BUKU STUDI DIET TOTAL PROVINSI ACEH 2014

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI DIET TOTAL: SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI JAWA TENGAH 2014

BUKU STUDI DIET TOTAL: SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2014

Buku Studi Diet Total Survei Konsumsi Makanan Individu DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2014

BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014

Buku Studi Diet Total: Survei Konsumsi Makanan Individu Provinsi Sulawesi Selatan 2014

BUKU SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU DALAM STUDI DIET TOTAL PROVINSI DKI JAKARTA Tim Penulis :

BUKU STUDI DIET TOTAL: SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU INDONESIA 2014

EVIDENCE KAMPANYE GIZI SEIMBANG MEMASUKI 1000 HPK ( SDT- SKMI 2014)

SUSTAINABLE DIET FOR FUTURE

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

PROFIL KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU, KECUKUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI MASYARAKAT INDONESIA (ANALISIS DATA STUDI DIET TOTAL 2014)

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

POLA MAKAN DAN STATUS GIZI PADA ANAK ETNIS CINA DI SD SUTOMO 2 DAN ANAK ETNIS BATAK TOBA DI SD ANTONIUS MEDAN TAHUN 2014

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden:

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

I. PENDAHULUAN. tahun. Peningkatan penduduk usia lanjut di Indonesia akan menimbulkan

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

BAB I PENDAHULUAN. terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata pelajaran

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan era globalisasi saat ini telah. memberikan dampak peningkatan urbanisasi dan

DATA RIWAYAT HIDUP. : Sri Ramadani Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Pura, 12 April 1990

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

PENGATUR POLA MENU MAKANAN BALITA UNTUK MENCAPAI STATUS GIZI SEIMBANG MENGGUNAKAN SISTEM INFERENSI FUZZY METODE SUGENO

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

KUESIONER PENELITIAN

Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2013

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

tersebut dibanding produk lainnya (BPOM, 2005).

POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

Updating Tabel Komposisi Pangan Indonesia Melalui Metode Borrowing. Hari Gizi Nasional ke 57 Jakarta, 25 Januari 2017

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

PENDAHULUAN Latar Belakang

METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

Transkripsi:

BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI ACEH 2014 Tim Penulis : Djoko Kartono, M.Sc., Ph.D Ir. Hermina, MKes Mukhlissul Faatih, MBiotech Lambai Aceh Asam sunti & temerui Sie reuboh Lembaga Penerbit BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN 2014 i

Assalamu alaikum Wr. Wb. KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karunia Allah, kami dapat menyelesaikan Laporan Hasil Studi Diet Total (SDT) tahun 2014 Provinsi Aceh. Studi Diet Total terdiri dari Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) dan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM). Pelaksanaan pengumpulan data SDT yang diawali SKMI 2014 di Provinsi Aceh dilakukan di bulan Mei Juli 2014 di 18 kabupaten dan 5 kota. Sebanyak 112 orang enumerator disebar di seluruh kabupaten/kota, dan 12 koordinator klaster yang terdiri dari peneliti Balitbangkes, dosen Poltekkes Jurusan Gizi, dan Akademi Perawat serta satu orang penanggung jawab operasional Dinas Kesehatan Provinsi. Sebanyak 1.868 rumah tangga dapat dikunjungi dan sebanyak 6.611 individu dapat diwawancara. Sebelum pelaksanaan pengumpulan data dilakukan terlebih dahulu pelatihan koordinator klaster dan enumerator. Proses manajemen data dimulai dari pengumpulan dan entri data ke komputer data di lapangan. Selanjutnya, proses data cleaning dilakukan oleh Tim Manajemen Data (mandat) dan Tim Teknis di Balitbangkes. Masih terbatasnya ketersediaan komposisi zat gizi dalam menyebabkan hasil SKMI belum dapat mencakup semua zat gizi. Perkenankanlah kami menyampaikan penghargaan yang tinggi serta terima kasih yang tulus atas semua kerja cerdas dan penuh dedikasi dari seluruh enumerator, koordinator klaster, penanggung jawab operasional penelitian dari Dinas Kesehatan Provinsi serta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, rekan sekerja dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan BPS Provinsi Aceh, para pakar dari Perguruan Tinggi, Para Dosen Poltekkes dan semua pihak yang telah berpartisipasi mensukseskan SDT ini. Secara khusus, perkenankan ucapan terima kasih kami dan para peneliti kepada Ibu Menteri Kesehatan yang telah memberi kepercayaan kepada kita semua, anak bangsa, dalam menunjukkan karya baktinya. Billahi taufiq walhidayah, wassalamu alaikum wr. wb. Jakarta, Desember 2014 Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik dr. Siswanto, MHP, DTM ii

