LAPORAN KINERJA TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
Laporan Capaian Target Indikator Kinerja Utama Semester II Tahun Kedeputian Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan & Daya Saing KUKM

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Tingkat Kementerian dan Eselon I

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

ARAH KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI

LAPORAN TIM HASIL PELAKSANAAN KERJA TIM KELOMPOK KERJA PENGEMBANGAN INKUBATOR WIRAUSAHA

Manual Indikator Kinerja Utama. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Manual Indikator Kinerja Utama

L A P O R A N K I N E R J A

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RENCANA KERJA TAHUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM TAHUN 2015

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

TEMA OPTIMALIASI ANGGARAN PEMBANGUNAN KOPERASI DAN UMKM SECARA EFEKTIF DAN EFISIEN

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN

Strategi UKM Indonesia

Ikhtisar Eksekutif. vii

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Rancangan Peraturan per-uu-an Baru Rancangan perubahan Peraturan Perundangan

RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI

PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM 2015

NOTA DINAS KP.06. Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian Rp Rp Rp

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

LAPORAN BULANAN PERIODE SEPTEMBER Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

PENGEMBANGAN USAHA PEREMPUAN BAGI KESEJAHTERAAN KELUARGA MELALUI KEWIRAUSAHAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Rencana Kerja Tahun 2017

B. VISI : Terwujudnya Lembaga Koordinasi dan Sinkronisasi Pembangunan Ekonomi Yang Efektif dan Berkelanjutan

LAPORAN BULANAN PERIODE SEPTEMBER Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

LAPORAN BULANAN PERIODE JULI Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

TARGET PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

POINTERS MENTERI KOPERASI DAN UKM

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere

RENCANA INDUK RISET NASIONAL - RIRN

RANCANGAN RENCANA INDUK RISET NASIONAL

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

L A P O R A N K I N E R J A

LAPORAN BULANAN PERIODE NOVEMBER Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

AH UN H f ls I. sm? Iftwsfiiist#' ".-» ( */ ji»«*i «"HJ" inni«r7! V"'' EKRETARIAT JENDERAL. KEMENTERfAN PERINDUSTRIAN

PEMERINTAH PROVINSI BALI. LAPORAN KINERJA (LKjIP) DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2016

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi

1 KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2017 a.n Kepala Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan, Kepala Bidang Sinkronisasi Kebijakan

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

LAPORAN BULANAN PERIODE JUNI Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAANNYA

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

LAPORAN BULANAN PERIODE OKTOBER Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

Latar Belakang. Arahan Bapak Presiden RI. Ekonomi kreatif harus menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Jakarta, 10 Maret 2011

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...


BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan.

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 46 TAHUN 2016 TENTANG

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah.

RAPAT KOORDINASI MONITORING PELAKSANAAN ANGGARAN TAHUN Ruang Rapat Menko Jumat, 29 Juli 2016

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

Disampaikan pada acara : Rapat Koordinasi Nasional Pemberdayaan KUMKM Tahun 2014

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN SAINS DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN 2017

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

RENCANA STRATEGIS DINAS KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN

LAPORAN BULANAN PERIODE DESEMBER Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

Perempuan dan Industri Rumahan

PEMBANGUNAN KOPERASI DAN UMKM PROVINSI SULAWESI TENGGARA

LAPORAN BULANAN PERIODE MEI Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN KINERJA TAHUN 2015 DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KOPERASI DAN UKM Jl. Medan Merdeka Barat No.7, Jakarta Pusat 10110 Telepon: 021-34832620, Fax :021-34832602

KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karunia-nya, kami telah dapat menyelesaikan Laporan Kinerja Tahun 2015. Penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2015 Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian merupakan wujud pertanggungjawaban capaian kinerja atas komitmen pelaksanaan tugas yang telah diperjanjikan dalam dokumen Perjanjian Kinerja (PK) 2015, dalam melaksanakan tugas secara efektif, transparan, akuntabel yang berorientasi pada hasil (outcome), berdasarkan sasaran strategis dan indikator kinerja utama (IKU) yang telah ditetapkan. Semoga buku laporan ini dapat bermanfaat dan memberikan masukan yang berharga bagi seluruh pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian khususnya pada Kedeputian Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM dalam rangka membangun kinerja yang lebih baik. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih. ii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii RINGKASAN EKSEKUTIF... iv BAB I PENDAHULAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi... 1 1.3 Aspek Strategis... 4 1.4 Isu Strategis... 4 BAB II PERENCANAAN KINERJA... 6 2.1 Rencana Strategi 2015-2019... 6 2.2 Rencana Kerja 2015... 8 2.3 Perjanjian Kinerja... 11 2.4 Pengukuran Kinerja... 12 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA... 13 3.1 Capaian Kinerja Organisasi... 13 3.1.1 Pengukuran Capaian Kinerja Organisasi... 13 3.1.2 Evaluasi Capaian Kinerja Organisasi... 37 3.2 Realisasi Anggaran... 44 BAB IV PENUTUP... 46 Lampiran... 48 iii

RINGKASAN EKSEKUTIF Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif pada tahun 2015 memiliki program utama yaitu Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian dengan sasaran strategis yaitu : (1) Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM, (2) Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM, (3) Terwujudanya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif Nasional, KUKM, SDM, dan Ketenagakerjaan/buruh dalam pelaksanaan MEA 2015, dan (4) Terwujudnya Pengendalian pelaksanaan kebijakan 8 MRA yang sesuai dengan pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional (engineering services, architectural, accountancy services) dalam pelaksanaan MEA 2015. Untuk mendukung terwujudnya implementasi Sasaran Program kerja tersebut telah ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang terdiri dari : (1) Persentase perumusan rancangan peraturan di bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM, serta SDM dan Ketenagakerjaan ekonomi kreatif nasional yang diselesaikan, (2) Persentase kebijakan bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM, serta SDM dan Ketenagakerjaan Ekonomi Kreatif nasional yang terimplementasikan, (3) Persentase perumusan rancangan peraturan kebijakan Ekonomi Kreatif Nasional yang mendukung penerapan daya saing SDM, Ketenagakerjaan/buruh, dan KUKM mendukung pelaksanaan MEA 2015, dan (4) Persentase kebijakan Sertifikasi uji kompetensi nasional/internasional terhadap SDM, ketenagakerjaan/buruh, dan pengusaha UMKM serta produk Ekonomi Kreatif Nasional untuk mewujudkan daya saing dan market share di negara-negara ASEAN. Dalam rangka mendukung capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM, telah dilakukan kegiatan koordinasi, monitoring, evaluasi dan pelaporan yang mencakup enam kegiatan, yaitu Pengembangan Ekonomi Kreatif, Pengembangan Kewirausahaan, Peningkatan Daya Saing KUKM, Ketenagakerjaan, Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan, dan Penataan Kelembagaan UKM Berbasis Teknologi. Berdasarkan evaluasi analisis capaian kinerja 2015 Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM, dapat memenuhi target sesuai yang direncanakan dengan baik, sebagaimana tercermin dalam tabel Pengukuran Kinerja di bawah ini: iv

