AGROVIGOR VOLUME 7 NO. 1 MARET 2014 ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
UPAYA PEMBIBITAN BIJI SARANG SEMUT (Myrmecodia pendans) DENGAN KULTUR JARINGAN. Heru Sudrajad

AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 1 MARET 2013 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat eksperimen karena pada penelitian menggunakan kontrol yaitu

AGROVIGOR VOLUME 8 NO. 1 MARET 2015 ISSN PENGARUH NAA DAN BAP TERHADAP EKSPLAN PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urb.)

Kontaminasi No Perlakuan U1 U2 U3 U4 U5 U6 Total 1 B B B B B

PENGARUH PENAMBAHAN SITOKININ PADA SENYAWA FLAVONOID KALUS (Echinacea purpurea L)

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan

Lampiran 1. Data Pengamatan Jumlah Muncul Tunas (Tunas) PERLAKUAN ULANGAN

Ulangan I Ulangan II Ulangan III Ulangan IV

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

GAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

III. METODE PENELITIAN A.

LAMPIRAN. Persiapan alat dan bahan. Sterilisasi alat. Pembuatan media. Inisiasi kalus. Pengamatan. Penimbangan dan subkultur.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Persentase Data Pengamatan Kultur yang Membentuk Kalus. Ulangan I II III. Total A 0 B

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan 2

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Prosedur Kerja Persiapan Bibit Tumih

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Plant Physiology and Culture

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

LAPORAN BIOTEKNOLOGI KULTUR ORGAN_by. Fitman_006 LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN. Kultur Organ OLEH : FITMAN D1B

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media

PENGARUH NAA DAN BAP TERHADAP INISIASI TUNAS MENGKUDU (Morinda citrifolia) SECARA IN VITRO ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor yaitu:

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Khansa Orchid Cimanggis-

Lampiran 1. Bagan penelitian Ulangan I Ulangan II Ulangan III Ulangan IV

KULTUR JARINGAN TUMBUHAN

III. METODE PENELITIAN A.

Pengaruh Jenis Eksplan dan Komposisi Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Induksi Kalus Pada Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten.

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

LAMPIRAN. Sterilisasi. Pembuatan Media. Sterilisasi Media. Inisiasi Kalus HASIL

LAMPIRAN. Persiapan alat alat dan. bahan- bahan. Sterilisasi. Pembuatan Media. Sterilisasi Media. Sterilisasi Eksplan.

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

Pembuatan Larutan Stok, Media Kultur Dan Sterilisasi Alat Kultur Jaringan Tumbuhan. Nikman Azmin

Membuat Larutan Stok A. Teori kepekatan jumlah larutan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

ORGANOGENESIS TANAMAN BAWANG MERAH (ALLIUM ASCALONICUM L.) LOKAL PALU SECARA IN VITRO PADA MEDIUM MS DENGAN PENAMBAHAN IAA DAN BAP ABSTRACT

LAMPIRAN. Persiapan Alat dan Bahan. Sterilisasi Alat. Pembuatan Media. Inisiasi Kalus. Pengamatan. Penimbangan Kalus dan Subkultur.

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

BAB III METODE PENELITIAN. penambahan sukrosa dalam media kultur in vitro yang terdiri atas 5 variasi

III. METODE PENELITIAN

AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitaian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium terpadu Kultur jaringan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, yaitu penambahan konsentrasi

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

PENGARUH KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP REGENERASIBAWANG PUTIH (Allium sativum L) SECARA KULTUR JARINGAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

Tugas Akhir - SB091358

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Fakultas

PENGGANDAAN TUNAS KRISAN MELALUI KULTUR JARINGAN MULTIPLICATION OF CRISAN BUD THROUGH TISSUE CULTURE. Yekti Maryani 1, Zamroni 1

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

in. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Fisiologi dan Kultur Jaringan

PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH PADA PERBANYAKAN JATI MUNA SECARA KULTUR JARINGAN*)

BAB III BAHAN DAN METODE. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi

Pengaruh Retardan dan Aspirin dalam Menginduksi Pembentukan Umbi Mikro Kentang (Solanum tuberosum) Secara In Vitro

BAB III METODE PENELITIAN. Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) varietas Dewata F1

Lampiran A : Komposisi Media MS

RESPON REGENERASI EKSPLAN KALUS KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) TERHADAP PEMBERIAN NAA SECARA IN VITRO

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Paramita Cahyaningrum Kuswandi ( FMIPA UNY 2012

PERBANYAKAN CEPAT TANAMAN DENGAN TEKNIK KULLTUR JARINGAN

BAB III METODE PENELITIAN. Maulana Malik Ibrahim Malang pada bulan Januari-Juli 2014.

