senyawa koordinasi (Miessler dan Tarr, 1998). Sukardjo (1992) menyebutkan senyawa kompleks atau senyawa koordinasi banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang misalnya dalam bidang katalisis, electroplating, dan dalam biomolekul. Ligan-ligan dalam senyawa koordinasi, memiliki kemampuan tertentu sebagai penyumbang pasangan elektron sehingga dapat dibedakan atas ligan monodentat, bidentat, tridentat dan polidentat (Harjadi, 1990). Pada penelitian ini digunakan ligan bidentat 1,10-fenantrolin (fen). N fen N Sebagai akibat dari pembelahan (splitting) tingkat energi pada orbital d atom logam pusat, kompleks oktahedral dari logam-logam transisi, khususnya logam deret pertama dengan konfigurasi d 4 sampai d 7 dapat berada dalam kondisi spin tinggi (high spin state HS) atau spin rendah (low spin state LS), tergantung pada kekuatan medan ligan yang terikat pada ion tersebut (Gütlich dkk., 2000). Hal inipun terjadi dalam senyawa kompleks besi(ii). Senyawa kompleks besi(ii) yang terikat dengan ligan lemah H 2 O membentuk [Fe(H 2 O) 6 ] 2+ yang bersifat HS, sedangkan senyawa kompleks besi(ii) yang terikat dengan ligan kuat CN, membentuk [Fe(CN) 6 ] 4- yang bersifat LS (Onggo dan Sugiyarto, 2001). Potensi pemanfaatan senyawa kompleks dalam pemrosesan informasi memicu dilakukannya penelitian untuk menghasilkan kompleks yang bersifat transisi spin (TS). Salah satu akibat terjadinya TS pada kompleks adalah perubahan sifat kemagnetan senyawa kompleks, sehingga dilakukan penelitian tentang sifat kemagnetan senyawa kompleks. Pada penelitian ini akan dilakukan sintesis dan karakterisasi senyawa kompleks besi(ii) dengan ligan 1,10-fenatrolin dan ion lawan NCS untuk memperoleh metode inovatif termodifikasi dalam sintesis kandidat senyawa kompleks yang bersifat TS.

II. Metodologi Penelitian II.1 Alat Seperangkat alat gelas, Spektrofotometer IR Prestige-21 Shimadzu, Spektrofotometer Serapan Atom Shimadzu AA 65015, Magnetic Susceptibility Balances Jhonson Matthey Mark I MSB, Difraktometer Sinar-X Shimadzu Goniometer XD-3A, konduktometer. II.2 Bahan FeSO 4.7H 2 O, KSCN, 1,10-fenantrolin monohidrat, Metanol, Aseton, H 2 SO 4, HNO 3, kertas saring Whatman 42. II.3 Prosedur Kerja II.3.1 Sintesis kompleks tris-fenantrolinbesi(ii) Sintesis senyawa kompleks tris-fenantrolin atau [Fe(fen) 3 ] 2+ dilakukan menggunakan ligan fenantrolin dan ion lawan NCS - dalam pelarut air. Larutan besi (II) dibuat dengan melarutkan 0,56 g FeSO 4.7H 2 O dalam 30 ml akuades sambil diaduk menggunakan magnetic stirrer. Sejumlah 1,19 g 1,10-fenantrolin (fen) monohidrat ditambahkan ke dalam larutan besi (II) secara perlahan-lahan sambil tetap diaduk. Campuran kemudian dipanaskan sampai semua fenantrolin larut. Selanjutnya ditimbang 0,39 g KSCN dan dilarutkan dalam 10 ml akuades hangat. Kemudian dalam keadaan panas, campuran besi (II) fenantrolin ditambahkan secara perlahan-lahan ke dalam larutan KSCN. Campuran didiamkan selama 24 jam. Endapan disaring dan dikeringkan dalam desikator dengan silika gel. II.3.2 Sintesis kompleks [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] dengan metode refluks Tahap ini dilakukan untuk menghasilkan kompleks ditiosianato-bis(1,10- fenantrolin)besi (II) atau [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] dengan metode refluks. Sebanyak 0,5 g kristal [Fe(fen) 3 ] 2+ hasil sintesis pada bagian sebelumnya di atas dilarutkan dalam 50 ml aseton dan dimasukan dalam labu alas bulat. Campuran kemudian direfluks selama 4 jam pada suhu 60 C sambil terus diaduk. Endapan yang terbentuk disaring dan dimasukan dalam desikator dengan silika gel.

