BAB II PARALAYANG. 2.1.Pengertian Paralayang
|
|
- Yulia Lesmana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II PARALAYANG 2.1.Pengertian Paralayang Paralayang merupakan bagian dari Layang Gantung, yang merupakan kegiatan keudaraan dengan menggunakan gantole atau parasut paralayang untuk melayang, yang lepas landas dan mendarat dengan menggunakan kaki Penerbangnya 1. Paralayang merupakan sarana rekreasi dan juga olahraga kompetitif. Paraglider adalah alat yang digunakan, yang dapat terbang bebas tanpa bantuan mesin. Paralayang dapat dilakukan sendiri (single) maupun tandom (dilakukan oleh dua orang, dengan satu orang memegang kendali). Tandom biasanya dilakukan oleh pemula, ataupun orang yang ingin mencoba paralayang. Untuk terbang single diperlukan lisensi yang dikeluarkan oleh FAI (Federasi Aerosport Indonesia), sesuai dengan standar internasional. Kegiatan ini sangat tergantung pada kondisi cuaca, ketinggian area dari permukaan laut, thermal (udara panas yang naik ke atas), dan terutama pada kecepatan angin pada saat kegiatan ini dilakukan. Gambar 2..Paralayang (single) (Sumber :Koleksi Penulis) 1 Dikenal dengan istilah footlaunch, yang jika diterjemahkan secara hirearki berarti. Dengan kaki ( 4
2 Gambar 3. Persiapan terbang tandom (Sumber :Koleksi Penulis) 2.2.Jenis Kegiatan dalam Paralayang dan pembagiannya Kegiatan pembelajaran paralayang dibagi menjadi empat kategori dasar, yakni: Ground Handling Kegiatan ini dilakukan sebagai langkah awal dalam menekuni kegiatan paralayang. Ground Handling dilakukan di darat, yang diawali dengan kegiatan mengatur gerakan tangan dengan bantuan alat simulasi sederhana. Setelah gerakan dasar dikuasai, langkah selanjutnya adalah latihan darat dengan menggunakan paraglider (parasut dalam paralayang) yang sesungguhnya, untuk menerapkan langkah awal pada alat yang sesungguhnya. Kegiatan ini biasa dilakukan pada tanah lapang yang luas, nemun belum mencapai tahap untuk terbang. 5
3 2.2.2.Terbang Tandem Pada tahap ini dilakukan latihan terbang dengan seorang pilot yang memegang kendali. Tahapan ini adalah tahap sebelum seseorang diizinkan untuk terbang sendiri Terbang Single Pada tahap ini seseorang dianggap cukup memiliki kualifikasi untuk terbang seorang diri, dengan menggunakan safety equipment lengkap dan instrumen penghubung dengan instruktur di darat. 2.3.Sarana Pendukung Kegiatan Paralayang Paraglider Paraglider, atau sering juga disebut dengan kanopi atau parafoil adalah struktur yang terdiri dari garis atau sel yang terbuka di bagian depan dan tertutup di bagian belakang, dan digabungkan pada sisi- sisinya.pergerakan menjaga sel tetap terisi udara, karena udara masuk melalui sisi depan dan tidak dapat keluar dari bagian belakang. Posisi pilot adalah pada sisi bawah kanopi, dan terhubung dengan kanopi melalui puluhan tali (tiap tali mampu menahan beban sekitar 80 kg). Tali ini terhubung dengan kanopi dan harness yang dikenakan oleh penerbang. Kontrol terletak pada tangan penerbang, yang menarik turun trailing edge kanopi, dan digunakan untuk mengatur kecepatan dan untuk berputar arah. Pilot terkait pada harness yang jugaberfungsi sebagai tempat duduk saat berada di udara. Harness modern untuk kepentingan rekreasi memiliki air-bag protector untuk punggung. Spesifikasi Basic Paraglider : - Luas : m 2 - Berat : 8-12 m - Lebar : 3-7 kg 6
4 - Bahan : Porcher Sport & Gelvenor, dengan garis Dyneema/Spectra atau Kevlar/Aramid ( bahan dengan performa tinggi dan tidak berporos) - Glide Ratio : (untuk wisata udara) glade rasio sekitar 6:1 sampai dengan 10:1 - Speed Range : km/jam Berat total dari kanopi, harness, parasut cadangan, helm, dan instrumen lain adalah sekitar kg. Gambar 4. Paraglider dalam keadaan mengembang (sumber: koleksi penulis) Kanopi untuk terbang tandem didesain untuk membawa pilot dan satu penumpang, sehingga berukuran lebih besar, namun dalam hal lain sama dengan kanopi solo. Biasanya kanopi untuk tandem memiliki kecepaten lebih tinggi, lebih mudah jatuh, dan sudut belok lebih besar daripada kanopi solo Harness Harness, selain sebagai penghubung penerbang dengan kanopi dan tempat duduk saat terbang, juga berfungsi untuk tempat penyimpanan saat kanopi tidak digunakan. Hal ini 7
5 memuahkan kanopi untuk dibawa dalam perjalanan. Harness juga berisi parasut cadangan dan peralatan lain yang dibutuhkan penerbang Safety Equipment Perlengkapan yang paling dasar dalam safety equipment adalah helm, yang berfungsi untuk melindungi kepala pilot. Peralatan lainnya termasuk kacamata terbang untuk melindungi mata dan parasut cadangan. Beberapa perlengkapan tambahan yang termasuk dalam safety equipment antara lain : - pisau kecil, berfungsi untuk pendaratan darurat - tali tambang berukuran kecil - peralatan pertolongan pertama Instrumen Beberapa pilot melengkapi dirinya dengan instrumen tambahan, seperti altimeter dan variometer, untuk menjaga angka naik turunnya glider. Variometer memiliki display visual yang memudahkan pilot mengoperasikan alat. Variometer dan Altimeter sangat penting untuk high-altitude flights atau penerbangan jarak jauh (cross country). - Vario-altimeter Digunakan untuk mendeteksi kondisi thermal pada saat terbang. Gambar 5. Vario-altimeter (sumber: Microsoft Encarta 2006) 8
