BAB IV ANALISIS MASALAH Analisis Potensi Pengembangan Paralayang di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PERTIMBANGAN DESAIN

CONCEPTUAL PRODUCT. Sarana Simulasi Permainan Paralayang untuk Anak- anak di Indonesia. Oleh: Heidi Agasti Soedarmo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pusat Rekreasi dan Pengenalan Profesi bagi Anak di Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN

Wahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rian Heryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masroulina, 2014

CONTOH PROPOSAL USAHA MAKANAN

BAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya

PENYELENGGARAAN TK-SD SATU ATAP

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tugas Akhir Mainan edukasi 1

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga terbang layang merupakan olahraga yang banyak mengandung unsur

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. pasar, produsen semakin lebih kreatif terhadap jasa dan produk yang ditawarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

Bisnis ini dikelola secara bersama-sama dan tiap orang mempunyai tugas masing-masing, misalkan dari 5 orang

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan obyek wisata air bojongsari dengan penekanan filosofi air sebagai sarana mengembangkan kreativitas anak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari daratan dan lautan seluas ± 5,8 juta Km 2 dan sekitar 70 %

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

1.1 Latar Belakang Pendidikan menjadi sebuah kebutuhan mutlak dan primer saat ini. Sebelumnya, pendidikan hanya menjadi milik kalangan atas namun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan jumlah pengguna sektor transportasi yang kian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beribu ribu pulau dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani dikembangkan beberapa aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. Secara harfiah arti kata Boom sama dengan Haven dalam bahasa Belanda atau

PENDAHULUAN BAB I. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ><

MOTIVASI PERJALANAN. Motivasi orang bepergian 9/19/2012. Faktor-faktor Pendorong & Penarik (Weaver & Lawton) Pengantar Ilmu Pariwisata

I. PENDAHULUAN. pariwisata telah membuktikan dirinya sebagai sebuah alternatif kegiatan

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

BAB I PENDAHULUAN. dikunjungi dengan maksud dan tujuan untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan wadah untuk atau tempat menimba ilmu pengetahuan

STUDI IDENTIFIKASI ATRAKSI WISATA RAWAPENING YANG DIMINATI PASAR WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SUSILOWATI RETNANINGSIH NIM L2D398188

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana mobilitas yang telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang seksama dan dicermati semua pihak tak terkecuali oleh perusahaan,

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. olahraga agar tercipta generasi yang sehat dan kuat. gerak sempurna yang dilakukan manusia dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pandu Fauzi Fahmi, 2014 Profil Kualitas Interaksi Sosial Atlet Cabang Olahraga Beladiri

PERANCANGAN FURNITUR DAN AKSESORIS HOTEL TRANSIT BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif atau industri kreatif. Perkembangan industri kreatif menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

Kereta Gantung sebagai Alternatif Wisata dan Pengurai Kemacetan Kota Wisata Batu Jawa Timur

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI. Isu adalah permasalahan yang dijumpai dan menjadi suatu opini publik yang

BAB I PENDAHULUAN. (

I. PENDAHULUAN. yang sangat banyak yaitu kurang lebih 210 juta, dengan total wilayahnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berjalan beriringan, terlebih di Daerah Istimewa Yogyakarta. Arus perekonomian

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. setiap invidu dalam kehidupan sehari-hari. Seiring dengan berkembangnya zaman

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah seseorang yang akan menjadi penerus bagi orang tua,

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan perekonomian suatu wilayah, baik dalam bidang sosial maupun

Seminar Tugas Akhir. Sirkuir Motocross dan Supercross di Lahan Pasca Galian C Kali Unda, Klungkung BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

PROPOSAL USAHA MAKANAN. A.Pendahuluan. Latar belakang

BAB II OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Industri Kuliner di Yogyakarta. dibanding tahun sebelumnya (Hermawan,2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Wisata petualangan disukai oleh kebanyakan kaum muda mau pun tua bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan alat penyampaian pesan-pesan penerangan, bukan didesain untuk tujuan

2015 METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN INTERKASI SOSIAL ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLBN-A CITEUREUP

BAB I PENDAHULUAN. Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur ( Tugas Akhir Periode 96)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

KOPENG RESORT AND EDUCATION PARK

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dan sedang giat dikembangkan karena sektor ini telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelanggan baru. Strategi strategi tersebut mengharuskan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. sektor penting dalam pembangunan perekonomian bangsa-bangsa di dunia (Naude


BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut Hasan (2011: 15), adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tugas Akhir 138 Rumah Sakit Gigi dan Mulut di Semarang BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. sistematis dan teratur. Oleh sebab itu pembelajaran yang baik akan. menentukan keberhasilan dalam menciptakan siswa yang berprestasi.