II.3.3 Sintesis kompleks [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] dengan metode langsung Sintesis senyawa kompleks ditisosianato-bis(1,10-fenantrolin)besi (II) atau [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] dengan metode langsung dilakukan sesuai prosedur Tsuchiya dkk. (2000) menggunakan akuades sebagai pelarut. Ke dalam 30 ml akuades dilarutkan 1,11 g (4 mmol) FeSO 4.7H 2 O dan 10 mg L-asam askorbat. Larutan kalium tiosianat dibuat dengan melarutkan 0,78 g (8 mmol) KSCN ke dalam 30 ml akuades. Selanjutnya larutan kalium tiosianat ditambahkan tetes demi tetes ke dalam larutan besi (II). Larutan diaduk selama 1 jam, dan endapan yang terbentuk disaring. Larutan 1,10-fenantrolin monohidrat (1,59 g dalam 30 ml akuades) ditambahkan tetes demi tetes ke dalam filtrat yang mengandung Fe 2+ NCS - dengan pengadukan. Campuran didiamkan selama 3 jam. Endapan yang terbentuk disaring dan dimasukan dalam desikator dengan silika gel. II.3.4 Sintesis kompleks [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] dengan metode difusi lambat Tahap ini dilakukan untuk menghasilkan kristal tunggal senyawa kompleks bisfenantrolin ditiosianat besi (II) atau [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] dengan metode difusi lambat. Sebanyak 10 mg larutan asam askorbat dilarutkan dalam 2 ml akuades dimasukan dalam larutan besi (II) segera setelah 0,555 g FeSO 4.7H 2 O dilarutkan dalam 5 ml akuades. Selanjutnya ke dalam campuran tersebut ditambahkan larutan 0,39 g KSCN dalam 3 ml akuades. Kemudian larutan fenantrolin dibuat dengan melarutkan 0,795 g 1,10-fenantrolin monohidrat dalam metanol. Kemudian pipet secara hati-hati campuran Fe(II) NCS - dan larutan fenantrolin, selanjutnya dimasukan ke dalam masing-masing sisi tabung H. Secara bersamaan kedua sisi tabung H ditambahkan akuades secara perlahan-lahan hingga larutan pada kedua sisi tabung tersebut bercampur. Campuran didiamkan selama 2 minggu. Kristal yang diperoleh kemudian disaring dan dikeringkan dalam desikator dengan silika gel. II.3.5 Penentuan rumus kimia dan sifat kemagnetan kompleks Penentuan rumus kimia menggunakan pengujian daya hantar listrik, analisis spektroskopi serapan atom (SSA), spektroskopi infra merah (IR), dan difraksi sinar-x sedangkan untuk sifat kemagnetan digunakan Magnetic Susceptibility Balances (MSB).

III. Hasil dan Pembahasan 3.1 Sintesis Kompleks Fe(II) Sintesis kompleks Fe(II) dengan ligan fenantrolin dan NCS - menggunakan pelarut air dengan metode langsung, metode refluks dan metode difusi lambat. Pada penelitian ini, senyawa kompleks [Fe(fen) 3 ] 2+ disintesis dengan menggunakan metode langsung, sedangkan senyawa kompleks [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] disintesis menggunakan ketiga metode tersebut. Hasil sintesis kedua senyawa kompleks tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 dan tampilan warna masing-masing kompleks dapat dilihat pada Gambar 1. Tabel 1. Data Hasil Sintesis Senyawa Kompleks Senyawa Bobot (g) Warna [Fe(fen) 3 ] 2+ a 1,1681 Merah [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] a 1,6519 Ungu berkilauan [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] b 0,2269 Ungu [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] c 0,5372 Ungu kemerahan Keterangan : a = metode langsung b = metode refluks c = metode difusi lambat

(a) (b) (c) (d) Gambar 1. Hasil sintesis kompleks (a) [Fe(fen) 3 ] 2+ dengan metode langsung, (b) [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] dengan metode langsung, (c) [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] dengan metode refluks, dan (d) [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] dengan metode difusi lambat 4.2 Penentuan Daya Hantar Listrik Senyawa Kompleks Pengukuran daya hantar listrik senyawa kompleks hasil sintesis bertujuan untuk menentukan jumlah ion dalam senyawa yang dihasilkan. Hasil pengukuran daya hantar listrik kompleks hasil sintesis dan senyawa pembanding dalam metanol ditunjukkan oleh Tabel 2. Tabel 2. Hasil Pengukuran Daya Hantar Listrik Larutan Daya Hantar Molar Jumlah Ion (cm -1 mol -1 Ω -1 ) [Fe(fen) 3 ] 2+ a 132,98 3 [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] a 8,88 - [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] b 8,98 - [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] c 9,48 - NaNO 3 80,18 2 MgCl 2.6H 2 O 159,18 3

