PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BAYI MELALUI STIMULASI IBU DI KELURAHAN KEMAYORAN SURABAYA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kelangsungan hidup sebuah bangsa ditentukan oleh generasi penerusnya.

76 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. ISSN (elektronik) PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

PENGARUH AKTIVITAS BERMAIN BOLA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA TODDLER DI PAUD TUNAS CENDIKIA KEJAPANAN GEMPOL PASURUAN.

HUBUNGAN STIMULASI ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRASEKOLAH BERUSIA 4-5 TAHUN

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL. Hubungan Peran Ibu dalam Stimulasi Dini dengan Perkembangan Anak Usia Toddler di Desa Hutabohu Kecamatan Limboto Barat

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANTARA ANAK TAMAN KANAK-KANAK DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN DENVER II

STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH PADA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA di TK TUNAS HARAPAN JETIS MOJOKERTO. Sarmini Moedjiarto *)

HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh,

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KETEPATAN STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK 0-3 TAHUN DI DESA SOKO KEC. GLAGAH KAB. LAMONGAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa emas (golden age) dalam rentang. perkembangan seorang individu, pada masa ini anak mengalami

REPI SEPTIANI RUHENDI MA INTISARI

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH BANJARMASIN ABSTRAK

52 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN. Latar Belakang

GAMBARAN PERKEMBANGAN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG

PENGARUH STIMULASI MOTORIK HALUS TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4 5 TAHUN DI TAMAN KANAK KANAK PERTIWI TIRIPAN BERBEK NGANJUK

Mila Harlisa*, Amirul Amalia**, Dadang K***

PERBEDAAN ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH ANTARA SISWA BARU DAN SISWA LAMA DI SATUAN PAUD SEJENIS (SPS) CUT NYAK DIEN KRETEK, BANTUL

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Balita ke Posyandu di Kelurahan Jayaraksa Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kecamatan Baros Kota Sukabumi

Aji Galih Nur Pratomo, Sahuri Teguh, S.Kep, Ns *)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG STIMULASI VERBAL DENGAN PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK PGRI 116 BANGETAYU WETAN

: Lingkar Kepala, Perkembangan Anak

HUBUNGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN DI DESA TAWANREJO BARENG KLATEN

PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH. Achmad Ridwan, Anita Nur Lely Akademi Keperawatan Pamenang Pare Kediri

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN DI PAUD USWATUN KHASANAH SLEMAN YOGYAKARTA

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN LINGKUNGAN BIOLOGIS DAN PSIKOSOSIAL DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI TIGA TAHUN

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BALITA DI KELURAHAN BRONTOKUSUMAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

Hubungan Pemberian Asi Eksklusif dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 7-24 Bulan di Desa Jembungan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI MOTORIK KASAR DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA TODDLER ABSTRAK

HUBUNGAN RIWAYAT BBLR DENGAN RETARDASI MENTAL DI SLB YPPLB NGAWI Erwin Kurniasih Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi

Tri Puspa Kusumaningsih, Novia Ayunita. Akademi Kebidanan Bhakti Putra Bangsa Purworejo Jl.Soekarno Hatta, Borokulon, Banyuurip, Purworejo

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN PERKEMBANGAN EMOSI ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK ROHMATUL MAGFIROH DESA PAKISAJI KECAMATAN PAKISAJI KABUPATEN MALANG

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel

HUBUNGAN PEKERJAAN IBU BALITA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU PRIMA SEJAHTERA DESA PANDEAN KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada

ANALISIS HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN LAMA MASA KERJA DENGAN STRES PADA PERAWAT DI PUSKESMAS BLOOTO KOTA MOJOKERTO. Arief Fardiansyah 1 *)

GAMBARAN PERKEMBANGAN BAYI YANG TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KADEMANGAN DAN DESA MIAGAN KECAMATAN MOJOAGUNG KABUPATEN JOMBANG

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

PERBEDAAN TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG SEKOLAH TK DAN ANAK YANG TIDAK SEKOLAH TK DI DESA BANJARSARI KEC. BANTARBOLANG PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN MOTIVASI KUNJUNGAN KE POSYANDU. Titiek Idayanti

Hubungan Tingkat Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Pada Lansia Di Posyandu Bina Keluarga Karang Wreda Kusuma Kecamatan Mojoroto Kota Kediri

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-4 TAHUN DI POSYANDU BUDI LESTARI DESA TLOGOREJO GUNTUR DEMAK.

