KAJIAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

meningkat % (yoy) Feb'15

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014

Analisa Statistik Uang Beredar (M2) dan Perkembangan Dana, Kredit serta Suku Bunga Perbankan

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

% (yoy) Feb'15 Mar'15*

Analisis Perkembangan Industri

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

% yoy. Jan*

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy)

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2009

Kondisi Perekonomian Indonesia

BAB II PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003

KAJIAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA: Dampak Kenaikan BBM. A.PRASETYANTOKO Kantor Chief Economist

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

% (yoy) Oct'15 Nov'15*

1. Tinjauan Umum

abungan, baik dalam rupiah giro valuta

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

Perkembangan Uang Beredar (M2)

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

CATATAN ATAS ASUMSI MAKRO DALAM RAPBN

Februari 2017 RESEARCH TEAM

KREDIT PERBANKAN MASIH SEPERTI LINGKARAN SETAN EKO B SUPRIYANTO/INFOBANK INSTITUTE

Juni 2017 RESEARCH TEAM

ii Triwulan I 2012

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SIGC Insight: Indonesia Sectoral Report Vol. 2

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

PROSPEK EKONOMI 2016: PERSPEKTIF LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DESEMBER 2015 FAUZI ICHSAN KEPALA EKSEKUTIF

Monthly Market Update

SURVEI PERBANKAN * perkiraan

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2007 REPUBLIK INDONESIA

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

(%, SBT) (%, qtq)

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

PERKEMBANGAN TERKINI, TANTANGAN, DAN PROSPEK EKONOMI INDONESIA

Analisis Perkembangan Industri

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

(%, SBT) (%, qtq)

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi Pendahuluan Ekonomi Global...

Pertumbuhan PDB Stabil dengan Basis yang Lebih Luas

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Analisis Perkembangan Industri

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1%

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENDORONG KEPEMILIKAN RUMAH UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K

Mempertahankan Soliditas

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004

Transkripsi:

KAJIAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA Februari 2015 A PRASETYANTOKO Chief Economist LUTFIL KHAKIM Economist

Review Makroekonomi Global: Perang Melawan Inflasi Rendah Masih Berlanjut. Pertumbuhan global tidak sesuai harapan. Pemulihan negara maju belum menyakinkan. Harga Minyak yang terus turun Domestik: BI Rate Berpotensi Turun Jika Mempertimbangkan Inflasi Dan Defisit Transaksi Berjalan Namun Terkendala Sudden Reversal.

Negara Maju Berjuang Mengatasi Inflasi Rendah United States Indicators Ref Last Previous ^ Change GDP Growth (% YoY) q4-2014 2.50% 2.70% -0.20% Inflation (% YoY) Dec-2014 0.80% 1.30% -0.50% Interest Rate (%) Jan-2014 0.25% 0.25% 0.00% Euro Area Indicators Ref Last Previous ^ Change GDP Growth (% YoY) q4-2014 0.80% 0.80% 0.00% Inflation (% YoY) Dec-2014-0.60% -0.20% -0.40% Interest Rate (%) Jan-2014 0.05% 0.05% 0.00% Japan Indicators Ref Last Previous ^ Change GDP Growth (% YoY) q4-2014 -1.20% -0.20% -1.00% Inflation (% YoY) Dec-2014 2.40% 2.40% 0.00% Interest Rate (%) Jan-2014 0.00% 0.00% 0.00% China Indicators Ref Last Previous ^ Change GDP Growth (% YoY) q4-2014 7.30% 7.30% 0.00% Inflation (% YoY) Dec-2014 1.50% 1.40% 0.10% Interest Rate (%) Jan-2014 5.60% 5.60% 0.00% Negara yang melonggarkan kebijakan moneternya Negara-negara kekuatan ekonomi utama berjuang mengatasi tingkat inflasi yang rendah. Berbagai stimulus makro dan moneter diluncurkan. Beberapa negara tercatat melonggarkan kebijakan moneternya pada Januari 2015 untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, antara lain Euro Area, Jepang, China, India, Australia, Kanada.

Sumber: google Global economy is like a jet with one quite stong engine (AS), another engines (Euro and Japan) are still colapse, and last engine (China) is losing its power. 3/9/2015 6

Price War...