Pengukuran daya hantar listrik dari senyawa kompleks dilakukan untuk mengetahui jumlah ion yang terdapat dalam senyawa tersebut. Dari data di atas dapat dilihat bahwa pada penelitian ini berhasil disintesis kompleks [Fe(fen) 3 ] 2+ dimana inti logam Fe(II) tidak teroksidasi membentuk Fe(III). Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian daya hantar listrik yang menunjukan bahwa kompleks [Fe(fen) 3 ] 2+ memiliki jumlah ion tiga yakni satu inti logam Fe(II) dan dua ion lawan NCS -. Selain itu, data tersebut juga menunjukan bahwa pada penelitian ini, telah berhasil disintesis kompleks [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] yang tidak bermuatan atau netral. 4.3 Penentuan Sifat Kemagnetan Senyawa Kompleks Penentuan sifat kemagnetan senyawa kompleks dilakukan dengan pengukuran nilai momen magnet mengggunakan Magnetic Susceptibility Balance. Hasil Pengukuran yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Data Momen Magnet Senyawa Kompleks Senyawa χ m (10-6 ) χ corr m (10-6 ) µ (BM) [Fe(fen) 3 ] 2+ a 439,901 861,381 1,439 [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] a 9436,278 9.738,778 4,841 [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] b 10.239,912 10.542,432 5,037 [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] c 10.209,890 10.393,410 4,989 Dari data pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa hasil sintesis kompleks Fe(fen) 3 ] 2+ bersifat diamagnetik dengan momen magnet 1,439 BM, sedangkan kompleks [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] yang disintesis dengan metode langsung, refluks maupun difusi lambat memiliki sifat paramagnetik dengan nilai momen magnet masing-masing 4,841 BM, 5,037 BM, dan 4,989 BM. 4.4 Hasil Analisa Spektroskopi Serapan Atom (SSA) Senyawa kompleks [Fe(fen) 3 ] 2+ dengan ligan bidentat fenantrolin telah berhasil disintesis dan rumus kimianya ditentukan atas dasar kadar ion logam menggunakan metode spektrofotometri serapan atom (SSA). Hasil pengukuran kadar ion logam menunjukkan

bahwa kompleks mengandung ion logam sebanyak 5,42% mendekati kadar teoritisnya (7,84%). 4.5 Hasil Analisis Infra Merah Analisis infra merah dilakukan untuk mengetahui pergeseran bilangan gelombang akibat substitusi ligan fen dan NCS -. Analisa infra merah untuk ligan fenantrolin menunjukkan serapan khas C=C aromatik pada 1653,99 cm -1, didukung dengan adanya serapan =C H pada 3036, 97 cm -1, serapan gugus C=N C pada 2356,09 cm -1 serta karena digunakan senyawa 1,10-fenantrolin monohidrat maka muncul serapan khas OH pada 3433,5 cm -1. Spektra infra merah untuk fenantrolin dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Spektra infra merah 1,10-fenantrolin monohidrat Selanjutnya pada kompleks [Fe(fen) 3 ] 2+ hasil sintesis juga dilakukan analisa infra merah (Gambar 3) dan diperoleh perubahan serapan pada beberapa bilangan gelombang akibat adanya pengaruh logam pusat Fe(II). Serapan lebar dan kuat dari gugus OH pada 3433,5 cm -1 bergeser menjadi serapan medium-lemah pada 3385,13 cm -1 ketika berikatan dengan Fe(II). Semua serapan khas ligan fenantrolin mengalami pergeseran. Selanjutnya, muncul serapan khas C N dari NCS - pada bilangan gelombang 2050,37 cm -1. Pada hasil analisa infra merah untuk senyawa [Fe(fen) 3 ] 2+ hasil sintesis juga ditemukan serapan khas Fe NCS spin rendah pada bilangan gelombang 532,36 cm -1. Data ini mendukung hasil perhitungan momen magnet senyawa [Fe(fen) 3 ] 2+ hasil sintesis yang juga menunjukkan sifat diamagnetik spin rendah.