HUBUNGAN STIMULASI ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 5-6 TAHUN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA TODDLER DI POSYANDU MELATI TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

Naili Nur Meifanna. Kata kunci : motorik halus, ASI, susu formula. Kepustakaan : 30 ( )

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL IBU DENGAN PERKEMBANGAN ANAK BALITA 1

BAB I PENDAHULUAN. pada anak yang meliputi seluruh perubahan, baik perubahan fisik, perkembangan kognitif, emosi, maupun perkembangan psikososial yang

TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERATIF PADA PEMBEDAHAN SEKSIO SESAREA DI RUANG SRIKANDI RSUD KOTA SEMARANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA POLA PEMBERIAN ASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA BATITA DI DESA BOJA KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL

PEMBERIAN STIMULUS TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 3 5 TAHUN GIVING STIMULUS OF CHILDREN DEVELOPMENT AGES 3-5 YEARS OLD ABSTRAK

GAMBARAN PELAKSANAAN KELAS IBU HAMIL DI WILAYAH PUSKESMAS PADURESO KABUPATEN KEBUMEN Tri Puspa Kusumaningsih

BAB III METODE PENELITIAN. perbandingan (comparative study) dengan jenis penelitian cross sectional.

POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK PRASEKOLAH (USIA 3-6 TAHUN)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, yang mencakup beberapa sub bidang, salah satu lingkup

Hikmatul Khoiriyah Akademi Kebidanan Wira Buana ABSTRAK

DAFTAR PUSTAKA. Anonim. (2009). Solusi Alternatf Tanggulangi Gizi Buruk di Indonesia.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI KELURAHAN SIDOHARJO RW 1 RT 2 DAN 4 KECAMATAN LAMONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin lama stimulasi dilakukan, maka akan semakin besar manfaatnya

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU BALITA DALAM PEMBERIAN MAKANAN BERGIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA. Kata Kunci: Peran, ibu balita, gizi, status gizi.

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA PRASEKOLAH (4-6 TAHUN) DENGAN PENDIDIKAN IBU

STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA BALITA USIA SATU SAMPAI LIMA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mental inteligensi serta perilaku anak (Mansjoer, 2000).

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN

Nisa khoiriah INTISARI

KINERJA PERAWAT DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU MEDAN

STUDI DESKRIPTIF POLA NUTRISI BALITA PENGUNJUNG POSYANDU I DI DESA DASUN Rt 02 Rw01 KECAMATAN LASEM KABUPATEN REMBANG. Oleh. Dewi Hartinah ABSTRAK

Oleh : Yuyun Wahyu Indah Indriyani ABSTRAK

GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT

Fery Budianto * )., ABSTRAK

BAB V PEMBAHASAN. Pengolahan data berdasarkan kumpulan data yang diperoleh diupayakan dapat

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2 Agustus2012

BAB I PENDAHULUAN. badan kurang dari 2500 gram saat lahir 1, sedangkan Berat Badan Lahir

ABSTRAK. Kata Kunci : Status Gizi, Perkembangan Motorik Halus Daftar Pustaka: ( )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU HIDUP SEHAT DI PANTI ASUHAN EVANGELINE BOOTH DAN ASRAMA MADANI

POLA ASUH DAN PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL ANAK TODDLER. Triani Yuliastanti Novita Nurhidayati INTISARI

Kata kunci :pengetahuan orang tua perkembangan bahasa anak prasekolah

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Pendahuluan Pemberian makan pada anak memang sering menjadi masalah bagi orang tua atau pengasuh anak. Fenomena yang ada di masyarakat saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki inteligensi

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL ANAK DENGAN JENIS APE YANG DIBERIKAN PADA ANAK USIA 1-12 BULAN. Ihda Mauliyah ABSTRAK

BAB II TINJAUAN TEORI. suatu rumah tangga. Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya. deteksi dan intervensi dini (Soetjiningsih, 2014).