KATA SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur kepada Allah SWT kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karunia Nya, kita dapat menyelesaikan Laporan Hasil Survei Konsumsi Makanan Individu tahun 2014. Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) merupakan bagian dari Studi Diet Total (SDT) bersama dengan kegiatan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM). SKMI dilaksanakan di 33 provinsi (Kalimantan Utara masih bergabung Kalimantan Timur). Pelaksanaan SDT yang diawali uji coba kuesioner SKMI 2014 hingga pengumpulan data dilakukan sejak bulan Maret Juli 2014 di 33 provinsi. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan mengerahkan sekitar 2.372 enumerator yang menyebar di seluruh provinsi, 273 koordinator klaster yang terdiri dari peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) dan dosen Poltekkes Jurusan Gizi serta 134 Penanggung Jawab Operasional Dinas Kesehatan Provinsi. Sebanyak 51.127 rumah tangga dapat dikunjungi dan sebanyak 162.044 individu dapat diwawancara. SDT telah menghasilkan informasi tentang macam hidangan, jenis yang dikonsumsi dan beratnya serta jumlah zat gizi yang dikonsumsinya. Dari jenis dan berat yang dikonsumsi dilakukan ACKM untuk mengetahui paparan dari beberapa zat mungkin menyebabkan penyakit tidak menular. Masih terbatasnya ketersediaan komposisi zat gizi dalam menyebabkan hasil SKMI belum dapat mencakup semua zat gizi. Proses manajemen data dimulai dari pengumpulan data di lapangan, kemudian dilakukan entry data ke komputer yang dilaksanakan di lapangan. Selanjutnya, proses data cleaning dilakukan oleh Tim Manajemen Data (mandat) dan Tim Teknis di Balitbangkes. Format data dibuat untuk keperluan laporan SKMI di 33 provinsi dan ACKM di Yogyakarta. Proses pengumpulan data, entri data dan khususnya data cleaning sungguh memerlukan ketelitian, stamina, pikiran dan kesebaran tingkat tinggi. Demikian pula, rancangan laporan dan khususnya rancangan Tabel juga memerlukan pengalaman. Data konsumsi makanan individu ini harus dapat go international. Oleh karena itu, data perlu mengikuti format untuk harmonisasi internasional dalam FAO/WHO Chronic Individual Food Consumption Database seperti yang sudah tersedia di Cina dan Jepang, serta sedang dipersiapkan di Laos dan Myanmar. Data ini juga perlu harmonisasi kepentingan stakeholders di bidang gizi dan keamanan pangan dalam format FAO/WHO Global Individual Food Consumption Data Tool (FAO/WHO GIFT). Perkenankanlah kami menyampaikan penghargaan yang tinggi serta terima kasih yang tulus atas semua kerja cerdas dan penuh dedikasi dari seluruh peneliti, litkayasa dan staf Balitbangkes, rekan sekerja dari Badan Pusat Statistik (BPS), para pakar dari Perguruan Tinggi, Para Dosen Poltekkes, Penanggung Jawab Operasional dari Jajaran Dinas Kesehatan Provinsi, seluruh enumerator dan semua pihak yang telah berpartisipasi mensukseskan SDT ini. Secara khusus, perkenankan ucapan terima kasih kami dan para peneliti kepada Ibu Menteri Kesehatan yang telah memberi kepercayaan kepada kita semua, anak bangsa, dalam menunjukkan karya baktinya. Billahi taufiq wal hidayah, Wassalamu alaikum Wr. wb. Jakarta, Desember 2014 Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Prof.dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K)., MARS., DTM&H, DTCE iii