Tabel Pengukuran Kinerja Tahun 2015 Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM Target Realisasi Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama 2015 2015 Kinerja (1) (2) (3) (4) (5) Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM, Terwujudanya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif Nasional, KUKM, SDM, dan Ketenagakerjaan/buruh dalam pelaksanaan MEA 2015 Terwujudnya Pengendalian pelaksanaan kebijakan 8 MRA yang sesuai dengan pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional (engineering services, architectural, accountancy services) dalam pelaksanaan MEA 2015 1 Persentase perumusan rancangan peraturan di bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM, serta SDM dan Ketenagakerjaan ekonomi kreatif nasional yang diselesaikan 2 Persentase kebijakan bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM, serta SDM dan Ketenagakerjaan Ekonomi Kreatif nasional yang terimplementasikan 3 Persentase perumusan rancangan peraturan kebijakan Ekonomi Kreatif Nasional yang mendukung penerapan daya saing SDM, Ketenagakerjaan/buruh, dan KUKM mendukung pelaksanaan MEA 2015 4 Persentase kebijakan Sertifikasi uji kompetensi nasional/internasional terhadap SDM, ketenagakerjaan/buruh, dan pengusaha UMKM serta produk Ekonomi Kreatif Nasional untuk mewujudkan daya saing dan market share di negaranegara ASEAN 85% 85% 100% 85% 85% 100% 85% 60% 70.58% 85% 70% 82.35% Adapun realisasi anggaran yaitu sebesar Rp. 8.724.384.760,- dari pagu anggaran total sebesar Rp. 12.000.000.000,- atau sebesar 72,70%. v

BAB I PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang ekonomi kreatif, kewirausahaan dan daya saing koperasi dan usaha kecil dan menengah, (Permenko Nomor 5 Tahun 2015). Sejalan dengan ditetapkannya paket-paket kebijakan di bidang perekonomian, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM, telah berkomitmen untuk mendukung pencapaian Sasaran Strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja tahun 2015. Seiring dengan perkembangan kebutuhan organisasi, sekaligus untuk meningkatkan kinerja pelaksanaan tugas koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian di bidang perekonomian, telah ditetapkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, sebagai pengganti Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sebelumnya. Hingga bulan Agustus 2015, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM melaksanakan Tugas dan Fungsi Deputi Bidang Koordinasi Industri, Inovasi Teknologi, dan Kawasan Ekonomi, sehingga memiliki tugas dan fungsi yang berbeda. Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM Tahun 2015 merupakan bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi terhadap capaian kinerja yang telah dilaksanakan pada tahun 2015 termasuk kinerja terkait Deputi Bidang Koordinasi Industri, Inovasi Teknologi, dan Kawasan Ekonomi yang dilaksanakan sebelum diterbitkannya Permenko Nomor 5 Tahun 2015. Keberhasilan pelaksanaan capaian kinerja tidak terlepas dari dukungan dan kerjasama dari semua pihak dalam melaksanakan kegiatan sinkronisasi dan koordinasi, serta pengendalian atas pelaksanaan progam dan kegiatan bersama Kementerian/Lembaga terkait. 1.2 Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi Dalam melaksanakan tugas sebagaimana yang diamanatkan dalam Permenko Nomor 5 Tahun 2015, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM, mempunyai fungsi: 1

1. Koordinasi dan Sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait isu di bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM. 2. Pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM. 3. Koordinasi dan Sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang penciptaan wirausaha baru berbasis teknologi. 4. Koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang pengembangan industri kreatif. 5. Koordinasi dan Sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang penciptaan tenaga kerja dengan keahlian tertentu dan pemberdayaan buruh. 6. Pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM. 7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Dalam menjalankan pelaksanaan tugas dan fungsinya, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM, dibantu oleh : 1. Asisten Deputi Pengembangan Ekonomi Kreatif 2. Asisten Deputi Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan 3. Asisten Deputi Pengembangan Kewirausahaan 4. Asisten Deputi Peningkatan Daya Saing Koperasi dan UMKM 5. Asisten Deputi Ketenagakerjaan 6. Kelompok Jabatan Fungsional Berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordiantor Bidang Perekonomian, struktur organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM adalah sebagai berikut : 2

Gambar 1.1 Struktur Organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM Akan tetapi, hingga awal Tahun 2015, Deputi IV memiliki nomenklatur Deputi Bidang Koordinasi Industri, Inovasi Teknologi, dan Kawasan Ekonomi sesuai dengan Peraturam Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor : PER-11/M.EKON/08/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dengan tugas dan fungsi sebagai berikut: a. Deputi Bidang Koordinasi Industri, Inovasi Teknologi, dan Kawasan Ekonomi mempunyai tugas menyiapkan sinkronisasi dan koordinasi perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang Industri, Inovasi Teknologi, dan Kawasan Ekonomi. b. Dalam melaksanakan tugasnya, Deputi Bidang Koordinasi Industri, Inovasi Teknologi, dan Kawasan Ekonomi menyelenggarakan fungsi: 1. Sinkronisasi perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang Industri, Inovasi Teknologi, dan Kawasan Ekonomi; 2. Penyiapan koordinasi perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang Industri, Inovasi Teknologi, dan Kawasan Ekonomi; 3. Pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan tentang masalah atau kegiatan di bidang Industri, Inovasi Teknologi, dan Kawasan Ekonomi; 4. Pelaksanaan tugas lain di bidang Industri, Inovasi Teknologi, dan Kawasan Ekonomi yang diberikan oleh Menko Perekonomian. 3

