IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DI KELURAHAN KAWANGKOAN BAWAH KECAMATAN AMURANG BARAT KABUPATEN MINAHASA SELATAN OLEH : THIA MILLY SUMUAL NIM. 100813032 Abstrak Ada banyak permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan TPI di Minahasa Sekatan, mengingat potensi perikanan lautnya yang besar. Seperti Kinerja pengelolaan TPI Minahasa Selatan menunjukkan bahwa belum sesuai yang diharapakan dalam memberdayakan nelayan. Tingkat keberdayaan pengelola TPI dilihat dari akses pengelola dalam menjalankan fungsi TPI untuk mensejahterakan nelayan masih rendah. Dari jawaban ini menunjukkan bahwa pengelola kurang berdaya. Hal ini disebabkan nelayan memang masih pada pihak yang lemah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fungsi pokok Tempat Pelelangan Ikan (TPI) adalah sebagai prasarana pendukung aktivitas nelayan untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut, penanganan dan pengolahan hasil ikan tangkapan dan pemasaran bagi ikan hasil tangkapannya serta sebagai tempat untuk melakukan pengawasan kapal ikan. Berdasarkan fungsi itu, maka tujuan dan sasaran yang hendak dicapai oleh TPI ini adalah pelayanan yang diberikan diharapkan produktivitas kapal dan pendapatan nelayan akan meningkat. TPI di wilayah Kabupaten Minahasa Selatan belum operasional secara maksimal. Segenap fasilitas yang ada belum difungsikan dan dimanfaatkan untuk menunjang berbagai aktivitas: kapal melaut, pemasaran ikan, penanganan, pengolahan dan pembinaan mutu ikan, pengumpulan data statistik perikanan, 1
pengendalian dan pengawasan kapal ikan, penyampaian informasi perikanan kepada nelayan, pengembangan masyarakat nelayan dan pembinaan masyarakat di sekitar pantai. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah kebijakan pemerintah mengenai Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dalam upaya meningkatkan pembangunan di bidang perikanan di Kabupaten Minahasa Selatan? 2. Apa sajakah permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kabupaten Minahasa Selatan? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah mengenai Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dalam upaya meningkatkan pembangunan di bidang perikanan di Kabupaten Minahasa Selatan? 2. Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kabupaten Minahasa Selatan? D. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis, sebagai sarana untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama kuliah melalui penelitian yang dilakukan. 2. Bagi pembaca, memotivasi para nelayan untuk menambah dan mengembangkan usahanya dibidang perikanan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) 2
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) merupakan salah satu fasilitas fungsional yang disediakan di setiap Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). Dengan demikian TPI merupakan bagian dari pengelolaan PPI. Fasilitas lain yang disediakan oleh PPI adalah fasilitas dasar seperti dermaga, kolam pelabuhan, alur pelayaran serta fasilitas penunjang seperti gudang, MCK, keamanan dan lain sebagainya. TPI kalau ditinjau dari menejemen operasi, maka TPI merupakan tempat penjual jasa pelayanan antara lain sebagai tempat pelelangan, tempat perbaikan jaring, tempat perbaikan mesin dan lain sebagainya. Disamping itu TPI merupakan tempat berkumpulnya nelayan dan pedagang-pedagang ikan atau pembeli ikan dalam rangka mengadakan transaksi jual beli ikan. Nelayan ingin menjual hasil tangkapan ikannya dengan harga sebaik mungkin, sedangkan pembeli ingin membeli dengan harga serendah mungkin. Untuk mempertemukan penawaran dan permintaan itu, diselenggarakan pelelangan ikan agar tercapai harga yang sesuai, sehingga masing-masing pihak tidak merasa dirugikan. Tempat Pelelangan Ikan (TPI), selain merupakan pintu gerbang bagi nelayan dalam memasarkan hasil tangkapannya, juga menjadi tempat untuk memperbaiki