RINGKASAN EKSEKUTIF Studi Diet Total (SDT) 2014 adalah studi berbasis komunitas dengan sampel individu yang dapat mewakili provinsi dan nasional dengan menggunakan sub sampel Riskesdas 2013. SDT 2014 mencakup Survei Konsumsi Makanan Indonesia (SKMI) dan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM). SKMI merupakan kegiatan mengumpulkan infoirmasi konsumsi makanan individu yang lengkap, sebagai dasar untuk melakukan kegiatan ACKM yaitu menentukan tingkat keterpaoparan senyawa kimia pada makan yang dikonsumsi penduduk. Laporan ini hanya fokus pada hasil SKMI di Provinsi Aceh. Riskesdas 2013 menunjukkan peningkatan penyakit tidak menular dan masih tingginya masalah gizi di masyarakat yang ditengarai berkaitan dengan perilaku konsumsi makanan di masyarakat. Oleh karena itu, hasil SKMI menjadi bagian penting dari SDT. SKMI bertujuan memperoleh data tentang pola konsumsi makanan dan tingkat kecukupan gizi masyarakat/penduduk, dan untuk menyediakan informasi untuk ACKM yaitu tentang cara dan proses memasak dan alat yang digunakan untuk memasak serta daftar bahan makanan. SKMI ini merupakan survei berskala nasional pertama di Indonesia yang mengumpulkan data konsumsi makanan individu secara lengkap. Survei ini dilakukan bekerjasama dengan perguruan tinggi, Badan Pusat Statistik, Dinas Kesehatan Provinsi dan kabupaten/kota dan dibantu secara teknis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Institute Life Science International (ILSI). Pelaksanan SKMI dibiayai sepenuhnya oleh Pemerintah Indonesia. Disain SKMI adalah potong lintang. Di Provinsi Aceh mencakup 6.611 individu pada 1.868 rumah tangga (RT) dan tersebar di 82 blok sensus (BS) di 18 kabupaten dan 5 kota. Survei ini dilaksanakan pada tahun 2014 dan pada tahun 2015 dilanjutkan dengan kegiatan ACKM. Metode yang digunakan dalam SKMI adalah metode yang telah digunakan di berbagai negara di dunia. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara tentang konsumsi makanan individu sehari sebelumnya. Wawancar dibantu dengan menggunakan pedoman pengumpulan data konsumsi makanan. Data yang dikumpulkan meliputi menu dan jenis makanan, cara memasak dan alat yangvdigunakan untuk memasak. Hasil analisis SKMI di Provinsi Aceh mencakup rerata konsumsi bahan makanan perorang perhari menurut kelompok makanan dan proporsi penduduk yang mengonsumsinya serta asupan energi dan zat gizi. Bahan makanan Sumber karbohidrat. Pada kelompok serealia dan olahan, konsumsi beras adalah yang tertinggi yaitu 230,1 gram perorang perhari diikuti mie (26,2 gram). Beras dikonsumsi oleh semua (99,2%) penduduk sedangkan mie oleh 20,3 persen penduduk. Pada kelompok umbi dan olahan, kentang dan olahan adalah yang tertinggi dikonsumsi yaitu 3,6 gram perorang perhari yang dikonsumsi oleh 7,4 persen penduduk diikuti oleh singkong dan olahan 1,8 gram yang dikonsumsi oleh 4,3 persen penduduk. Sumber protein. a) Protein nabati. Pada kelompok kacang-kacangan dan hasil olahannya, kacang kedelai dan olahan adalah yang dikonsumsi tertinggi yaitu 12,7 gram perorang perhari dan penduduk yang mengonsumsi kacang kedelai dan olahannya adalah 17,6 persen diikuti oleh kacang tanah dan olahan yaitu 1,0 gram perorang perhari yang dikonsumsi oleh 4,5 persen penduduk. b) Protein hewani. Kelompok ikan dan olahan, ikan laut merupakan yang dikonsumsi tertinggi yaitu 149,3 gram perorang perhari dan penduduk yang mengonsumsi ikan laut adalah 66,7 persen. Kelompok telur dan olahan, telur ayam merupakan yang terbanyak yaitu 18,9 gram perorang perhari dan penduduk yang mengonsumsinya adalah 35,7 persen. Kelompok daging dan olahannya, daging unggas adalah yang dikonsumsi tertinggi yaitu 16,7 gram perorang perhari dan penduduk yang mengonsumsi daging daging unggas adalah 12,7 persen. Pada kelompok jeroan dan iv