PENGARUH PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK Dendrobium phalaenopsis Fitzg TERHADAP PEMBERIAN IBA DAN KINETIN SECARA IN VITRO

RESPON PERTUMBUHAN MERISTEM KENTANG (Solanum tuberosuml) TERHADAP PENAMBAHAN NAA DAN EKSTRAK JAGUNG MUDA PADA MEDIUM MS

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl.

Inisiasi Kalus Sanrego (Lunasia Amara Blanco.) dalam Kultur Jaringan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal Januari 2011 Maret 2011

UJI KONSENTRASI IAA (INDOLE ACETIC ACID) DAN BA (BENZYLADENINE) PADA MULTIPLIKASI PISANG VARIETAS BARANGAN SECARA IN VITRO

STERILISASI ORGAN DAN JARINGAN TANAMAN

LAMPIRAN K1.5 K4.5 K1.3 K3.3 K3.5 K4.4 K2.3 K4.3 K3.2 K5.2 K2.1 K5.3 K3.1 K4.1 K5.4 K1.2 K4.2 K5.5 K3.4 K5.1 K1.4 K2.5 K2.2 K1.1 K2.

BAB I PENDAHULUAN. sintetis dan mulai beralih dengan mengkonsumsi obat-obatan herbal.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP PROLIFERASI TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn.) SECARA INVITRO

PENGARUH IAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN NILAM (Pogestemon cablin Benth) IN VITRO

Transkripsi:

AGROVIGOR VOLUME 7 NO. 1 MARET 2014 ISSN 1979 5777 7 UPAYA INISIASI KALUS TABAT BARITO (Ficus deltoidea Jack) DENGAN KULTUR JARINGAN Heru Sudrajad, Didik Suharto Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Badan Penelitian dan Pengembang Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Jl. Lawu Tawangmangu, Surakarta 57792 email: herub2p2to2t@gmail.com ABSTRACT Tabat barito (Ficus deltoidea Jack) representing one of the plant for medicine. Medicinal plant instructed from conducting result, so that need the seed which good with quality uniform and during which at the same time. This research is conducted to remember require to be developed and standard certifiable plant conducting upon which medicinal plant. One of the step needed by is the effort certifiable seed levying. technique of tissue culture have the excess of because is not influenced by climate with the time produce relative quickly, free of kontaminasi microbe and do not need the wide of farm. This research use the method of eksperimental of laboratory of Medicinal Plant an Tradicional Medicine Research and Developent Office the media MS (Murashige Skoog) with the treatment regulator grow the Benzilamino Purin with the concentration 3, 4, 5, 6 mg/l and giberelin with the concentration 1, 2, 3, 4 mg/l. Perception conducted to a period to growing early callus and callus growth with the incubation period 60 day. Result of research indicate that the combination of regulator grow the BAP concentration 4-6 mg/l and giberelin 2-4 mg/l is got by a callus. Treatment of media MS enriched by BAP 6 mg/l and giberelin 4 mg/l obtained by result of time grow early quickest fastest that is 28 day with the best callus growth. Kata kunci: Tabat barito, Ficus deltoida Jack., tissue culture, BAP, giberelin, PENDAHULUAN Tanaman obat mempunyai peranan yang sangat besar dalam bidang kesehatan dikarenakan dapat memproduksi zat-zat kimia yang memiliki kegunaan yang potensial dalam pengobatan. Peningkatan yang pesat dalam industri obat tradisional menimbulkan ancaman yang serius bagi kelestarian tanaman obat yang menjadi bahan baku industri obat tradisional yang diambil langsung dari alam (Zuhud, 1994). Dengan meningkatnya pemakaian obat tradisional tersebut, kebutuhan bahan baku tanaman obat juga semakin meningkat. Bahan baku tanaman obat dikuras dari alam untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat tersebut. Proses tersebut akan membawa akibat kelangkaan atau bahkan pemusnahan terhadap beberapa jenis tanaman obat, apabila tidak diimbangi dengan upaya pembudidayaan dan pelestarian (Rifai, 1979) Salah satu langkah yang diperlukan adalah usaha pengadaan bibit yang bermutu. Ficus deltoidea Jack merupakan salah satu tanaman obat yang banyak digunakan oleh industri obat tradisional yaitu untuk sistem reproduktif wanita, menciutkan rahim dan mengembalikan rahim pada keadaan semula, merawat keputihan dan melancarkan haid. Saat ini untuk memenuhi kebutuhan simplisia tanaman obat diarahkan dari hasil budidaya, sehingga memerlukan bibit yang berkualitas baik dan seragam dalam waktu yang bersamaan. Usaha pembibitan Tabat barito (Ficus deltoidea Jack) perbanyakannya dengan menggunakan biji dan stek batang. Tetapi perbanyakan secara generatif tidak selalu