6 - Radio Biasanya digunakan pada saat latihan, dan berkomunikasi dengan pilot lain di udara, khususnya ketika terbang bersama pada cross-country flights. Radio meggunakan PTT transceivers yang normalnya beroperasi pada FM VHF 2-metre band ( MHz). Gambar 6.. 2m-band radio (sumber: Microsoft Encarta 2006) - GPS (Global Positioning System) Biasanya digunakan untuk menganalisa teknik terbang, atau untuk mengawasi penerbang agar tetap pada jalur. Gambar 7. GPS receiver (sumber: Microsoft Encarta 2006) 9
7 2.4.Gerakan dalam paralayang Gerakan dasar pada paralayang dilakukan pada tahap- tahap yang dibagi menjadi: Take- off Dalam tahap ini dilakukan beberapa gerakan dasar, yakni: a. Persiapan Penerbang mempersiapkan paraglider dengan membentangkannya pada area persiapan. Gambar 8. Tahap persiapan (sumber: koleksi penulis) b. Conditioning Penerbang menunggu datangnya angin dengan arah dan kecepatan yang tepat, kemudian mencoba mengembangkan parasut. 10
8 Gambar 9. Conditioning (sumber: koleksi penulis) c. Launching Penerbang berlari sambil menahan paraglider tetap dalam kondisi mengembang, sampai pada ujung permukaan landasan. Gambar 10. Launching (sumber: koleksi penulis) 11
9 Terbang Terbang adalah keadaan dimana penerbang telah lepas landas dari landasan dan melayang di udara. Pada saat terbang penerbang menggunakan gerakan tubuh untuk mengatur arah terbang. Terbang dalam paragliding dibagi menjadi empat, yaiu: a. Low Flight : Terbang dibawah ketinggian lima meter b. Altitude Gliding : Terbang dengan ketinggian dan jarak cukup dari permukaan untuk melakukan manuver- manuver c. Lift : Terbang padaperbedaan pada tekanan yang dipengaruhi oleh kecepatan udara, profil, dan sudut serangan d. Soaring : Atau disebut juga terbang melayang dengan santai pada ketinggian dan kecepatan angin tertentu. Soaring dimungkinkan pada keadaan angin sedang dan area tempat terbang dilakukan Landing Adalah posisi dimana penerbang akan mendarat dan kemudian mencapai tanah. Pada tahap ini penerbang mengikuti arah angin, dan pada ketinggian tertentu mempersiapkan posisi untuk berdiri ketika hendak mencapai tanah Gambar 11. Penerbang setelah landing (sumber: koleksi penulis) 12
10 2.5.Faktor Luar yang Berpengaruh pada Paralayang Udara Udara yang meningkat, atau rising air merupakan faktor penting dalam aktivitas paragliding. Rising air dapat disebabkan oleh dua hal: - Ketika panas matahari mengenai bumi, thermal tercipta - Ketika angin membentur permukaan bumi, udara terdorong ke depan, menghasilkan ridge lift Angin merupakan faktor yang sangat berperan, karena penerbang membutuhkan kecepatan dan arah angin yang tepat ketika akan melakukan keseluruhan kegiatan paralayang Cuaca Cuaca yang cerah diperlukan ketika penerbang akan melakukan kegiatan paralayang, karena paralayang tidak dapat dilakukan pada saat gelap dan hujan. 13
CONCEPTUAL PRODUCT. Sarana Simulasi Permainan Paralayang untuk Anak- anak di Indonesia. Oleh: Heidi Agasti Soedarmo
CONCEPTUAL PRODUCT Sarana Simulasi Permainan Paralayang untuk Anak- anak di Indonesia Disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memenuhi mata kuliah DP40Z0 Tugas Akhir Desain Produk Semester
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paralayang adalah salah satu cabang olahraga dirgantara yang memiliki beberapa kelas penerbangan di antaranya penerbangan standar, performance, dan kelas competition.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rian Heryana, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu industri yang bergerak di bidang jasa yang sampai saat ini sudah menjadi industri terbesar di dunia, khususnya di Negara Indonesia,
Lebih terperinciVolume F3U-INA Radio Control Drone Racing Edisi 2017
FEDERASI AERO SPORT INDONESIA PORDIRGA AEROMODELLING Volume F3U-INA Radio Control Drone Racing Edisi 2017 Efektif November 2017 F3U (FAI Provisional Class) - RC Multi-rotor FPV Racing Ref. SC4_Vol_F3_FPVRacing_15-3-17
Lebih terperinciMANAJEMEN TRANSPORTASI UDARA DAN LAUT
MANAJEMEN TRANSPORTASI UDARA DAN LAUT Dr.Eng. Muhammad Zudhy Irawan, S.T., M.T. MSTT - UGM MANAJEMEN TRANSPORTASI UDARA Dr.Eng. Muhammad Zudhy Irawan, S.T., M.T. MSTT - UGM 1 MATERI PEMBELAJARAN Perkembangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bandar Udara Menurut Horonjeff dan McKelvey (1993), bandar udara adalah tempat pesawat terbang mendarat dan tinggal di landasan, dengan bangunan tempat penumpang menunggu.