olahannya, jenis jeroan lainnya (0,3 gram) adalah yang dikonsumsi tertinggi yaitun 0,3 gramperorang perhari dan penduduk yang mengonsuksinya adalah 1,1 persen. Pada kelompok susu dan olahan, jenis susu formula bayi adalah yang dikonsumsi terbanyak yaitu 0,2 gram perorang perhari dan penduduk yang mengonsumsinya adalah 1,4 persen sedangkan susu cair adalah 1,4 ml perorang perhari dan penduduk yang mengonsumsinya dan penduduk yang mengonsumsinya adalah 1,0 persen. Sumber lemak. Pada kelompok minyak, lemak dan olahan, jenis kelapa dan olahan merupakan yang dikonsumsi tertinggi yaitu 20,2 gram perorang perhari dan dikonsumsi oleh 33,6 persen penduduk. Konsumsi terbanyak kedua adalah jenis minyak kelapa sawit dan minyak olahan adalah 18,9 gram perorang perhari namun dikonsumsi oleh 93,2 persen penduduk. Sumber air. Konsumsi kelompok air, air minum merupakan jenis yang dikonsumsi terbanyak yaitu 1.082,4 ml perorang perhari dan dikonsumsi oleh semua (99,0%) penduduk. Konsumsi terbanyak kedua adalah air minum bermerek yaitu 53,8 ml perorang perhari dan dionsumsi oleh Sumber vitamin dan mineral. Pada kelompok sayur dan hasil olahannya, sayuran daun merupakan jenis yang dikonsumsi terbanyak yaitu 59,7 gram perorang perhari dan dikonsumsi oleh 81,6 persen. Pada kelompok buah-buahan dan olahannya, mangga merupakan jenis yang terbanyak dikonsumsi yaitu 20,6 gram perorang perhari dan penduduk yang mengonsumsi adalah 11,3 persen diikuti pisang (9,3 gram) dan penduduk yang mengonsumsinya 9,6 persen. Konsumsi kelompok gula dan konfeksionari, gula 14,2 gram) merupakan jenis yang tertinggi dikonsumsi yaitu 14,2 gram perorang perhari dan penduduk yang mengonsumsi gula adalah 63,0 persen. Konsumsi kelompok bumbu, bumbu basah 17,7 gram) merupakan jenis yang tertinggi dikonsumsi yaitu 17,7 gram perorang perhari diikuti garam (4,1 gram) dan terendah adalah vetsin/msg/mecin (0,1 gram). Konumsi kelompok minuman jenis serbuk, kopi bubuk merupakan jenis yang dikonsumsi tertinggi yaitu 3,3 gram perorang perhari dan dikonsumsi oleh 26,1 persen penduduk. Sedangkan pada kelompok minuman jenis cair, minuman kemasan cairan merupakan yang tertinggi dikonsumsi yaitu 8,1 ml dan dikonsumsi oleh 4,8 persen penduduk. Konsumsi kelompok makanan komposit, ayam goreng merupakan jenis makanan komposit yang tertinggi yaitu 0,36 gram perorang perhari dan hanya dikonsumsi oleh 0,3 persen penduduk. Konsumsi kelompok suplemen, minuman suplemen merupakan jenis yang dikonsumsi yaitu 0,09 ml perorang perhari dan dikonsumsi oleh 0,05 persen penduduk. Sementara itu, pada kelompok jamu, jamu tradisional merupakan jenis yang dikonsumsi terbanyak yaitu 0,05 ml perorang perhari dan dikonsumsi oleh 0,02 persen penduduk. Kecukupan dan asupan gizi Energi. Rerata kecukupan energi perorang perhari menurut kelompok umur adalah pada kelompok umur 0-59 bulan (96,9%) diikuti oleh kelompok umur 5-12 tahun laki-laki maupun perempuan yaitu 84,1 persen dan umur >55 tahun yaitu sekitar 80 persen. Kecukupan energi di perkotaan (78,6%) lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan (74,6%). Proporsi penduduk dengan tingkat kecukupan energi klasifikasi sangat kurang (<70% AKE) tertinggi adalah 55,2 persen pada kelompok umur 13-18 tahun, proporsi dengan tingkat kecukupan energi klasifikasi kurang (70-<100% AKE) tertinggi adalah 52,8 persen yaitu pada kelompok umur 0-59 bulan, proporsi penduduk dengan tingkat kecukupan energi klasifikasi cukup ( 100-<130% AKE) tertinggi adalah 29,3 persen juga pada kelompok umur 0-59 bulan dan proporsi penduduk dengan tingkat kecukupan energi klasifikasi risiko kelebihan energi ( 130% AKE) yaitu 10,3 persen yaitu pada kelompok umur 0-59 bulan. v