jaring, motor, serta kapal dalam persipan operasi penangkapan ikan. Tujuan utama didirikannya TPI adalah menarik sejumlah pembeli, sehingga nelayan dapat menjual hasil tangkapannya sesingkat mungkin dengan harga yang baik serta dapat menciptakan pasaran yang sehat melalui lelang murni. Disamping itu, secara fungsional, sasaran yang diharapkan dari pengelolaan TPI adalah tersedianya ikan bagi kebutuhan penduduk sekitarnya dengan kualitas yang baik serta harga yang wajar. Fungsi TPI antara lain adalah: a. Memperlancar kegiatan pemasaran dengan sistem lelang. b. Mempermudah pembinaan mutu ikan hasil tangkapan nelayan c. Mempermudah pengumpulan data statistik. Tujuan dari sistem Pelelangan Ikan di TPI yang sesungguhnya adalah mencari pembeli potensial sebanyak mungkin untuk menjual hasil tangkapannya pada tigkat harga yang menguntungkan tanpa merugikan pedagang pengumpul. B. Implementasi Kebijakan 3
Hakikat Utama implementasi kebijakan adalah memahami apa yang seharusnya terjadi sesudah sesuatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan.pemahaman tersebut mencakup usaha-usaha untuk mengadministrasikannya dan menimbulkan dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian. Pengertian implementasi menurut Van Horn (2006:65) bahwa Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabatpejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Edward ( 2011:97) melihat Implementasi Kebijakan sebagai suatu proses yang dinamis, dimana terdapat banyak factor yang saling berinteraksi dan mempengaruhi implementasi kebijakan. Factor-faktor tersebut perlu ditampilkan guna mengetahui bagaimana pengaruh factor-faktor tersebut terhadap implementasi. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif artinya, penelitian yang menjelaskan ciri-ciri suatu gejala. Dalam penelitian jenis ini akan dilihat gambaran yang terjadi tentang suatu fenomena sosial. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. menurut oleh Arikunto (2000), pendekatan kualitatif merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilihannya. Oleh karena itu dalam penelitian ini hanya akan menggambarkan dan menganalisa fenomenafenomena dan fakta-fakta. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Nelayan/Penangkap Ikan 4
Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan, baik dilaut maupun perairan umum. Nelayan perairan laut di Kabupaten Minahasa Selatan tersebar di 7 kecamatan pesisir serta 33 desa/kelurahan dan terbanyak di Kecamatan Tatapaan (Desa Rap-rap dan Popareng), Tumpaan (Desa Matani dan Tumpaan I) serta Amurang (Kelurahan Ranoyapo) dengan katagori nelayan terbanyak masih menggunakan alat tangkap skala kecil atau tradisional. Nelayan Perairan Umum Nelayan penangkapan ikan di perairan umum di Kabupaten Minahasa Selatan terdapat di beberapa wilayah kecamatan yang dialiri daerah aliran sungai seperti DAS Ranoyapo di Kecamatan Ranoyapo dan Motoling. Pembudidaya Kegiatan budidaya di Minahasa Selatan tersebar di seluruh kecamatan yang ada. Untuk budidaya laut terdapat di Kecamatan Tatapaan khususnya budidaya Rumput Laut, Kerapu Tikus dan di Kecamatan Amurang untuk budidaya Ikan Kuwe. Pengolah Ikan Komoditi olahan hasil perikanan di Kabupaten Minahasa Selatan terdiri dari produk Ikan Kayu, Ikan Asap (fufu), Ikan Asin, dan hasil fermentasi (Bakasang). Sentra produksi olahan hasil perikanan tersebar di seluruh wilayah kecamatan pesisir, yaitu dengan terbanyak di Kecamatan Tumpaan (Desa Matani) dan Kecamatan Amurang (Kelurahan Ranoyapo). Pendapatan Nelayan, Pembudidaya dan Pengolah Ikan Pendapatan para nelayan dan pembudidaya serta pengolah ikan sangat beragam. Hal ini terjadi karena ada yang telah melakukan kegiatan tersebut sebagai pencarian utama, sedangkan lainnya hanya sebagai sambilan. Pendapatan para nelayan dan pembudidaya serta pengolah ikan dapat dilihat pada tabel berikut : Kelembagaan Kelompok 5