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI ORANG TUA DALAM MEMANFAATKAN ALAT-ALAT PERMAINAN EDUKATIF DI RUANG ANAK RS. BAPTIS KEDIRI ABSTRACT

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

Transkripsi:

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BAYI MELALUI STIMULASI IBU DI KELURAHAN KEMAYORAN SURABAYA Siti Nur Kholifah, Nikmatul Fadillah, Hasyim As ari, Taufik Hidayat Program Studi D III Keperawatan Kampus Sutopo Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Surabaya Penulis korespondensi: Siti Nur Kholifah, Poltekkes Kemenkes Surabaya. Alamat e-mail: kholifah_stp@yahoo.co.id Abstrak Latar Belakang Stimulasi yang datang dari lingkungan luar akan memudahkan bayi dalam melakukan suatu gerakan. Perkembangan anak dapat berubah secara bertahap melalui proses maturasi dan pembelajaran. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi tindakan stimulasi ibu terhadap perkembangan motorik kasar bayi di Kelurahan Kemayoran Surabaya. Metode Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan populasi penelitian semua ibu yang memiliki bayi sebanyak 30 orang. Lokasi penelitian di Kelurahan Kemayoran Surabaya. Teknik sampling yang digunakan adalah Total Sampling dengan jumlah sampel 30 orang. Pengumpulan data menggunakan Kuesioner dan pemeriksaan DDST pada bayi. Variabel penelitian adalah tindakan stimulasi ibu dan perkembangan motorik kasar bayi. Penyajian data dengan cara tabulasi silang 106

107 antara tindakan stimulasi ibu dengan perkembangan motorik kasar bayi kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil Hasil penelitian menunjukkan 29 responden tindakan stimulasi ibu baik dengan hasil DDST 4 meragukan, tidak dapat di test 3 dan normal 22. 1 responden tindakan stimulasi ibu cukup dengan hasil DDST 1 meragukan. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tindakan stimulasi ibu terhadap perkembangan motorik kasar bayi dalam kategori baik, karena semakin baik tindakan stimulasi yang diberikan oleh ibu maka akan berpengaruh pada perkembangan motorik kasar bayi yang normal dan sesuai. Kata Kunci : Tindakan stimulasi Ibu, Perkembangan Motorik Kasar. Latar Belakang Pertumbuhan seseorang mencakup pertumbuhan ukuran fisik tubuh, dan perkembangan lebih mengarah pada diferensiasi dan pematangan sel (Ali Khomsan, 2003). Tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya, tingkat tercapainya potensi biologik seseorang, merupakan hasil intraksi berbagai faktor yang berkaitan, yaitu faktor genetik, lingkungan biofisiko-siko-sosial dan perilaku. Proses yang unik dan hasil yang berbeda-beda yang memberikan ciri tersendiri pada setiap anak (Soetjiningsih, 2005). Perkembangan biologis anak ditandai juga dengan berkembangnya kemampuan atau ketrampilan motorik, baik yang kasar maupun yang halus. Pada lima tahun

108 pertama kehidupan anak, motorik kasar inilah yang lebih dominan berkembang (Yusuf, 2002). Depkes RI (2006) menyatakan bahwa 16% balita Indonesia mengalami gangguan perkembangan, baik perkembangan motorik halus dan kasar, gangguan pendengaran, kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara. Pada tahun 2010 di Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo di Surabaya, dijumpai 133 kasus pada anak dan remaja dengan gangguan perkembangan motorik kasar maupun halus (Suryawan A, Narendra M.B, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Yuniarti (2009) mengatakan bahwa Anak membutuhkan orang lain dalam perkembangannya dan orang yang paling pertama bertanggung jawab adalah orang tua. Orang tua bertanggung jawab mengembangkan keseluruhan eksistensi anak. Termasuk tanggung jawab orang tua adalah memenuhi kebutuhan anak, baik dari sudut pandang organis-fisiologis maupun kebutuhan-kebutuhan psikologis. Tapi belum menjelaskan secara spesifik bagaimana gambaran tindakan stimulasi ibu terhadap perkembangan motorik kasar anak khususnya usia bayi. Hasil survei awal berdasarkan hasil wawancara langsung dengan Kader kesehatan terdapat 30 bayi dengan usia 0-1 tahun, didapatkan 70% ibu yang belum maksimal dalam memberikan tindakan stimulasi untuk perkembangan anak bayi. Sedangkan 30% ibu yang telah memberikan tidakan stimulasi untuk perkembangan anak bayinya. Hasil wawancara langsung dengan Kader kesehatan dijelaskan pada anak bayi didapatkan pada motorik kasar terdapat beberapa bayi

