RANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN LOGISTIK DENGAN PENDEKATAN SISTEM TERTUTUP (STUDI KASUS: DISTRIBUSI LPG 3 KG DI KAB./KOTA MALANG DAN KOTA BATU)

dokumen-dokumen yang mirip
LINGO demand saat ini

OPTIMASI BIAYA PROYEK PENGASPALAN JALAN DENGAN PENGATURAN JUMLAH ASPHALT MIXING PLANT

PENELITIAN TUGAS AKHIR OPTIMASI KONFIGURASI JARINGAN SUPPLY CHAIN HULU GAS LPG 3 KG DI INDONESIA

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG KOORDINATOR WILAYAH DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MALANG

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

ANALISIS POTENSI EKONOMI SUBSEKTOR PERTANIAN UNGGULAN PADA TINGKAT KECAMATAN DI KABUPATEN MALANG

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR PERMUKIMAN DI KABUPATEN MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam kesejahteraan kehidupan penduduk indonesia.

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENETAPAN UANG PERSEDIAAN TAHUN ANGGARAN 2018 BUPATI MALANG,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis. Tanah yang

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Malang Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

R. Prayudha Chandra Putra, Nurudin Santoso 1, Ekojono 2. Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik Negeri Malang.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Wilayah Kabupaten Malang memiliki luas 3.534,86 km 2 atau 353,486 ha , ,00 Bujur Timur,

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MALANG NOMOR : 420/ / /2018

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MALANG NOMOR : 420/ / /2017

ANALISIS PENATAAN LANJUTAN WILAYAH PENYALURAN PADA RANTAI PASOK PENDISTRIBUSIAN LPG TERTENTU: STUDI KASUS DI KOTA BATU MALANG

Penataan Menara BTS (Cell Planning)

Model Penentuan Lokasi Pendirian Distribution Center

REKAPITULASI JUMLAH PPS, PENDUDUK, PEMILIH DAN TPS PADA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF KABUPATEN MALANG TAHUN 2004 JUMLAH PENDUDUK

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2017

NOTULENSI RAPAT PEMANTAUAN PENCAPAIAN KINERJA TRIWULAN I TAHUN 2014 DAN SOSIALISASI PERATURAN PRESIDEN RI NOMOR 29 TAHUN 2014

BAB VIII STANDAR PERJALANAN DINAS

DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

ACARA 4. ASPEK PEMASARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT PENILAIAN PRESTASI MANAJER PRODUKSI PADA PDAM KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. (supply chain management). Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Anatan dan

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN GAS LPG DENGAN METODE ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR (Studi Kasus Pada PT. Graha Gas Niaga Klaten)

PROFIL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN MALANG

PERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP)

Perancangan Sistem Distribusi LPG 3Kg di Kota Surabaya Dengan Mempertimbangkan Pertumbuhan Demand

PERSEPSI NASABAH TERHADAP IMPLEMENTASI AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH DALAM OPERASIONAL PERBANKAN BERBASIS SYARIAH DI INDONESIA.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN GAS LPG DENGAN METODE ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR

Penelitian Tugas Akhir. Model Jaringan Distribusi Multi Eselon untuk Produk Multi Item PT. Gold Coin Surabaya

Seluruh Pejabat Struktural dan Staf Subag Perencanaan WIB WIB Evaluasi kinerja tahun 2014 dan Perencanaan kinerja tahun 2015

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MALANG NOMOR: 420/2043/ /2015

BAB I PENDAHULUAN. minyak tanah ke elpiji ini di akibatkan harga minyak tanah yang semakin mahal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

MEMPELAJARI PROSEDUR PENYEDIAAN TABUNG GAS ELPIJI 3 KG DI SPPBE PT. AL-FATH DISUSUN OLEH : NAMA : REPALDI ABDUL AGI NPM :

BAB II LANDASAN TEORI

Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen

STRATEGI PEMASARAN GAS ELPIJI DALAM MENINGKATKAN JUMLAH PENJUALAN TABUNG ELPIJI KEMASAN 5,5 KG

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR BUPATI MALANG

ANALISIS BULLWHIP EFFECT DALAM MANAJEMEN RANTAI PASOK

Pemilihan Supplier dan Penjadwalan Distribusi CNG dengan Pemodelan Matematis

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 11 TAHUN 2012 PENGESAHAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TAHUN ANGGARAN 2012

1.1 Latar Belakang Masalah

UJM 3 (2) (2014) UNNES Journal of Mathematics.

Model Rantai Pasok Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max Plus dengan Mempertimbangkan Prioritas Transisi

MODEL PROGRAM STOKASTIK DALAM TRANSPORTASI DAN LOGISTIK

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

METODE MAX MIN VOGEL S APPROXIMATION METHOD UNTUK MENEMUKAN BIAYA MINIMAL PADA PERMASALAHAN TRANSPORTASI

ABSTRAK. Kata Kunci : distribusi, bullwhip effect, pemusatan informasi. Universitas Kristen Maranatha

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi oleh PT Pertamina (Persero). Pada awalnya produk LPG ini hanya dikemas

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

Implementasi Model Transportasi pada Distribusi LPG (Liquid Petroleum Gas) 3 Kg di Sulawesi Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN

RESPONSIBILITY ACCOUNTING, COST PRODUCTION SEBAGAI ALAT PENILAIAN PRESTASI MANAJER PRODUKSI PADA PDAM KABUPATEN MALANG

DATA DAN INFORMASI MIGAS

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG DAN JASA Nomor : 602/1.RUP.PAK/ /2016

PENYELESAIAN VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOWS DENGAN PENDEKATAN GOAL PROGRAMMING Atmini Dhoruri, Eminugroho R.

Optimasi Tata Letak Semi Dinamis Raw Material Fast Moving Pada Gudang Dengan Pendekatan Matematis

III METODOLOGI 3.1. Kerangka Penelitian

Rancangan dan analisis penjadwalan distribusi pada rantai pasok bahan bakar minyak menggunakan Petri Net

APLIKASI PENENTUAN LOKASI GUDANG DISTRIBUSI AIR MINERAL MENGGUNAKAN GRAVITY LOCATION MODEL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN OPERASIONAL DISTRIBUSI SURAT KABAR DARI PERCETAKAN KE SEJUMLAH AGEN DI KOTA SURABAYA ABSTRAK

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 17/P/BPH Migas/VIII/2008 TENTANG

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Pengumpulan Data

UNNES Journal of Mathematics

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pendistribusian LPG. Pembinaan. Pengawasan.