Target Pertumbuhan Ekonomi Sulit Dicapai Asumsi Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator APBN 2015 APBN-P 2015 (hasil pembahasan) Pertumbuhan Ekonomi 5,8% 5,7% Inflasi 4,4 (+/-1%) 5,0% Suku Bunga SPN 3 bln 6,0% 6,2% Kurs Rp/Dolar AS Rp 11.900 Rp 12.500 Harga Minyak Mentah 105 US$/barel 60 US$/barel Lifting minyak mentah 900 ribu barel/hari 825 ribu barel/hari Lifting gas 1.248 ribu barel/hari 1.221 ribu barel/hari Sumber: APBN-P 2015 Pertumbuhan 2015 sulit dicapai, mengingat bebarapa hal pokok: 1. Suku bunga masih tinggi, dan likuiditas di pasar domestik masih volatile 2. Pengeluaran pemerintah belum bisa dimaksimalkan 3. Investasi sulit didorong secara maksimal, mengingat defisit neraca transaksi berjalan masih besar

3/9/2015 Potret Makro Profil risiko perekonomian 2015 meningkat (Asumsi dasar dekonomi makro Inflasi (% yoy) : naik dari 4,4% (APBN 20015) menjadi 5% (RAPBN-P 2015) Nilai tukar (Rp/USD) : naik dari Rp 11.900 menjadi Rp 12.200 (proyeksi BI Rp 12.400-12.800). Tingkat Bunga SPN 3 Bulan rata-rata (%) : 6% menjadi 6,2% Potensi untuk ekspansi juga meningkat Pertumbuhan ekonomi (% yoy) : 5,8% Harga minyak (ICP) turun dari 105$/barel menjadi 70$/barel. Defisit APBN turun dari 2,21% menjadi 1,90% terhadap PDB. Belanja turun Rp 44 T (2,2%) Penghematan subsidi energi Rp 186,27 T (54%) 14

Kebijakan Fiskal Pengematan subsidi energi sebesar Rp 186,26 triliun paling banyak dialihkan ke program ekonomi, dengan tambahan Rp 72 T, perlindungan sosial (Rp 20 T), Pendidikan (Rp 7,4 T), Perumahan dan Fasilitas Umum (Rp 3 T). APBN 2015 (Rp Triliun) RAPBN-P 2015 Perubahan % Subsidi Energi 344,7 158,4 (186,26) (54,0%) Subsidi Non Energi 69,9 74,2 4,3 6,1% Dana Desa 9,06 20,76 11,7 129,1% Fungsi APBN-2015 (Rp Triliun) RAPBN-P 2015 (Rp Triliun) Perubahan ( Rp miliar) % 1 Pelayanan Umum 891,76 712,84 (178.928,0) (20,1) 2 Pertahanan 96,82 97,44 622,6 0,6 3 Ketertiban dan Keamanan 46,13 49,35 3.221,2 7,0 4 Ekonomi 143,52 216,49 72.971,4 50,8 5 Lingkungan hidup 10,67 11,92 1.240,7 11,6 6 Perumahan & Fas. Umum 20,46 27,03 6.567,1 32,1 7 Kesehatan 21,11 24,20 3.059,9 14,7 8 Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 1,92 2,62 702,8 36,5 9 Agama 5,28 5,82 543,2 10,3 10 Pendidikan 146,39 153,83 7.446,4 5,1 11 Perlindungan Sosial 8,31 29,16 20.841,1 250,0 Total 1.392,44 1.330,76 (61.675,6) (4,4) Sumber: RAPBN-P 2015

Penyertaan Modal Negara (PMN) PT SMI mendapat PNM paling besar (Rp 20 T), disusul PT Antam (Rp 7 T), PT Bank Mandiri (Rp 5,6 T) 2015 Nama Perusahaan Selisih APBN RAPBN-P Nominal % 1 Perum Bulog 3,000.0 3,000.0-2 PTPN III 3,150.0 3,150.0-3 PT Angkasa Pura II 3,000.0 3,000.0-4 PT Hutama Karya 3,600.0 3,600.0-5 Perum Perumnas 2,000.0 2,000.0-6 PT Waskita Karya Tbk 3,500.0 3,500.0-7 PT SMI 2,000.0 20,356.6 18,356.6 917.83% 8 PT Bank Mandiri 5,600.0 5,600.0-9 PT Kereta Api Indonesia 2,750.0 2,750.0-10 PT Antam 7,000.0 7,000.0 - Sumber: RAPBN-P 2015