Lebih terperinci( LAPANGAN TERBANG ) : Perencanaan Lapangan Terbang
LESSON - 3 ( LAPANGAN TERBANG ) Materi : Perencanaan Lapangan Terbang Buku Referensi : Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara, Jilid 1 dan 2, Horonjeff, R. & McKelvey, FX. Merancang, Merencana Lapangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau UAS (Unmanned Aircraft System) merupakan salah satu teknologi kedirgantaraan yang saat ini sedang berkembang dengan pesat.
Lebih terperinciPEDOMAN PENGOPERASIAN, PERAWATAN, DAN PEMELIHARAAN PESAWAT TERBANG MICROLIGHT TRIKE
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.5/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PENGOPERASIAN, PERAWATAN, DAN PEMELIHARAAN PESAWAT TERBANG MICROLIGHT TRIKE DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN
Lebih terperinciMARKING LANDASAN DAN PERLAMPUAN
MARKING LANDASAN DAN PERLAMPUAN Sejak awal mula penerbangan, pilot selalu memakai tanda-tanda di darat sebagai alat bantu navigasi ketika mengadakan approach ke sebuah lapangan terbang. Fasilitas bantu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. UAV (Unnmaned Aerial Vehicle) secara umum dapat diartikan sebuah wahana udara
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang UAV (Unnmaned Aerial Vehicle) secara umum dapat diartikan sebuah wahana udara jenis fixed-wing, rotary-wing, ataupun pesawat yang mampu mengudara pada jalur yang ditentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesawat udara tanpa awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) adalah sebuah pesawat terbang yang dapat dikendalikan secara jarak jauh oleh pilot atau dengan mengendalikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerbangan dengan pesawat terdiri dari 3 (tiga) fasa, yaitu lepas landas (take-off), menempuh perjalanan ke tujuan (cruise to destination), dan melakukan pendaratan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PRESTASI TERBANG FASA TAKE-OFF DAN CLIMB
BAB IV ANALISIS PRESTASI TERBANG FASA TAKE-OFF DAN CLIMB 4.1 Perbandingan antara hasil FDR dengan X-Plane Hasil simulasi yang dikeluarkan oleh program X-Plane tidak sama walaupun inputan yang diberikan
Lebih terperinciBAB III Penerapan Prosedur Penilaian Keselamatan pada Pesawat WiSE 8
BAB III Penerapan Prosedur Penilaian Keselamatan pada Pesawat WiSE 8 3.1. Pendahuluan Pada tahap pelaksanaan tugas akhir ini, dilakukan penerapan penilaian keselamatan pada suatu proses pengembangan pesawat
Lebih terperinciAtraksi Fisika di Udara
Atraksi Fisika di Udara Sekumpulan burung Pelikan, Camar dan Angsa terbang indah di udara. Suatu atraksi udara yang sangat menakjubkan! Ada rasa iri yang dapat dimengerti saat manusia menyaksikan pertunjukan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan/ Perancangan Landasan pacu pada Bandar Udara
15 BAB III LANDASAN TEORI A. Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan/ Perancangan Landasan pacu pada Bandar Udara Menurut Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara dengan nomor SKEP/161/IX/03 tanggal 3 September
Lebih terperinciRunway Koreksi Panjang Runway Windrose Runway Strip RESA LDA, TORA, ASDA, TODA Take Off Distance
Pelabuhan Udara Gibraltar Airport Dr. Gito Sugiyanto, S.T., M.T. Desain Fasilitas Sisi Udara Sistem Bandar Udara ARFL dan ARC Runway Koreksi Panjang Runway Windrose Runway Strip RESA LDA, TORA, ASDA, TODA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagian yang kecil sampai bagian yang besar sebelum semua. bagian tersebut dirangkai menjadi sebuah pesawat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah manufaktur pesawat terbang, desain dan analisis awal sangatlah dibutuhkan sebelum pesawat terbang difabrikasi menjadi bentuk nyata sebuah pesawat yang
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI 2.1. Landasan Teori
BAB II DASAR TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Paratrike dan Paramotor Paramotor dan paratrike adalah salah satu cabang olahraga dirgantara yang aman karena olahraga ini mempunyai organisasi yaitu Persatuan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.55, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Pesawat Terbang. Microlight Trike. Pengoperasian. Perawatan. Pemeliharaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.5/Menhut-II/2014