III. METODOLOGI PENELITIAN

Progress Report Konversi Minyak Tanah ke LPG. Agustus 2007

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 PENGERTIAN MODEL DAN METODE TRANSPORTASI

BUPATI MALANG PENGUMUMAN NOMOR : 800/ 4673/ /2014 TENTANG

BUKU DATA PROFIL GENDER DAN ANAK KABUPATEN MALANG

KUOTA EFISIENSI KAB. MALANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EFISIENSI BIAYA DISTRIBUSI DENGAN METODE TRANSPORTASI

Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

EVALUASI KEBIJAKAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PERSEDIAAN DI PT. TRISULAPACK INDAH (MASPION UNIT III) TUGAS AKHIR RI 1592

STUDI PENGGUNAAN PACKING PLANT PADA DISTRIBUSI SEMEN DI KALIMANTAN MENGGUNAKAN METODE TRANSSHIPMENT: STUDI KASUS PT. SEMEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyebabkan perusahaan harus menghadapi persaingan yang ketat, termasuk

PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN PENDEKATAN POSSIBILITY FUZZY MULTI-OBJECTIVE PROGRAMMING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

RANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN LOGISTIK DENGAN PENDEKATAN SISTEM TERTUTUP (STUDI KASUS: DISTRIBUSI LPG 3 KG DI KAB./KOTA MALANG DAN KOTA BATU) Faizatul Widad, I Nyoman Pujaan Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email: faizatulidad@gmail.com ; pujaan@ie.its.ac.id Abstrak Pemerintah membuat kebijakan pengalihan subsidi minyak tanah ke Liquid Petroleum Gas (LPG) pada tahun 2007. Konversi dari minyak tanah ke LPG ditargetkan akan selesai pada tahun 2010. Di Kota Malang dan Kota Batu telah 100% terkonversi sedangkan di Kab. Malang belum sepenuhnya terkonversi. Sistem yang digunakan dalam pendistribusian LPG 3 kg selama ini adalah sistem terbuka. Sistem terbuka merupakan sistem dimana donstream channel dapat memperoleh pasokan lebih dari 1 upstream channel namun sistem tersebut menimbulkan ketidakstabilan demand pada SPPBE dan agen. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka Penulis melakukan pendekatan sistem tertutup. Metode yang digunakan dalam dalam Tugas Akhir ini adalah integer programming dengan menggunakan softare LINGO. Dari hasil running LINGO, dapat diketahui baha adanya perbedaan biaya distribusi selama 1 tahun untuk distribusi terbuka sebesar Rp 663,845,850,356.90,- sedangkan untuk distribusi tertutup sebesar Rp 813,328,840,727.52,-. Selisih biaya dengan dua pendekatan distribusi tersebut sebesar 149,482,990,370.62. atau 23% lebih mahal daripada distribusi terbuka. Kata kunci: distribusi tertutup, integer programming, LINGO, dan LPG 3 kg,. ABSTRACT The government made the policy of diversion of kerosene subsidy to Liquid Petroleum Gas (LPG) in 2007. This conversion program is targeted to be completed in 2010. In Malang and Batu district have converted 100% hile Kabupaten Malang has not fully converted yet. The system used in the distribution of LPG 3 kg is an open system. Open system is a system here the donstream channel can obtain more than one supplies from upstream channel but the system is causes instability in demand SPPBE and agents. To solve these problems use a closed distribution approach. The method hich is the riter used in the Final Project is an integer programming using Lingo softare. From the LINGO s, e kno that the difference in distribution cost for 1 year for the open system is Rp 663,845,850,356.90, - hile for the closed system is Rp 813,328,840,727.52, -. This difference beteen ith the to system approaches about Rp 149,482,990,370.62 or 23% more expensive than open system. Keyords: closed distribution, integer programming, LINGO, and LPG 3 kg. 1. Pendahuluan Pada tahun 2007 Pemerintah membuat kebijakan yaitu pengalihan subsidi minyak tanah ke Liquid Petroleum Gas (LPG). Dasar persiapan pemasaran LPG 3 kg untuk penggantian minyak tanah terdapat dalam surat dari Menteri ESDM No.32429/26/MEM/2006 tanggal 31 Agustus 2006 tentang PT. Pertamina (PERSERO) untuk melakukan pengalihan minyak tanah ke LPG bagi konsumen rumah tangga serta surat Wakil Presiden RI No.20/ WP/ 9/2006 tanggal 1 September 2006 Perihal : Konversi Pemakaian Mitan ke Elpiji. Pada aalnya proses konversi direncanakan berjalan dari tahun 2007 dan selesai pada tahun 2010 untuk ilayah Jaa Timur, Bali dan NTB. Data per 31 Juli 2009 Unit Gas Domestik PT. Pertamina Unit Pemasaran IV telah mendistribusikan 7.019.846 penduduk yaitu sekitar 81% dari target aal ilayah Jaa Timur. Adanya keterlambatan tersebut disebabkan banyak faktor salah satunya ketidaksiapan pabrikan dalam penyediaan alatalat pendukung. Permasalahan tidak selesai 1

hanya pada terpenuhi target pendistribusian paket konversi, selanjutnya permasalahan yang lebih penting untuk dihadapi adalah rangkaian distribusi dari LPG berukuran 3 kg. Gambar 1.1 Alur Penerimaan dan Distribusi Bulk LPG Gambar 1.2 Data Penjualan LPG 3 kg Wilayah Jaa Timur Pada Gambar 1.1 terlihat alur penerimaan dan distribusi LPG 3 kg. Ada mata rantai baru yang muncul dalam distribusi LPG 3 kg, yaitu keberadaaan dari Stasiun Pengangkutan dan Pengisian Bulk Elpiji (SPPBE). Pada Gambar 1.2 terlihat baha kenaikan demand semakin meningkat seiring dengan berjalannya aktu maka keberadaan dan kapasitas dari SPPBE memegang peranan penting dalam kelancaran distribusi LPG. Padahal untuk mendirikan SPPBE dibutuhkan aktu yang lama dan modal yang besar sehingga pendiriannya harus dengan rencana dan strategi yang matang. Maka dari itu, diperlukan suatu penelitian untuk mengukur kondisi eksisting SPPBE saat ini agar dapat diketahui kemampuan SPPBE dalam memenuhi kebutuhan demand yang semakin meningkat. Dari hasil penelitian dapat dijadikan evaluasi untuk menentukan jumlah dan lokasi yang optimal agar pendistribusian LPG dapat berjalan lancar. Selain SPPBE, peranan dari agen LPG juga penting. Agen mempunyai fungsi sebagai perantara antara PT. Pertamina dengan konsumen dalam penyaluran LPG. Harga jual tertinggi dari LPG 3 kg telah ditetapkan oleh PT. Pertamina dengan harapan masyarakat sasaran tidak akan dirugikan dengan permainan harga oleh agen namun permasalahan justru pada harga jual terendah LPG 3 kg. Agen LPG 3 kg saling berebut konsumen dengan menetapkan harga jual yang lebih rendah dari yang telah ditetapkan Pemerintah sebesar Rp 12.750,- sehingga akan terjadi persaingan yang tidak sehat di level agen. Hal tersebut menjadikan ketidakpastian demand pada masing-masing agen yang berpengaruh pada product availability. Maka dari itu, diperlukan suatu perbaikan konfigurasi supply chain dengan melakukan pendekatan sistem tertutup dengan tujuan dapat memperbaiki kondisi serta menyelesaikan masalah yang terjadi pada sistem terbuka pada distribusi LPG 3 kg selama ini. Permasalahan mendasar yang terkait dengan pendistribusian LPG berukuran 3 kg adalah sistem yang diterapkan oleh PT. Pertamina dalam pendistribusian dan pemasaran LPG dalam mencapai kestabilan demand supply chain pada masing-masing level. Setiap level memiliki jumlah dan kebijakan untuk mempertahankan kestabilannya. Dalam hal ini kestabilan dan kelancaran distribusi LPG 3 kg adalah yang menjadi tujuan utama. Oleh karena itu perumusan masalah yang akan dibahas pada Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Berapa jumlah dan lokasi SPPBE yang harus ada di Kab./Kota Malang dan Kota Batu berdasarkan perkiraaan demand saat ini. 2. Berapa jumlah dan lokasi SPPBE Kab./Kota Malang dan Kota Batu yang harus ada ketika diproyeksikan demand potensial sudah terpenuhi semua dengan pendekatan sistem tertutup. 3. Bagaimana alokasi produk dari masingmasing SPPBE ke ilayah agen (demand point) dengan pendekatan 2