Target Kualitatif Sasaran Target 1 Rasio biaya logistik nasional terhadap PDB (%) 23,6% 2 Rata-rata dwlling time (hari) 5-6 hari 3 4 5 Pertumbuhan PDB riil subsektor perdagangan besar dan eceran (%) 6,7% Koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antarwaktu (%) < 9 Koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antarwilayah (%) < 14,2 Sumber: RAPBN-P 2015, Kemenkeu 3/9/2015 17

Pertumbuhan Sektoral Sektor Lapangan Usaha 2014 (Outlook)-% 2015 (RAPBN-P)-% 1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,9 4,1 2 Pertambangan dan Penggalian 1,7 1,8 3 Industri Pengolahan 4,7 6,1 4 Pengadaan Listrik dan Gas 5,0 5,6 5 Pengadaan Air 4,2 5,3 6 Konstruksi 6,0 6,4 7 Perdagangan besar dan eceran 4,5 4,9 8 Transportasi dan Komunikasi 9,1 9,7 9 Penyediaan Akomodasi dan Mamin 5,1 5,7 10 Informasi dan Komunikasi 9,1 9,7 11 Jasa Keuangan 8,2 8,8 12 Real Estat 6,3 6,8 13 Jasa Perusahaan 8,7 9,1 14 Administrasi Pem, Pertahanan dan Jamsos 0,6 1,4 15 Jasa Pendidikan 7,3 8,8 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5,6 6,9 17 Jasa Lainnya 6,1 6,7 3/9/2015 PDB 5,1 5,8 18

Target Pertumbuhan Sektor Konstruksi dan Real Estate 2015 Realistis Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Indonesia Lapangan Usaha 2014 Rata-rata 2010-2014 2015* Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4.18% 4.09% 4.10% Pertambangan dan Penggalian 0.55% 2.74% 1.80% Industri Pengolahan 4.63% 4.96% 6.10% Pengadaan Listrik dan Gas 5.57% 6.93% 5.60% Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,Limbah dan Daur Ulang 3.05% 4.38% 5.30% Konstruksi 6.97% 7.10% 6.40% Perdagangan Besar dan Eceran;Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 4.84% 6.74% 4.90% Transportasi dan Pergudangan 8.00% 7.79% 9.70% Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5.91% 6.50% 5.70% Informasi dan Komunikasi 10.02% 11.51% 9.70% Jasa Keuangan dan Asuransi 4.93% 7.24% 8.80% Real Estat 5.00% 7.07% 6.80% Jasa Perusahaan 9.81% 8.55% 9.10% Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2.49% 4.26% 1.40% Jasa Pendidikan 6.29% 8.24% 8.80% Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8.01% 7.79% 6.90% Jasa Lainnya 8.92% 7.45% 6.70% Nilai Tambah Bruto Atas Harga Dasar 5.02% 5.82% Pajak Dikurang Subsidi Atas Produk 5.13% 7.50% Produk Domestik Bruto (PDB) 5.02% 5.84% 5.70% Sumber: BPS *) Proyeksi APBN-P 2015 Meskipun target pertumbuhan ekonomi sulit dicapai, namun proyeksi pertumbuhan sektor konstruksi (6,4%) dan real estate (6,8) pada 2015 lebih realistis. Pemerintah memiliki target pembangunan 1 juta unit rumah

Inflasi Rendah, BI Rate Berpotensi Turun Desember 2014 terjadi deflasi 0,24% (MoM) atau inflasi 6,96% (YoY). Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga pada kelompok pengeluaran transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 4,04%. Komponen inti, harga yang diatur pemerintah, dan bergejolak memberikan andil pada inflasi Deskripsi Des'14 Jan'15 Inflasi MTM YTD YOY Umum 119.00 118.71-0.24% -0.24% 6.96% Inti 111.28 111.96 0.61% 0.61% 4.99% Harga diatur pemerintah 139.27 134.38-3.51% -3.51% 12.31% Bergejolak 128.01 128.71 0.55% 0.55% 8.35% Energi 154.56 144.54-6.48% -6.48% 13.81% masing-masing 0,37%, minus 0,73%, 0,12%. Sementara komponen energi menyumbang minus 0,65%.