BAB I PENDAHULUAN. Arung jeram merupakan salah satu kegiatan olahraga yang sangat

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

pasien dan pendampingnya. Tidak hanya mewadahi fungsi hunian, Children Cancer Care Service juga mewadahi fungsi oprasional yayasan yang bergerak

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan sudah dirasakan oleh

BAB II PARALAYANG. 2.1.Pengertian Paralayang

BAB 3. Elaborasi Tema

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh seseorang (wisatawan) untuk mengunjungi tempat wisata di daerah

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bebas antara ASEAN CHINA atau yang lazim disebut Asean

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Yogyakarta dan Predikatnya Sebagai Kota Pelajar

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 alenia IV, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini masyarakat disibukkan dengan pekerjaan

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS MASALAH 4.1. Analisis Potensi Pengembangan Paralayang di Indonesia Paralayang memiliki potensi besar untuk berkembang di Indonesia, Namun untuk itu diperlukan sarana yang tepat agar paralayang dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia secara luas. 4.1.1. Tipe Produk Baru Atau lebih dikenal dengan landas desain. Pada tahap ini ditentukan level kebaruan sebuah produk, yang dibagi menjadi Desain berbasis inovasi atau inovasi desain (design innovation) Level tengah a. desain berbasis pengembangan atau pengembangan desain (design development) b. desain berbasis diversifikasi atau diversifikasi desain (design diversification) c. desain berbasis diferensiasi atau diferensiasi desain (design differentiation) Desain berbasis penyesuaian atau penyesuaian desain (design modification) Berdasarkan Wikipedia 1, pengembangan produk baru adalah mendeskripsikan proses lengkap dalam membawa produk atau jasa baru ke pasar. Terdapat dua jalur terlibat dalam proses pengembangan produk baru, yang pertama melibatkan idea generation, desain produk, dan detail engineering. Yang kedua melibatkan riset pasar dan analisis marketing. 1 www.wikipedia.com 22

Terdapat beberapa kategori umum dari produk baru. Beberapa baru dari sudut pandang pasar, beberapa baru bagi perusahaan, beberapa benar- benar baru dan menciptakan pasar baru. Perbedaan karakteristik dapat dilihat pada diagram berikut: Diagram 1. Tipe Produk Baru Pengembangan produk baru yang mungkin dilakukan berada pada beberapa area, diantaranya: Line Extensions, dimana produk berada pada posisi tengah, baik untuk kebaruan bagi pasar maupun perusahaan. Produk yang mungkin dikembangkan pada area ini adalah produk yang berhubungan dengan pesawat utama, dimana pengembangan terdapat pada desain dan sedikit aplikasi teknologi. Produk dapat berupa penerapan fungsi pada produk baru yang berbeda atau modifikasi desain (baik secara fungsional maupun estetika). Repositioning Dimana teknologi yang diterapkan sebenarnya adalah teknologi yang sudah dimiliki, namun digunakan pada produk yang sama sekali baru bagi pasar, seperti pada awal penerapan teknologi mesin pada paramotor. Pengembangan yang mungkin dilakukan terdapat pada pesawat, instrumen, dan safety equipment. 23

Completely New Mengembangkan desain dari titik nol, yang berarti semua aspek teknologi maupun desain di dalamnya sama sekali baru bagi perusahaan dan pasar. Produk yang dikembangkan dapat merupakan sebuah sistem sarana paralayang baru maupun prasarana pendukungnya. 4.1.2. Kendala Banyak kendala yang ditemui dalam usaha mengembangkan paralayang di Indonesia, antara lain: Biaya Permasalahan mahalnya biaya yang dibutuhkan untuk menikmati permainan ataupun kegiatan udara. Biaya harus dikeluarkan untuk membeli/menyewa peralatan maupun biaya untuk bantuan jasa. Jika permasalahan biaya ini dapat diatasi, maka paralayang dapat menjadi lebih populer di Indonesia Tingkat resiko yang tinggi Banyak orang enggan untuk mencoba kegiatan udara karena resiko yang relatif tinggi. Untuk itu saat ini telah dikemangkan kegiatan semi-udara, yang beresiko lebih kecil dengan sensasi yang hampir sama dengan melakukan kegiatan udara. Seiring dengan perkembangan teknologi, melakukan kegiatan ini dengan resiko yang semakin kecil akan lebih mudah dilakukan. Untuk itu, diperlukan fasilitas yang inovatif dan menawarkan tingkat resiko yang lebih rendah. Sosialisasi paralayang yang kurang baik di Indonesia Salah satu penyebab utama aerowisata paralayang kurang berkembang di Indonesia adalah sosialisasi yang masih sangat kurang. Selama ini kegiatan paralayang kebanyakan dikenal dari mulut ke mulut, ataupun faktor hobi keluarga. Membuat paralayang lebih dikenal merupakan salah satu solusi yang 24