sistem tertutup di ilayah Kab./Kota Malang dan Kota Batu. 4. Bagaimanakah perbandingan distribusi LPG 3 kg dengan pendekatan sistem terbuka dan tertutup. Tujuan dari penelitian Tugas Akhir ini adalah memberikan kajian dan masukan pada Pemerintah tentang jumlah dan lokasi SPPBE yang optimal di ilayah Kab./Kota Malang dan Kota Batu dengan adanya pendekatan sistem distribusi tertutup untuk mencapai kestabilan demand. Batasan dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah lokasi distribusi tabung LPG 3 kg berada di ilayah Kab./Kota Malang dan Kota Batu. Asumsi dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah: 1. Untuk konsumen rumah tangga menghabiskan 1 tabung LPG 3 kg selama 13,04 hari. 2. Untuk konsumen pengusaha kecil menghabiskan 1 tabung LPG 3 kg selama 7,89 hari. 3. Setiap demand point meakili jumlah demand pada suatu ilayah. 4. Agen dapat menambah kapasitasnya maksimal 50% dari kapasitas aal. Manfaat dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah : 1. Mengetahui proses dan sistem distribusi dari LPG 3 kg dari pihak PT. Pertamina sampai ke konsumen. 2. Mengetahui faktor-faktor kritis yang mempengaruhi distribusi LPG 3 kg. 3. Memberikan saran perbaikan yang berhubungan dengan penyelesaian studi kasus di Pertamina. 2. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian disusun secara sistematis dan terarah yang digunakan sebagai suatu kerangka dalam sebuah penelitian ilmiah. Adapun tahapan dalam penelitian ini adalah : 2.1 Tahap Identifikasi Masalah Tahap ini adalah tahap aal dalam pelaksanaan penelitian yang terdiri dari tahap identifikasi masalah, perumusan masalah, penentuan tujuan dan studi lapangan. Pada tahap identifikasi aal ini dilakukan pengumpulan informasi mengenai situasi pada Unit Gas Domestik PT. Pertamina Unit Pemasaran V untuk mengidentifikasi permasalahan yang sedang terjadi pada distribusi LPG 3 kg. 2.2 Tahap Studi Pustaka Pada tahap ini dilakukan literature revie yang berasal dari buku, penelitian serta jurnal yang berhubungan dengan sistem tertutup dan integer programming. Dengan adanya studi pustaka maka akan didapatkan rancangan penelitian serta metode yang akan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. 2.3 Tahap Pengumpulan Data Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang mendukung penyelesaian permasalahan. Data yang dibutuhkan antara lain: a. Data lokasi dan kapasitas SPPBE yang telah beroperasi b. Data penjualan elpiji 3 kg yang berada di ilayah Kab./Kota Malang dan Kota Batu yang dikelompokkan menjadi demand point. c. Data konversi daerah Jaa Timur khususnya Kab./Kota Malang dan Kota Batu d. Data demand masing-masing agen LPG 3 kg di Kab./Kota Malang dan Kota Batu. 2.4 Tahap Pengembangan Model Pada tahap pengembangan model akan dilakukan dengan menggunakan formulasi minimasi biaya pada distribusi LPG 3 kg untuk demand saat ini dan demand potensial baik dengan pendekatan sistem terbuka dan sistem tertutup. Persamaan yang digunakan untuk menggambarkan kondisi pada saat demand sekarang dan demand potensial adalah: Minimum : fi yi + f y + i (1) Untuk sistem tertutup yang akan dikembangkan modelnya terdapat pada Gambar 2.1. Model yang dibuat berdasarkan struktur distribusi yang terjadi di lapangan. Aktifitas i c i x i d i 3

distribusi yang diamati adalah pada SPPBE ke agen dan agen ke demand point. Yang membedakan model untuk menggambarkan sistem tertutup dan sistem terbuka pada level SPPBE-agen adalah konstrain 1 agen hanya bisa mendapatkan LPG dari 1 SPPBE. Sedangkan untuk pengelompokan demand point yang ada di level kecamatan menjadi demand potensial pada agen akan menggunakan sistem distribusi terbuka dan tertutup dengan fungsi tujuan minimasi jarak antara agen ke kecamatan. Fungsi tujuan yang digunakan adalah : Minimum : d (2) Penyelesaian model akan menggunakan softare LINGO dengan metode integer programming yang melakukan perhitungan biaya transportasi dengan input data berasal dari data PT. Pertamina. Gambar 2.1 Closed System pada distribusi LPG 3 kg Adapun konstrain untuk distribusi terbuka yang terdapat pada model yang dibuat adalah : x : Pengiriman dari SPPBE tidak i Ki yi melebihi kapasitas SPPBE x = D i Z i j : Jumlah yang dikirim SPPBE ke setiap agen sama dengan demand pada agen xj K j : Jumlah yang dikirim agen ke seluruh demand point tidak melebihi kapasitas agen Sedangkan konstrain untuk distribusi tertutup yang terdapat pada model yang dibuat adalah : xi Ki yi : Pengiriman dari SPPBE tidak melebihi kapasitas SPPBE x = D i j i i : Jumlah yang dikirim SPPBE ke setiap agen sama dengan kebutuhan agen apabila agen tersebut menjadi anggota agen yang bersangkutan : Jumlah yang dikirim agen ke seluruh demand point tidak melebihi kapasitas agen : Jumlah yang dikirim agen ke setiap demand point sama dengan kebutuhan demand point apabila demand point tersebut menjadi anggota agen yang bersangkutan Z = 1 : Setiap agen hanya dilayani i oleh 1 SPPBE Z = 1 : Setiap demand point hanya ij j Z x = D Z i xj K j j y y dilayani oleh 1 agen Keterangan notasi : i = index untuk SPPBE (1, 2, n) = index untuk agen (1, 2, p) j = index untuk demand point (1, 2, m ) D j = permintaan tahunan dari demand point j d i = jarak antara SPPBE ke agen d j = jarak antara agen ke demand point K i = kapasitas tahunan SPPBE i K = kapasitas tahunan agen f i = biaya-biaya tetap (dikonversi menjadi biaya tahunan) SPPBE i f = biaya-biaya tetap (dikonversi menjadi biaya tahunan) agen c i = biaya transportasi 1 unit produk dari SPPBE i ke agen Y i = 1 bila SPPBE i dipilih dan 0 jika tidak Y = 1 bila agen dipilih dan 0 jika tidak x i = volume yang dikirim dari SPPBE i ke agen tiap tahun 4

