ANALISIS KANDUNGAN ZAT BESI (Fe) PADA BUAH KELOR DAN DAUN KELOR (Moringa oleifera) YANG TUMBUH DI DESA MATAJANG KEC. DUA BOCCOE KAB.

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KANDUNGAN ZAT BESI (Fe) PADA BUAH KELOR DAN DAUN KELOR (Moringa oleifera) YANG TUMBUH DI DESA MATAJANG KEC. DUA BOCCOE KAB.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

Penentuan Kadar Besi selama Fase Pematangan Padi Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penanaman kelapa (dataran tinggi dan dataran rendah) dapat

PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3

Perhitungan 20 g yang setara 30 kali kemanisan gula. = 0,6667 g daun stevia kering

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III Metodologi Penelitian

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

STUDI PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI CAMPURAN AMPAS TAHU, AMPAS IKAN, DARAH SAPI POTONG, DAN DAUN KELADI YANG DISESUAIKAN DENGAN STANDAR MUTU PAKAN IKAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan prosedur analisa besi, baik secara kualitatif maupun. kuantitatif, maka yang menjadi kerangka konsep adalah:

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

METODE. Materi. Rancangan

METODOLOGI PENELITIAN

3 Metodologi Penelitian

Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel. Mata air yang terletak di Gunung Sitember. Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

Lampiran 1 Penentuan Kadar Air (Apriyantono et al. 1989)

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

Lampiran 1 Prosedur Analisis ph H2O dengan ph Meter Lampiran 2. Prosedur Penetapan NH + 4 dengan Metode Destilasi-Titrasi (ppm)=

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen

II. METODE PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

BAB III BAHAN DAN METODE

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Desikator Neraca analitik 4 desimal

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

KANDUNGAN NILAI GIZI PADA SAYUR LILIN (Saccharum edule Hasskarl) MAKANAN KHAS DI HALMAHERA UTARA, MALUKU UTARA SEBELUM DAN SESUDAH PENGOLAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KLASIFIKASI MINERAL. Makro : Kebutuhan minimal 100 mg/hari utk orang dewasa Ex. Na, Cl, Ca, P, Mg, S

Lampiran 1. Prosedur Analisis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

Pupuk dolomit SNI

3. Metodologi Penelitian

ANALISIS TIMBAL, TEMBAGA, DAN SENG DALAM SUSU SAPI SEGAR YANG BEREDAR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Mei 2013 yang

ANALISIS LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DALAM KERANG YANG BEREDAR DI PASAR TRADISIONAL DI KOTA MAKASSAR. Syamsuri Syakri

3 METODOLOGI PENELITIAN

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel.

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Tempat, dan Waktu Penelitian

Bab III Bahan dan Metode

PRODUKSI ABON IKAN PARI ( (RAYFISH): PENENTUAN KUALITAS GIZI ABON

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

Tabel klasifikasi United State Department of Agriculture (USDA) fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

Transkripsi:

ANALISIS KANDUNGAN ZAT BESI (Fe) PADA BUAH KELOR DAN DAUN KELOR (Moringa oleifera) YANG TUMBUH DI DESA MATAJANG KEC. DUA BOCCOE KAB. BONE 1 Andi Nurahma, 2 Alimin, 3 Wa Ode Rustiah 1,3 Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 2 Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Makassar Email : Andinurahma88@yahoo.co.id 10 Al-Kimia