109 yang mengalami keterlambatan, dan banyak bayi yang sudah melewati tugas perkembangan pada motorik kasar dengan baik. Kurangnya stimulasi dikarenakan masih banyak ibu yang belum mengerti tentang perannya dalam memberikan tindakan stimulasi untuk perkembangan motorik kasar anak bayinya dikarenakan faktor lingkungan dan budayanya. Budaya tersebut diantaranya seperti ibu melahirkan bayinya tidak rutin membawa bayinya ke pelayanan kesehatan/posyandu di wilayah tersebut. Pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara sinkron pada setiap individu dan tergantung pada tindakan stimulasi ibu yang sangat berpengaruh besar untuk pertumbuhan dan perkembangan, khususnya pada perkembangan motorik kasar anak. Dampak jika stimulasi kurang bisa mengakibatkan gangguan tumbuh kembang, khususnya perkembangan motorik kasar seperti saat bayi berusia antara 8-12 bulan, bayi belum mampu duduk tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit terus berdiri, berdiri dua detik dan belum mampu berdiri sendiri (Soetjiningsih, 2005). Tindakan stimulasi ibu sangat berpengaruh dengan tumbuh kembang anak dan peran serta petugas kesehatan juga diperlukan untuk menekan frekuensi gangguan motorik kasar pada anak dengan mengadakan promosi kesehatan dalam bentuk penyuluhan langsung kepada ibu-ibu yang memiliki bayi dan melakukan pemeriksaan langsung untuk mendapatkan gambaran nyata tentang kejadian perkembangan motorik kasar pada anak usia bayi karna apabila anak tidak diberikan tindakan stimulasi maka akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

110 Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah gambaran tindakan stimulasi ibu terhadap perkembangan motorik kasar bayi di Kelurahan Kemayoran Surabaya? Tujuan Penelitian adalah: 1. Mengidentifikasi tindakan stimulasi ibu 2. Mengidentifikasi perkembangan motorik kasar bayi usia 0-1 tahun 3. Mengidentifikasi tindakan stimulasi ibu terhadap perkembangan motorik kasar bayi. Metode Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif. Populasi dari penelitian ini adalah Ibu yang memiliki anak bayi usia 0-1 tahun di wilayah kelurahan Kemayoran Surabaya sebanyak 30 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu yang memiliki anak bayi unur 0-1 tahun di wilayah Kelurahan Kemayoran Surabaya. Jumlah sampel sebanyak 30 orang. Penelitian ini sampel diambil dengan cara Total sampling yaitu suatu teknik penentuan sampel dengan menetapkan semua anggota populasi dijadikan sebagai subyek penelitian. Pada penelitian ini besar sampel adalah 30 orang ibu yang mempunyai anak usia bayi 0-1, jumlah ini sesuai dengan jumlah populasi yang terdapat di Kelurahan Kemayoran Surabaya. Variabel yang diteliti adalah tindakan stimulasi ibu dan perkembangan motorik kasar pada bayi. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner dengan bentuk pertanyaan tertutup dan formulir DDST. Kuesioner diberikan pada ibu sebagai responden yang harus dijawab sesuai dengan apa yang telah dilakukan

111 ibu dalam memberikan tindakan stimulasi kepada bayinya. Formulir DDST digunakan peneliti untuk mengukur perkembangan motorik kasar bayi dengan cara mengidentifikasi tahap perkembangan motorik kasar yang telah dilewati maupun yang belum dilewati bayi dalam usia maksimal 1 tahun. Hasil Penelitian Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua Tabel 1. Distribusi frekuensi pendidikan ibu di Kelurahan Kemayoran Surabaya No Pendidikan Frekuensi Persentasi Orang Tua (%) 1 SD 13 45 2 SMP 13 45 3 SMA 4 10 Jumlah 30 100 Tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 30 ibu sebagian besar berpendidikan SD dan SMP yaitu masing-masing 13 orang Ibu (45%). Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang tua Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan ibu di Kelurahan Kemayoran Surabaya No Pekerjaan Orang Tua Frekuensi Persentasi (%)

112 1 Swasta 10 30 2 Ibu Rumah Tangga 20 70 Jumlah 30 100 Tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 30 ibu sebagian besar yaitu 20 orang ibu (70%) sebagai Ibu rumah tangga. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Bayi Tabel 3 Distibusi frekuensi jenis kelamin bayi di Kelurahan Kemayoran Surabaya. No Jenis Kelamin Bayi Frekuensi Persentasi (%) 1 Laki laki 14 47 2 Perempuan 16 53 3 Jumlah 30 100 Dari tabel 3 Dapat diketahui bahwa dan 30 bayi sebagian besar yaitu 16 anak (53%) mempunyai jenis kelamin perempuan.

