BAB V PENUTUP. LOD DIY sebagai invited space menggunakan formasi kuasa yang ada dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I. Pendahuluan. Keywords: Power, State Auxullurary, Partisipasi, Tulisan ini dimulai dari ketertarikan penulis untuk membaca relasi kuasa

BAB V PENUTUP. kebangkitan gerakan perempuan yang mewujud dalam bentuk jaringan. Meski

ANCAMAN RUU PEMDA KEPADA DEMOKRATISASI LOKAL DAN DESENTRALISASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan oleh (Abdul Hamid:2010) Universitas

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Penguatan Partisipasi dan Perbaikan Keterwakilan Politik Melalui Pembentukan Blok Politik Demokratik

BAB V PENUTUP. perusahaan multinasional. Dulu lebih dikenal dengan comunity development.

BAB I PENDAHULUAN. penghargaan atas kebhinekaan dan sejarah nusantara. Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kewajiban pemerintah adalah untuk menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. Maladministrasi banyak terjadi di berbagai instansi pemerintah di Indonesia.

Prayudi POSISI BIROKRASI DALAM PERSAINGAN POLITIK PEMILUKADA

BAB I PENDAHULUAN. sebuah negara Republik Indonesia yang membawa rakyatnya pada suasana

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

Bahan Diskusi Sessi Kedua Implementasi Konvensi Hak Sipil Politik dalam Hukum Nasional

BAB VI PENUTUP. manusia. Pada sisi lainnya, tembakau memberikan dampak besar baik bagi

KOMENTAR UMUM 9 Pelaksanaan Kovenan di Dalam Negeri 1

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui efektivitas dampak kesejahteraan

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

BAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan

BAB 6 PENUTUP. Berebut kebenaran..., Abdil Mughis M, FISIP UI., Universitas Indonesia 118

isu kebijakan dan dinamikanya. Kemudian pada bagian kedua kita akan Isu kebijakan publik sangat penting dibahas untuk membedakan istilah

BAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian

BAB VI PENUTUP. terkait dengan judul penelitian serta rumusan masalah penelitian. yang telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis pada Bab VI dan V, dapat disimpulkan

BAB V. Kesimpulan. A. Pengantar. B. Karakter Patronase di Alun-Alun Kidul Yogyakarta

IRE YOGYAKARTA. Membangun Asa Demokrasi Alternatif di Desa

Kekuasaan & Proses Pembuatan Kebijakan

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi

penelitian 2010

BAB I PENDAHULUAN. tanggug jawab sosialnya akan sangat tergantung pada para manajernya

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan sarana atau alat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. yang diyakini mampu memberikan nafas segar dari keterpurukan politik

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Problem Pelaksanaan dan Penanganan

Integrasi Upaya Penanggulangan. Kesehatan Nasional

BAB V PENUTUP. penelitian yang dilakukan mengenai respons Etnis Tionghoa dalam menghadapi eksklusi

BAB VII PENUTUP. masih pada tahap pengembangan format yang utuh menuju suatu collaborative

Pemerintahan Terbuka Via Alat Pengaduan. Festival HAM Bojonegoro: 30 November 2016

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

AGENDA & ARENA KEBIJAKAN NASIONAL

Kata Kunci : Pengawasan DPRD, dan Harmonisasi Hubungan Kepala Daerah serta DPRD.

BAB VII KESIMPULAN. dan berkuasa dalam aspek pendidikan dan politik, bahkan dipandang lebih superior

Relevansi dan Revitalisasi GBHN dalam Perencanaan Pembangunan di Indonesia 1. Tunjung Sulaksono 2

BAB I PENDAHULUAN. langsung dalam pemelihan presiden dan kepala daerah, partisipasi. regulasi dalam menjamin terselenggaranya pemerintahan

BAB III PENUTUP. maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut: dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) pun sejajar dan bersifat

8 KESIMPULAN DAN REFLEKSI

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. paket kebijakan otonomi daerah berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 tentang

TEORI EKONOMI POLITIK (2)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

BAB I. PENDAHULUAN. Pemerintah adalah alat pelaksana pelayanan publik. Pemerintahan hadir

PENGAWASAN KINERJA PEMERINTAHAN DAN LKPJ KDH OLEH DPRD

A. Kesimpulan BAB V PENUTUP

POLITIK KEUANGAN NEGARA

APAKAH AGENDA KEBIJAKAN ITU?

Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Asahan Kata Kunci : Pengawasan DPRD, Pemerintah Daerah, Harmonisasi Hubungan Kepala Daerah dan DPRD

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA

Partisipasi Masyarakat dalam Pencegahan Pelanggaram HAM dan Pengingkaran Kewajiban

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Zico Oktorachman, 2013

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA!

DEMOKRASI & POLITIK DESENTRALISASI

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam penyelenggaraan

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

Pokok-pokok Pikiran RUU Kebudayaan, Negara dan Rakyat 1 [sebuah catatan awam] 2. Oleh Dadang Juliantara

EXECUTIVE SUMMARY KAJIAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAERAH YANG MEMILIKI OTONOMI KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata bergerak dari tiga aktor utama, yaitu masyarakat (komunitas

KEMITRAAN SEKOLAH. Prof. Dr. Sodiq A. Kuntoro

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 59 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

BAB IX PENUTUP IX.1. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. kepentingan, sumberdaya antara berbagai aktor yang terlibat. Dalam

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat dominan dalam proses pengambilan keputusan penetapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Reformasi mengamanatkan perubahan kehidupan bernegara,

pembentukan FSD pada tahun 2001 lalu. Kota tersebut dianggap mewakili kontradiksi neoliberalisme, ia merupakan kota finansial terbesar di India juga

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial.

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 60 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN

Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016

PKSANHAN II PUSAT KAJIAN SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Sambutan Pengarahan Gubernur DIY Pada Rapat Koordinasi Pengendalian Pembangunan Triwulan III Tahun 2015

TATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK. Hendra Wijayanto

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. governance) melalui upaya penegakan asas-asas pemerintahan yang baik dan

BAB I. dari unsur-unsur tersebut (Kotler dan Keller, 2009). Tujuannya untuk. mengidentifikasi produk dan layanan dari kelompok penjual serta untuk

LAPORAN KOMISI INFORMASI PROVINSI JAWA BARAT Tahun 2012

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 58 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk

I. PENDAHULUAN. dibagi-baginya penyelenggaraan kekuasaan tersebut, agar kekuasaan tidak

BAB I PENDAHULUAN. optimal, yaitu harus dilaksanakan secara efektif dan efisien serta bermanfaat bagi. program secara efektif, efisien dan ekonomis.

kinerja yang berkualitas merupakan suatu kebutuhan.

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR

Transkripsi:

BAB V PENUTUP Jawaban atas pertanyaan mengapa ruang kuasa yang telah menciptakan LOD DIY sebagai invited space menggunakan formasi kuasa yang ada dalam dirinya untuk menentukan kontur dan corak dari ruang partisipasi baru tersebut? LOD DIY sebagai invited space merupakan arena kekuasaan yang sengaja diciptakan oleh Pemerintah DIY atas dorongan masyarakat sipil dan donor internasional. Arena ini merupakan arena terbuka bagi warganegra untuk terlibat dalam perbaikan pelayanan publik yang memiliki karakter sebagai arena baru yang lahir dari rahim pemerintah lokal. Dalam perjalannya, ruang partisipasi baru ini kemudian dibatasi ruang geraknya. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, penulis menyimpulkan bahwa formasi kuasa yang digunakan oleh ruang kuasa yang telah menciptakan LOD DIY dan raung kuasa yang menjadi pengawasan LOD DIY dalam relasinya dengan LOD DIY sebagai invited space telah memilki implikasi terhadap corak kelembagaan ini. V.1 Dinamika Invited Space dalam Formasi Kuasa yang Bergerak Simultan LOD DIY sebagai Invited Space diciptakan dengan formasi visible power yang lahir melalui mekanisme formal dengan menggunakan instrumen dan kebijakan dari pemerintah daerah. Dinamika Ruang yang terjadi LOD DIY mengenal dua ruang kuasa yang berbeda, pertama ruang kuasa yang telah 145