adalah ikan (10,4%) dan dari golongan sayuran adalah daun kelor (9,9%) (Rahmawati, 2009). Zat besi (Fe) merupakan salah satu mineral yang terkandung dalam kelor. Zat besi (Fe) adalah mikromineral yang sangat penting dalam tubuh karena berfungsi dalam pembentukan sel darah merah. Zat besi (Fe) dalam pembentukan sel darah merah yakni proses sintesis hemoglobin (Hb) dan dapat pula mengaktifkan beberapa enzim salah satunya yakni enzim pembentuk antibodi. Kekurangan zat besi (Fe) akan mengakibatkan anemia yang merupakan masalah gizi di Indonesia. Selain itu, dapat menurunkan kekebalan tubuh karena berhubungan erat dengan penurunan fungsi enzim pembentuk antibody (Ramli, 2008). Zat besi (Fe) dalam makanan berada dalam bentuk ikatan ferri (Fe +3 ) yang umumnya dalam pangan nabati dan ferro (Fe +2 ) yang umumnya dalam pangan hewani. Pada saluran pencernaan zat besi (Fe) mengalami proses reduksi dari bentuk ferri (Fe 3+ ) menjadi ferro (Fe 2+ ) yang mudah diserap. Proses reduksi dibantu oleh asam lambung (HCl), adanya vitamin C dan asam amino (Winarno, 2004). Zat besi (Fe) merupakan unsur yang sangat penting untuk membentuk hemoglobin (Hb) yaitu suatu zat warna yang terdapat dalam darah merah yang berguna untuk mengangkut oksigen (O 2 ) dan karbondioksida (CO 2 ) dalam tubuh. Tubuh manusia menggunakan zat besi (Fe) dengan hemat. Bila terjadi perombakan butir-butir darah merah, maka zat besi (Fe) yang terlepas akan diambil kembali oleh tubuh untuk pembentukan hemoglobin (Hb) yang baru (Ramli, 2008). Zat besi (Fe) berperan penting dalam sistem imunitas. Seseorang dengan kadar zat besi (Fe) rendah akan memiliki daya tahan tubuh rendah terhadap infeksi. Respon kekebalan sel oleh sel Limfosit-T akan terganggu bila pembentukan sel tersebut berkurang yang disebabkan oleh berkurangnya sintesis DNA karena gangguan enzim reduktase ribonukleotida yang membutuhkan zat besi (Fe) untuk fungsi enzim tersebut. Sel darah putih berfungsi menghancurkan bakteri dan tidak dapat bekerja efektif bila kekurangan zat besi (Fe). Enzim mieloperoksidase yang berperan dalam sistem imunitas tubuh bisa terganggu dalam keadaan defesiensi zat besi (Fe). Protein pengikat Fe-transferin dan laktoferin mampu mencegah terjadinya infeksi dengan cara memisahkan zat besi (Fe) dari mikroorganisme yang dibutuhkan oleh mikroorganisme demi pertumbuhannya. Ketika tubuh melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Feritrin dalam tubuh mampu merangkap zat besi (Fe) sehingga zat besi (Fe) tidak dapat digunakan oleh bakteri pertumbuhannya (Widowati, 2008). Daerah kecamatan Dua Boccoe adalah salah satu kecamatan di kabupaten Bone yang merupakan daerah dataran rendah dimana sebagaian besar masyarakat di daerah ini, khususnya desa Matajang mengkonsumsi daun kelor dan buah kelor sebagai sayur. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik dan bermaksud untuk menganalisis kadar zat besi (Fe) pada buah kelor dan daun kelor sebagai alternatif makanan pemasok zat besi (Fe) yang berasal dari desa Matajang Kec. Dua Boccoe Kab. Bone. 11 Al-Kimia

2. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2010. Sampel (buah kelor dan daun kelor) pada penelitian ini diambil dari Desa Matajang Kecamatan Dua Boccoe Kabupaten Bone dengan metode pengambilan sampel secara acak sederhana. Preparasi sampel dilakukan di Laboratorium Kimia Balai Besar Industri dan Perkebunan Makassar dan pemeriksaan analisis kadar zat besi (Fe) pada buah kelor dan daun kelor (Moringa oleifera) yang berasal dari Kecamatan Dua Boccoe Kabupaten Bone dilakukan di Laboratorium Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Makassar. Alat Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Spektrofotometer Serapan Atom (SSA), penangas listrik, neraca analitik, oven, tanur listrik, eksikator, labu takar 25, 50, 100 ml, Erlenmeyer 300 ml, pipet volum 25 ml, pipet skala 5 ml, pipet skala 10 ml, pisau, cawan penguap, corong, pipet tetes, batang pengaduk, sendok zat dan botol wadah. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain buah kelor dan daun kelor, aquabides, HNO 3 pekat p.a, HCl pekat p.a, larutan induk besi 1000 ppm dan kertas saring Whatman No. 41. Prosedur Kerja Lokasi Pengambilan Sampel Sampel (buah kelor dan daun kelor) pada penelitian ini diambil dari Desa Matajang Kecamatan Dua Boccoe Kabupaten Bone dengan metode pengambilan sampel secara acak sederhana. Perlakuan Pendahuluan Sampel Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu diberi perlakuan pendahuluan yakni daun kelor dipisahkan dari tangkainya sedangkan untuk buah kelor yakni diambil daging buahnya lalu dipotong kecil-kecil. Analisis Kadar Air Objek yang akan dianalisis yaitu buah kelor dan daun kelor ditimbang dengan teliti sebanyak ±30 gram pada cawan dan dikeringkan pada suhu ±105 o C selama 3 jam kemudian ditimbang hingga bobot konstan. Preparasi Sampel Sebanyak +2 gram sampel kering untuk buah kelor dan ±3 gram sampel kering daun kelor ditimbang dengan teliti dalam cawan penguap dan didestruksi pada tanur listrik dengan suhu 500 0 C selama 2 jam kemudian didinginkan pada suhu kamar. Abu yang dihasilkan ditambah dengan 12 Al-Kimia