8 Heru S dan Didik S : Upaya Inisiasi Kalus Tabat Barito (Ficus deltoidea Jack). mempunyai sifat yang sama dengan induknya. Teknik konvensional memiliki berbagai kelemahan antara lain membutuhkan bahan bibit yang banyak sehingga dapat merusak tanaman, virus atau penyakit tanaman induk ikut terbawa, membutuhkan waktu relatif lama serta tergantung musim. Produksi bibit yang bermutu baik, homogen, dalam jumlah banyak dan waktu yang singkat sulit dilakukan secara konvensional. Pengalaman menunjukkan bahwa penyediaan bibit bermutu yang tepat jumlah, tepat waktu dan tepat lokasi merupakan kendala bagi pengembangan suatu komoditas. Teknologi kultur jaringan yang memproduksi planlet dalam botol-botol kecil dapat mengatasi masalah tersebut (Darwis, 1992). Dengan teknik kultur jaringan, kendala dalam memproduksi bibit dapat diatasi, karena disamping tanaman dapat dihindari dari kemunduran genetik akibat dari kesalahankesalahan dalam proses produksi bibit, juga dapat diperbanyak sembarang waktu dengan faktor multipilikasi tinggi (Habir dkk., 1992). Zat pengatur tumbuh berperanan dalam pertumbuhan dan perkembangan untuk kelangsungan hidup tanaman. Dengan pemberian giberelin diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi (Abidin, 1985). Memperhatikan hal tersebut diatas maka dilakukan penelitian upaya inisiasi kalus tabat barito (Ficus deltoidea Jack) dengan kultur jaringan BAHAN DAN METODE Bahan yang digunakan adalah tanaman tabat barito (Ficus deltoidea Jack). bahan kimia penyusun media MS (Murashige & Skoog), BAP (Benzil aminopurin), giberelin. Alat yang digunakan Lamiar Air Flow (LAF), autoclaf, pinset, scalpel, hot plate, timbangan analitik. Tabel 1. Komposisi media Murashige dan Skoog (MS) (mg/l) Makronutrien KNO 3 NH 4 NO 3 CaCl 2.2H 2 O... MgSO 4... KH 2 PO 4. Mikronutrien MnSO 4.4H 2 O H 3 BO 3... ZnSO 4.4H 2 O. Na 2 MoO 4.2H 2 O CuSO 4.5H 2 O. CoCl 2.6H 2 O.. KI Besi FeSO 4.7H 2 O.. Na 2 EDTA.2H 2 O Vitamin Niacin. Glicine. Pyridoxine HCl Thiamine HCl. Myo-Inositol.. Sukrosa... Sumber : Gunawan, 1987 1900 1650 440 370 170 22,3 6,2 8,6 0,25 0,025 0,025 0,83 27,8 37,3 0,5 2 0,5 0,1 100 30.000