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Prototype Landing Gear System Dan Monitoring Pergerakan Landing Gear System
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesawat merupakan salah satu modal transportasi yang sangat sering digunakan oleh sebagian besar masyarakat untuk berpergian jarak jauh. Tentunya faktor keamanan sangat
Lebih terperinciBAB III REKONTRUKSI TERBANG DENGAN PROGRAM X-PLANE
BAB III REKONTRUKSI TERBANG DENGAN PROGRAM X-PLANE 3.1 Pendahuluan Dalam tugas akhir ini, mengetahui optimalnya suatu penerbangan pesawat Boeing 747-4 yang dikendalikan oleh seorang pilot dengan menganalisis
Lebih terperinciBagian 4 P ERENCANAAN P ANJANG L ANDAS P ACU DAN G EOMETRIK LANDING AREA
Bagian 4 P ERENCANAAN P ANJANG L ANDAS P ACU DAN G EOMETRIK LANDING AREA Bab 4 Perencanaan Panjang Landas Pacu dan Geometrik Landing Area 4-2 Tujuan Perkuliahan Materi Bagian 4 Tujuan Instruksional Umum
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENETAPAN JALUR DAN SYARAT KETINGGIAN PENERBANGAN UNTUK KEGIATAN WISATA UDARA ATAU OLAH RAGA DIRGANTARA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinci1.2 Tujuan Tujuan dari Kerja Praktek di PT. Dirgantara Indonesia Tbk. Bandung adalah :
Makalah Seminar Kerja Praktek ENHANCED GROUND PROXIMITY WARNING SYSTEM (EGPWS) SEBAGAI ALAT NAVIGASI PADA PESAWAT CN-235 Nanang Trisnadik (L2F 008 069) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciBAB 11 MICROWAVE ANTENNA. Gelombang mikro (microwave) adalah gelombang elektromagnetik dengan frekuensi super
BAB 11 MICROWAVE ANTENNA Kompetensi: Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai antenna microwave desain, aplikasi dan cara kerjanya. Gelombang mikro (microwave) adalah gelombang elektromagnetik
Lebih terperinciBAB III METODE PEMBUATAN
BAB III METODE PEMBUATAN 3.1. Metode Pembuatan Metodologi yang digunakan dalam pembuatan paratrike ini, yaitu : a. Studi Literatur Sebagai landasan dalam pembuatan paratrike diperlukan teori yang mendukung
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. penumpang menunggu. Berikut adalah beberapa bagian penting bandar udara.
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bandar Udara Menurut Horonjeff dan McKelvey (1993), bandar udara adalah tempat pesawat terbang mendarat dan tinggal di landasan, dengan bangunan tempat penumpang menunggu.
Lebih terperinciAbdul Mahfudin Alim, M.Pd Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta
KETERAMPILAN DASAR ATLETIK Lompat (Jump) Abdul Mahfudin Alim, M.Pd Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta LOMPAT (JUMP) -Lompat Jauh (Long Jump) -Lompat Jungkit (Triple Jump) -Lompat
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS MASALAH Analisis Potensi Pengembangan Paralayang di Indonesia
BAB IV ANALISIS MASALAH 4.1. Analisis Potensi Pengembangan Paralayang di Indonesia Paralayang memiliki potensi besar untuk berkembang di Indonesia, Namun untuk itu diperlukan sarana yang tepat agar paralayang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang merupakan salah satu kota besar di Indonesia dan juga merupakan Ibukota Provinsi Jawa Tengah. Kota dengan julukan Kota Lumpia ini merupakan salah satu
Lebih terperinciTanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi
Perkeretaapian UU No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian Pasal 157 (1) Penyelenggara Sarana Perkeretaapian bertanggung jawab terhadap pengguna jasa yang mengalami kerugian, lukaluka, atau meninggal dunia
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
digilib.uns.ac.id BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Perpindahan Panas Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2
Lebih terperinciArtikel. Pemanfaatan Pesawat Nir-Awak untuk Pemetaan Garis Pantai. Kerjasama BIG dan LAPAN
Artikel tentang Pemanfaatan Pesawat Nir-Awak untuk Pemetaan Garis Pantai Kerjasama BIG dan LAPAN Pemanfaatan Pesawat Nir-awak untuk Pemetaan Garis Pantai Oleh: Nadya Oktaviani (Ndy) - 2015 Tempuran, Jawa
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 41 / III / 2010 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 4 / III / 200 TENTANG PERSYARATAN STANDAR TEKNIS DAN OPERASIONAL PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 39 (MANUAL OF STANDARD CASR