Protein. Rerata kecukupan protein perorang perhari menurut kelompok umur adalah pada kelompok umur 0-59 bulan (161,1%) diikuti oleh kelompok umur 5-12 tahun laki-laki maupun perempuan yaitu sekitar 130 persen dan umur 19-55 tahun yaitu sekitar 120 persen. Kecukupan protein di perkotaan (119,5%) lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan (116,1%). Semakin tinggi kuintil indeks kepemilikan semakin tinggi pula terpenuhinya kecukupan protein. Proporsi penduduk dengan tingkat kecukupan protein klasifikasi sangat kurang (<80% AKP) tertinggi adalah 40,1 persen pada kelompok umur 13-18 tahun, proporsi dengan tingkat kecukupan protein klasifikasi kurang (80-<100% AKP) tertinggi adalah 19,6 persen juga pada kelompok umur 13-18 tahun, proporsi penduduk dengan tingkat kecukupan protein klasifikasi cukup ( 100-<130% AKP) tertinggi adalah 18,5 persen pada kelompok umur 19-55 tahun dan proporsi penduduk dengan tingkat kecukpan protein klasifikasi lebih ( 120% AKP) yaitu 68,7 persen yaitu pada kelompok umur 0-59 bulan. Lemak. Asupan lemak perorang perhari tertinggi pada laki-laki adalah pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu 49,4 gram dan untuk perempuan pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu 48,7 gram. Asupan protein di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan. Karbohidrat. Asupan karbohidrat perorang perhari tertinggi pada laki-laki adalah pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu 292,4 gram dan untuk perempuan juga pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu 246,3 gram. Natrium. Asupan natrium perorang perhari tertinggi pada laki-laki adalah pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu 1256,2 miligram dan untuk perempuan pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu 1324,4 miligram. Proporsi penduduk dengan asupan natrium 2000 miligram di perkotaan (8,9%) lebih rendah dibandingkan dengan di perdesaan (11,5%) dan tertinggi pada kuintil terbawah (12,3%) dan terendah pada kuintil teratas (8,7%). Gula, garam dan lemak. Rerata konsumsi gula menurut kelompok umur, tertinggi pada kelompok umur >55 tahun (20,5 g) dan di perkotaan (15,1 g) lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan (13,9 g). Rerata konsumsi garam menurut kelompok umur sekitar 4 gram kecuali pada kelompok umur 0-59 bulan 2,2 gram dan konsumsi di perkotaan sama dengan di perdesaan yaitu 4 gram. Rerata konsumsi minyak/lemak menurut kelompok umur tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (20,1 g) dan di perkotaan (21,8 g) lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan (18,2 g). Proporsi penduduk yang mengonsumsi gula 50 gram tertinggi pada kelompok umur >55 tahun (8,3%), di perkotaan (5,2%) lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (4,5%). Proporsi penduduk dengan asupan natrium 2000 miligram di perkotaan (8,9%) lebih rendah dibandingkan di perdesaan (11,5%) dan tertinggi pada kuintil terbawah (12,3%) dan terendah pada kuintil teratas (8,7%). Proporsi penduduk yang mengonsumsi lemak 67 gram di perkotaan (25,0%) lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (13,5%) dan terendah pada kuintil terbawah (9,9%) dan tertinggi pada kuintil teratas (24,1%). Rekomendasi Mengingat sumber energi dan karbohidrat (makanan pokok) masih sangat tergantung pada beras maka perlu kampanye penganekaragaman makanan pokok berbasis sumber makanan lokal selain beras yaitu umbi-umbian. Mengingat sumbangan protein hewani ikan laut dan olahan cukup tinggi yang dikonsumsi dua-pertiga penduduk diikuti telur dan olahan yang dikonsumsi oleh sepertiga penduduk maka perlu dilakukan kampanye untuk terus meningkatkan konsumsi ikan laut. Mengingat sumbangan vitamin dan mineral dari sayuran belum tinggi namun dikonsumsi oleh lebih 80 persen penduduk dan buah-buahan masih rendah yang hanya dikonsumsi oleh 10 persen penduduk maka digalakkan produksi sayuran dan buah-buahan serta kampanye untuk meningkatkan konsumsinya. Mengingat proporsi penduduk dengan tingkat kecukupan energi klasifikasi sangat kurang dan kurang masih jauh lebih tinggi dibandingkan klasifikasi lebih dan sebaliknya proporsi vi