Pertumbuhan Harga Bahan Bangunan Melambat Indeks Harga Material Bangunan Januari 2015 Secara tahunan, pasir membukukan kenaikan tertinggi (13,92%) sementara besi batangan untuk beton bertulang tercatat yang terendah (1,24%). Secara bulanan, bata membukukan kenaikan tertinggi (1,96%). Besi batangan untuk beton bertuang, besi lainnya, dan kabel tercatat mengalami penurunan harga masing-masing 0,02%, 0,05%, dan 0,20%. Semen naik 8,3% (tahunan) dan hanya naik 0,09% (bulanan), akibat kebijakan pemerintah menurunkan harga eceran. Jenis Barang Indeks Harga Inflasi (Deflasi) Bulanan Tahunan Lantai Keramik 129.15 0.51% 5.34% Pipa PVC dan Pelengkapnya 126.78 0.96% 9.33% Batu Kerikil 136.05 0.24% 10.32% Bahan dari Alumunium 131.17 0.46% 7.21% Besi Batangan Untuk Beton Bertulang 119.55-0.02% 1.24% Kayu 124.00 0.93% 6.51% Semen 120.80 0.10% 8.40% Kaca 131.13 1.15% 7.33% Batu Alam 142.31 0.79% 12.34% Pasir 148.30 1.29% 13.92% Bahan Kayu Siap Pasang 134.19 1.44% 9.68% Closet, Wastafel, dan sejenisnya 128.27 1.80% 10.09% Besi Lainnya 117.80-0.05% 4.72% Atap dan lainnya 147.15 1.55% 6.58% Batu belah 131.96 0.45% 8.36% Plywood dan sejenisnya 126.10 0.37% 6.14% Paku, Sekrup, Baut 111.63 1.18% 5.64% Peralatan Listrik 118.50 0.53% 4.78% Bata 123.56 1.96% 8.34% Kabel 137.47-0.20% 4.76% Cat 120.19 0.51% 4.65% Campuran Semen dan Pasir 130.05 0.90% 7.33% Aspal 124.45 1.39% 8.42% Tandon Air 116.88 0.80% 3.03% Alat Konstruksi 129.14 0.31% 4.72% Tanah untuk mengubur 119.52 0.69% 6.98% Indeks Harga Material Bangunan 127.20 0.79% 12.34% Sumber: BPS/CEIC/Diolah

Demam Batu Mendorong Ekspor Neraca perdagangan Desember 2014 tercatat surplus US$185,80 juta, lebih buruk dibandingkan Desember 2013 yang surplus US$1,51 miliar. Sepanjang Januari-Desember 2014, defisit tercatat US$1,89 miliar, lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang defisit US$4,08 miliar. Uraian Nov-2014 (US$ juta) Dec-2014 (US$ juta) Perubahan % MoM % YoY Ekspor 13,616 14,621 7.38% -13.83% - Migas 2,107 2,353 11.69% -30.89% - Non-Migas 11,509 12,268 6.59% -9.55% Impor 14,042 14,435 2.80% -6.61% - Migas 3,473 3,390-2.40% -19.71% - Non-Migas 10,569 11,045 4.51% -1.68% Surplus (Defisit) (425) 187 143.91% -87.64% Ekspor nonmigas Desember 2014 mencapai US$12,27 miliar, naik 6,59% (MoM) dan turun 9,55% (YoY). Peningkatan terbesar ekspor nonmigas terjadi pada perhiasan/permata sebesar US$168,6 juta (55,00%), sedangkan penurunan terbesar terjadi pada lemak dan minyak hewan/nabati sebesar US$51,6 juta (2,94%). Impor nonmigas Desember 2014 mencapai US$11,05 miliar, naik 4,51% (MtM) dan turun 1,69% (YoY). Nilai impor nonmigas terbesar adalah golongan barang mesin dan peralatan mekanik dengan nilai US$2,02 miliar yang turun 0,47% (MtM).