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.723, 2015 KEMENHUB. Pesawat Udara. Tanpa Awak. Ruang Udara. Indonesia. Pengoperasian. Pengendalian. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 90 TAHUN
Lebih terperinci-9- keliru. Personel AOC melakukan landing yang menyimpang dari prosedur
-9-4.35. 4.36. 4.37. 4.38. 4.39. 4.40. 4.41 4.42. 4.43. 4.44. 4.45. 4.46. 4.47. 4.48. 4.49. 4.50. 4.51. 4.52. 4.53. 4.54. 4.55. 4.56. 4.57. 4.58. 4.59. Personel AOC melakukan approach to landing yang bertentangan
Lebih terperinciBAB V PERTIMBANGAN DESAIN
BAB V PERTIMBANGAN DESAIN Dalam mendesain suatu produk aspek-aspek yang dipertimbangkan tidak hanya dari segi teknis produk tersebut, aspek-aspek non teknis pun disini sama besar peranannya. Dibawah ini
Lebih terperinciTERBATAS. 8. Kemampuan Tempur TNI AU pada dasarnya sangat bergantung pada Kesiapan Tempur yang terdiri dari elemen-elemen :
9 Kondisi Kemampuan Tempur TNI AU Saat Ini 8. Kemampuan Tempur TNI AU pada dasarnya sangat bergantung pada Kesiapan Tempur yang terdiri dari elemen-elemen : a. Personil (Man). Para personil TNI AU yang
Lebih terperinciPerhitungan panjang landasan menurut petunjuk dari. persyaratan yang ditetapkan FAA, dengan pesawat rencana:
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1. ANALISA PANJANG LANDASAN Perhitungan panjang landasan menurut petunjuk dari advisory circular AC: 150/ 5325-4A dated 1/ 29/ 90, persyaratan yang ditetapkan FAA, dengan
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/83/VI/2005 TENTANG
DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/83/VI/2005 TENTANG PROSEDUR PENGUJIAN DI DARAT ( GROUND INSPECTION) PERALATAN FASILITAS
Lebih terperinciPEMBUATAN FRAME PESAWAT MODEL PARATRIKE Khairul Anam
PEMBUATAN FRAME PESAWAT MODEL PARATRIKE Khairul Anam Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammdiyan Yogyakarta Jalan Lingkar Selatan Taman Tirto, Kasihan Bantul, DI Yogyakarta, Indonesia, 55183
Lebih terperinciAIRBLEED INDICATOR FAULTILLUMINATE AKIBAT GANGGUAN PADA PRESSURE REGULATOR PADA SISTEM DE-ICING PESAWAT ATR
AIRBLEED INDICATOR FAULTILLUMINATE AKIBAT GANGGUAN PADA PRESSURE REGULATOR PADA SISTEM DE-ICING PESAWAT ATR 42-500 Reza 1, Bona P. Fitrikananda 2 Program Studi Motor Pesawat Terbang Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yakni yang berasal dari darat (ground base) dan berasal dari satelit (satellite base).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Navigasi merupakan hal yang sangat penting dalam lalu lintas udara untuk mengarahkan pesawat dari satu tempat ke tempat yang lain. Dalam prakteknya pesawat
Lebih terperinciBANDUNG AEROMODELING
BANDUNG AEROMODELING WWW.BANDUNG-AEROMODELING.COM Petunjuk Perakitan dan Penerbangan Pesawat Layang Model Terbang Bebas Pelangi 45 Gambar Kit Pelangi 45 Pesawat layang model terbang bebas Pelangi 45 merupakan
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA. Unmanned Surface Vehicle (USV) atau Autonomous Surface Vehicle (ASV)
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unmanned Surface Vehicle (USV) Unmanned Surface Vehicle (USV) atau Autonomous Surface Vehicle (ASV) merupakan sebuah wahana tanpa awak yang dapat dioperasikan pada permukaan air.
Lebih terperinciPT.LINTAS ANANTARA NUSA DRONE MULTI PURPOSES.
DRONE MULTI PURPOSES Multirotor merupakan salah satu jenis wahana terbang tanpa awak yang memiliki rotor lebih dari satu. Wahana ini memiliki kemampuan take-off dan landing secara vertical. Dibandingkan
Lebih terperinciRANCANG BANGUN PURWARUPA HOVERCRAFT NIRKABEL
RANCANG BANGUN PURWARUPA HOVERCRAFT NIRKABEL Triono Setyo Widayat, Yuliman Purwanto, dan I Ketut Swakarma. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS) Jl. Nakula 1-5,
Lebih terperinci6.4. Runway End Safety Area (RESA)
b. Dalam jarak 60 m dari garis tengah precision approach runway kategori I, dengan nomor kode 3 atau 4; atau c. Dalam jarak 45 m dari garis tengah dari sebuah precision approach runway kategori I, dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada setiap bandar udara terutama yang jalur penerbangannya padat, pendeteksian posisi pesawat baik yang sedang menuju maupun yang meninggalkan bandara sangat penting.