aquabides sebanyak 10 tetes dan asam nitrat (HNO 3 ) pekat : aquabides (1:1) sebanyak 3 ml. Kelebihan asam nitrat (HNO 3 ) diuapkan pada lemari asam. Cawan penguap yang berisi sampel dimasukkan dalam tanur listrik dan diabukan selama 1 jam pada suhu 500 0 C. Abu didinginkan dan ditambah dengan 5 ml asam klorida (HCl) pekat : akuabides (1:1), kemudian disaring. Filtrat dipindahkan dalam labu takar 25 ml dan cawan dibilas dengan aquabides sebanyak 3 kali kemudian diimpitkan hingga tanda batas. Setelah itu diukur serapannya dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dengan menggunakan lampu katoda besi (Fe). Pembuatan Larutan Baku Kerja Larutan induk besi (Fe) 1000 ppm dipipet sebanyak 10 ml dan diimpitkan dengan aquabides pada labu takar 100 ml dengan konsentrasi larutan 100 ppm. Larutan baku kerja 100 ppm dipipet sebanyak 2,5 ml; 5 ml; 7,5 ml dan 10 ml dan diimpitkan dengan aquabides dalam labu takar 50 ml hingga tanda batas. Larutan tersebut berturut-turut 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm dan 20 ppm. Masing-masing larutan standar (5 ppm, 10 ppm, 15 ppm dan 20 ppm) ditentukan absorbannya dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Pembuatan Kurva Baku Besi (Fe) Kurva baku Besi (Fe) dibuat dengan cara memplotkan absorbansi larutan standar terhadap konsentrasi larutan standar. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air pada Sampel Buah Kelor dan Daun Kelor Telah dilakukan percobaan untuk menentukan kadar air pada sampel buah kelor dan daun kelor yang tumbuh di Desa Matajang Kecamatan Dua Boccoe Kabupaten Bone. Adapun hasil analisis kadar air dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Kadar air pada buah kelor dan daun kelor No. Sampel Kadar air (%) pada buah kelor Kadar air (%) pada daun kelor 1. Titik A Ulangan I 86,73 76,32 Ulangan II 85,68 75,09 2. Titik B Ulangan I 86,22 75,62 Ulangan II 85,53 76,24 3. Titik C Ulangan I 86,24 76,38 Ulangan II 86,65 75,58 4. Titik D Ulangan I 85,59 75,48 Ulangan II 85,70 75,65 13 Al-Kimia

Pada penelitian ini, kadar air pada buah kelor lebih tinggi dibanding kadar air pada daun kelor dan ini dapat dilihat pada tabel 1. Hal tersebut dikarenakan pada buah terdapat hormon-hormon pematangan buah yakni griberelin, cytokinin, auksin dan etilen dimana hormon-hormon tersebut dapat bekerja jika larut dalam air. Sedangkan pada daun, kadar airnya lebih rendah. Hal ini disebabkan air pada daun digunakan pada proses fotosintesis yang berkelanjutan sehingga air yang diserap dari dalam tanah lebih banyak pada buah dibanding pada daun. Selain itu, secara fisik buah kelor berbentuk sel gabus dimana dengan bentuk ini dapat menampung air lebih banyak. Analisis Kadar Zat Besi (Fe) pada Sampel Buah Kelor Dari hasil pengukuran serapan larutan sampel buah kelor untuk analisis zat besi (Fe) dengan Spektrofometer Serapan Atom (SSA) dan hasil analisis data diperoleh konsentrasi zat besi (Fe) pada buah kelor yang tumbuh di Desa Matajang Kecamatan Dua Boccoe Kabupaten Bone dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Kadar Zat Besi (Fe) pada Buah Kelor No Sampel Kadar zat besi (Fe) (mg/100 g) Rata-rata kadar zat besi (Fe) (mg/100g) 1. Titik A Ulangan I 2,71 2,50 Ulangan II 2,29 2. Titik B Ulangan I 2,45 3,20 Ulangan II 3,95 3. Titik C Ulangan I 4,41 3,59 Ulangan II 2,77 4. Titik D Ulangan I 4,36 4,51 Ulangan II 4,66 Pada penentuan kadar zat besi (Fe) pada buah kelor, diperoleh hasil yakni jumlah rata-rata kadar zat besi (Fe) yang diambil pada titik D (bagian barat desa Matajang) paling tinggi 4,50 mg dalam 100 gram sampel buah kelor sementara kadar zat besi (Fe) yang diambil pada titik A (bagian utara desa Matajang) paling rendah yaitu sebesar 2,50 mg dalam 100 gram sampel buah kelor. Menurut literatur yang ada menyebutkan bahwa kadar zat besi (Fe) pada buah kelor yakni 5,3 mg dalam 100 gram sampel buah kelor. Perbedaan hasil yang diperoleh ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya distribusi zat besi (Fe) dari dalam tanah menuju ke jaringan tubuh tumbuhan. Serapan zat besi (Fe) terkait dengan kemampuan perakaran mereduksi ferri (Fe +3 ) menjadi ferro (Fe +2 ) dan pereduksian besi (Fe) ini mutlak sebelum kation ini dapat diserap akar tanaman dimana kapasitas mereduksi akar tanaman akan meningkat jika tanaman mengalami desakan zat besi (Fe). Selain itu, faktor lain yakni cara penanganan sampel yang kurang sempurna meliputi 14 Al-Kimia