Unit kerja di lingkungan Deputi Bidang Koordinasi Industri, Inovasi Teknologi, dan Kawasan Ekonomi terdiri dari : 1. Asisten Deputi Pengembangan Industri Manufaktur; 2. Asisten Deputi Pengembangan Industri Kreatif dan Industri Strategis; 3. Asisten Deputi Inovasi Teknologi dan Rekayasa Industri; 4. Asisten Deputi Pengembangan Kawasan Ekonomi; dan 5. Asisten Deputi Ketenagakerjaan. 1.3 Aspek Strategis Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM memiliki peran strategis dalam mencapai visi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun 2019 yaitu Terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, melalui koordinasi penyusunan dan penetapan kebijakan serta pengendalian kebijakan terkait ekonomi kreatif, kewirausahaan, dan daya saing Koperasi dan UKM. Dengan peran tersebut diharapkan dapat mendukung kinerja pembangunan nasional sebagaimana yang telah tercantum dalam RPJMN 2015 2019, sebagai berikut: Sementara itu, sasaran strategis dari Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM yaitu : 1. Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. 2. Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. 3. Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif Nasional, KUKM, SDM, dan ketenagakerjaan/buruh dalam pelaksanaan MEA 2015. 4. Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan 8 MRA yang sesuai dengan pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional (engineering services, architectural, accountancy services) dalam pelaksanaan MEA 2015. 1.4 Isu Strategis Isu strategis yang harus diselesaikan sebagai wujud kinerja Tahun 2015 oleh Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM, antara lain: 1. Pengembangan Ekonomi Kreatif a. Penyusunan payung hukum grand design pengembangan ekonomi kreatif, b. Penyusunan skema pembiayaan yang sesuai bagi industri kreatif. 4

2. Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan a. Pengembangan kota kreatif nasional yang berkelanjutan, b. Optimalisasi pengembangan Scince Techno Park. 3. Pengembangan Kewirausahaan: a. Penguatan kelembagaan pengembangan kewirausahaan nasional (ekosistem wirausaha), b. Penguatan jaringan dan basis data, c. Peningkatan promosi pengembangan kewirausahaan, d. Peningkatan jumlah dan kualitas inkubator wirausaha. 4. Peningkatan Daya Saing Koperasi dan UMKM a. Penerapan Izin Usaha Mikro Kecil (IUMK), Kurangnya sosialisasi oleh pemangku kepentingan secara komprehensif dari pemerintah pusat dan daerah dalam implementasi IUMK, Terdapatnya penerbitan dua legalitas usaha bagi pelaku Usaha Mikro dan Menengah, yaitu IUMK dan SIUP, Belum terintegrasinya IUMK dangan PATEN (Pelayanan Administrasi Terpadu di Kecamatan), Masih terbatasnya pendanaan untuk implementasi IUMK. b. Penyusunan Rencana Aksi UMKM dalam menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). 5. Ketenagakerjaan : a. Revitalisasi Pusat Pusat Pelatihan Tenaga Kerja Berbasis Kompetensi, b. Kesiapan Sertifikasi Tenaga Kerja Indonesia dalam MEA, c. Penyusunan komponen biaya penempatan TKI (Cost Structure), d. Pengendalian Pelaksanaan Penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP). 5

dukungan dasar strategic driver Koordinasi ekonomi makro dan keuangan Koordinasi Pangan dan Pertanian Koordinasi Energi, SDA, dan Lingkungan Hidup Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM Koordinasi Perniagaan dan Industri Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan PengembagnaWilayah Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional strategic outcome Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1 Rencana Strategi 2015-2019 Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi koordinasi dan sinkronisasi serta pengendalian kebijakan di bidang perekonomian, perlu ditetapkan visi dan misi yang akan dicapai dalam mendukung tercapainya sasaran strategis sebagaimana yang tertera dalam Peta Strategi Menko Wide sebagai berikut : Gambar 2.1 Peta Strategi Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian TERWUJUDNYA PERTUMBUHAN EKONOMI YANG INKLUSIF DAN BERKELANJUTAN Stabilitas dan pertumbuhan ekonomi Peningkatan daya saing Transformasi industri Optimalisai hubungan internasional SS1. Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan pereknomaian SS2. Terwujudnya pengendalian kebijakan perekonomian Perumusan dan penetapan Pengendalian Meningkatnya efektivitas telaahan/kajian untuk mendukung perumusan dan penetapan kebijakan Meningkatnya efektivitas koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan penetapan kebijakan Monev Meningkatnya efektivitas pengendalian pelaksanaan kebijakan K/L Meningkatnya efektivitas monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan SS3. Terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan yang Baik 1. SDM berbasis kompetensi 2. Struktur organisasi efektif dan efisien 3. Sistem informasi yang terintegrasi dan ketersediaan data dan informasi yang akurat, komperhensif, dan terkini 4. Akuntabilitas kinerja yang baik. Pada gambar tersebut terlihat keterkaitan antara program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh seluruh unit eselon I dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Keterkaitan tersebut menunjukan bahwa program dan kegiatan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah diarahkan untuk dapat memberikan kontribusi bagi tercapainya Sasaran Strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, yaitu SS 1 : Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan perekonomian dan SS 2: Terwujudnya pengendalian kebijakan perekonomian. 6

1. Visi Dalam upaya pencapaian sasaran strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM telah menetapkan visi sebagai berikut: Visi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM: Terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian kebijakan pembangunan di bidang ekonomi kreatif; kawasan berbasis kreativitas, inovasi, dan teknologi; kewirausahaan; koperasi dan UMKM; serta ketenagakerjaan yang efektif dan berkelanjutan. Visi ini menunjukkan bahwa Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM, mempunyai tugas untuk melakukan koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian kebijakan terhadap kementerian terkait untuk melaksanakan program dan kegiatan di bidang perekonomian, sehingga menjadikan perekonomian nasional yang tangguh dalam menghadapi era globalisasi. 2. Misi Untuk mewujudkan Visi tersebut, diperlukan tindakan nyata dalam bentuk misi sesuai dengan tugas dan fungsi, adapun Misi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing UKM adalah : Menjaga dan memperbaiki koordinasi dan sinkronisasi penyusunan kebijakan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan, Koperasi dan UMKM, dan Ketenagakerjaan Misi tersebut disusun dengan mempertimbangkan tantangan dan hambatan di bidang ekonomi, dan perkembangan perekonomian di dalam negeri maupun internasional dalam kondisi era globalisasi yang semakin kompetitif, serta kebutuhan masyarakat akan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bertanggung jawab. 3. Tujuan Untuk mewujudkan Visi dan melaksanakan Misi tersebut, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM, menetapkan tujuan yang akan dicapai dalam 5 (lima) tahun ke depan, yaitu : Terwujudnya peningkatan daya saing nasional menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN melalui peningkatan kontribusi ekonomi kreatif, kewirausahaan, serta KUMKM, yang didukung oleh upaya penciptaan tenaga kerja terampil dan kreatif serta pengembangan kawasan berbasis kreativitas, inovasi dan teknologi 7