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA DEPARTMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (PKPS)
REPUBLIK INDONESIA DEPARTMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (PKPS) BAGIAN 101 BALON UDARA YANG DITAMBATKAN, LAYANG- LAYANG, ROKET TANPA AWAK DAN BALON UDARA BEBAS TANPA AWAK LAMPIRAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah Unmanned Aerial Vehicle (UAV) merupakan pesawat tanpa awak yang dikendalikan dari jarak jauh atau diterbangkan secara mandiri yang dilakukan pemrograman terlebih
Lebih terperinciFEDERASI AERO SPORT INDONESIA PERSATUAN OLAH RAGA DIRGANTARA AEROMODELLING
BERITA ACARA HASIL RAKERNAS 2005 TANGGAL 14 & 15 JULI 2005 DI JAKARTA Bahwa pada : Hari : Rabu dan Kamis Tanggal : 14 dan 15 Juli 2005 Tempat : Ruang Serba Guna Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Peserta
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Gaya-Gaya pada pesawat terbang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gaya-Gaya pada pesawat terbang Gaya-gaya utama yang berlaku pada pesawat terbang pada saat terbang dalam keadaan lurus dan datar (straight and level flight). Serta dalam keadaan
Lebih terperinciTECHNICAL HANDBOOK CABANG AEROMODELLING
TECHNICAL HANDBOOK CABANG AEROMODELLING Ketentuan Umum Pelaksanaan PORDA XII JABAR 2014 Cabang Olahraga Aeromodelling Pasal 1 Umum a. Aeromodelling sebagai bagian dari Aero Sport adalah salah satu cabang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang robotika pada saat ini berkembang dengan sangat cepat. Teknologi robotika pada dasarnya dikembangkan dengan tujuan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi telekomunikasi dan dirgantara dapat menghasilkan suatu teknologi yang menggabungkan antara informasi suatu keadaan lokal tertentu dengan
Lebih terperinciBAB V EVALUASI HASIL RANCANG BANGUN SISTEM REKONSTRUKSI LINTAS TERBANG PESAWAT UDARA
BAB V EVALUASI HASIL RANCANG BANGUN SISTEM REKONSTRUKSI LINTAS TERBANG PESAWAT UDARA Pada bagian ini akan dievaluasi hasil sistem rekonstruksi lintas terbang pesawat udara yang dibangun. Proses evaluasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang RC Aeromodelling merupakan salah satu bentuk kegiatan aeromodelling yang pada awalnya dimunculkan sebagai bagian dari kegiatan militer namun kemudian banyak diminati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam cabang olahraga atletik, nomor lompat merupakan nomor lomba
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam cabang olahraga atletik, nomor lompat merupakan nomor lomba yang sangat menarik untuk disaksikan. Dari beberapa nomor tersebut, lompat jauh adalah salah
Lebih terperinciMENTERJKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA &ALINAN
MENTERJKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA &ALINAN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69/PMK.05/2017 TENTANG TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM BALAI BESAR KALIBRASI FASILITAS PENERBANGAN PADA KEMENTERIAN
Lebih terperinciBAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA KONTROL GERAK SIRIP ELEVATOR
33 BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA KONTROL GERAK SIRIP ELEVATOR 4.1 Pengujian Rangkaian Untuk dapat melakukan pengontrolan gerakan sirip elevator pada pesawat tanpa awak, terlebih dahulu dilakukan uji rangkaian
Lebih terperinciGambar 7.2-5: Zona Bebas Obstacle (Obstacle Free Zone)
7.2.2.7. Zona Bebas Obstacle Permukaan inner approach, inner tranisitional dan balked landing, ketiganya mendefinsikan volume ruang udara di sekitar precision approach runway, yang dikenal sebagai zona
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Total Penumpang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta terletak 7 Km di sebelah timur kota Yogyakarta dan masuk di wilayah Kabupaten Sleman. Bandar Udara (Bandara) Adisutjipto Yogyakarta
Lebih terperinciKriteria penempatan fasilitas komunikasi darat - udara berfrekuensi amat tinggi (VHF Air-Ground/ VHF A/G)