Z j = 1 bila agen melayani demand point j dan 0 jika tidak 2.5 Tahap Pengolahan Data Pada tahap ini akan dilakukan pengolahan data yang didapatkan dari PT. Pertamina unit Pemasaran V dan sumber yang dapat dipertanggung jaabkan kebenarannya. Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan softare LINGO 8.0 agar dapat dilakukan pendekatan eksak. Dari hasil yang didapatkan dengan pendekatan sistem tertutup dan sistem terbuka akan dapat terlihat hasil yang berbeda. 2.6 Tahap Analisa dan Intepretasi Pada tahap ini dilakukan analisa dari hasil pengolahan data yang telah diperoleh dari pengolahan data. Analisa yang dilakukan akan mempertimbangkan ketidaksesuaian hasil yang didapatkan dengan keadaan real berdasarkan asumsi yang telah ditentukan sebelumnya. 2.7 Tahap Pengambilan Kesimpulan Tahap terakhir adalah penarikan kesimpulan dimana kesimpulan yang diambil harus menjaab tujuan aal dari penelitian Tugas Akhir. 3. Pengumpulan dan Pengolahan Data 3.1 Penyelesaian Model dengan LINGO Untuk menentukan jumlah SPPBE yang dibutuhkan dalam pemenuhan demand saat ini menggunakan persamaan 3.1 yang dikerjakan dengan LINGO. Adapun fungsi yang dimasukkan ke dalam LINGO adalah : sets : SPPBE /1..4/ : Cap,biaya1; agen /1..32/ : butuh,biaya2; kirim (SPPBE, agen) : jumlah, jarak; endsets MIN = @sum(kirim(i,j): jumlah(i,j)*835*jarak(i,j))+@sum(sp PBE(i):biaya1)+@sum(agen(j):biaya2) ;! Konstrain 1; @for(sppbe(i): @sum(agen(j): jumlah(i,j)) <= Cap(i)); @for(agen(j): @sum(sppbe(i): jumlah(i,j)) = butuh(j)); Data :!Import the data from Excel; Cap, biaya1, butuh, biaya2, jarak= Widad\OLE.xls');!Export the solution back to Excel; Widad\OLE.xls')= jumlah; end data Dalam menentukan kecamatan dari ilayah pengamatan termasuk dalam lingkup agen terdaftar menggunakan dua pendekatan, yaitu: distribusi terbuka dan distribusi tertutup dengan perhitungan menggunakan softare LINGO. Berikut adalah fungsi yang digunakan untuk distribusi terbuka : sets : agen /1..14/ : Cap; kecamatan /1..41/ : butuh,pakai; kirim (agen, kecamatan) : guna, jumlah, jarak; endsets MIN = @sum(kirim(i,j): jumlah(i,j)*jarak(i,j));! Konstrain 1; @for(agen(i): @sum(kecamatan(j): jumlah(i,j)) <= Cap(i)); @for(kecamatan(j):@sum(agen(i):guna (i,j))=pakai(j));!import the data from Excel; Cap, butuh, jarak= Widad\OLE4.2=.xls');!Export the solution back to Excel; Widad\OLE4.2=.xls')= jumlah; end data Sedangkan untuk fungsi yang digunakan untuk distribusi tertutup adalah : sets : agen /1..14/ : Cap; kecamatan /1..41/ : butuh,pakai; kirim (agen, kecamatan) : guna, jumlah, jarak; endsets MIN = @sum(kirim(i,j): jumlah(i,j)*jarak(i,j));! Konstrain 1; @for(agen(i): @sum(kecamatan(j): jumlah(i,j)) <= Cap(i)); @for(kecamatan(j):@sum(agen(i):guna (i,j))=pakai(j)); @for(kecamatan(j): @sum(agen(i): jumlah(i,j)) = butuh(j)); @for(kirim(i,j):@bin(guna(i,j))); Data :!Import the data from Excel; Cap, butuh, jarak= Widad\OLE4.2=.xls');!Export the solution back to Excel; Widad\OLE4.2=.xls')= jumlah; end data 5

Untuk menentukan jumlah SPPBE yang dibutuhkan dalam pemenuhan potensi demand saat terpenuhi target konversi dengan sistem terbuka menggunakan bantuan softare LINGO. Adapun fungsi yang dimasukkan ke dalam LINGO adalah: sets : SPPBE /1..4/ : Cap,biaya1; agen /1..32/ : butuh,biaya2; kirim (SPPBE, agen) : jumlah, jarak; endsets MIN = @sum(kirim(i,j): jumlah(i,j)*835*jarak(i,j))+ @sum(sppbe(i): biaya1)+ @sum(agen(j):biaya2);! Konstrain 1; @for(sppbe(i): @sum(agen(j): jumlah(i,j)) <= Cap(i)); @for(agen(j): @sum(sppbe(i): jumlah(i,j)) = butuh(j)); Data :!Import the data from Excel; Cap, biaya1, butuh, biaya2, jarak= Widad\OLE3.xls');!Export the solution back to Excel; Widad\OLE3.xls')= jumlah; end data Perhitungan LINGO tersebut akan menghasilkan pembagian ilayah kecamatan di Kab./Kota Malang dan Kota Batu menjadi demand potensial pada masing-masing agen yang ada di ilayah terdekat. Untuk menentukan jumlah SPPBE yang dibutuhkan dalam pemenuhan potensi demand saat terpenuhi target konversi dengan sistem tertutup menggunakan bantuan softare LINGO. Adapun fungsi yang dimasukkan ke dalam LINGO adalah : sets : SPPBE /1..4/ : Cap,biaya1; agen /1..32/ : pakai,butuh,biaya2; kirim (SPPBE, agen) : guna,jumlah, jarak; endsets MIN = @sum(kirim(i,j): jumlah(i,j)*835*jarak(i,j))+ @sum(sppbe(i): biaya1)+ @sum(agen(j):biaya2);! Konstrain 1; @for(agen(j): @sum(sppbe(i): guna(i,j))= pakai(j)); @for(sppbe(i): @sum(agen(j): jumlah(i,j)* guna(i,j))<= Cap(i)); @for(agen(j): @sum(sppbe(i): jumlah(i,j)* guna(i,j))= butuh(j)); @for(kirim(i,j):@bin(guna(i,j))); Data :!Import the data from Excel; Cap, biaya1, butuh, biaya2, jarak,pakai = @OLE('D:\Bismillah Tugas Akhir Widad\OLEtutup.xls');!Export the solution back to Excel; Widad\OLEtutup.xls')= jumlah; end data 3.2 Pengolahan Data 3.2.1 Demand saat ini Setelah dilakukan pengolahan data menggunakan LINGO, maka hasil LINGO tersebut dirangkum ke dalam Tabel 3.1 didapatkan baha total biaya yang harus dikeluarkan dalam 1 tahun sebesar Rp 311.993.088.849,-. Tabel 3.1 Hasil LINGO untuk demand saat ini 1 2 3 4 5 6 7 8 SPPBE 1 - - - - - - 8,446,122 - SPPBE 2 1,627,875 2,390,328 345,240 1,477,440 586,656 2,301,075-2,291,958 SPPBE 3 - - - - - - - - SPPBE 4 - - - - - - - - TOTAL TERKIRIM 1,627,875 2,390,328 345,240 1,477,440 586,656 2,301,075 8,446,122 2,291,958 TOTAL DEMAND 1,627,875 2,390,328 345,240 1,477,440 586,656 2,301,075 8,446,122 2,291,958 9 10 11 12 13 14 15 16 SPPBE 1 2,687,625 - - - - 2,432,475 2,150,325 - SPPBE 2 - - - 282,600 1,235,457 - - - SPPBE 3-2,381,625 3,320,820-177,093 - - 600,462 SPPBE 4 - - - - - - - - TOTAL TERKIRIM 2,687,625 2,381,625 3,320,820 282,600 1,412,550 2,432,475 2,150,325 600,462 TOTAL DEMAND 2,687,625 2,381,625 3,320,820 282,600 1,412,550 2,432,475 2,150,325 600,462 17 18 19 20 21 22 23 24 SPPBE 1 - - - 441,225 - - - - SPPBE 2 554,400 1,250,100 105,840-270,180 890,325 2,021,648 1,331,280 SPPBE 3 - - - - - - - - SPPBE 4 - - - - - - - - TOTAL TERKIRIM 554,400 1,250,100 105,840 441,225 270,180 890,325 2,021,648 1,331,280 TOTAL DEMAND 554,400 1,250,100 105,840 441,225 270,180 890,325 2,021,648 1,331,280 25 26 27 28 29 30 31 32 SPPBE 1 1,605,600-2,836,350 1,324,620 7,135,890 - - - SPPBE 2-1,765,170 - - - - - 446,976 SPPBE 3 - - - - - - - - SPPBE 4 - - - - - 1,551,330 274,950 - TOTAL TERKIRIM 1,605,600 1,765,170 2,836,350 1,324,620 7,135,890 1,551,330 274,950 446,976 TOTAL DEMAND 1,605,600 1,765,170 2,836,350 1,324,620 7,135,890 1,551,330 274,950 446,976 3.2.2 Pengelompokan kecamatan menjadi demand point dengan sistem terbuka Sebelum menetukan berapa jumlah SPPBE yang dibutuhkan untuk memenuhi demand potensial LPG di ilayah Kab./Kota Malang dan Kota Batu, maka dilakukan pengelompokan kecamatan menjadi beberapa ilayah agen. Tujuan dilakukan pengelompokan tersebut adalah untuk dijadikan demand potensial pada masing-masing agen yang berada di ilayah terdekat dengan demand point. Pada pengelompokan ini akan membutuhkan data matriks jarak yang didapatkan menggunakan bantuan google map. 6