penduduk dengan tingkat kecukupan protein klasifikasi lebih sudah jauh lebih tinggi dibandingkan klasifikasi kurang, maka perlu penyuluhan pentingnya pemenuhan kecukupan energi agar asupan protein dapat berfungsi dengan baik. Mengingat sudah terdapat penduduk yang mengonsumsi gula, garam (nattrium) dan lemak melebihi batas yang ditetapkan dalam Permenkes nomor 30 tahun 2013, maka perlu ditingkatkan kampanye agar lebih banyak masyarakat yang menyadari akan risiko mengonsumsi gula, natrium dan lemak yang berlebih. vii

Daftar isi KATA PENGANTAR... i KATA SAMBUTAN... ii RINGKASAN EKSEKUTIF... iii DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR SINGKATAN... xii BAB 1. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar belakang... 1 1.2.Perumusan masalah penelitian... 2 1.3.Pertanyaan penelitian... 3 1.4.Tujuan penelitian... 3 1.5. Manfaat penelitian... 4 BAB 2. METODE PENELITIAN... 5 2.1. Disain... 5 2.2.Tempat dan waktu... 5 2.3. Populasi dan sampel... 5 2.4. Variabel dan definisi operasional... 6 2.5. Instrumen dan cara pengumpulan data... 12 2.6. Pengawasan kualitas data... 19 2.7. Analisis data... 20 2.8. Izin penelitian... 21 2.9. Petimbangan etik penelitian... 21 BAB 3.HASIL... 22 3.1. Gambaran umum Provinsi Aceh... 22 3.1.1. Geografi dan wilayah administrasi... 22 3.1.2. Pelayanan dan derajad kesehstan... 22 3.1.3. Kesehatan lingkungan... 23 3.1.4. Status gizi... 23 3.2. Jumlah sampel yang terkumpul... 23 3.3. Konsumsi bahan makanan menurut kelompok makanan... 24 3.4. Asupan dan kecukupan energi... 47 3.5. Asupan dan kecukupan protein... 49 3.6. Asupan lemak... 51 3.7. Asupan karbohidrat... 52 3.8. Asupan natrium... 53 viii

3.9. Asupan gula, garam/natrium dan lemak... 54 DAFTAR PUSTAKA...55 DAFTAR LAMPIRAN...57 Lampiran 1 Surat persetujuan etik penelitian...57 Lampiran 2 Surat izin Kementerian Dalam Negeri...58 Lampiran 3 Surat Sekretaris Daerah Provinsi Aceh...60 Lampiran 4 Naskah Penjelasan...61 Lampiran 5 Kontributor...63 ix

Daftar Tabel Halaman Tabel 2.1. Variabel dan Definisi Operasional SKMI... 7 Tabel 3.2.1. Distribusi BS, RT dan ART yang dapat dikunjungi (response rate) menurutkabupaten/kota, Provinsi Aceh 2014...24 Tabel 3.2.2. Distribusi ART yang dapat dikunjungi (response rate) menurut karakteristik, Provinsi Aceh 2014...25 Tabel 3.3.1. Rerata konsumsi bahan makanan kelompok serealia dan olahannya perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...26 Tabel 3.3.2. proporsipenduduk yang mengonsumsibahan makanan kelompok serelia dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...26 Tabel 3.3.3. Rerata konsumsi bahan makanan kelompok umbi dan olahan perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...27 Tabel 3.3.4. Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok umbi dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...27 Tabel 3.3.5. Rerata konsumsi bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahan perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...28 Tabel 3.3.6. Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok kacangkacangan dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...28 Tabel 3.3.7. Rerata konsumsi bahan makanan kelompok sayuran dan olahan perorang perhari menurut kelompok umur, provinsi aceh 2014...29 Tabel 3.3.8. Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok sayuran dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...29 Tabel 3.3.9.Rerata konsumsi bahan makanan kelompok buah-buahan dan olahan perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...30 Tabel 3.3.10. Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok buahbuahan dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...30 Tabel 3.3.11. Rerata konsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahan perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...31 Tabel 3.3.12. Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...32 Tabel 3.3.13. Rerata konsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahan perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...32 Tabel 3.3.14. Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...33 Tabel 3.3.15. Rerata konsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahan perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...33 Tabel 3.3.16. Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...34 Tabel 3.3.17. Rerata konsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahan perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...35 Tabel 3.3.18. Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...35 x