Standar Nasional Indonesia Kriteria penempatan fasilitas komunikasi darat - udara berfrekuensi amat tinggi (VHF Air-Ground/ VHF A/G) ICS 93.120 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... Prakata...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tak dipungkiri lagi kokpit adalah ruang kerja bagi sang pilot dan kopilot untuk melakukan tugas menerbangkan pesawat. Kokpit yang berisi perangkat elektronik atau yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Olahraga terbang layang merupakan olahraga yang banyak mengandung unsur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Obyek Berangkat dari keinginan manusia untuk selalu menjaga kesehatan jasmani dan kesehatan rohani. Berbagai bentuk dan macam olahraga dapat dijadikan
Lebih terperinciPERENCANAAN BANDAR UDARA. Page 1
PERENCANAAN BANDAR UDARA Page 1 SISTEM PENERBANGAN Page 2 Sistem bandar udara terbagi menjadi dua yaitu land side dan air side. Sistem bandar udara dari sisi darat terdiri dari sistem jalan penghubung
Lebih terperinciBAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
26 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 MESIN SILENT CUTTER TYPE SCR-250S Mesin cutter ini menggunakan motor listrik sebagai penggerak utama dan V-belt untuk mentransmisikan daya dari poros yang satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Umumnya pesawat diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu sayap tetap (fix wing) dan sayap putar (rotary wing). Pada sayap putar pesawat tersebut dirancang
Lebih terperinciPENUNTUN PELAKSANAAN MONITORING TERUMBU KARANG DENGAN METODE MANTA TOW
PENUNTUN PELAKSANAAN MONITORING TERUMBU KARANG DENGAN METODE MANTA TOW PENDAHULUAN Metoda Manta Tow adalah suatu teknik pengamatan terumbu karang dengan cara pengamat di belakang perahu kecil bermesin
Lebih terperinciPROPOSAL DUKUNGAN KEGIATAN
PROPOSAL DUKUNGAN KEGIATAN PARAGLIDING ASIAN CUP 2017 Road To Asian Games 2018 TEST EVENT Puncak, Jawa Barat 11 14 Agustus 2017 Disampaikan Oleh: PGPI Bidang Paralayang, PB - FASI Jakarta, 01 Juni 2017
Lebih terperinciPRINSIP DASAR MENGAPA PESAWAT DAPAT TERBANG
PRINSIP DASAR MENGAPA PESAWAT DAPAT TERBANG Oleh: 1. Dewi Ariesi R. (115061105111007) 2. Gamayazid A. (115061100111011) 3. Inggit Kresna (115061100111005) PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinci63.42 Lisensl Juru mesin yang dlberlkan berdasarkan Lisensl Juru mesln Asing
(b) Setelah yang bersangkutan menerima latihan atau instruksi tambahan (terbang, pelatihan sintetik, atau pelatihan darat/dalam kelas, atau kombinasinya) yang dianggap per/u, dalam opini/pendapat Direktur
Lebih terperinciAPLIKASI DRONE UAV & MULTIROTOR UNTUK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT. Disusun Oleh: Agus Widanarko
APLIKASI DRONE UAV & MULTIROTOR UNTUK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT Disusun Oleh: Agus Widanarko FEBRUARI 2015 APLIKASI DRONE DI PERKEBUNAN 1. Survei Lapangan Untuk mengetahui kondisi areal dari udara terutama
Lebih terperinciAIRPORT MARKING AND LIGHTING
Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University AIRPORT MARKING AND LIGHTING Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Tujuan Marking Alat bantu navigasi ketika melakukan approach ke suatu bandar
Lebih terperinciGambar : Typical apron markings
Gambar 8.7-28 : Typical apron markings 8.7.24 Self Manoeuvring Parking 8.7.24.1 Self-manoeuvring. Istilah ini digunakan untuk prosedur dimana pesawat udara masuk dan meninggalkan aircraft stand dengan
Lebih terperinciPembelajaran Senam: Pendekatan Pola Gerak Dominan. Agus Mahendra FPOK Universitas Pendidikan Indonesia
Pembelajaran Senam: Pendekatan Pola Gerak Dominan Agus Mahendra FPOK Universitas Pendidikan Indonesia Pengertian Senam Latihan tubuh yang dipilih dan dikonstruk dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Unmanned Aerial Vehicle (UAV) banyak dikembangkan dan digunakan di bidang sipil maupun militer seperti pemetaan wilayah, pengambilan foto udara, pemantauan pada lahan
Lebih terperincitanpa persetujuan khusus Ditjen Hubud.