Kebijakan distribusi tertutup akan dilaksanakan pada level agen ke demand point. Namun, sebelum membagi demand point ke dalam kelompok agen maka terlebih dulu akan diperhitungkan untuk sistem terbuka. Kapasitas agen semula tidak dapat memenuhi seluruh demand potensial maka akan dilakukan perhitungan dengan menaikkan kapasitas dari agen sebesar 30% dari semula. Pada Tabel 3.2 merupakan output yang dihasilkan dari pengelompokan yang telah dilakukan. Dari hasil pengelompokan tersebut maka biaya distribusi yang terjadi sebesar Rp 663,845,850,356.90. Tabel 3.2 Hasil LINGO pengelompokan demand point sistem terbuka WILAYAH Ampelgading Bantur Bululaang Dampit Dau Donomulyo Gedangan WILAYAH Tumpang Turen Wagir Wajak Wonosari Klojen Blimbing Kepanjen 0 0 0 0 0 0 0 Laang 0 0 0 0 0 0 0 Singosari 0 0 0 0 0 0 0 Turen 0 0 0 0 0 0 0 Klojen 1718981.538 0 0 1900583.077 0 2502664.615 0 Blimbing 0 0 0 0 0 0 3815180.048 Lookaru 0 0 0 0 0 0 0 Sukun 0 0 1870417.933 0 1119384.808 0 0 Kedungkandang 0 705485.337 0 0 0 0 0 demand 1,718,981.54 705,485.34 1,870,417.93 1,900,583.08 1,119,384.81 2,502,664.62 3,815,180.05 terdistribusi demand 1,718,981.54 705,485.34 1,870,417.93 1,900,583.08 1,119,384.81 2,502,664.62 3,815,180.05 WILAYAH Kedungkandan Lookaru Sukun Batu Bumiaji Junrejo g Karangploso 0 0 0 0 0 0 Kepanjen 0 0 0 0 0 0 Laang 0 0 0 0 0 0 Pakis 0 0 0 0 0 0 Pakisaji 0 0 0 0 0 0 Singosari 0 0 0 0 0 0 Turen 0 0 0 0 0 0 Klojen 2611836.542 0 0 0 0 0 Blimbing 0 0 0 0 0 0 Lookaru 31883.025 0 0 0 0 1074279.231 Sukun 0 6213034.212 0 0 0 0 Kedungkandang 0 0 4137552.26 0 0 0 Batu 0 0 0 1934264.856 0 0 Bumiaji 0 0 0 0 1254870 0 demand 2,643,719.57 6,213,034.21 4,137,552.26 1,934,264.86 1,254,870.00 1,074,279.23 terdistribusi demand 2,643,719.57 3,650,161.44 4,137,552.26 1,934,264.86 1,254,870.00 1,074,279.23 Kepanjen 0 757034.5673 0 0 0 0 0 Laang 0 0 0 0 0 0 0 Singosari 0 0 0 0 0 0 0 Turen 138355.0096 0 0 493666.01 0 0 800918.798 Klojen 0 0 0 0 0 0 0 Lookaru 0 0 0 0 1585391.538 0 0 Sukun 0 0 0 0 0 805572.548 0 Kedungkandang 580512.4904 0 1504077.26 0 0 0 0 demand terdistribusi 718,867.50 757,034.57 1,504,077.26 493,666.01 1,585,391.54 805,572.55 800,918.80 demand 718,867.50 757,034.57 1,504,077.26 493,666.01 1,585,391.54 805,572.55 800,918.80 WILAYAH Gondanglegi Jabung Kalipare Karangploso Kasembon Kepanjen Kromengan Karangploso 0 0 0 581068.8 0 0 0 Kepanjen 0 0 0 0 0 763972.2115 0 Laang 0 0 0 0 0 0 0 Singosari 0 0 0 315942.5769 0 0 0 Turen 0 0 0 0 0 0 0 Klojen 0 1447183.967 0 0 0 0 0 Blimbing 0 37572.85962 0 350109.3923 0 0 0 Lookaru 0 0 0 0 0 0 0 Sukun 0 0 726543.029 0 0 1819648.702 999798.173 Kedungkandang 1,872,218.37 0 0 0 830094.231 0 0 demand terdistribusi 1,872,218.37 1,484,756.83 726,543.03 1,247,120.77 830,094.23 2,583,620.91 999,798.17 demand 1,872,218.37 1,484,756.83 726,543.03 1,247,120.77 830,094.23 2,583,620.91 999,798.17 WILAYAH Laang Ngajum Ngantang Pagak Pagelaran Pakis Pakisaji Kepanjen 0 1281318.462 0 691587.26 0 0 0 Laang 720720 0 0 0 0 0 0 Pakis 0 0 0 0 0 1840015.817 0 Singosari 702379.9038 0 0 0 0 0 0 Turen 0 0 0 0 0 0 0 Klojen 0 0 0 0 0 687591.6346 0 Lookaru 0 0 1228297.206 0 0 0 0 Sukun 0 0 0 0 0 0 1,995,701 Kedungkandang 0 0 0 0 1610408.077 0 0 Bumiaji 0 0 279022.9385 0 0 0 0 demand terdistribusi 1,423,099.90 1,281,318.46 1,507,320.14 691,587.26 1,610,408.08 2,527,607.45 1,995,700.67 demand 1,423,099.90 1,281,318.46 1,507,320.14 691,587.26 1,610,408.08 2,527,607.45 1,995,700.67 WILAYAH Sumbermanji Sumberpucun Poncokusumo Pujon Singosari Tajinan Tirtoyudo ng Wetan g Kepanjen 0 0 0 0 0 0 0 Laang 0 0 0 0 0 0 0 Pakis 1644501.583 0 0 0 0 0 0 Pakisaji 0 0 0 0-0 573592.5 Singosari 0 0 3118475.769 0 0 0 0 Turen 0 0 0 772596.202 0 0 168627.981 Klojen 0 0 0 0 0 0 0 Lookaru 0 0 0 0 0 0 0 Sukun 0 0 0 0 866481.9231 0 0 Kedungkandang 552984.4269 0 0 0 0 1273906.154 0 Batu 0 1173161.544 0 0 0 0 0 Bumiaji 0 582344.5615 0 0 0 0 0 demand terdistribusi 2,197,486.01 1,755,506.11 3,118,475.77 772,596.20 866,481.92 1,273,906.15 742,220.48 demand 2,197,486.01 1,755,506.11 3,118,475.77 772,596.20 866,481.92 1,273,906.15 742,220.48 3.2.3 Pengelompokan kecamatan menjadi demand point dengan sistem tertutup Untuk subbab ini akan dilakukan pengelompokan dengan distribusi tertutup. Namun dengan kapasitas agen semula tidak dapat memenuhi seluruh demand potensial maka akan dilakukan perhitungan dengan menaikkan kapasitas dari agen sebesar 30% dari semula. Pada Tabel 3.3 merupakan sebagian hasil pengelompokan demand point kecamatan ke dalam ilayah agen. Dari hasil pengelompokan tersebut maka biaya distribusi yang terjadi sebesar Rp 813,328,840,727.52. Tabel 3.3 Hasil LINGO pengelompokan demand point sistem tertutup WILAYAH Ampelgading Bantur Bululaang Dampit Dau Donomulyo Gedangan Kepanjen 0 757,034.57 0 0 0 0 0 Laang 0 0 0 0 0 0 0 Pakisaji 0 0 0 493,666.01 0 0 Singosari 0 0 0 0 0 0 0 Turen 718867.5 0 0 0 0 800918.7981 Klojen 0 0 0 0 0 805572.5481 0 Lookaru 0 0 0 0 1585391.538 0 0 Sukun 0 0 0 0 0 0 0 Kedungkandang 0 0 1504077.26 0 0 0 0 demand terdistribusi 718,867.50 757,034.57 1,504,077.26 493,666.01 1,585,391.54 805,572.55 800,918.80 demand 718,867.50 757,034.57 1,504,077.26 493,666.01 1,585,391.54 805,572.55 800,918.80 WILAYAH Gondanglegi Jabung Kalipare Karangploso Kasembon Kepanjen Kromengan Kepanjen 0 0 726543.0288 0 0 0 Laang 0 0 0 0 0 0 0 Singosari 0 0 0 0 0 0 0 Turen 0 0 0 0 0 0 0 Klojen 0 1,484,756.83 0 1,247,120.77 0 0 0 Lookaru 0 0 0 0 0 0 0 Sukun 0 0 0 0 0 2,583,620.91 999798.1731 Kedungkandang 1,872,218.37 0 0 0 830094.2308 0 0 demand terdistribusi 1,872,218.37 1,484,756.83 726,543.03 1,247,120.77 830,094.23 2,583,620.91 999,798.17 demand 1,872,218.37 1,484,756.83 726,543.03 1,247,120.77 830,094.23 2,583,620.91 999,798.17 7