Tabel 3.3.19. Rerata konsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahan perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...36 Tabel 3.3.20. Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...36 Tabel 3.3.21. Rerata konsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...37 Tabel 3.3.22. Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...37 Tabel 3.3.23. Rerata konsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...38 Tabel 3.3.24. Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...39 Tabel 3.3.25. Rerata konsumsi bahan makanan kelompok bumbu perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...39 Tabel 3.3.26. Proprosi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok bumbu menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...40 Tabel 3.3.27. Rerata konsumsi bahan makanan kelompok minuman perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...40 Tabel 3.3.28. Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok minuman menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...41 Tabel 3.3.29. Rerata konsumsi bahan makanan kelompok makanan komposit perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...42 Tabel 3.3.30. Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok makanan komposit menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...42 Tabel 3.3.31. Rerata konsumsi bahan makanan kelompok air perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...43 Tabel 3.3.32. Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok air menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...43 Tabel 3.3.33. Rerata konsumsi bahan makanan kelompok suplemen dan jamu perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...44 Tabel 3.3.34. Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok suplemen dan jamu menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...44 Tabel 3.3.35. Rerata konsumsi serelia, umbi, kacang, sayur, buah, daging dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...45 Tabel 3.3.36. Rerata konsumsi jeroan, ikan, telur, susu, minyak, olahannya, gula dan konfeksionari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...46 Tabel 3.3.37. Rerata konsumsi bumbu, minuman, makanan komposit, air, suplemen dan jamu menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014...46 Tabel 3.4.1. Rerata asupan energi penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan tempat tinggal, Provinsi Aceh 2014...47 Tabel 3.4.2. Rerata kecukupan energi penduduk menurut karakteristik, Provinsi Aceh 2014...48 Tabel 3.4.3. Proporsi penduduk menurut klasifikasi tingkat kecukupan energi dan karakteristik, Provinsi Aceh 2014...49 Tabel 3.5.1. Rerata asupan protein penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan tempat tinggal, Provinsi Aceh 2014...50 xi

Tabel 3.5.2.Rerata kecukupan protein penduduk menurut karakteristik, Provinsi Aceh 2014...50 Tabel 3.5.3.Proporsi penduduk menurut klasifikasi tingkt kecukupan protein dan karakteristik, Provinsi Aceh 2014...51 Tabel 3.6.1. Rerata asupan lemak penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan tempat tinggal, Provinsi Aceh 2014...52 Tabel 3.7.1. Rerata asupan kabohidrat penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan tempat tinggal, Provinsi Aceh 2014...53 Tabel 3.8.1. Rerata asupan natrium penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan tempat tinggal, Provinsi Aceh 2014...53 Tabel 3.9.1. Rerata konsumsi gula, garam, minyak/lemak perorang perharti menurut karakteristik, Provinsi Aceh 2014...54 Tabel 3.9.2.Proporsi penduduk mengonsumsi gula, natrium dan lemak melebihi pesan kesehatan menurut karakteristik, Provinsi Aceh 2014... 55 xii

DAFTAR SINGKATAN ACKM AKG ART BPOM BS BTP Depkes FAO MDGs JECFA Kemenkes Kemenristek PTM RAN Riskesdas RT SDT SKMI Susenas WHO WUS = Analisis Cemaran Kimia Makanan = Angka Kecukupan Gizi = Anggota Rumah Tangga = Badan Pengawasan Obat dan Makanan = Blok Sensus = Bahan Tambahan Pangan = Departemen Kesehatan = Food and Agriculture Organization = Millenium Development Goals = Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives = Kemeterian Kesehatan = Kementerian Riset dan Teknologi = Penyakit Tidak Menular = Rencana Aksi Nasional = Riset Kesehatan Dasar = Rumah Tangga = Studi Diet Total = Survei Konsumsi Makanan Individu = Survey Sosial Ekonomi Nasional = World Health Organization = Wanita Usia Subur xiii