Untuk lebih meningkatkan usaha dan pendapatan para nelayan dan pembudidaya, maka dibentuklah kelompok-kelompok pembudidaya dan nelayan. Kelembagaan Kelompok Pembudidaya, Nelayan dan POKMASWAS di Kabupaten Minahasa Selatan dapat dilihat pada tabel berikut ini. 2. Potensi Kelautan Dan Perikanan Potensi sumberdaya kelautan dan perikanan di Kabupaten Minahasa Selatan mencakup usaha penangkapan, budidaya dan pengolahan dengan luas areal seperti digambarkan pada tabel berikut Budidaya Pengembangan budidaya perikanan bertujuan untuk meningkatkan produksi guna menciptakan ketahanan pangan berupa pemenuhan kebutuhan mutu dan gizi pangan hewani, juga untuk mencegah terkurasnya sumberdaya perikanan yang ada di alam akibat overfishing. Budidaya laut ikan kuwe atau bobara juga dikembangkan oleh kelompok nelayan atau perorangan di wilyah Kecamatan Amurang, karena salah satu komoditi yang cukup bernilai ekonomis penting. Perikanan Tangkap 1. Wilayah Usaha Penangkapan Nelayan-nelayan di 7 kecamatan pesisir kabupaten Minahasa Selatan menangkap ikan di sepanjang pantai utara jazirah utara Pulau Sulawesi. Kebanyakan nelayan hanya menangkap ikan sekitar pantai sampai 2-3 mil jauhnya dari pantai atau pulau-pulau kecil. Tetapi bagi nelayan Purse Seine, Hand Line sudah cukup jauh dari pantai yaitu 7-12 mil dari pantai dengan waktu tempuh 10-14 jam, malahan penangkapan ikan yang dilakukan sampai ke wilayah pulau-pulau bagian utara sulawesi yaitu sampai Pulau Siau dan Tagulandang. 3. Wilayah Pesisir Selain mengembangkan usaha perikanan tangkap dan budidaya, pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan juga sangat memperhatikan pengembangan wilayah- 6
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil karena sangat potensial dikelola dalam upaya menjaga peningkatan produk usaha perikanan tangkap maupun budidaya. Kabupaten Minahasa Selatan memiliki wilayah pesisir yang sangat kaya dan potensial untuk pengembangan bidang perikanan baik perikanan tangkap, budidaya maupun ekotorism. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan melalui konsep partisipatif adalah meliputi pemberdayaan masyarakat pesisir, pengembangan usaha budidaya laut, rehabilitasi mangrove dan pengawasan. Selain daratan Pulau Sulawesi, wilayah Kabupaten Minahasa Selatan juga meliputi wilayah daratan dari sepuluh pulau kecil yang terletak dilepas pantai Pulau Sulawesi. Dari panjang garis pantai 220 Km, dimana 10 Km berada di pulau-pulau kecil seperti pada tabel di bawah ini. D. Sarana Penunjang Untuk mencapai tujuan pembangunan perikanan yang tangguh dan maju, maka perlu didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana perikanan yang layak dan memadai yang dapat menunjang setiap aktifitas kegiatan usaha perikanan. Sarana serta prasarana perikanan yang ada di Kabupaten Minahasa Selatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Sarana Prasara Perikanan di Kabupaten Minahasa Selatan No PRASARANA JML H LOKASI KET. 1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) 2 Kec. Amurang Barat Direhab. 2 Balai Benih Ikan (BBI) 1 Kec. Tompasobaru 3 Pelabuhan Penyeberangan/ Kec. Amurang Pangkalan Pendaratan Ikan 1 Barat (PPI) Pembangunan. 7
4 Pusat Informasi Pesisir (PIP) 2 Kec. Amurang Barat dan Kec. Sinonsayang 5 Solar Packed Dealer untuk Kec. Amurang 1 Nelayan (SPDN) Barat 6 Bank BRI 1 Kec. Amurang 7 Bank Sulut 1 Kec. Amurang 8 Koperasi Taruzzi 1 Kec. Amurang Pembangunan. Pembangunan. Pembangunan dan penyediaan fasilitas prasarana perikanan dan dalam hal ini Pelabuhan Perikanan yang dibangun oleh Pemerintah. Direktorat Jenderal Perikanan dalam menunjang perkembangan kegiatan penangkapan ikan di laut adalah sesuai dengan amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan pada Pasal 41 yang isinya sebagai berikut : (1) Pemerintah menyelenggarakan dan membina pelabuhan perikanan. (2) Menteri menetapkan : a. rencana induk pelabuhan secara nasional b. klasifikasi pelabuhan