113 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Bayi Tabel 4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia bayi di Kelurahan Kemayoran Surabaya pada bulan Juli 2012. No Usia Bayi (bulan) Frekuensi Persentasi (%) 1 1 2 5 17 2 3 4 4 13 3 5 6 7 23 4 7 8 2 7 5 9 10 5 17 6 11 12 7 23 Jumlah 30 100 Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa dari 30 bayi sebagian besar bayi berusia 5-6 bulan dan 11-12 bulan yaitu masing-masing 7 bayi (23%). Tabel pengumpulan data melalui kuesioner tindakan simulasi pada 30 ibu, perkembangan motorik kasar dengan pemeriksaan DDST pada 30 bayi di tinjau dari tindakan stimulasi ibu pada bayi.

114 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tindakan Stimulasi Ibu Tabel 5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tindakan stimulasi ibu di RT 07 RW 07 Krembangan Jaya Selatan Kelurahan Kemayoran Surabaya pada bulan Juli 2012. No Tindakan Stimulasi Frekuensi Persentasi 1 Baik 29 97 2 Cukup 1 3 Jumlah 30 100 Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa dari 30 ibu diketahui tindakan stimulasi ibu sebagian besar baik yaitu 97% atau 29 orang ibu. Distribusi Frekuensi Hasil Pemeriksaan DDST Tabel 6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan hasil pemeriksaan DDST di RT 07 RW 07 Krembangan Jaya Selatan Kelurahan Kemayoran Surabaya pada bulan Juli 2012. DDST Hasil DDST Frekuensi Persentase (%) Meragukan 5 17 Tidak Dapat Di Test 3 10 Normal 22 73

115 Total 30 100 Dari tabel 6 dapat diketahui bahwa dari 30 bayi yang dilakukan pemeriksaan DDST hasilnya sebagian besar bayi normal yaitu 73% atau sebanyak 22 bayi. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dibuat tabulasi silang antara tindakan stimulasi ibu dan perkembangan motorik kasar bayi. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. Di bawah ini adalah tabel hasil tabulasi silang tindakan stimulasi ibu dan perkembangan motorik kasar bayi. Tabel 7. Tabulasi silang gambaran tindakan stimulasi ibu terhadap perkembangan motorik kasar bayi No Tindakan Stimulasi Ibu Hasil DDST Total Meragukan Tidak Dapat Di Test Normal F (%) F (%) F (%) (N) (%) 1 Baik 4 14 3 10 22 76 29 100 2 Cukup 1 100 0 0 0 0 1 100 T Total 30 100 Tabel 5.7 di atas menunjukkan bahwa tindakan stimulasi ibu yang baik, hasil DDST bayinya mayoritas (76%) normal, 4 orang (14%) meragukan, 3 orang (10%) tidak dapat dites. Sedangkan tindakan stimulasi ibu yang cukup seluruhnya (1 orang) dengan hasil DDST meragukan. Pembahasan

116 Hasil penelitian 30 responden bahwa tindakan stimulasi ibu ditinjau dari perkembangan motorik kasar pada bayi yaitu terdapat 29 (97%) orang bayi dengan stimulasi baik. Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan ibu tentang pemberian stimulasi kepada bayi sesuai dengan tahap tumbuh kembangnya. Dimana ibu sebagian besar berpendidikan SD (45%) dan SMP yaitu (45%). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Soetjiningsih (2005) bahwa pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang bayi. Karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar tentang cara pengasuhan bayi yang baik terutama cara pemberian stimulasi, bagaimana menjaga kesehatan bayinya, pendidikannya, dan sebagainya. Sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki dan perilaku yang diharapkan akan muncul tindakan stimulasi yang baik. Faktor lain yang mempengaruhi tindakan stimulasi ibu terhadap perkembangan motorik bayi adalah pekerjaan, berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar yaitu sebanyak 70% adalah sebagai ibu rumah tangga. Menurut Markum dalam buku Nursalam (2003) dijelaskan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu untuk menunjang kehidupan dalam keluarga dimana ibu rumah tangga akan memiliki waktu yang lebih maksimal sehingga dapat mengetahui segala aktifitas anaknya. Orang tua yang tidak bekerja dapat memberikan stimulasi dengan baik karena ibu mempunyai banyak waktu untuk merawat bayinya termasuk memberikan stimulasi dengan frekuensi yang lebih intensif. Hasil penelitian 30 responden terdapat 1 bayi dengan tindakan stimulasi ibu dengan kriteria cukup dengan presentasi 100%. Dipengaruhi oleh pendidikan ibu