4. Sasaran Program Dalam Rencana Strategis Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM Tahun 2015 2019, tujuan dalam 5 (lima) tahun di atas dijabarkan ke dalam 4 (empat) sasaran strategis, yaitu: 1. Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan, Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, dan Ketenagakerjaan 2. Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan, Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, dan Ketenagakerjaan. 3. Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif Nasional, Kawasan Berbasis KIT, KUKM, SDM, dan ketenagakerjaan/buruh dalam pelaksanaan MEA 2015. 4. Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan 8 MRA yang sesuai dengan pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional (engineering services, architectural, accountancy services) dalam pelaksanaan MEA 2015. 2.2 Rencana Kerja 2015 Sebagai penjabaran dari Renstra 2015-2019, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM telah menetapkan Rencana Kerja Tahun 2015, sebagai berikut : Tabel 2.1 Rencana Kerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM Kode Program/Kegiatan/ Sasaran Kegiatan Program Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM 5226 Koordinasi Kebijakan Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif 01 Meningkatnya jumlah pelaku ekonomi kreatif dan kontribusinya terhadap perekonomian nasional Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)/Output 1. Persentase (%) rekomendasi kebijakan di bidang pengembangan ekonomi kreatif yang ditindaklanjuti 2. Persentase (%) pemahaman peserta terhadap materi sosialisasi kebijakan di bidang pengembangan ekonomi kreatif 8 Prioritas (N/B/ KL) Target/ Volume 2015 Alokasi 2015 2.000,0 KL 85% 1.073,5 KL 90% 478,3

Kode Program/Kegiatan/ Sasaran Kegiatan 5228 Koordinasi Kebijakan Bidang Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan 01 Meningkatnya pengelolaan dan pengembangan potensi ekonomi kawasan 5227 Koordinasi Kebijakan Pengembangan Kewirausahaan 01 Meningkatnya pengelolaan dan pengembangan kewirausahaan melalui peran inkubator wirausaha 2505 Koordinasi Kebijakan Bidang Peningkatan Daya saing Koperasi dan UMKM 01 Meningkatnya daya saing koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)/Output 3. Persentase (%) laporan pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan ekonomi kreatif 4. Jumlah pelayanan dan tata kelola pada Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM 1. Persentase (%) rekomendasi kebijakan di bidang peningkatan daya saing ekonomi kawasan yang ditindaklanjuti 2. Persentase (%) pemahaman peserta terhadap materi sosialisasi kebijakan di bidang peningkatan daya saing ekonomi kawasan 3. Persentase (%) laporan pengendalian pelaksanaan kebijakan peningkatan daya saing ekonomi kawasan 1. Persentase (%) rekomendasi kebijakan pengembangan kewirausahaan yang ditindaklanjuti 2. Persentase (%) pemahaman peserta terhadap materi sosialisasi kebijakan pengembangan kewirausahaan 3. Persentase (%) laporan pengendalian pelaksanaan kebijakan pengembangan kewirausahaan 1. Persentase (%) rekomendasi kebijakan peningkatan daya saing koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah yang ditindaklanjuti 2. Persentase (%) pemahaman peserta terhadap materi sosialisasi kebijakan peningkatan daya saing koperasi, usaha mikro, kecil, dan menengah Prioritas (N/B/ KL) Target/ Volume 2015 Alokasi 2015 KL 80% 478,3 KL 6 bulan 348,2 2.000,0 KL 85% 1.214,5 KL 85% 372,9 KL 80% 412,6 2.000,0 KL 85% 1.123,5 KL 85% 458,5 KL 85% 418,1 2.000,0 KL 85% 1.002,8 KL 90% 554,3 9

Kode Program/Kegiatan/ Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)/Output 3. Persentase (%) laporan pengendalian pelaksanaan kebijakan peningkatan daya saing koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah Prioritas (N/B/ KL) Target/ Volume 2015 Alokasi 2015 KL 80% 442,9 2496 Koordinasi Penataan Kelembagaan Pengembangan UKM Berbasis Teknologi 01 Terwujudnya Ekonomi Kerakyatan yang tangguh, efisien, dan berdaya saing 5229 Koordinasi Kebijakan Ketenagakerjaan Meningkatnya pengelolaan dan pengembangan di bidang ketenagakerjaan 1. Persentase (%) rekomendasi hasil koordinasi, dan sinkronisasi kebijakan pengembangan UKM berbasis teknologi yang ditindaklanjuti 2. Persentase (%) laporan hasil pengendalian kebijakan pengembangan UKM berbasis teknologi yang ditindaklanjuti 3. Laporan rekomendasi hasil telaahan/kajian kebijakan pengembangan UKM berbasis teknologi yang ditindaklanjuti. 1. Persentase (%) rekomendasi kebijakan di bidang ketenagakerjaan yang ditindaklanjuti 2. Persentase (%) pemahaman peserta terhadap materi sosialisasi kebijakan di bidang ketenagakerjaan 3. Persentase (%) laporan pengendalian pelaksanaan kebijakan ketenagakerjaan 4. Persentase (%) rekomendasi kebijakan ekonomi kreatif nasional, KUKM, SDM, dan ketenagakerjaan/buruh dalam pelaksanaan MEA 2015 5. Persentase (%) rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan 8 MRA yang sesuai dengan pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional (engineering services, architectural, acoountancy services) dalam pelaksanaan MEA 2015 2.000,0 B 80% 1.500 KL 75% 500 KL 100% 0 2.000,0 KL 85% 1.000,2 KL 85% 434,0 KL 85% 186,9 KL 85% 192,0 KL 85% 186,9 10