perikanan dan suatu tempat yang merupakan bagian perairan dan daratan tertentu yang menjadi wilayah kerja dan pengoperasian pelabuhan perikanan c. persyaratan dan/atau standar teknis dan akreditasi kompetensi dalam perencanaan, pembangunan, operasional, pembinaan dan pengawasan pelabuhan perikanan pelabuhan perikanan yang tidak dibangun oleh pemerintah Berdasarkan peraturan tersebut diatas, maka tugas pelabuhan perikanan adalah untuk melaksanakan pengelolaan sarana pelabuhan, melaksanakan pelayanan dalam hal keperluan bahan bakar dan perbekalan kapal perikanan serta mengadakan bimbingan dan pengembangan daerah pelabuhan. Sedangkan menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1995), bahwa fungsi dari pada pelabuhan perikanan adalah sebagai berikut : a. Pusat pengembangan masyarakat nelayan; 8
Sebagai sentra kegiatan masyarakat nelayan, Pelabuhan Perikanan diarahkan dapat mengakomodir kegiatan nelayan baik nelayan berdomisili maupun nelayan pendatang. b. Tempat berlabuh kapal perikanan; Pelabuhan Perikanan yang dibangun sebagai tempat berlabuh (landing) dan tambat / merapat (mouring) kapal-kapal perikanan, berlabuh/merapatnya kapal perikanan tersebut dapat melakukan berbagai kegiatan misalnya untuk mendaratkan ikan (unloading), memuat perbekalan (loading), istirahat (berthing), perbaikan apung (floating repair) dan naik dock (docking). Sehingga sarana atau fasilitas pokok pelabuhan perikanan seperti dermaga bongkar, dermaga muat, dock/slipway menjadi kebutuhan utama untuk mendukung aktivitas berlabuhnya kapal perikanan tersebut. c. Tempat pendaratan ikan hasil tangkapan; Sebagai tempat pendaratan ikan hasil tangkap (unloading activities) Pelabuhan Perikanan selain memiliki fasilitas dermaga bongkar dan lantai dermaga (apron) yang cukup memadai, untuk menjamin penanganan ikan (fish handling) yang baik dan bersih didukung pula oleh sarana / fasilitas sanitasi dan wadah pengangkat ikan. d. Tempat untuk memperlancar kegiatan-kegiatan kapal perikanan; Pelabuhan Perikanan dipersiapkan untuk mengakomodir kegiatan kapal perikanan, baik kapal perikanan tradisional maupun kapal motor besar untuk kepentingan pengurusan administrasi persiapan ke laut dan bongkar ikan, pemasaran / pelelangan dan pengolahan ikan hasil tangkap. e. Pusat penanganan dan pengolahan mutu hasil perikanan; Prinsip penanganan dan pengolahan produk hasil perikanan adalah bersih, cepat dan dingin (clean, quick and cold). Untuk memenuhi prinsip tersebut setiap Pelabuhan Perikanan harus melengkapi fasilitas fasilitasnya seperti fasilitas penyimpanan (cold storage) dan sarana / fasilitas sanitasi dan hygien, yang berada di kawasan Industri dalam lingkungan kerja Pelabuhan Perikanan. f. Pusat pemasaran dan distribusi ikan hasil tangkapan; 9
Dalam menjalankan fungsi, Pangkalan Pendaratan Ikan dilengkapi dengan tempat pelelangan ikan (TPI), pasar ikan (Fish Market) untuk menampung dan mendistribusikan hasil penangkapan baik yang dibawa melalui laut maupun jalan darat. g. Pusat pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan; Pengendalian mutu hasil perikanan dimulai pada saat penangkapan sampai kedatangan konsumen. Pelabuhan Perikanan sebagai pusat kegiatan perikanan tangkap selayaknya dilengkapai unit pengawasan mutu hasil perikanan seperti laboratorium pembinaan dan pengujian mutu hasil perikanan (LPPMHP) dan perangkat pendukungnya, agar nelayan dalam melaksanakan kegiatannya lebih terarah dan terkontrol mutu produk yang dihasilkan. h. Pusat penyuluhan dan pengumpulan data; Untuk meningkatkan produktivitas, nelayan memerlukan bimbingan melalui penyuluhan baik secara teknis penangkapan maupun management usaha yang efektif dan efisien, sebaliknya untuk membuat langkah kebijaksanaan dalam pembinaan masyarakat nelayan dan pemanfaatan sumberdaya ikan selain data primer melalui penelitian data sekunder diperlukan untuk itu, maka untuk kebutuhan tersebut