WILAYAH Laang Ngajum Ngantang Pagak Pagelaran Pakis Pakisaji Kepanjen 0 1281318.462 0 0 0 0 Laang 0 0 691587.2596 0 0 0 Pakis 0 0 0 0 0 2527607.452 0 Singosari 0 0 0 0 0 0 Turen 0 0 0 0 0 0 0 Klojen 0 0 1,507,320.14 0 0 0 0 Lookaru 0 0 0 0 0 0 Sukun 1,423,099.90 0 0 0 0 0 1,995,701 Kedungkandang 0 0 0 0 1610408.077 0 0 Batu 0 0 0 0 0 0 demand terdistribusi 1,423,099.90 1,281,318.46 1,507,320.14 691,587.26 1,610,408.08 2,527,607.45 1,995,700.67 demand 1,423,099.90 1,281,318.46 1,507,320.14 691,587.26 1,610,408.08 2,527,607.45 1,995,700.67 WILAYAH Sumbermanjing Poncokusumo Pujon Singosari Sumberpucung Tajinan Tirtoyudo Wetan Kepanjen 0 0 0 0 0 0 0 Laang 0 0 0 0 0 0 0 Pakis 0 0 0 0 0 0 Pakisaji 0 0 0 0 0 - Singosari 0 0 3118475.769 0 0 0 0 Turen 0 0 0 0 0 Klojen 2,197,486.01 0 0 0 0 0 742,220.48 Lookaru 0 0 0 772596.2019 0 0 0 Sukun 0 1,755,506.11 0 0 866481.9231 0 0 Kedungkandang 0 0 0 0 0 1273906.154 0 Batu 0 0 0 0 0 0 Bumiaji 0 0 0 0 0 0 demand terdistribusi 2,197,486.01 1,755,506.11 3,118,475.77 772,596.20 866,481.92 1,273,906.15 742,220.48 demand 2,197,486.01 1,755,506.11 3,118,475.77 772,596.20 866,481.92 1,273,906.15 742,220.48 WILAYAH Tumpang Turen Wagir Wajak Wonosari Klojen Blimbing Kepanjen 0 0 0 0 0 0 0 Laang 0 0 0 0 0 0 0 Singosari 0 0 0 0 0 0 0 Turen 0 705485.3365 0 0 0 0 0 Klojen 0 0 0 1,900,583.08 0 2502664.615 0 Blimbing 0 0 0 0 0 0 3815180.048 Lookaru 0 0 0 0 0 0 0 Sukun 0 0 1870417.933 0 1119384.808 0 0 Kedungkandang 1718981.538 0 0 0 0 demand terdistribusi 1,718,981.54 705,485.34 1,870,417.93 1,900,583.08 1,119,384.81 2,502,664.62 3,815,180.05 demand 1,718,981.54 705,485.34 1,870,417.93 1,900,583.08 1,119,384.81 2,502,664.62 3,815,180.05 WILAYAH Lookaru Sukun Kedungkandang Batu Bumiaji Junrejo Karangploso 0 0 0 0 0 0 Kepanjen 0 0 0 0 0 0 Laang 0 0 0 0 0 0 Pakis 0 0 0 0 0 0 Pakisaji 0 0 0 0 0 0 Singosari 0 0 0 0 0 0 Turen 0 0 0 0 0 0 Klojen 2,643,719.57 0 0 0 0 0 Blimbing 0 0 0 0 0 0 Lookaru 0 0 0 0 1074279.231 Sukun 0 3650161.442 0 0 0 0 Kedungkandang 0 0 4137552.26 0 0 0 Batu 0 0 0 1934264.856 0 0 Bumiaji 0 0 0 0 1254870 0 demand terdistribusi 2,643,719.57 3,650,161.44 4,137,552.26 1,934,264.86 1,254,870.00 1,074,279.23 demand 2,643,719.57 3,650,161.44 4,137,552.26 1,934,264.86 1,254,870.00 1,074,279.23 3.2.4 Demand potensial dengan sistem distribusi terbuka Setelah dilakukan pengelompokan kecamatan menjadi beberapa demand point sesuai dengan ilayah agen yang ada kemudian dilakukan penyesuaian antara demand potensial masing-masing agen dengan kapasitas dari agen. Untuk lebih ringkasnya, maka hasil LINGO tersebut dirangkum ke dalam Tabel 3.4 dan didapatkan baha total biaya yang harus dikeluarkan dalam 1 tahun sebesar Rp 403,799,815,771. Tabel 3.4 Hasil LINGO untuk demand potensial dengan sistem distribusi terbuka 1 2 3 4 5 6 SPPBE 1 - - - - - - SPPBE 2 2,116,238 3,107,426 448,812 1,920,672 762,653 2,991,398 SPPBE 3 - - - - - - SPPBE 4 - - - - - - TOTAL TERKIRIM 2,116,238 3,107,426 448,812 1,920,672 762,653 2,991,398 TOTAL DEMAND 2,116,238 3,107,426 448,812 1,920,672 762,653 2,991,398 7 8 9 10 11 12 SPPBE 1 10,979,959-3,493,913 - - - SPPBE 2-2,979,545 - - 1,713,779 367,380 SPPBE 3 - - - 3,096,113 2,603,287 - SPPBE 4 - - - - - - TOTAL TERKIRIM 10,979,959 2,979,545 3,493,913 3,096,113 4,317,066 367,380 TOTAL DEMAND 10,979,959 2,979,545 3,493,913 3,096,113 4,317,066 367,380 13 14 15 16 17 18 19 20 SPPBE 1-3,162,218 2,795,423 - - - - 573,593 SPPBE 2 1,836,315 - - - 720,720 1,625,130 137,592 - SPPBE 3 - - - 780,601 - - - - SPPBE 4 - - - - - - - - TOTAL TERKIRIM 1,836,315 3,162,218 2,795,423 780,601 720,720 1,625,130 137,592 573,593 TOTAL DEMAND 1,836,315 3,162,218 2,795,423 780,601 720,720 1,625,130 137,592 573,593 21 22 23 24 25 26 SPPBE 1 - - - - 2,087,280 - SPPBE 2 351,234 1,157,423 2,628,142 1,730,664-2,294,721 SPPBE 3 - - - - - - SPPBE 4 - - - - - - TOTAL TERKIRIM 351,234 1,157,423 2,628,142 1,730,664 2,087,280 2,294,721 TOTAL DEMAND 351,234 1,157,423 2,628,142 1,730,664 2,087,280 2,294,721 27 28 29 30 31 32 SPPBE 1 3,687,255 1,722,006 9,276,657 - - - SPPBE 2 - - - - - 581,069 SPPBE 3 - - - - - - SPPBE 4 - - - 2,016,729 357,435 - TOTAL TERKIRIM 3,687,255 1,722,006 9,276,657 2,016,729 357,435 581,069 TOTAL DEMAND 3,687,255 1,722,006 9,276,657 2,016,729 357,435 581,069 3.2.5 Demand potensial dengan sistem distribusi tertutup Setelah dilakukan pengelompokan kecamatan menjadi beberapa demand point sesuai dengan ilayah agen yang ada kemudian dilakukan penyesuaian antara demand potensial masing-masing agen dengan kapasitas dari agen. Untuk lebih ringkasnya, maka hasil LINGO tersebut dirangkum ke dalam Tabel 3.5 didapatkan baha total biaya yang harus dikeluarkan dalam 1 tahun sebesar Rp 405,787,376,151. Tabel 3.5 Hasil LINGO untuk demand potensial dengan sistem distribusi tertutup 1 2 3 4 5 6 SPPBE 1 - - - - - - SPPBE 2 2,116,238 3,107,426 448,812 1,920,672 762,653 2,991,398 SPPBE 3 - - - - - - SPPBE 4 - - - - - - TOTAL TERKIRIM 2,116,238 3,107,426 448,812 1,920,672 762,653 2,991,398 TOTAL DEMAND 2,116,238 3,107,426 448,812 1,920,672 762,653 2,991,398 7 8 9 10 11 12 SPPBE 1 10,979,959-3,493,913 3,096,113 - - SPPBE 2-2,979,545 - - 4,317,066 367,380 SPPBE 3 - - - - - - SPPBE 4 - - - - - - TOTAL TERKIRIM 10,979,959 2,979,545 3,493,913 3,096,113 4,317,066 367,380 TOTAL DEMAND 10,979,959 2,979,545 3,493,913 3,096,113 4,317,066 367,380 13 14 15 16 17 18 19 SPPBE 1-3,162,218 2,795,423 - - - - SPPBE 2 - - - - 720,720 1,625,130 137,592 SPPBE 3 1,836,315 - - 780,601 - - - SPPBE 4 - - - - - - - TOTAL TERKIRIM 1,836,315 3,162,218 2,795,423 780,601 720,720 1,625,130 137,592 TOTAL DEMAND 1,836,315 3,162,218 2,795,423 780,601 720,720 1,625,130 137,592 20 21 22 23 24 25 26 SPPBE 1 573,593 - - - - - - SPPBE 2-351,234 1,157,423 2,628,142 1,730,664-2,294,721 SPPBE 3 - - - - - 2,087,280 - SPPBE 4 - - - - - - - TOTAL TERKIRIM 573,593 351,234 1,157,423 2,628,142 1,730,664 2,087,280 2,294,721 TOTAL DEMAND 573,593 351,234 1,157,423 2,628,142 1,730,664 2,087,280 2,294,721 27 28 29 30 31 32 SPPBE 1 3,687,255-9,276,657 - - - SPPBE 2 - - - - - 581,069 SPPBE 3-1,722,006 - - - - SPPBE 4 - - - 2,016,729 357,435 - TOTAL TERKIRIM 3,687,255 1,722,006 9,276,657 2,016,729 357,435 581,069 TOTAL DEMAND 3,687,255 1,722,006 9,276,657 2,016,729 357,435 581,069 8