dapat dikemukakan untuk kelanjutan paralayang sebagai bagian dari aerowisata di Indonesia. 4.1.3. Peluang Paralayang sangat berpotensi untuk berkembang di Indonesia, karena didukung oleh faktor alam seperti kondisi thermal dan angin. Selain itu banyak orang beralih dari gantole ke paralayang karena harga peralatan yang relatif murah dan pengoperasian yang lebih mudah serta resiko yang lebih kecil. Landasan dan tempat mendarat yang dibutuhkanpun relatif lebih kecil daripada gantole. Jika dilihat dari pengembangan sektor lain selain wisata, jenis kegiatan ini dapat dikaitkan dengan setor pendidikan, permainan, olahraga maupun terapi kesehatan. Sektor Pendidikan Paralayang dapat digunakan untuk memperkenalkan Indonesia pada generasi muda (pelajar dan mahasiswa). Jika ada infrastruktur paralayang yang dapat mengangkut manusia lebih banyak (semi massal) maka akan sangat potensial untuk dikembangkan ke sektor lain selain wisata. Dengan melihat alam yang dimiliki Indonesia dari ketinggian, dapat memancing timbulnya kecintaan pada Indonesia, yang dapat membangun sikap peduli pada alam dan lingkingan. Selain itu, paralayang juga dapat digunakan unutk memperkenalkan kondisi geografis lokal. Sektor Permainan Aspek permainan sebenarnya telah ada dalam paralayang, hanya saat ini paralayang masih sangat terpaku pada olahraga yang lebih menuntut adanya peraturan. Permainan yang dikembangkan dapat menjadi lebih banyak dan luas, mengingat beberapa jenis wisata udara telah berhasil dikembangkan dan dijual ke pasaran. Permainan inimungkin akan sangat berhasil di pasaran, apalagi jika harga yang ditawarkan terjangkau oleh masyarakat Indonesia. Hal yang dapat 25

mendukung pengembangan wisata menjadi permainan ini adalah keinginan banyak orang untuk menikmati sensasi terbang, namun resiko yang cukup besar membuat mereka enggan untuk mencoba. Permainan yang dikembangkan dapat menonjolkan fun dan safety sebagai daya jual utama. Sektor Kesehatan Paralayang juga dapat dikaitkan dengan kesehatan, yang antara lain berhubungan dengan gerak dan olah raga. Selain itu, beberapa jenis wisata udara dapat dihubungkan dengan terapi (untuk kesehatan psikis) phobia ketinggian maupun pelatihan ketahanan kondisi psikis dan fisik. Peluang pengembangan akan semakin besar jika didukung oleh pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Pariwisata RI dan swasta baik dalam hal finansial maupun dukungan lainnya. Selain itu terdapat potensi wilayah yang cukup besar, (saat ini wilayah pengembangan paralayang yang berjalan cukup baik adalah daerah Bali) dimana banyak daerah potensial masih belum terjamah, seperti pada wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera yang memiliki tekstur alam dan kondisi udara yang mendukung. Aerowisata masih memiliki pamor dibawah wisata bahari maupun wisata darat. Hal ini disebabkan karena jenis wisata ini masih tergolong baru di Indonesia. Untuk itu dibutuhkan media sosialisasi yang berbentuk iklan atau pemasyarakatan wisata udara itu sendiri melalui beberapa cabangnya, seperti paralayang. 4.2. Analisis tentang Anak- anak Berdasarkan perkembangan fisik dan mental anak, ditemukan beberapa kecenderungan positif pada kelompok anak usia tertentu untuk lebih terterik dan mengerti tentang paralayang. 26