2.3 Perjanjian Kinerja Dalam rangka mendukung Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja Tahun 2015, maka Sasaran Program Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM adalah sebagai berikut : Tabel 2.2 Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM Tahun 2015 Sasaran Program Indikator Kinerja Utama Target 2015 Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Persentase perumusan rancangan peraturan di bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM, serta SDM dan ketenagakerjaan ekonomi kreatif nasional yang diselesaikan 85% (12 rekomendasi) Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif Nasional, KUKM, SDM, dan ketenagakerjaan/buruh dalam pelaksanaan MEA 2015. Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan 8 MRA yang sesuai dengan pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional (engineering services, architectural, accountancy services) dalam pelaksanaan MEA 2015. Persentase kebijakan bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM, serta SDM dan ketenagakerjaan ekonomi kreatif nasional yang terimplementasikan Persentase perumusan rancangan peraturan kebijakan Ekonomi Kreatif Nasional yang mendukung penerapan daya saing SDM, ketenagakerjaan/buruh, dan KUKM mendukung pelaksanaan MEA 2015. Persentase kebijakan sertifikasi uji kompetensi nasional/ internasional terhadap SDM, ketenagakerjaan/ buruh, dan pengusaha UMKM serta produk Ekonomi Kreatif Nasional, untuk mewujudkan daya saing dan market share di negara negara ASEAN 85% (12 rekomendasi) 85% (1 rekomendasi) 85% (1 rekomendasi) IKU yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM berkontribusi pada pencapaian Sasaran Strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, yaitu : 11

1. IKU 1: Persentase perumusan rancangan peraturan di bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM, serta SDM dan ketenagakerjaan ekonomi kreatif nasional yang diselesaikan, IKU 3: Persentase perumusan rancangan peraturan kebijakan Ekonomi Kreatif Nasional yang mendukung penerapan daya saing SDM, ketenagakerjaan/buruh, dan KUKM mendukung pelaksanaan MEA 2015, dan IKU 4: Persentase kebijakan sertifikasi uji kompetensi nasional/ internasional terhadap SDM, ketenagakerjaan/ buruh, dan pengusaha UMKM serta produk Ekonomi Kreatif Nasional, untuk mewujudkan daya saing dan market share di negara negara ASEAN berkontribusi pada SS 1 : Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan perekonomian, dan 2. IKU 2 : Persentase kebijakan bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM, serta SDM dan ketenagakerjaan ekonomi kreatif nasional yang terimplementasikan berkontribusi pada SS 2: Terwujudnya pengendalian kebijakan perekonomian. 2.4 Pengukuran Kinerja Penilaian hasil Laporan Kinerja Akhir Tahun Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM tahun anggaran 2015 dilakukan sesuai panduan untuk menjaga konsistensi pengukuran kinerja. Cara perhitungan capaian kinerja untuk setiap indikator kinerja dari sasaran strategis dilakukan dengan cara membandingkan antara target pencapaian indikator sasaran yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja tahun 2015 dengan realisasinya. Metode perhitungan Nilai Kinerja Organisasi (NKO) diperoleh melalui penghitungan dengan menggunakan data target dan realisasi IKU yang tersedia. Dengan membandingkan antara data target dan realisasi IKU, akan diketahui nilai NKO. Formula penghitungan NKO adalah sebagai berikut : Realisasi NKO = Target 100% Adapun Status Kinerja NKO ditandai dengan warna, pemberian warna sesuai nilai NKO, adalah sebagai berikut: Tabel 2.3 Polarisasi Capaian Kinerja Organisasi Hijau Kuning Merah X 100 (memenuhi ekspektasi) 80 X < 100 (belum memenuhi ekspektasi) X < 80% (tidak memenuhi ekspektasi) 12

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Sesuai dengan visi, misi, dan tujuan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM, dan dalam rangka mendukung keberhasilan Sasaran Strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, maka sasaran program yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : (1). Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM, (2). Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM, (3). Terwujudanya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif Nasional, KUKM, SDM, dan Ketenagakerjaan/buruh dalam pelaksanaan MEA 2015, (4) Terwujudnya Pengendalian pelaksanaan kebijakan 8 MRA yang sesuai dengan pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional (engineering services, architectural, accountancy services) dalam pelaksanaan MEA 2015. Untuk mencapai sasaran program tersebut, telah ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang terdiri dari : (1) Persentase perumusan rancangan peraturan di bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM, serta SDM dan Ketenagakerjaan ekonomi kreatif nasional yang diselesaikan (2) Persentase kebijakan bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM, serta SDM dan Ketenagakerjaan Ekonomi Kreatif nasional yang terimplementasikan, (3) Persentase perumusan rancangan peraturan kebijakan Ekonomi Kreatif Nasional yang mendukung penerapan daya saing SDM, Ketenagakerjaan/buruh, dan KUKM mendukung pelaksanaan MEA 2015, dan (4) Persentase kebijakan Sertifikasi uji kompetensi nasional/internasional terhadap SDM, ketenagakerjaan/buruh, dan pengusaha UMKM serta produk Ekonomi Kreatif Nasional untuk mewujudkan daya saing dan market share di negara-negara ASEAN. 3.1 Capaian Kinerja Organisasi 3.1.1 Pengukuran Capaian Kinerja Organisasi Pengukuran capaian kinerja dihitung berdasarkan capaian realisasi target Indikator Kinerja Utama (IKU) Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja Tahun 2015, sebagai berikut : 13

Tabel 3.1 Capaian Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM Tahun 2015 Sasaran Program Indikator Kinerja Utama Target 2015 Realisasi 2015 Kinerja (%) Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif Nasional, KUKM, SDM, dan ketenagakerjaan/buruh dalam pelaksanaan MEA 2015 Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan 8 MRA yang sesuai dengan pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional (engineering services, architectural, accountancy services) dalam pelaksanaan MEA 2015 Persentase perumusan rancangan peraturan di bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM, serta SDM dan ketenagakerjaan ekonomi kreatif nasional yang diselesaikan Persentase kebijakan bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM, serta SDM dan ketenagakerjaan ekonomi kreatif nasional yang terimplementasikan Persentase perumusan rancangan peraturan kebijakan Ekonomi Kreatif Nasional yang mendukung penerapan daya saing SDM, ketenagakerjaan/buruh, dan KUKM mendukung pelaksanaan MEA 2015. Persentase kebijakan sertifikasi uji kompetensi nasional/ internasional terhadap SDM, ketenagakerjaan/ buruh, dan pengusaha UMKM serta produk Ekonomi Kreatif Nasional, untuk mewujudkan daya saing dan market share di negara negara ASEAN 85% 85% 100% 85% 85% 100% 85% 60% 70.58% 85% 70% 82.35% Terhadap hasil capaian target kinerja tahun 2015 tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut: 14