117 yaitu SD. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Soetjiningsih (2005) bahwa pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang bayi. Karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar tentang cara merawat bayi yang baik terutama cara pemberian stimulasi, bagaimana menjaga kesehatan bayinya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Hal ini yang menyebabkan ibu tidak mampu memberikan tindakan stimulasi secara optimal. Hasil penelitian pada perkembangan motorik kasar bayi dengan pemeriksaan DDST didapatkan hasil dari 30 bayi yang dilakukan pemeriksaan DDST hasilnya sebagian besar bayi dengan hasil pemeriksaan normal, yaitu sebanyak 22 bayi (73%). Menurut Soetjiningsih (2005), perkembangan motorik kasar ini kemudian dapat diukur dengan DDST dengan skala nilai abnormal, meragukan, tidak dapat di tes, dan normal. Dikatakan hasil meragukan, bila pada satu sektor didapatkan dua keterlambatan atau lebih, dan bila pada satu sektor didapatkan satu keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia. Dikatakan tidak dapat dites, bila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes abnormal atau meragukan. Sehingga perkembangan motorik kasar bayi sebagian besar normal di karenakan tidak ada keterlambatan, paling banyak satu perhatian. Sebagian besar bayi telah melewati tugas perkembangan dengan baik sesuai usianya.

118 Faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik kasar pada bayi adalah pendidikan dan pekerjaan ibu (Soetjiningsih, 2005). Ibu yang memiliki pendidikan yang baik akan lebih mudah menerima informasi cara merawat dan memberikan tindakan stimulasi yang baik pada bayinya. Sebaliknya jika pendidikan ibu kurang akan akan menyebabkan ibu sulit menerima informasi tersebut. Begitu juga dengan pekerjaan. Ibu yang sibuk bekerja tidak punya banyak waktu untuk memperhatikan kebutuhan bayinya termasuk dalam pemberian tindakan stimulasi. Sebaliknya ibu yang tidak bekerja akan punya banyak waktu dalam memperhatikan kebutuhan bayinya dan memberikan tindakan stimulasi yang optimal sehingga perkembangan bayi normal dan sesuai. Setelah dilakukan penelitian diketahui bahwa tindakan stimulasi ibu terhadap perkembangan motorik bayi didapatkan bayi dengan perkembangan motorik kasarnya normal 22 bayi (76%), meragukan 4 bayi (14%), dan tidak dapat dites 3 bayi (10%). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa anak yang mengalami perkembangan motorik normal lebih banyak dibandingkan anak dengan perkembangan motorik kasar yang meragukan dan tidak dapat di test. Hal tersebut dikarenakan ibu memberikan stimulasi dini secara optimal sehingga kemampuan motorik anak berkembang dengan baik. Menurut Soetjiningsih (2005) menyatakan bahwa peran ibu dalam memberikan stimulasi sangat mempengaruhi perkembangan motorik anak. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 29 bayi dengan riwayat pemberian tindakan stimulasi baik dan memiliki perkembangan motorik kasar yang normal yaitu 22 bayi (76%). Hal ini dikarenakan ibu yang punya banyak waktu dalam memberikan perhatian dan memberikan tindakan stimulasi secara optimal pada