Usia 2-6 tahun Kognitif awal Motorik awal Usia 6-12 tahun Banyak melatih kemampuan kognitif Banyak melatih kemampuan motorik Permainan terstruktur Permainan acak dan eksperimentatif Tingkat kesulitan Tingkat kesulitan permainan permainan rendah cukup tinggi Individual Kerjasama dalam kelompok Pergaulan dengan Pergaulan meluas anggota keluarga Motifasi prestasi Motifasi prestasi Pengertian norma Perkembangan pengertian belum berkembang norma baik Tabel 1. Perbandingan kondisi psikologis anak berdasarkan usia (sumber: Psikologi perkembangan, Dr. Sarwito W) 4.3.Analisis Sosialisasi Paralayang pada Anak-anak di Indonesia Anak- anak memiliki potensi untuk menjadi user paralayang di masa mendatang. Oleh sebab itu, diperluan sebuah sarana sosialisasi pada anak- anak. Pengetahuan yang diberikan tentang paralayang sejak dini kepada anak- anak dalam berbagai bentuk adalah wujud sosialisasi itu sendiri. Dalam bidang desain produk, ditemukan beberapa alternatif bentuk sosialisasi paralayang berdasarkan analisis yang dilakukan tantang paralayang dan anak- anak. PARALAYANG Rekreatif Alam Menarik Sensasi Menyenangkan Bergerak Adrenalin ANAK- ANAK Motorik Halus Motorik kasar Kognitif Aktif Daya serap tinggi Senang berinteraksi Imajinatif 27

Edukatif Terbang Kreatif Bermain dalam kelompok Kerja sama Motifasi prestasi Tabel 2. Analisis sifat positif paralayang dan anak- anak PARALAYANG ANAK- ANAK Tinggi Takut Ketinggian Berbahaya Butuh bimbingan Mahal Mudah dipengaruhi Tempat terbatas Takut kesendirian Adrenalin Tabel 3. Analisis sifat negatif paralayang dan anak- anak 4.4.Peluang Desain Dari analisis data yang dilakukan, ditemukan peluang penerapan produk, yakni sarana sosialisasi paralayang yang berupa simulasi permainan dengan anak- anak sebagai user. Namun, sarana itu sendiri harus dapat memberikan keamanan maksimal, baik dalam segi fisik maupun psikis anak, dan juga memenuhi beberapa persyaratan utama, yakni memiliki unsur sensasi, simulasi, dan juga edukasi. 4.5.Sintesis Data Dari penjabaran analisis data tersebut, diperoleh beberapa sintesis yang pada akhirnya akan mengarah kepada konsep produk hingga produk yang kan dibuat. Sebelum menuju kesimpulan dari sintesis tersebut ada baiknya kita menyimpulkan permasalahan yang ada dari pembahasan sebelumnya yang dapat kita lihat di bawah ini: Kurangnya sosialisasi paralayang yang menyebabkan kurang berkembangnya wisata ini di Indonesia. 28

Adanya kelemahan- kelemahan pada manusia, baik dari faktor psikis maupun fisik yang menyebabkan mereka tidak mau untuk mencoba wisata ini. Permasalahan biaya yang cukup tinggi untuk menikmati berwisata dengan paralayang, sehingga saat ini paralayang hanya dapat dinikmati oleh kalangan tertentu saja. Permasalahan sosialisasi paralayang pada anak- anak yang membutuhkan suatu solusi yang aman, menarik, dan juga memiliki unsur sensasi, simulasi, dan edukasi. Kategori anak- anak yang dipilih adalah usia 6-12 tahun, karena usia tersebut merupakan usia yang paling tepat untuk menerima bentuk sosialisasi dini dan menimbulkan ketertarikan awal pada paralayang. Oleh karena itu sintesis data yang muncul dari analisis permasalahan tersebut yaitu: Sebuah sarana simulasi, yang mempertimbangkan sifat- sifat anak pada usia 6-12 tahun sehingga menyebabkan ketertarikan anak, Sarana ini harus melengkapi persyaratan safety baik dari segi fisik maupun psikis anak, Dan juga mengutamakan sensasi, simulasi, dan edukasi, dan terjangkau oleh anak- anak di Indonesia. Dari penjabaran tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa konsep produk yang dirancang adalah : Sarana simulasi permainan paralayang untuk anak usia 6-12 tahun di Indonesia 29