4. Analisis dan Intepretasi Hasil 4.1 Distribusi LPG 3 kg demand saat ini Dari hasil running LINGO untuk menentukan besarnya biaya yang terjadi pada distribusi LPG 3 kg dengan demand saat ini di ilayah Kab./Kota Malang dan Kota Batu sebesar Rp 311.993.088.849,-. Dengan menggunakan fungsi minimum sebagai objective function akan didapatkan jalur distribusi dari SPPBE ke agen dengan integer programming. Dengan tujuan setiap agen akan tetap mendapatkan pasokan dengan memperhitungkan biaya distribusi dengan memilih SPPBE terdekat. Untuk biaya distribusi akan ditanggung oleh Pemerintah karena termasuk barang bersubsidi. 4.2 Pengelompokan demand potensial dengan distribusi terbuka Model yang digunakan dalam mengelompokkan demand kecamatan tersebut sama dengan model yang digunakan dalam model demand saat ini. Dengan tujuan baha setiap kecamatan akan dapat memperoleh pasokan LPG minimal dari 1 agen. Pada kecamatan tertentu memiliki lebih dari 1 agen sedangkan ada juga kecamatan yang sama sekali tidak memiliki agen. Dari 42 kecamatan yang ada di ilayah amatan, hanya 14 kecamatan yang mempunyai agen LPG. Kapasitas yang digunakan adalah penggabungan dari kapasitas agen-agen yang berasal dari kecamatan yang sama. Pada aal menjalankan softare LINGO ternyata kapasitas saat ini agen tidak dapat memenuhi demand potensial, maka dari itu dilakukan kenaikan kapasitas agen secara bertahap mulai dari 10% sampai 50% dari kapasitas semula. Pada kenaikan kapasitas 14% ternyata sudah dapat memenuhi demand potensial. Namun, dengan adanya kenaikan kapasitas yang terlalu berlebihan akan menimbulkan adanya over stock LPG yang berdampak pada kenaikan inventory pada agen. Peningkatan kapasitas agen yang dipilih adalah 30% karena kenaikan ini dapat memenuhi pengelompokan demand point pada distribusi tertutup. Selain itu, dengan kenaikan kapasitas 30% dianggap optimal dengan inventory sebesar 14 % dari kapasitas masingmasing agen. Dengan adanya inventory sebesar 14% ini akan dapat cukup baik merespon adanya kenaikan demand yang bersifat deterministik. Dari Tabel 4.1 diketahui baha biaya distribusi terbuka dari demand point ke ilayah agen menghasilkan biaya distribusi sebesar Rp 663,845,850,356.90 per tahun. Tabel 4.1 Perbandingan biaya distribusi untuk kenaikan kapasitas agen 4.3 Pengelompokan demand potensial dengan distribusi tertutup Pada pengelompokkan demand dengan distribusi tertutup didapatkan baha pada kenaikan kapasitas sebesar 30% mulai dapat memenuhi demand LPG pada level kecamatan. Hal ini dikarenakan adanya beberapa kecamatan yang memiliki demand yang lebih besar dibandingkan dengan kapasitas dari masingmasing agen. Untuk biaya distribusi LPG dari ilayah agen ke ilayah demand point adalah sebesar Rp 813,328,840,727.52 lebih mahal 23% dibandingkan biaya distribusi sistem tertutup. Selain biaya yang lebih mahal, utilitas dari agen pada distribusi terbuka yang semula 97.2% berkurang menjadi 77.5% pada distribusi tertutup dengan selisih 19.7% lebih rendah dibandingkan distribusi terbuka. Pada distribusi tertutup memiliki kekurangan yaitu ketidakpastian supply akan lebih tinggi karena hanya boleh mendapatkan pasokan dari 1 upstream (risiko kekurangan pasokan akan lebih tinggi). Sehingga agen akan menggunakan buffer (safety stock) yang lebih tinggi. Namun, kenaikan safety stock akibat ketidakpastian supply yang lebih tinggi akan dioffset oleh penurunan kebutuhan safety stock akibat ketidakpastian demand yang lebih rendah (kepastian yang lebih tinggi dari sisi demand) sehingga secara total mungkin tidak terjadi kenaikan safety stock. Kekurangan dari distribusi tertutup akan tertutupi oleh keuntungan dari sistem distribusi tertutup. Adapun keuntungan dari distribusi tertutup, yaitu : 9