Rupiah Menyentuh Level Terendah Rupiah di pasar spot ditutup di level Rp12.625 per dolar AS pada akhir Januari 2014, terdepresiasi 1,49% (MoM) dan 3,26% (YoY). Rata-rata perputaran transaksi di bank domestik sepanjang Desember 2014 sebesar US$627 juta perhari, lebih tinggi 15,58% dibandingkan bulan sebelumnya sementara di bank asing US$226 juta perhari, lebih tinggi 34,04%. Cadangan Devisa per akhir Januari 2014 sebesar US$114,25 miliar, naik 2,13% (MoM). 23

Pasar Berharap Suku Bunga Turun Inflasi dan (juga) suku bunga diekspektasikan turun, sebagaimana tercermin dari yield obligasi yang lebih rendah dibanding periode-periode sebelumnya. Government Bond Yield Tenor Yield Change (%) 30 Jan '14 MTM YTD YOY 1 Yr 6.3600-9.62% -9.62% -12.80% 5 Yr 6.9019-10.97% -10.97% -15.85% 10 Yr 7.1355-10.52% -10.52% -20.78% 20 Yr 7.5494-10.65% -10.65% -20.99% Corporate Bond Yield, Rating AA Tenor Yield Change (%) 30 Jan '14 MTM YTD YOY 1 Yr 8.7715-7.16% -7.16% -7.33% 5 Yr 9.6449-8.06% -8.06% -10.49% 10 Yr 10.0098-7.68% -7.68% -14.34%

Asing Melakukan Aksi Jual Indeks Harga Saham Gabungan ditutup di level 5.289,40 pada akhir Januari 2015, naik 1,19% (MoM) atau 19,70% (YoY). Dibandingkan bulan Desember 2014, ratarata volume transaksi saham turun 17,48% menjadi 7,13 miliar lembar saham per hari. Rata-rata nilai transaksi pada Januari 2015mencapai Rp6,51 triliun, lebih tinggi 2,31% dibanding bulan lalu dan lebih tinggi 34,31 dibanding Januari 2014. Investor asing membukukan net selling Rp1,04 triliun sepanjang Januari 2014. Sebagai perbandingan, asing membukukan net selling Rp7,95 triliun pada Desember 2014 dan net buying Rp2,48 triliun pada Januari 2014.

3/9/2015

3/9/2015 Indeks Properti tumbuh paling tinggi (hampir 40%) y-o-y. Disusul pertumbuhan sektor keuangan, sektor barang konsumsi dan infrastrutur

3/9/2015 Sejak 2009, Indeks Perkebunan bergerak flat, sementara indeks pertambangan mulai menurun pada akhir 2011. Sementara itu, IHSG terus melaju

Indeks properti bergerak datar, tak secara proporsional mengikuti dinamika IHSG. Salah satu sebabnya, market cap properti masih relatif kecil 3/9/2015

Rupiah melemah secara fundamental 3/9/2015

Nilai tukar beberapa kali mengalami mini-crisis. Gejolak 2014-2015 merupakan yang terburuk setelah krisis 1997/1998. 3/9/2015

3/9/2015 Depresiasi nilai tukar sejak Mei 2013 hingga Feb-2015 sudah lebih dari 30%

Investor asing cenderung meninggalkan pasar modal Indonesia 3/9/2015

3/9/2015 Melemahnya nilai tukar seiring dengan melemahnya arus modal asing di pasar modal kita

3/9/2015 Current Account Sejak akhir 2011, CA mengalami defisit seiring dengan turunnya ekspor barang

3/9/2015 Neraca Pembayaran Mengandalkan aliran modal asing, terutama dalam bentuk investasi portofolio.

Neraca Perdagangan terus tertekan 3/9/2015

Makin tergantung external financing 3/9/2015 38

Review Industri Loan-to-deposit Ratio Turun Karena Aktivitas Penghimpunan Dana Lebih Lambat Dari Penyaluran Dana.

produksinya. Penghimpunan DPK Melambat Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) DPK Dec-14 Pertumbuhan % qoq % yoy Giro 846-3.13% 6.08% - Rupiah 577-4.06% 7.53% - Valas 269-1.07% 3.11% Tabungan 1,296 5.49% 6.06% - Rupiah 1,202 5.74% 5.86% - Valas 94 2.50% 8.65% Simpanan Berjangka 1,866 2.06% 19.71% - Rupiah 1,591 1.32% 22.50% - Valas 275 6.59% 5.77% Total DPK 4,008 1.98% 12.01% Sumber: Bank Indonesia Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp4.008 triliun pada Desember 2014. pertumbuhan secara tahunan 12,01% (yoy), Lebih rendah dibandingkan November 2014 yang 13,40%. Giro tercatat Rp846 triliun, tumbuh 6,08% (yoy), lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang 7,80% (yoy). Tabungan tercatat Rp1.296 triliun, tumbuh 6,06% (yoy), lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang 7,00% (yoy). Simpanan Berjangka tercatat Rp1.866 triliun, tumbuh 19,71% (yoy), lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang 21,20% (yoy). Perlambatan pada simpanan milik perseorangan terkait meningkatnya konsumsi masyarakat yang bertepatan dengan hari Natal, Tahun Baru dan libur sekolah. Sementara pada simpanan milik korporasi terkait pembiayaan kegiatan