3.1.1.1 Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Target capaian IKU Persentase perumusan rancangan peraturan di bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM, serta SDM dan ketenagakerjaan ekonomi kreatif nasional yang diselesaikan yaitu sebesar 85%. Target perumusan rancangan peraturan tersebut dicapai melalui adanya tindak lanjut atau penyelesaian terhadap 50% rekomendasi kebijakan yang telah disusun oleh Deputi (12 rekomendasi). Dimana pada Tahun 2015 ditargetkan 85% dari 12 rekomendasi tersebut atau sebanyak 10 rekomendasi kebijakan ditindaklanjuti oleh Menko Bidang Perekonomian melalui pembahasan dalam Rapat Koordinasi Tingkat Menteri, penetapan peraturan atau keputusan Pemerintah/Presiden/Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, atau ditindaklanjuti oleh Kementerian/Lembaga terkait. Berdasarkan pelaksanaan program dan kegiatan Tahun 2015, rekomendasi kebijakan yang diusulkan oleh Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM dan ditindaklanjuti yaitu sebanyak 10 rekomendasi kebijakan atau sebesar 100%. Adapun rekomendasi kebijakan yang dihasilkan pada tahun 2015, sebagai berikut : 1. Rekomendasi Kebijakan yang ditindaklanjuti melalui Peraturan atau Keputusan Pemerintah/Presiden/Menteri Koordinator Bidang Perekonomian a. Kebijakan Penyaluran KUR Ekonomi Kreatif dan KUR bagi pelaku UMKM dan Koperasi untuk meningkatkan daya saing UMKM dan Koperasi dalam Permenko No. 13 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat. KUR Ekonomi Kreatif diberikan dengan alokasi dana sebesar 500 miliyar rupiah. Kebijakan KUR Ekonomi Kreatif ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing pelaku usaha di industri kreatif, terutama untuk meningkatkan akses terhadap pembiayaan usaha. KUR Ekonomi Kreatif direncanakan akan diberikan melalui beberapa skema, yaitu : KUR general yaitu bagi pelaku usaha/industri kreatif umum, KUR supplier, KUR mitra e-commerce, dan KUR franchisee. Pemberian KUR Ekonomi Kreatif akan dilakukan bersama dengan pendampingan kepada pelaku usaha yang dilakukan oleh Badan Ekonomi Kreatif. Terkait hal tersebut, selanjutnya akan disusun Petunjuk Pelaksanaan Penyaluran KUR Ekonomi Kreatif oleh Badan Ekonomi Kreatif yang dibahas bersama dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Sementara itu, penyaluran KUR bagi pelaku UMKM dan Koperasi pada tahun anggaran 2015 diberikan dengan alokasi dana sebesar Rp. 30 Trilliun dengan Rincian KUR Mikro sebesar Rp. 20 Trilliun, KUR Ritel sebesar Rp. 9 Triliun, dan KUR TKI sebesar Rp. 1 Triliun. Kebijakan KUR bagi pelaku UMKM dan Koperasi yang terdiri dari KUR Mikro, Ritel, dan TKI ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing pelaku UMKM dan Koperasi, terutama untuk meningkatkan akses terhadap pembiayaan usaha. Realisasi 15

penyaluran KUR untuk sektor UMKM dan Koperasi pada tahun 2015 tidak mencapai target yang telah ditetapkan sebesar Rp. 30 Triliun. Sampai tanggal 31 Desember 2015 laporan realisasi KUR 2015 adalah sebesar Rp. 21,4 Triliun dengan 960.424 debitor. Salah satu lambatnya penyaluran KUR adalah jangka waktu pelaksanaan penyaluran yang minim, kurang dari 5 (lima) bulan. Hal ini terjadi karena KUR dengan Bungan 12% tersebut baru disalurkan pada pertengahan bulan Agustus 2015. Terkait rencana penyaluran KUR sektor UMKM dan Koperasi pada tahun 2016 akan dilaksanakan sosialisasi penyaluran KUR yang akan bekerjasama dengan Deputi Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan dan K/L terkait untuk meningkatkan realisasi penyaluran KUR 2016. b. Kebijakan pengupahan buruh yang ditetapkan melalui PP No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan yang merupakan Paket Kebijakan Ekonomi Tahap 4. Kebijakan pengupahan diarahkan untuk pencapaian penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi Pekerja/Buruh. Penghasilan yang layak sebagaimana dimaksud merupakan jumlah penerimaan atau pendapatan pekerja/buruh dari hasil pekerjaannya sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup pekerja/buruh dan keluarganya secara wajar, yang dimaksudkan untuk : 1. Mendorong pertumbuhan ekonomi; 2. Perluasan kesempatan kerja; dan 3. Peningkatan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya Dalam PP No. 78 Tahun 2015 setiap provinsi diwajibkan menetapkan UMP dengan menggunakan formula yang terstandar secara nasional berdasarkan kebutuhan hidup layak yang memperhitungkan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. PP tersebut memberikan kepastian upah minimum bagi buruh. Selain itu, struktur dan skala upah mempertimbangkan masa kerja, golongan/jabatan, pendidikan, dan prestasi wajib diterapkan oleh perusahaan, sehingga upah buruh bisa adil, proporsional, dan layak. Bagi pekerja, PP tersebut memberikan jaminan bahwa tiap tahun akan terjadi kenaikan upah minimum yang dihitung berdasarkan formula pada tingkat inflasi dan nilai produk domestik bruto (PDB). Sedangkan besaran Kebutuhan Hidup Layak (KHL) akan dievaluasi tiap lima tahun oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Perhitungan inflasi dan PDB yang digunakan dalam formula itu ditetapkan menggunakan nilai secara nasional, bukan per daerah untuk memastikan terjadi kenaikan. Tujuan utama dari penetapan Upah Minimum Provinsi adalah membuka lapangan kerja seluas-luasnya. Kedua juga berfungsi untuk meningkatkan kesejahteraan buruh. Semua ini merupakan bukti kehadiran negara dalam bentuk pemberian jaring 16