transportasi, suhu penyimpanan yang tidak tepat atau penyimpanan yang terlalu lama. Hal-hal tersebut dapat menurunkan kandungan gizi pada sampel. Analisis Kadar Zat besi (Fe) pada Sampel daun Kelor Dari hasil pengukuran serapan larutan sampel daun kelor untuk analisis zat besi (Fe) dengan Spektrofometer Serapan Atom (SSA) dan hasil analisis data diperoleh konsentrasi zat besi (Fe) pada daun kelor yang tumbuh di Desa Matajang Kecamatan Dua Boccoe Kabupaten Bone dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Kadar Zat Besi (Fe) pada Daun Kelor No Sampel Kadar zat besi (Fe) (mg/100 g) Rata-rata kadar zat besi (Fe) (mg/100 g) 1. Titik A Ulangan I 5,95 5,89 Ulangan II 5,83 2. Titik B Ulangan I 5,71 5,73 Ulangan II 5,75 3. Titik C Ulangan I 5,87 6,02 Ulangan II 6,17 4. Titik D Ulangan I 6,28 6,21 Ulangan II 6,14 Keterangan : Titik A = Bagian utara desa Matajang Titik B = Bagian timur desa Matajang Titik C = Bagian selatan desa Matajang Titik D = Bagian barat desa Matajang Pada penentuan kadar zat besi (Fe) pada daun kelor, diperoleh hasil bahwa kadar zat besi (Fe) yang diambil pada titik D (bagian barat Desa Matajang) paling tinggi yakni 6,22 mg dalam 100 gram daun kelor, sementara kadar zat besi (Fe) paling rendah yakni pada titik B (bagian timur Desa Matajang) sebesar 5,73 mg dalam 100 gram daun kelor. Menurut literatur yang ada bahwa kadar zat besi (Fe) pada daun kelor yakni 7 mg dalam 100 gram sampel. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan perbedaan. Beberapa penyebabnya yaitu adanya perbedaan kadar mineral pada tanah tempat tumbuh, derajat keasaman tanah (ph) dan tekstur tanah. Tekstur tanah dari Desa Matajang Kecamatan Dua Boccoe Kabupaten Bone yakni berupa tanah yang banyak mengandung kapur dengan derajat keasaman (ph) sedikit basa. Adanya zat kapur yang berlebih akan mengurangi ketersediaan zat besi (Fe). Kation-kation logam Mn, Zn, Cu, Ca, Mg dan K akan menyusutkan serapan besi (Fe) pada tanaman. Hal ini dikarenakan kation-kation tersebut bersaing dengan besi (Fe) selama tahapan penyerapan hara (Poerwidodo, 1992). Pertumbuhan baik tanaman kelor yakni pada daerah dataran tinggi dengan tekstur tanah lempung berpasir dan derajat keasaman (ph) netral sampai 15 Al-Kimia