menciptakan LOD DIY dan kedua adalah ruang kuasa yang menjadi objek pengawasan LOD DIY. Relasi antara LOD DIY dan dua ruang kuasa tersebut melahirkan problem ketika LOD DIY melakukan dua pola relasi. Pertama, relasi dengan ruang kuasa tersebut mengusik kepentingan dari ruang yang telah menciptakannya yang sekaligus sebagai ruang kuasa yang menjadi objek pengawasannya (baca:terlapor di LOD DIY). sebagai pihak yang telah menginisiasi kelahiran lembaga ini, dijadikan sebagai terlapor dalam kasus yang dilaporkan kepada LOD DIY. Gubernur DIY yang sekaligus adalah raja memiliki formasi kuasa yang tidak hanya bersifat visible sebagai Gubernur DIY. Hidden power yang melekat pada dirinya sebagai raja akan digunakan apabila kepentingannya terancam dengan keberadaan ruang partisipasi yang telah dibuatnya. Birokrasi dalam lingkar dekat Gubernur DIY yang sekaligus sebagai raja memiliki invisible power yang mana dalam dirinya ada kuasa bawah sadar yang menggerakan dirinya untuk mengamankan posisi dan citra sebagai raja. Dalam relasi LOD DIY sebagai ruang partisipasi baru dengan ruang kuasa yang menjadi objek pengawasannya yaitu Pemda DIY termasuk didalamnya bersifat formal dengan visible power. Namun disisi lain, relasi LOD DIY dengan Gubernur DIY sebagai aktor kuasa yang telah mendorong kelahiran LOD DIY dan menjadikan LOD DIY seabagai ombudsman eksekutif menggunakan formasi kuasa yang bersifat hidden power. Bekerjanya hidden power dalam relasi kuasa antara LOD DIY dengan ruang kuasa yang menjadi objek pengawasannya berupa adanya semacam kesepakatan informal bahwa Gubernur DIY sebagai Raja di DIY 146

sekaligus adalah pencipta ruang partisipasi baru seharusnya tidak menjadi objek pengawasan LOD DIY. Jajaran birokrasi dalam lingkar inti menggunakan invisible power untuk membatasi ruang gerak LOD DIY pasca penanganan kasus CDMA oleh LOD DIY yang mengancam citra dan posisi. Kedua, relasi LOD DIY dan ruang kuasa yang menjadi objek pengawasannya seharusnya bersifat visible power. Namun, tidak selalu relasi yang terbangun antara LOD DIY dan ruang kuasa yang menjadi objek pengawasannya direspon dengan bentuk formal kekuasaan. Terkadang, mekanisme penanganan pengaduan dan hasil akhir dari tindak lanjut pengaduan pelayanan publik direspon oleh ruang kuasa yang lain dengan memanfaatkan proses, praktek, norma dan kebiasaan yang membentuk pemahaman masyarakat tentang kebutuhan mereka, peran budaya, kemungkinan dan tindakan dengan cara mencegah tindakan yang efektif untuk perbaikan dan pemenuhan hak pelayanan publik. V.2 Karakter LOD DIY sebagai Ruang Partisipasi Baru Pola relasi LOD DIY dan ruang kuasa dengan formasi kekuasaan yang bersifat simultan (hidden, visible dan invisible) telah melahirkan dominasi dan kontrol dari ruang kuasa yang telah menciptakan LOD DIY. Dominasi dan kontrol dari ruang kuasa ini melahirkan beberapa corak kelembagaan LOD DIY sebagai ruang partisipasi baru. Pertama, Keberanian LOD DIY sebagai ruang partisipasi baru mengusik hidden power dari ruang kuasa yang telah 147