pengaman sosial melalui kebijakan upah minimum dengan sistem formula. Melalui kebijakan ini upah buruh memiliki besaran yang terukur, dan akan memberi kepastian kepada pengusaha dalam berusaha, serta untuk menjamin kepastian dan perlindungan terhadap sistem pengupahan yang menyeluruh. c. Diterbitkannya SK Menko Perekonomian No. 185 Tahun 2015 tentang Tim Koordinasi Percepatan Pengembangan dan Pengendalian Kebijakan Ekonomi Kreatif Nasional, SK Menko Perekonomian No. 199 Tahun 2015 tentang Tim Teknis Penyusunan Peta Jalan Pengembangan Kota Kreatif Nasional yang Berkelanjutan, dan SK Menko Perekonomian No. 200 Tahun 2015 tentang Tim Teknis Penyusunan Skema Pembiayaan bagi Industri Kreatif Dibentuknya beberapa tim terkait pengembangan ekonomi kreatif bertujuan untuk mengefektifkan koordinasi lintas Kementerian/Lembaga dalam melakukan penyusunan dan pengendalian kebijakan pengembangan ekonomi kreatif. Pengembangan ekonomi kreatif saat ini masih menghadapi beberapa kendala yaitu masih rendahnya daya saing ekosistem ekonomi kreatif, yang meliputi aspek pembiayaan, sumber daya manusia, bahan baku, infrastruktur, pemasaran, kelembagaan, dan industri kreatif. Selain itu, program dan kegiatan pengembangan ekonomi kreatif tersebar di beberapa K/L sehingga perlu adanya koordinasi dan sinergitas program/kegiatan. Untuk itu, beberapa kebijakan yang akan disusun melalui tim koordinasi dan tim teknis tersebut yaitu: (i) Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif yang merupakan arahan kebijakan, sasaran, serta tahapan pengembangan ekonomi kreatif yang dapat menjadi acuan bagi K/L dan stakeholders lainnya dalam upaya pengembangan ekonomi kreatif; (ii) Kebijakan Skema Pembiayaan bagi Industri Kreatif yang meliputi skema pinjaman, penyertaan modal, dan hibah bagi industri kreatif, dan (iii) Penyusunan Peta Jalan Pengembangan Kota Kreatif Nasional yang Berkelanjutan. Gambar 3.1 FGD Penyusunan Indikator Kota Kreatif dan Workshop Pengembangan Kota Kreatif 17

d. Diterbitkannya SK Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No.184 Tahun 2015 tentang Kelompok Kerja Pengembangan Inkubator Wirausaha sesuai dengan amanat Peraturan Presiden No.27 tahun 2013 tentang Pengembangan Inkubator Wirausaha. Kelompok Kerja Pengembangan Inkubator Wirausaha terdiri dari Tim Pengarah dan Tim pelaksana yang memiliki tugas yaitu (1) melakukan evaluasi inkubator wirausaha dan UKM peserta inkubasi yang layak memperoleh insentif pendanaan dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah; (2) melakukan sosialisasi dan pelatihan capacity building bagi pengelola inkubator wirausaha dan UKM peserta inkubasi; (3) mengembangkan sertifikasi profesi pengelola inkubator wirausaha; (4) melakukan pemetaan terhadap bidang usaha inkubator wirausaha; (5) melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pengembangan kinerja inkubator wirausaha; (6) mengembangkan jejaring Internasional untuk inkubator wirausaha; (7) melakukan tugas terkait lainnya sesuai arahan Tim Pengarah. Dengan dibentuknya kelompok kerja tersebut menjadi tempat koordinasi dalam pengembangan inkubator wirausaha. Pada Tahun 2015, Kelompok Kerja Pengembangan Inkubator Wirausaha telah melakukan beberapa kegiatan dan kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan tersebut untuk pengembangan inkubator wirausaha yaitu : (1) berdasarkan hasil FGD dan monitoring yang telah Tim lakukan, diperlukan adanya skema pembiayaan inkubator wirausaha oleh lembaga yang bertanggung jawab tentang pendirian inkubator di Indonesia; (2) hasil monitoring terhadap pemerintah daerah dan perguruan tinggi menunjukkan bahwa diperlukan peningkatan kerjasama dan diperlukan juga sumber daya manusia yang fokus mengelola inkubator wirausaha di setiap unit inkubator; (3) belum adanya SOP dalam kriteria pembentukan inkubator secara nasional; (4) belum adanya database secara terintegrasi dan online secara nasional, untuk melihat data inkubator, tenant, sektor usaha, dan omset usaha, serta jumlah tenaga kerja yang terserap dari adanya inkubator. Adapun tindak lanjut/saran untuk pengembangan inkubator wirausaha antara lain : (1) peraturan khusus terkait dengan proses skema pembiayaan inkubator wirausaha; (2) perlu dikembangkan berbagai skema kerjasama selain dengan dinas-dinas pemerintah daerah yaitu dengan Perguruan Tinggi, Lembaga Keagamaan, Lembaga Swadaya Masyarakat, Kelompok Tani dan Koperasi; (3) perlu dibuatnya Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam kriteria pembentukan Inkubator secara nasional. SOP yang dibangun terdiri dari standar-standar, pembagian sektor dan wilayah inkubator, bisnis proses dan skema pendanaan. Standar terdiri dari kriteria pembentukan inkubator, pihak yang menentukan pembentukan inkubator, pendaftaran dan registrasi inkubator ke dalam database nasional inkubator, proses seleksi tenant dan evaluasi pelaksanaan inkubator; (4) perlu dibuatnya database secara terintegrasi dan online secara nasional, untuk melihat data inkubator, sektor usaha, dan omset usaha, serta jumlah tenaga kerja. 18

2. Rekomendasi Kebijakan yang ditindaklanjuti melalui pembahasan dalam Rapat Koordinasi Tingkat Menteri a. Rancangan Roadmap Pengembangan Inkubator Wirausaha. Rancangan Roadmap Pengembangan Inkubator Wirausaha berisi mengenai pemetaan dan permasalahan program pengembangan inkubator wirausaha di Indonesia, strategi pengembangan inkubator wirausaha, peran pemerintah dan pemda dalam pengembangan inkubator wirausaha, dan implementasi pengembangan inkubator wirausaha. Dengan disusunnya Roadmap Pengembangan Inkubator Wirausaha maka dapat mendorong terciptanya wirausaha-wirausaha baru. Starategi pengembangan inkubator wirausaha Indonesia pada roadmap pengembangan inkubator wirausaha difokuskan pada peningkatan jumlah UKM tenant lulusan inkubator wirausaha. Dalam rangka penyempurnaan Roadmap Pengembangan Inkubator Wirausaha telah dilakukan kegiatan sosialisasi di dua tempat yaitu (1) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) untuk lingkup Provinsi D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah; dan (2) Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya untuk lingkup Provinsi Jawa Timur. Peserta yang hadir pada sosialisasi ini berasal dari pemerintah daerah, perguruan tinggi negeri dan swasta serta pelaku usaha. Sosialisasi road map pengembangan inkubator wirausaha ini sebagai langkah awal untuk selanjutnya bersama-sama baik pemeintah pusat, pemda, perguruan tinggi, dan sektor swasta saling melengkapi dan sinergi dalam pengembangan inkubator wirausaha. Pemerintah daerah provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta mendukung sepenuhnya untuk road map pengembangan inkubator wirausaha yang telah disusun dan perlu ada tindaklanjut yang lebih operasional dengan adanya regulasi dan kebijkan teknis terkait pengembangan inkubator wirausaha di pemerintah daerah masing-masing. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk pengembangan inkubator wirausaha ini adalah belum adanya indikator jelas untuk penilaian keberhasilan inkubator wirausaha, perlu pengkajian kembali bagaimana menciptakan budaya wirausaha melalui program inkubator yang dimasukkan ke dalam kurikulum mahasiswa serta perlu online platform yang terintegrasi. b. Rekomendasi pengembangan inkubator wirausaha Indonesia di JAFZA, Dubai Pengembangan inkubator wirausaha Indonesia di JAFZA dilakukan sebagai sarana pendorong peningkatan ekspor nasional 2015-2019. Model pengembangan ekspor produk ekonomi kreatif melalui Inkubator Wirausaha di JAFZA adalah upaya diversifikasi produk dan perluasan pasar ekspor, terutama pasar Timur Tengah. Inkubator Wirausaha akan menjadi lembaga intermediasi yang melakukan proses pembinaan pendampingan, dan pengembangan yang diberikan kepada peserta 19