Gambar 2. Spektra infra merah senyawa [Fe(fen) 3 ](NCS) 2 ] Analisa infra merah juga dilakukan terhadap senyawa [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] hasil sintesis menunjukkan serapan OH menghilang, namun demikian serapan C=C aromatik bergeser ke bilangan gelombang 1623,13 cm -1. Hal ini diperkuat dengan adanya serapan C-H aromatik dan vinilik di atas 3000 cm -1 yaitu 3012,86 cm -1. Serapan C N yang lebih tajam dibandingkan pada [Fe(fen) 3 ] 2+ muncul pada bilangan gelombang 2074,48 cm -1 dan 2061,64 cm -1. Hasil analisa infra merah untuk senyawa [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Spektra infra merah senyawa [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ]

4.6 Hasil Analisis XRD Pola difraksi senyawa kompleks [Fe(fen) 3 ] 2+ sintesis dan [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] hasil sintesis telah diamati dan dibandingkan dengan pola difraksi sinar-x kompleks [Fe(fen) 3 ] 2+ dengan ion lawan PF - 6 dan pola difraksi sinar-x senyawa [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] hasil sintesis penelitian sebelumnya oleh Tsuchiya dkk. (2000). Pola difraksi tersebut ditunjukkan pada Gambar 5 dan 6. (a) (b) 2 /deg CuK Gambar 5. Pola difraksi sinar-x (a) kompleks [Fe(fen) 3 ] 2+ dengan ion lawan PF 6 - (Tsuchiya dkk., 2000), dan (b) kompleks [Fe(fen) 3 ] 2+ hasil sintesis dengan ion lawan NCS - Difraktogram kompleks [Fe(fen) 3 ](NCS) 2 menunjukkan tiga puncak dengan intensitas tinggi yaitu pada 2 = 24,54, 20,28, dan 22, 16 (Lampiran 9). Pola difraksi kompleks ini menunjukan kemiripan dengan pola difraksi [Fe(fen) 3 ](PF 6 ) 2 yang ditandai dengan adanya puncak dengan intensitas tertingggi pada 2 di sekitar 20-25, sehingga dapat disimpulkan bahwa senyawa kompleks hasil sintesis mengandung inti besi.

(a) 2 /deg CuK (b) Gambar 6. Pola difraksi sinar-x kompleks (a) [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] (Tsuchiya dkk., 2000), dan (b) [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] hasil sintesis Difraktogram kompleks [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] hasil sintesis menunjukkan tiga puncak dengan intensitas tinggi yaitu pada 2 = 23,63, 22,61 dan 10,81 (Lampiran 10). Pola difraksi kompleks ini menunjukan kemiripan dengan pola difraksi [Fe(fen) 2 [NCS] 2 ] hasil penelitian sebelumnya yang ditandai dengan adanya puncak dengan intensitas tertingggi pada 2 di sekitar 20-25, sehingga dapat disimpulkan bahwa senyawa kompleks hasil sintesis mengandung inti besi. Perbedaan sudut difraksi antara kedua kompleks [Fe(fen) 3 ] 2+ dan [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] hasil sintesis ini terjadi karena perbedaan jumlah molekul ligan fenantrolin.

IV. Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan Dari penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi metode dalam sintesis kompleks berinti tunggal [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] yaitu melalui metode langsung, refluks dan difusi lambat. 2. Dalam sintesis kompleks [Fe(fen) 3 ] 2+ melalui metode langsung diperoleh kompleks yang bersifat diamagnetik dengan nilai momen magnet 1,439 BM. Sementara kompleks [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] yang dihasilkan melalui metode langsung, refluks dan difusi lambat menghasilkan kompleks yang bersifat paramagnetik dengan momen magnet masing-masing 4,841 BM, 5,037 BM, dan 4, 989 BM. 4.2 Saran Perlu dilakukan pengembangan metode sintesis kristal tunggal untuk kompleks [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] untuk memperoleh kompleks dengan kekristalan yang lebih baik. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Pattimura yang telah menyetujui dan mendanai penelitian ini melalui DIPA Unpatti dengan kontrak No: 07/UN13/SPK-PJ/PHB/2011 tanggal 04 April 2011.

DAFTAR PUSTAKA Gütlich, P., Garcia, Y., Goodwin, H. A., Chem. Soc. Rev., 2000, 29, 419-427. Harjadi, W., 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia: Jakarta. Miessler, G. L., Tarr, D. A., 1998. Inorganic Chemistry second edition. Prentice Hall: New Jersey. Onggo, D., Sugiyarto H., J. Pend. Matematika dan Sains, 2001, tahun VI edisi I, 43-49. Sukardjo. 1992. Kimia Koordinasi. PT. Rineka Cipta : Jakarta. Tsuchiya, N., Tsukamoto, A., Ohshita, T., Isobe T., Senna, M., Yoshioka, N., Inoue, H., J. Solid State Chem., 2000, 153, 82-91.