menciptakannya telah berimplikasi terhadap penciptaan kondisi supaya ruang partisipasi baru tersebut akhirnya diisi oleh mereka yang mampu dikendalikan oleh penguasa dan menciptakan sistem serta kebijakan yang tidak memungkinkan bagi LOD DIY untuk menggunakan kewenangannya mengawasi ruang kuasa lain yang dianggap tabu untuk diawasi. Kedua, LOD DIY sebagai Ruang partisipasi baru yang telah dibentuk oleh Gubernur DIY bukanlah arena yang kosong, tapi arena yang menunggu untuk diisi. Baik oleh kebijakan formal dalam bentuk kewenangan kelembagaan sampai dengan mekanisme administratif dan penganggaran untuk menjalankan lembaga ini. Pengisian ruang partisipasi baru ini bersifat dinamis dan didalamnya terdapat kontrol dan dominasi kekuasaan. Ketiga, Level kekuasaan yang tidak lagi tunggal menempatkan LOD DIY yang berada pada level kekuasan lokal sangat dipengaruhi eksistensi kelembagaannya oleh ranah kekuasaan di level nasional. Peraturan Gubernur DIY merupakan visible power bagi Gubernur DIY sendiri, namun dalam pendekatan akses ke arena pengambilan keputusan diluar Gubernur DIY dan jajaran dekatnya sangat tertutup. Dominasi dan kontrol dari ruang kuasa terhadap LOD DIY berujung pada penutupan invited space. Penutupan invited space ini melahirkan pola advokasi LOD DIY terhadap dirinya maupun bentuk advokasi masyarakat sipil terhadap keberadaan lembaga ini. Namun, perlahan dan pasti baik advokasi yang datang dari masyarakat sipil maupun LOD DIY sendiri tidak berpengaruh terhadap karakter ruang kuasa untuk menentukan corak dari ruang partisipasi baru ini. 148

V.3 Refleksi Teoritis Pendekatan kubus kekuasaan dalam menganalisa LOD DIY sebagai ruang partisipari baru menununjukan bagaiama strategi dan analisa terhadap kekuasaan bekerja melintasi atau bersilang dalam setiap dimensi kekuasan. Perubahan dalam satu dimensi kubus kekuasaan akan menyebabkan dimensi kekuasaan yang lain juga berubah. Dalam tulisan ini, teori kubus kekuasaan yang terdiri dari unsur arena, level dan formasi digunakan untuk mengurai bentuk-bentuk relasi kuasa yang terbangun dalam upaya pemenuhan hak pelayanan publik, Titik awal analisa dalam tulisan ini adalah LOD DIY sebagai ruang partisipasi baru dan bagaimana kekuasaan mempengaruhi ruang partisipasi baru tersebut. LOD DIY merupakan ruang partisipasi baru karena arena bagi upaya warganegara untuk terlibat dalam perbaika pelayanan publik tidak ada sebelumnya. Arena ini membuka peluang untuk terlibat dalam advokasi pelayana publik. Pemaknaan ruang dalam tulisan ini merujuk pada Lefebvre yang berpendapat bahwa ruang partisipasi bukan arena yang netral, ia merupakan produk sosial, tidak hanya ada, ruang menunggu untuk diisi, tetapi ruang bersifat dinamis dimana didalamnya terdapat kontrol dan dominasi kekuasaan. Relasi antara partisipasi dan ruang kekuasaan tercermin dari relasi hubungan kekuasaan yang menembus dan menghasilkan sebuah ruang. LOD DIY sebagai ruang partisipasi baru dipelihara sebagai cara untuk memperkuat suara terpinggirkan yang justru berakhir dengan diisi oleh mereka yang dianggap bisa berkompromi dengan kekuasaan. Intervensi aktor berpengaruh dalam menciptakan jumlah ruang 149