Kredit Desember Melambat Kredit Perbankan (Rp triliun) Kredit Dec-14 Pertumbuhan % qoq % yoy Kredit Investasi 894 2.41% 12.57% Kredit Modal Kerja 1,763 2.47% 10.66% Kredit Konsumsi 1,046 1.20% 11.61% Total Kredit 3,702 2.09% 11.38% Sumber: Bank Indonesia Posisi penyaluran kredit perbankan tercatat sebesar Rp3.702 triliun pada Desember 2014, atau tumbuh 11,38% (yoy) lebih rendah dibanding November 2014 yang 11,7% (yoy). Perlambatan terjadi pada kredit untuk modal kerja (KMK) dan investasi (KI). Perlambatan KMK terutama terjadi pada Industri industri perdagangan, hotel dan restoran yang tumbuh 12,5% (yoy), lebih rendah dibanding November 2014 yang 15,0% (yoy). Sementara itu, perlambatan KI terjadi pada Industri Pengolahan yang tumbuh dari 22,3% (yoy) pada Desember 2014 dari 24,8% (yoy) pada November 2014.

Kredit Melambat Pertumbuhan kredit Nov (11,4%), turun dari Okt (12,37%), akibar kenaikan BI rate. Kredit KPR & KTA merosot paling tajam pada kredit properti Bank BUMN. Kredit properti Bank BUMN Nov tumbuh 14,27%. Kredit KPR & KTA hanya tumbuh 11,52%. Sumber: CEIC, BTN

Bunga Kredit Naik Per-Nov 2014, bunga kredit modal kerja (12,53%), Investasi (11,48%), konsumsi (12,48%). Sumber: CEIC, BTN

Permintaan Pembiayaan Properti Stagnan Kredit Properti (Rp triliun) Kredit Properti Dec-14 Pertumbuhan % qoq % yoy KPR dan KPA 317 0.86% 12.72% Konstruksi 147-1.41% 27.10% Real Estat 90 3.08% 19.10% Total Kredit Properti 555 0.60% 17.26% Sumber: Bank Indonesia Penyaluran kredit di sektor properti pada Desember 2014 tercatat Rp555 triliun atau tumbuh 17,3% (yoy), sama seperti bulan sebelumnya. Perkembangan penyaluran kredit properti yang relatif stagnan dipengaruhi penyaluran kredit konstruksi yang tumbuh 27,1% (yoy) sama seperti bulan sebelumnya. Sementara itu, penyaluran KPR/KPA tercatat tumbuh lebih rendah 12,7% (yoy) dibandingkan November 2014 yang 12,9%. Sebaliknya kredit real estate tumbuh 19,1% (yoy) meningkat dibandingkan November 2014 yang 18,7%.

Biaya Dana Meningkat Rasio Keuangan Rasio Dec-14 Variance Monthly Yearly CASA 53.44% -0.04% -3.00% LDR 92.37% 0.10% 3.79% Sumber: Bank Indonesia Komposisi dana murah terhadap total simpanan tercatat 53,44%, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya. Meski begitu, rasio LDR tercatat meningkat. Rata-rata suku bunga kredit Desember 2014 tercatat 12,96%, sedikit lebih rendah dibandingkan November 2014 yang berada di level 12,97%. Sementara itu, rata rata suku bunga deposito berjangka waktu 1,3, 6, dan 12 bulan pada Desember 2014 masing masing sebesar 8,57%, 9,32%, dan 8,86% atau lebih tinggi dibandingkan November 2014 yang masing masing sebesar 8,20%, 9,02%, 9,30%, dan 8,74%.

"Working Cabinet" of Jokowi 3/9/2015 Ciputra World 46

Policy Orientation Maritime Axe connecting dispersed-islands. Attention to the outer of Java, Papua for instance. Development from marginal (sector and geographical issue. 3/9/2015 47

3/9/2015 Ciputra World 48

ASEAN Economic Community 2015 3/9/2015 49