Heru S dan Didik S : Upaya Inisiasi Kalus Tabat Barito (Ficus deltoidea Jack). 9 Tahapan penelitian adalah persiapan tanaman Tabat barito (Ficus deltoidea Jack) ditangkarkan dalam rumah kaca selama tiga bulan. Pembuatan media yaitu bahan kimia ditimbang analitik sesuai dengan komposisi masing-masing untuk media MS (lampiran). Penyiapan eksplan yaitu menggunakan daun dari tanaman yang ditangkarkan dalam rumah kaca umur tiga bulan digunakan sebagai eksplan. Proses sterilisasi, eksplan di bilas dengan menggunakan aquadest steril. Direndam dalam larutan deterjen selama 5 menit. Eksplan direndam dalam larutan dithane 2 mg/l dibilas dengan aquades steril kemudian direndam lagi dalam larutan agrep 2 mg/l selanjutnya dibilas dengan aguadest steril sampai bersih. Terakhir direndam dalam larutan bayclin 10% selama 5 menit. Tahapan selanjutnya penanaman eksplan, dilakukan didalam Laminar Air Flow secara aseptis, yang sebelumnya ruangan telah disterilkan dengan menyemprotkan alkohol kedalam ruangan dan di sinari dengan lampu ultraviolet selama 30 menit. Eksplan daun Tabat barito (Ficus deltoidea Jack) ditanam pada media MS yang diperkaya dengan zat pengatur tumbuh Benzylamino Purin (B) dengan konsentrasi 3, 4, 5, 6 mg/l dan giberelin (B) dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4 mg/l. Pengamatan dilakukan terhadap masa tumbuh awal kalus dan pertumbuhan kalus dengan masa inkubasi 60 hari. Masing-masing perlakuan diulang 3 kali tiap ulangan 10 botol. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pengamatan terhadap eksplan daun Tabat barito (Ficus deltoidea) dengan perlakuan pemberian BAP dan giberelin disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut. Tabel 2. Pengaruh penambahan BAP dan giberelin terhadap saat awal tumbuh kalus dan pertumbuhan kalus Tabat barito (Ficus deltoidea Jack) dengan masa inkubasi 60 hari Perlakuan (mg/l) Media MS + B3 + G1 Media MS + B4 + G2 Media MS + B5 + G3 Media MS + B6 + G4 Saat awal tumbuh kalus (hst) Tidak tumbuh 32 30 28 Kondisi kalus umur 60 hari Tidak tumbuh Kalus + Kalus ++ Kalus ++ Keterangan : + = kalus sedikit, ++ = kalus banyak Dari Tabel 1 hasil pengamatan dapat dilihat pada perlakuan media MS yang diperkaya dengan hormon BAP 3 mg/l dan giberelin 1 mg/l belum berpengaruh terhadap eksplan daun Tabat barito (Ficus deltoidea Jack. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kondisi eksternal yang kurang sesuai, kondisi tersebut yaitu penggunaan konsentrasi hormon tumbuh yang kurang atau belum tepat, sehingga belum memberikan pengaruh terhadap eksplan daun Tabat barito (Ficus deltoidea Jack). Sedangkan perlakuan zat pengatur tumbuh BAP 4 sampai 6 mg/l dikombinasikan dengan giberelin 2 sampai 4 mg/l berpengaruh terhadap eksplan daun Tabat barito (Ficus deltoidea Jack) yaitu ditandai dengan sudah tumbuh menghasilkan kalus.