Administrasi data akan lebih rapi (lebih mudah menangani sistem informasi penjualannya). Hal ini akan memudahkan pada pemberlakuan kartu kendali untuk pembelian LPG 3 kg. Selain itu traceability data lebih tinggi sehingga mudah untuk memonitor data penjualan (misalnya, kalau ada pola pemakaian yang tidak ajar akan mudah dilacak). Persaingan antar pelaku (misalnya antar agen) dengan tersendirinya hilang karena area pasar mereka tidak bersinggungan. Dan keteraturan pasokan bisa dijaga karena pasar lebih stabil sehingga jumlah permintaan di masing-masing agen akan predictable (demand uncertainty lebih rendah). Permintaan yang lebih predictable dengan pola yang lebih teratur akan memudahkan menentukan stocking policy dan harapannya service level lebih tinggi namun stock level lebih rendah. 4.4 Demand potensial dengan sistem distribusi terbuka Untuk lebih memudahkan dalam melakukan pengamatan maka agen akan dikelompokkan menurut distribusi SPPBE. Pada Gambar 4.1 terlihat pembagian distribusi SPPBE ke agen menjadi 4 bagian sesuai masing-masing SPPBE. Untuk biaya distribusi dari SPPBE ke agen didapatkan baha total biaya yang harus dikeluarkan dalam 1 tahun sebesar Rp 403,799,815,771. Biaya yang terjadi cenderung lebih kecil dibandingkan dengan biaya pada distribusi tertutup, namun resiko atas persaingan agen dalam mendapatkan demand point akan terjadi. Hal ini akan berdampak pada ketidakstabilan supply chain, dimana agen akan dapat mempermainkan harga jual LPG dengan tujuan dapat memperoleh konsumen sebanyakbanyaknya. Gambar 4.1 Pengelompokkan SPPBE dan agen berdasarkan hasil LINGO untuk demand potensial dengan distribusi terbuka 4.5 Demand potensial dengan sistem distribusi tertutup Untuk lebih memudahkan dalam melakukan pengamatan maka agen akan dikelompokkan menurut distribusi SPPBE. Pada Gambar 4.2 terlihat pembagian distribusi SPPBE ke agen menjadi 4 bagian sesuai masing-masing SPPBE. Untuk biaya distribusi dari SPPBE ke agen didapatkan baha total biaya yang harus dikeluarkan dalam 1 tahun sebesar Rp 405,787,376,151. Supaya supply chain tetap robust, rancangan distribusi tertutup seharusnya: Distribusi tertutup hanya diterapkan pada tingkat akhir yaitu agen ke kecamatan (demand point). Untuk sisi hulu harus diciptakan fleksibilitas yang cukup yaitu 1 agen bisa mendapatkan pasokan dari lebih dari 1 SPPBE. Harus ada kemungkinan kalau suatu kelangkaan terjadi akibat masalah operasional maupun disaster, demand point bisa mendapat pasokan dari agen lain dengan suatu prosedur tertentu. 10

Gambar 4.2 Pengelompokkan SPPBE dan agen berdasarkan hasil LINGO untuk demand potensial dengan distribusi tertutup 5. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Adanya 4 SPPBE pada ilayah Kab./Kota Malang dan Kota Batu telah dapat memenuhi demand saat ini sehingga tidak diperlukan adanya penambahan SPPBE. Sedangkan alokasi LPG berbeda dengan alokasi aal. Untuk alokasi optimal dari distribusi LPG 3 kg demand saat ini telah didapatkan dari pemodelan yang telah dibuat dengan sistem terbuka. 2. Pada saat konversi telah terlaksana 100% atau pada saat demand potensial telah sepenuhnya terealisasi maka dengan kapasitas 4 SPPBE saat ini dapat memenuhi semua demand potensial di ilayah Kab./Kota Malang dan Kota Batu. Sedangkan alokasi optimal dari distribusi LPG 3 kg untuk pemenuhan demand potensial telah didapatkan dari pemodelan yang telah dibuat baik dengan sistem terbuka maupun sistem tertutup. 3. Dari hasil running LINGO didapatkan baha adanya biaya distribusi selama 1 tahun untuk demand potensial dengan sistem distribusi terbuka dari agen ke demand point sebesar Rp 663,845,850,356.90. Untuk demand potensial dengan sistem distribusi tertutup sebesar Rp 813,328,840,727.52. Selisih biaya dengan dua pendekatan distribusi tersebut sebesar Rp 149,482,990,370.62. atau 23% lebih mahal daripada distribusi terbuka. 6. Daftar Pustaka Anggrahini, Deanti, dan Widad, Faizatul. (2009). Identifikasi Permasalahan Distribusi Elpiji 3 Kg dalam Pelaksanaan Konversi. Teknik Industri. ITS. Astuti, Widya. (2001). Penentuan Lokasi Stasiun Pengisian Bahan Bakar : Suatu Aplikasi Model Max Set Covering dengan Algoritma Lagrangian Relaxation. Teknik Industri. ITS. Daskin, S. Mark. (1995). Netork and Discrete Location. Kai, Eduard Adolof. (2009). Analisa Penentuan Lokasi Pembangunan Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE) untuk Program Konversi Minyak Tanah ke LPG 3 Kg di Propinsi Jaa Timur dengan menggunakan Metode p-median. Teknik Industri ITS. LINGO Systems. (2006). Optimization Modeling ith LINGO Sixth Edition. LINGO Systems, Inc. Chicago. Pujaan, I. N. (2005). Supply Chain Management. Surabaya: Gunaidya. Oliver, R. K. dan Weber, M. D. (1982). Supply Chain Management: Logistic catches up ith strategy. Outlook. Safrita, Novie. (2007). Pemodelan Sistem Distribusi dengan Pendekatan Sistem Dinamik (Studi Kasus: PT. Trisulapack Indah). Šeda, Miloš. (2007). Heuristic Set-Covering- Based Postprocessing for Improving the Quine-McCluskey Method World Academy of Science, Engineering and Technology 29..batukota.go.id/ina/index.php Diakses pada 10 Desember 2009.malangkab.go.id/ Diakses pada 10 Desember 2009.malangkota.go.id/index2.php?id=1606071. Diakses pada 10 Desember 2009.maps.google.com Diakses pada 20 Desember 2009..migas.esdm.go.id. Diakses pada 31 Juli 2009..pertamina.com. Diakses pada 31 Juli 2009. 11