bandar udara Hubud. tanpa persetujuan khusus Ditjen 7.1.3.2. Peralatan dan instalasi yang dibutuhkan untuk tujuan navigasi penerbangan harus mempunyai massa dan ketinggian minimum yang dapat dipraktekkan,
Lebih terperinciLompat jangkit ( Triple Jump ) 1
Lompat Jangkit Lompat jangkit (triple jump), di Indonesia dalam perlombaan adalah (hop step jump) atau lompat jangkit. Dimana lompatan terdiri dari sebuah jingkat (hop), sebuah langkah (step), dan sebuah
Lebih terperinciAplikasi Vektor Satuan dalam Kehidupan Sehari-hari
Aplikasi Vektor Satuan dalam Kehidupan Sehari-hari Fungsi Vektor dalam Kehidupan Sehari-hari Fitria, Iwan Kusuma Wardana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Singaperbangsa Karawang Fakultas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau biasa disebut pesawat tanpa awak saat ini sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat di dunia. Penggunaan UAV dikategorikan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Auxiliary Power Unit (APU) merupakan engine turbin gas cadangan yang terletak pada bagian ekor (tail section) pesawat. APU berfungsi sebagai penghasil cadangan daya
Lebih terperinciPENGARUH PAYLOAD TERHADAP CLIMB PERFORMANCE HELIKOPTER SYNERGY N9
PENGARUH PAYLOAD TERHADAP CLIMB PERFORMANCE HELIKOPTER SYNERGY N9 Raden Gugi Iriandi 1, FX. Djamari 2 Program Studi Teknik Penerbangan Fakultas Teknik Universitas Nurtanio Bandung ABSTRAK Ketika helikopter
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Transportasi udara adalah salah satu jenis transportasi yang sangat efektif bagi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi udara adalah salah satu jenis transportasi yang sangat efektif bagi konsumen, karena dapat melakukan perjalanan yang jauh hanya dalam waktu yang relatif
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Spesifikasi Bandara Radin Inten II
35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Spesifikasi Bandara Radin Inten II Bandar Udara Radin Inten II adalah bandara berkelas umum yang penerbangannya hanya domestik. Bandara ini terletak di kecamatan Natar,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bandar Udara dan Sistem Lapangan Terbang... Bandar udara Menurut PP RI NO 70 Tahun 00 Tentang Kebandarudaraan Pasal Ayat, bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Turbin Cross Flow Tanpa Sudu Pengarah Pengujian turbin angin tanpa sudu pengarah dijadikan sebagai dasar untuk membandingkan efisiensi
Lebih terperinciKRITERIA PENEMPATAN CIRCLING GUIDANCE LIGHT
A.5.2 KRITERIA PENEMPATAN CIRCLING GUIDANCE LIGHT Peralatan ini dipertimbangkan apabila pada suatu bandar udara terdapat permasalahan sebagai berikut: a. Tidak ada petunjuk yang dapat diikuti secara visual
Lebih terperinciMateri Pelatihan Bekerja di Ketinggian
Materi Pelatihan Bekerja di Ketinggian A. Pendahuluan Seseorang yang bekerja di ketinggian sekitar 1.8 meter atau lebih termasuk aktivitas Bekerja di Ketinggian. Bekerja di Ketinggian merupakan aktivitas
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.741, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Stasiun Penerbangan. Sertifikasi. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 59 TAHUN 2016 TENTANG SERTIFIKASI STASIUN PENERBANGAN
Lebih terperinciBAB III DESAIN CIRCULAR HOVERCRAFT PROTO X-1 DAN PROSES OPTIMASI DESAIN
BAB III DESAIN CIRCULAR HOVERCRAFT PROTO X-1 DAN PROSES OPTIMASI DESAIN 3.1 DESAIN CIRCULAR HOVERCRAFT PROTO X-1 Rancang bangun Circular Hovercraft Proto-X1 adalah jenis light hovercraft yang dibuat dengan
Lebih terperinciKriteria penempatan Distance Measuring Equipment (DME)
Standar Nasional Indonesia Kriteria penempatan Distance Measuring Equipment (DME) ICS 93.120 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup dan tujuan... 1 2 Acuan
Lebih terperinciANALISA FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN KEDATANGAN DAN PEMBERANGKATAN PESAWAT UDARA (STUDI KASUS PADA BANDARA HANG NADIM BATAM)
ANALISA FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN KEDATANGAN DAN PEMBERANGKATAN PESAWAT UDARA (STUDI KASUS PADA BANDARA HANG NADIM BATAM) Larisang 1, Roni Agusta 2 Dosen Program Studi Teknik Industri STT Ibnu Sina
Lebih terperinciSPESIFIKASI PARASUT UDARA ORANG (PUO) UTAMA GARUDA 1 P :
Tahun 2008, CV. MAJU MAPAN membuat terobosan dalam pengembangan produksinya dengan membuat Parasut Udara Orang Utama. Berawal dari pengembangan parasut type MC 1 1C, parasut buatan CV. MAJU MAPAN diberi
Lebih terperinciPROPAGASI UMUM PEMBAGIAN BAND FREKUENSI RADIO
PROPAGASI UMUM Apabila kita berbicara tentang propagasi maka kita menyentuh pengetahuan yang berhubungan dengan pancaran gelombang radio. Seperti kita ketahui bahwa apabila kita transmit, pesawat kita
Lebih terperinciLOMPAT JANGKIT. B. Pengertian Lompat Jangkit (Triple Jump)
LOMPAT JANGKIT A. Sejarah Lompat Jangkit Triple melompat, atau paling tidak melibatkan tiga varian melompat satu demi satu, berakar pada Olimpiade Yunani Kuno, dengan catatan yang menunjukkan para atlet
Lebih terperinciKEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 200 Tanggal 15 Februari 2001 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 200 Tanggal 15 Februari 2001 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun
Lebih terperinci