119 bayinya sehingga perkembangan anak akan normal dan sesuai. Adapun faktor lain yang mempengaruhi perkembangan motorik kasar pada bayi ini adalah nutrisi yang diberikan orang tuanya cukup baik yaitu sesuai dengan kebutuhan nutrisi pada bayi sehingga bayi menjadi normal dan perkembangan motorik bayi sesuai dengan usianya (Kartini Kartono, 1995). Sedangkan 4 bayi (14%) dengan hasil DDST meragukan tetapi dengan tindakan stimulasi ibu dalam kategori baik. Sebagaimana pendapat yang dikemukakan Soetjiningsih (2005), bahwa stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat berperan dalam mendukung perkembangan bayi, karena bayi yang banyak mendapat tindakan stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan bayi yang kurang atau bahkan tidak mendapat stimulasi. Hal ini dipengaruhi oleh pendidikan ibu yang kurang, dengan pendidikan ibu yang kurang, ibu tidak dapat menerima segala informasi dari luar tentang cara pengasuhan bayi yang baik terutama cara pemberian stimulasi dan bagaimana menjaga kesehatan bayinya. Sehingga hasil DDST pada bayi menjadi meragukan. Stimulasi juga berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi perkembangan bayi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik pemberian tindakan stimulasi pada bayi khususnya stimulasi ibu, maka bayi akan memperoleh hasil perkembangan motorik kasar yang normal dan sesuai. Sedangkan 1 bayi dengan riwayat pemberian tindakan stimulasi cukup dan memiliki perkembangan motorik kasar yang meragukan berdasarkan Denver Developmental Screening Test (DDST). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa riwayat pemberian tindakan stimulasi yang kurang maksimal berupa tindakan stimulasi dengan perkembangan

120 motorik kasar akan memberikan hasil dalam perkembangan motorik yang tidak maksimal juga. Beberapa faktor lain yang juga dapat mempengaruhi perkembangan motorik bayi, sebagaimana pendapat yang dikemukakan Kartini Kartono (1995), yaitu faktor gizi, status kesehatan, tingkat kecerdasan bayi, perilaku, dan sikap. Kekurangan makanan yang bergizi akan menyebabkan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan, tetapi bila gizi bayi baik dan status kesehatan yang baik pula, maka bayi tersebut akan menjadi lincah sehingga dapat menyokong perkembangan motoriknya. Kondisi tersebut terjadi karena perkembangan motorik kasar bayi didukung dengan pemberian tindakan stimulasi yang baik oleh ibu, tetapi jika ada faktor lain seperti pendidikan, pekerjaan, budaya, dan pengalaman masa lalu yang mempengaruhi perkembangan motorik kasar bayi maka bukan tidak mungkin akan memiliki bayi dengan perkembangan motorik kasar yang normal (Soetjiningsih, 2005). Namun tetap pemberian tindakan stimulasi yang tepat dan baik lebih mempengaruhi perkembangan motorik kasar bayi. Simpulan Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian tentang pengaruh tindakan stimulasi ibu terhadap perkembangan motorik kasar bayi di Kelurahan Kemayoran Surabaya adalah pemberian tindakan stimulasi yang diberikan ibu mayoritas termasuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 29 Ibu (97%). Perkembangan motorik kasar bayi usia 0-1 tahun di Kelurahan Kemayoran Surabaya adalah sebagian besar yaitu 22 bayi (73%) kategori normal. Tindakan stimulasi ibu terhadap perkembangan motorik kasar bayi di Kelurahan Kemayoran

121 Surabaya dalam kategori baik dan perkembangan motorik kasar bayi sebagian besar normal. Daftar Pustaka Ali Khomsan. ( 2003). Pangan dan Gizi untuk kesehatan. PT.Rajagrafindo : Jakarta Hurlock, E. (2001). Psikologi Perkembangan. Edisi 5, Erlangga : Jakarta Kartono, Kartini. 1995. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung:. Maramis, WF. (2006). Ilmu Perilaku Dalam Pelayanan Kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, salemba medika: Jakarta Supartini, Yupi. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC Suryawan A, Narendra M.B, 2010. Penyimpangan tumbuh kembang anak, RSUD Dr. Soetomo Surabaya Soetjiningsih. (2005). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC Yusuf, H.S. (2002). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT. Remaja Rusdakarya. Yuniarti (2009). Pengaruh Pendidikan AnakUsia Dini (PAUD) terhadap

122 Perkembangan Anak Usia tiga sampai empat Tahun di Desa Sukamulya Kecamatan Singaparna. Tesis. Tidak dipublikasikan