inkubasi. Dengan demikian diharapkan nilai ekspor dapat meningkat, salah satunya dengan upaya pengembangan sektor usaha UKM agar lebih meningkatkan pangsa pasar dan pada akhirnya dapat melakukan ekspor produk Indonesia ke luar negeri. Gambar 3.2 Sosialisasi Pengembangan Inkubator Wirausaha Indonesia di JAFZA sebagai Sarana Pendorong Peningkatan Ekspor Nasional 2015-2019 c. Rekomendasi kebijakan pengembangan kawasan industri nasional Rekomendasi kebijakan pengembangan kawasan industri nasional merupakan bagian dari pelaksananaan tugas dan fungsi Deputi IV pada awal tahun 2015 sebelum restrukturisasi organisasi. Rekomendasi kebijakan yang dihasilkan yaitu pemetaan isuisu penting dalam rencana pengembangan 14 Kawasan Industri Nasional di luar Pulau Jawa dan rumusan awal rancangan Peraturan Pemerintah tentang Kawasan Industri sebagai turunan dari UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian. Rekomendasi tersebut menjadi bahan pembahasan dalam Rapat Koordinasi yang dipimpin oleh Bapak Menko Bidang Perekonomian, sehingga permasalahan-permasalahan dalam pengembangan kawasan industri dapat diidentifikasi dan dirumuskan solusi penyelesainnya. 3. Rekomendasi kebijakan yang ditindaklanjuti oleh Kementerian/Lembaga terkait a. Rekomendasi Kebijakan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif Berakhirnya Inpres No. 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif sebagai acuan koordinasi lintas sektor dalam pengembangan ekonomi dan terbentuknya Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) berdasarkan Perpres No. 72 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Perpres No. 6 Tahun 2015 tentang Badan Ekonomi Kreatif dan perubahan struktur organisasi kementerian/lembaga berimplikasi kepada koordinasi dan sinkronisasi pengembangan ekonomi kreatif. Rencana induk pengembangan ekonomi kreatif diperlukan sebagai arahan pengembangan ekonomi kreatif nasional baik bagi K/L, pemerintah daerah, pelaku usaha, komunitas, dan akademisi. Selain 20

itu, Rencana induk pengembangan ekonomi kreatif diperlukan untuk mengintegrasikan konsep rencana pengembangan ekonomi kreatif jangka panjang dan jangka menengah ke dalam sistem perencanaan pembangunan nasional (RPJMN dan RKP). Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu, identifikasi potensi dan permasalahan pengembangan ekonomi kreatif melalui seminar nasional ekonomi kreatif, pemetaan program dan kegiatan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan pengembangan ekonomi kreatif, dan mempelajari kebijakan pengembangan ekonomi kreatif di Negara lain. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif telah ditindaklanjuti oleh Badan Ekonomi Kreatif dan diharapkan dapat diselesaikan pada Tahun 2016. b. Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Kota Kreatif Salah satu upaya untuk menjawab tantangan dan permasalahan pengembangan ekonomi kreatif adalah dengan membentuk ruang-ruang yang dapat menjadi pusat aktivitas dan interaksi bagi lintas pelaku ekonomi kreatif, baik pemerintah, pelaku usaha/industri, akademisi, serta komunitas/forum kreatif. Untuk mendorong pengembangan ekonomi kreatif dapat digunakan konsep kota kreatif berbasis potensi lokal. Selain membentuk ruang kreatif, pembangunan kota kreatif berbasis potensi lokal juga dimaksudkan untuk meningkatkan pengembangan ekonomi lokal yang diarahkan untuk dapat mendorong pemerataan ekonomi dan daya saing nasional. Dunia internasional mengenal beragam definisi tentang kota kreatif. UNESCO sebagai organisasi internasional di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan bahkan telah membangun Jaringan Kota Kreatif Dunia yang saat ini terdiri dari 63 kota dari 32 negara, termasuk Kota Pekalongan. Di Indonesia, forum dan jejaring forum kota kreatif sejenis dibentuk secara partisipatif oleh komunitas, antara lain Bandung Creative City Forum(BCCF) dan Solo Creative City Network (SCCN). Forum lainnya juga terdapat di Yogyakarta, Pekalongan, Malang, dan Bali. Hal ini menunjukkan bahwa ruang kreatif perlu memiliki kesatuan fungsi dan tidak harus dibatasi secara wilayah administratif. Kota kreatif harus dibangun setidaknya berdasarkan empat modal utama yaitu (1) dukungan ekosistem yang kuat, baik dari sisi kebijakan dan regulasi, infrastruktur, SDM, pendanaan, maupun kelembagaan; (2) keterpaduan seluruh rangkaian proses kreasi-produksi-distribusi; (3) tahapan pembangunan yang terukur dengan memperhatikan potensi lokal dan tingkat kesiapan pendukung, antara lain sarana dan prasarana, pelaku usaha, visi dan komitmen pemerintah daerah; serta (4) keterlibatan aktif dan kerjasama dari seluruh pemangku kepentingan dengan pembagian peran 21