yang semakin berkembang, dimana warganegara diundang untuk berpartisipasi, namun pada akhirnya ruang partisiapsi baru ini hanya dijadikan sekedar menetralkan kekuatan partisipasi yang mungkin terbentuk diluar ruang yang disediakan oleh orang yang memiliki pengaruh. Dengan bertitik tolak dari arena partisipasi baru, penulis kemudian merelasikan ruang tesebut dengan formasi kekuasaan yang merupakan sisi lain dari kubus kekuasaan Gaventa. Kubus kekuasana Gaventa menempatkan tiga formasi kekuasaan yaitu visible, invisible dan hidden power dalam formasi yang saling terpisah satu dengan lainnya. Sementara dari hasi penelitian ini, formasi kekuasaan berjalan simultan dan saling menguatkan satu dengan lainya untuk menjadikan kekuasaan semakin powerfull dalam membentuk corak dari ruang partisipasi baru. Tiga formasi kekuasaan yang bersifat simultan antara hidden, invisible dan visible power terjadi pada ruang kuasa yang tidak hanya memiliki otoritas formal sebagai Gubernur, tapi juga Gubernur yang memiliki otoritas informal sebagai raja, dimana dalam otoritas tersebut melekat formasi kuasa yang bersifat hidden power. Koloborasi dua formasi kuasa (hidden dan visible power) dalam diri Gubernur melahirkan corak kuasa birokrasi yang tidak hanya memiliki visible power, tapi juga invisible power untuk menerjemahkan kuasa sultan yang bersifat hidden power. Hal lain yang menjadi titik lemah dari teori ini adalah arena kuasa yang dihadirkan oleh Gaventa (invited, closed dan created spaces) memiliki karakter tetap. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa dalam invited spaces seperti LOD 150

DIY memiliki variasi karakter ruang kuasa. Terkadang invited space ini diundang untuk terlibat dalam pengambilan kebijakan, namun terkadang invited space berada pada ruang kuasa yang bersifat closed space. Sebagai contoh, dalam isuisu pelayanan publik yang tidak menyentuh ruang kuasa pencipta LOD DIY sebagai invited spaces dan dalam wilayah teknokrasi pelayanan publik, LOD DIY dilibatkan untuk melakukan perbaikan pelayanan. Akan tetapi, dalam isu pelayanan publik yang menyentuh ruang kuasa pencipta LOD DIY ditutup rapat. Bahkan penentuan corak kelembagaan LOD DIY, ruang kuasa menjadikan arena tersebut sebagai arena tertutup. Kekuatan dari teori ini, bahwa konteks kebijakan pada level nasional akan berimplikasi terhadap kebijakan pada level local. Hasil penelitian menunjukan bahwa kebijakan di level nasional semakin menjadikan formasi kuasa yang berjalan secara diam-diam (invisible power) untuk meniadakan ruang partisipasi baru berubah menjadi formasi visible power. Kebijakan pada level nasional turut serta memperkuat ruang kuasa di level lokal. Merelasikan antara formasi, level, dan arena kekuasaan dalam konteks ruang partisipasi baru seperti LOD DIY terlihat bahwa ruang kuasa dominan dengan tiga formasi kuasa yang dimilikinya akan digunakan untuk menentukan corak kelembagaan ruang partisipasi baru. Dukungan kebijakan di level nasional satu sisi mempercepat proses pembentukan ruang partisipasi baru di level lokal, sementara di sisi lain, kebijakan di level nasional mempercepat pula proses peniadaan ruang partisipasi baru di level lokal. 151

V.4 Agenda Riset Lanjutan Thesis ini menganalisa bagaiamana ruang kuasa membentuk LOD DIY sebagai ruang partisipasi baru dan bagaimana pula ruang kuasa yang telah menciptakan LOD DIY mengisi ruang partisipasi baru tersebut dengan menentukan corak kelembagaannya. Disamping itu, thesis ini juga menganalisa bagaimana ruang partisipasi baru melakukan perlawanan terhadap pembentukan corak kelembagaan oleh ruang kuasa yang telah membentuknya. Sayangnya, thesis ini tidak menganalisa secara lebih jauh bagaimana pengaruh proses pembentukan corak kelembagaan LOD DIY oleh ruang kuasa yang telah melahirkannya terhadap penangangan pengaduan pelayanan publik. Hal ini menjadi penting karena kegagalan dan keberhasilan advokasi perbaikan pelayanan publik pada kenyataannya sangat dipengaruhi oleh relasi kuasa yang terbangun antara LOD DIY sebagai ruang pengaduan pelayanan publik dengan ruang kuasa yang menjadi objek pengaduannya. Hal lain yang menarik untuk dianalisa lebih lanjut adalah seberapa jauh penerapa inovasi dalam bentuk penciptaan ruang partisipasi baru berkontribusi terhadap perbaikan pemenuhan hak warganegara. 152