dalam kawasan Pelabuhan Perikanan merupakan tempat terdapat unit kerja yang bertugas melakukan penyuluhan dan pengumpulan data. i. Pusat pengawasan penangkapan dan pengendalian pemanfaatan sumberdaya ikan; Pelabuhan Perikanan sebagai basis pengawasan penangkapan dan pengendalian pemanfaatan sumberdaya ikan. Kegiatan pengawasan tersebut dilakukan dengan pemeriksaan spesifikasi teknis alat tangkap dan kapal perikanan, ABK, dokumen kapal ikan dan hasil tangkapan. Sedangkan kegiatan pengawasan dilaut, Pelabuhan Perikanan dapat dilengkapi dengan pos/pangkalan bagi para petugas pengawas yang akan melakukan pengawasan dilaut. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Ada banyak permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan TPI di Minahasa Sekatan, mengingat potensi perikanan lautnya yang besar. Seperti Kinerja 10
pengelolaan TPI Minahasa Selatan menunjukkan bahwa belum sesuai yang diharapakan dalam memberdayakan nelayan. Tingkat keberdayaan pengelola TPI dan pengurus KUD dilihat dari akses pengelola dalam menjalankan fungsi TPI untuk mensejahterakan nelayan masih rendah. Dari jawaban ini menunjukkan bahwa pengelola kurang berdaya. Hal ini disebabkan nelayan memang masih pada pihak yang lemah, terutama karena sistem pembayaran yang tidak bisa tunai, dan bahkan keterikatan nelayan pada sistem patront client, yang menyebabkan mereka berada pada lingkaran kemiskinan karena jeratan hutang yang tidak bisa terputus. B. Saran 1. Hendaknya pihak-pihak yang berwenang, dapat memberikan perhatian, khususnya pada setiap kegiatan pembangunan (TPI) Tempat Pelelangan Ikan, agar dapat lebih efisien. 2. TPI harus memiliki program-program yang memberdayakan masyarakat terutama para kelompok nelayan. DAFTAR PUSTAKA Akhmad Fauzi.2005. Kebijakan Perikanan dan Kelautan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Budi Risharyanto. 2006. Efisiensi dan Peningkatan Kinerja TPI, thesis, MM UNDIP : tidak dipublikasikan Dinas Perikanan dan Kelautan Sulawesi Utara dan Dewan Riset Daerah.2006, Kajian Strategis Analisis Kinerja Efisiensi TPI di Sulawesi Utara.Laporan Penelitian : Tidak dipublikasikan Kusnadi.2007. Strategi Hidup Masyarakat Nelayan. Yogyakarta : LkiS, Kusnadi,2003. Akar Kemiskinan Nelayan. Yogyakarta : LKiS Mulyadi,2005. Ekonomi Kelautan. Jakarta : Rajawali Press. 11
Suhartini, A. Halim, Imam Khambali, Abd. Basyid. 2005. Model-model Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta : Pustaka Pesantren. Sambas Ali, Muhidin. 2007. Analisis dalam Penelitian. Bandung : Penerbit Pustaka Setia. Sutrisno Hadi. 1990. Metodologi Research 1, 2, 3. Yogyakarta : Andi Offset. Syaukani, HR. 2012. Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan. Yogyakarta :Pustaka Pelajar. Thomas dye, 2002 Understanding Public Policy, dalam, kebijakan public, Jakarta:Yayasan Pancur Siwah. Wahab, Solichin A. 1991. Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan, Bumi Aksara Jakarta. Undang-Undang dan Peraturan Daerah Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota. Peraturan Daerah Propinsi Dati Minahasa Selatan Nomor 15 Tahun 1984 tentang Penyelenggaraan Pelelangan Ikan. Peraturan Daerah Kabupaten Minahasa Selatan Nomor 17 Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan. Peraturan Daerah Kabupaten Minahasa Selatan Nomor 32 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan. Peraturan Daerah Kabupaten Minahasa Selatan Nomor 7 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Tempat Pelelangan Ikan. Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 12
PERDA No. 13 Tahun 2009, Tentang Peberian Izin Usaha dibidang Perikanan dan Pelayanan Pelabuhan Perikanan PERBUP No. 03 Tahun 2011, Tentang Pembentukan Unit Pelayanan Teknis Pangkalan Pendaratan Ikan. PERBUP No. 04 Tahun 2011, Tentang Tata Operasional Pangkalan Pendaratan Ikan di Minahasa Selatan. PERDA No. 04 Tahun 2012, Tentang Retribusi Jasa Usaha. 13