sedikit asam. Desa Matajang termasuk daerah dataran rendah dengan derajat keasaman netral (ph) sampai sedikit basa. Hal inilah yang dapat mempengaruhi pertumbuhan pada tanaman kelor. Pengaruh umur tanaman dapat dilihat dari hasil penelitian ini, baik buah kelor maupun daun kelor menunjukkan bahwa titik pengambilan sampel C (bagian selatan Desa Matajang) dan D (bagian barat Desa Matajang) memiliki kadar zat besi (Fe) yang lebih tinggi dibanding titik pengambilan sampel A (bagian utara Desa Matajang) dan B (bagian timur Desa Matajang). Pohon kelor yang diambil pada titik pengambilan C (bagian selatan desa Matajang) dan D (bagian barat desa Matajang) berumur lebih tua dibanding dengan pohon kelor yang diambil pada titik pengambilan A (bagian utara desa Matajang) dan B (bagian timur desa Matajang). Adanya perbedaan penyerapan mineral tanaman yang berumur lebih tua dengan tanaman berumur lebih muda yakni tanaman yang lebih muda berkonsentrasi untuk pertumbuhannya yakni meninggikan batangnya dan lebih memperkuat perakarannya sedangkan tanaman yang berumur lebih tua berkonsentrasi pada penyerapan mineral dimana dengan sistem perakaran yang sudah besar dapat menyerap mineral dan zat organik lebih banyak yang dibutuhkan oleh tubuh tumbuhan pada proses metabolismenya. Kebanyakan proses penyerapan air dan mineral terjadi di dekat ujung akar yaitu dimana epidermis permeable terhadap air dan terdapat rambut akar. Rambut akar yaitu penjuluran dan pemanjangan sel-sel epidermis akar. Partikel-partikel tanah yang umumnya dilapisi dengan air dan mineral yang terlarut melekat erat pada rambut akar tersebut ( Ismail, 2006). Dari hasil penelitian ini juga dapat dilihat bahwa kadar zat besi (Fe) pada daun kelor lebih tinggi dibanding pada buah kelor. Hal ini dikarenakan pada daun terjadi proses fotosintesis yang melibatkan zat besi (Fe) sebagai pembawa elektron pada fase terang fotosintesis. Zat besi (Fe) sangat penting dalam pembentukan klorofil, namun tidak menjadi bagian dari molekul klorofil tersebut. Dengan demikian, zat besi (Fe) lebih banyak terdeposit pada daun (Poerwidodo, 1992). 4. KESIMPULAN a. Adanya variasi kadar zat besi (Fe) baik pada buah kelor maupun daun kelor pada setiap titik pengambilan sampel menunjukkan bahwa terdapat pula variasi kandungan mineral dalam tanah. b. Kadar zat besi (Fe) pada daun kelor lebih tinggi dibanding dengan kadar zat besi (Fe) pada buah kelor. Hal ini dikarenakan zat besi (Fe) terlibat dalam proses fotosintesis yang terjadi pada daun sehingga lebih banyak terdeposit pada daun. c. Kadar air pada buah kelor lebih tinggi dibanding kadar air pada daun kelor. Hal ini disebabkan pada daun dibutuhkan air untuk terjadinya proses fotosintesis, sedangkan pada buah terdapat kapasitas air yang lebih banyak untuk melarutkan hormon pematangan buah. 16 Al-Kimia

DAFTAR PUSTAKA Ismail, 2006, Fisiologi Tumbuhan. Makassar: FMIPA UNM. Poerwowidodo, 1992, Telaah Kesuburan Tanah. Bandung: Angkasa. Rahmawati Abbas, Veni Hadju, dan Burhanuddin Bahar, 2009, Asupan Zat Gizi pada Remaja Usia 10-14 Tahun Di Pulau Barrang Lompo Makassar Tahun 2003, http://jurnalmkmi.blogspot.com/2009/03/asupan-zat-besi-pada-remajaputri-usia.html, 22 Desember 2009 Ramli, 2007, Analisis Kadar Kalsium (Ca) dan Besi (Fe) Pada Bawang Merah yang Beredar di Pasaran Secara Spektroskopis Serapan Atom, Skripsi. Makassar: FMIPA UNM Makassar Untung Suwahyono, 2008, Mengupas Rahasia Tersembunyi Pohon Kelor. Yogyakarta: Lili Publisher Wahyu Widowati, Astiana Sastiono dan Rymond Jusuf Rumampuk, 2008, Efek Toksik Logam Pencegahan dan Penanggulanngannya. Yogyakarta: CV. Andi Offset Winarno, F. G., 2004, Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama 17 Al-Kimia