10 Heru S dan Didik S : Upaya Inisiasi Kalus Tabat Barito (Ficus deltoidea Jack). 35 30 25 20 15 10 5 0 Inisiasi kalus (hst) B3+G1 B4+G2 B5+G3 B6+G4 Diagram 1. Pengaruh BAP dan giberelin terhadap waktu induksi kalus abat barito (Ficus deltoidea Jack) Media MS yang diperkaya kombinasi zat pengatur tumbuh BAP 4 mg/l dengan giberelin 2 mg/l diperoleh saat awal tumbuh kalus 32 hari setelah tanam dengan tumbuh kalus sedikit. Media MS yang diperkaya dengan hormon BAP 6 mg/l dan giberelin 4 mg/l diperoleh kalus yang tumbuh kalus paling cepat yaitu 28 hari setelah tanam dengan pertumbuhan kalus paling banyak dan kenampakan bagus. Hal ini disebabkan perbandingan penggunaan konsentrasi hormon tumbuh yang sudah sesuai, sehingga perlakuan hormon BAP dan giberelin yang diperlakukan bisa mempengaruhi eksplan daun Tabat barito (Ficus deltoidea Jack) walaupun baru pada tahap tumbuh menjadi kalus. Hal ini menunjukkan bahwa pemakaian zat pengatur tumbuh sitokinin (BAP) untuk memacu perbanyakan sesuai dengan peranan sitokinin yang dapat mendorong proses morfogenesis terjadinya pembelahan sel, pertunasan dan mendorong proliferasi ujung meristem (Santoso dan Nursandi, 2003). Peningkatan konsentrasi giberelin juga akan memacu dan meningkatkan pembelahan sel sehingga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yang kemudian akan berpengaruh terhadap berat kering tanaman. Terjadinya peningkatan pertumbuhan dan perkembangan ini diduga menyebabkan akumulasi biomasa dan air pada tanaman sehingga menghasilkan peningkatan berat basah dan berat kering tanaman (Budiadi, 1990). Sumber : Dokumen penulis Gambar 1. Tabat barito (Ficus deltoidea) pada media MS dengan Hormon BAP 6 mg/l dan Giberelin 3 mg/l

Heru S dan Didik S : Upaya Inisiasi Kalus Tabat Barito (Ficus deltoidea Jack). 11 Sumber : Dokumen penulis Gambar 2. Tabat barito (Ficus deltoidea) pada media MS dengan hormon BAP 5 mg/l dan giberelin 3 mg/l Sumber : Dokumen penulis Gambar 3. Tabat barito (Ficus deltoidea) pada media MS dengan hormon BAP 4 mg/l dan Giberelin 2 mg/l KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Kombinasi perlakuan zat pengatur tumbuh BAP 6 mg/l dan giberelin 4 mg/l tanaman Tabat barito (Ficus deltoidea Jack) baru didapatkan pertumbuhan kalus tercepat yaitu 28 hari setelah tanam 2. Kombinasi perlakuan zat pengatur tumbuh BAP 6 mg/l dan giberelin 4 mg/l tanaman Tabat barito (Ficus deltoidea Jack) baru didapatkan hasil kalus terbaik dengan waktu inisisasi 60 hari.

12 Heru S dan Didik S : Upaya Inisiasi Kalus Tabat Barito (Ficus deltoidea Jack). DAFTAR PUSTAKA Abidin, Z. 1982. Dasar-Dasar Zat Pengatur Tumbuh. Penerbit PT Angkasa. Bandung. Budiadi, B. 1990. Lama Perendaman dan Konsentrasi Asam Gibberelin (GA 3 ) Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Putih (Allium sativum Linn). Skripsi S1 Fakultas Pertanian Instiper. Yogyakarta. Rifai, M.A., 1979, Proses Pelangkaan Tumbuhan Obat di Indonesia. Lembaga Biologi Nasional. LIPI. Bogor Darwis S.N., 1992, Aplikasi Bioteknologi Dalam Perbaikan Budidaya Tanaman Industri. Dalam Prosiding Forum Komunikasi Ilmiah Penelitian Aplikasi Bioteknologi Kultur Jaringan Pada Tanaman Industri. Puslitbangtan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Habir, D., Sukmadjaja dan I. Mariska, 1992. Aplikasi Kultur Jaringan Dalam Dalam Produksi Bibit Pada Beberapa Industri. Proseding Forum karya Ilmiah, Balitbangtan. Balitbangtri. Bogor. Santoso, U dan F. Nursandi, 2003. Kultur Jaringan Tanaman. UMM Pres. Malang. Gunawan L.W. 1987. Teknik Kultur Jaringan. Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman. PAU Bioteknologi. IPB Bogor.