BAB 1. PENDAHULUAN Latar belakang Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) merupakan survei yang bertujuan untuk mengumpulkan data makanan yang dikonsumsi penduduk. Survei ini menjadi dasar bagi pelaksanaan Studi Diet Total (SDT). Studi Diet Total penting dilaksanakan karena berdasarkan data yang diperoleh dari Riskesdas (2010), makanan yang dikonsumsi masyarakat Indonesia belum sesuai dengan kebutuhan. Masih terdapat mayarakat yang kurang gizi, namun terdapat juga masyarakat yang menghadapi kelebihan gizi terutama di perkotaan.konsumsi makanan dan atau minuman bergula, bergaram dan berlemak-jenuh tinggi disertai dengan konsumsi sayuran dan buah yang rendah, merupakan salah satu faktor risiko utama PTM terkait-gizi (Beaglehole et al, 2011). Selain itu tingkat pencemaran kimia pada bahan makanan dan minuman cukup tinggi ditemukan didaerah industri pertambangan dan pertanian hortikultura (Kemenkes 2012) berkaitan dengan penyakit tidak menular. Data mortalitas menurut kelompok penyakit berdasarkan kajian hasil survei kesehatan nasional 1995-2007 (Atmarita, 2011) menunjukkan terjadinya pergeseran pola penyakit penyebab kematianpada berbagai golongan umur.kasus kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi, kanker dan diabetes melitus semakin meningkat dibandingkan dengan kasus kematian akibat penyakit menular. Angka kematian akibat penyakit diabetes melitus meningkat dari 1,1persen menjadi 2,1 persen, hipertensi dari 7,6 persen menjadi 9,5 persen, dan stroke dari 8,3 persen menjadi 12,1 persen (Depkes, 2008 dan Kemenkes, 2014). Prevalensi gizi kurang, kependekan dan prevalensi gizi lebih di tahun 2013 cenderung tidak berubah dibandingkan dengan tahun 2007.Masalah gizi lebih sangat berkaitan dengan kejadian PTM, sehingga peningkatan angka kematian akibat PTM diduga berhubungan erat dengan pola konsumsi pangan (bahan makanan atau minuman) yang mencakup jumlah, mutu dan keamanan. Saat ini telah terdapat banyak data SDT yang berasal dari negara-negara yang telah melakukan studi ini, antara lain Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Kanada, Itali, Inggris, Perancis dan negara-negara Asia seperti Cina dan Malaysia. Saat ini SDT dilakukan di seluruh dunia dengan mengikuti pedoman umum yang dikembangkan oleh WHO terutama dari segi metode, sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu informasi tingkat internasional yang terharmonisasi. Di Indonesia sampai saat ini belum pernah dilakukan SDT yang mencakup survei konsumsi pangan dan analisis senyawa kimia di dalam bahan pangan. Data konsumsi makanan tingkat nasional dari Susenas, Riskesdas 2007, dan Riskesdas 2010, belum memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelaksanaan SDT sesuai pedoman umum harmonisasi dari WHO. Data konsumsi dari Susenas merupakan hasil pendekatan dari biaya pengeluaran rumah tangga untuk pembelian pangan sehingga tidak bisa menunjukkan jumlah pangan yang sebenarnya dikonsumsi dan masuk ke dalam tubuh. Data konsumsi dalam Riskesdas 2007 juga merupakan data konsumsi rumah tangga, sehingga tidak bisa dihubungkan dengan data kejadian penyakit yang mewakili data individu, sedangkan Riskesdas 2010 sudah mempunyai data konsumsi individu tetapi tidak memiliki informasi tentang proses pengolahan yang diperlukan dalam menyiapkan sampel bahan makanan untuk keperluan analisis senyawa kimia. Dengan tidak adanya data nasional kecukupan dan keamanan konsumsi pangan serta kajiaan risikonya, maka Indonesia belum memiliki data sebagai evidence based yang dapat mewakili mayoritas penduduk Indonesia yang dapat digunakan sebagai informasi dalam forum-forum di tingkat internasional dan sebagai dasar pengambilan kebijakan. 1

Sampai saat ini belum ada data konsumsi pangan terkini dan lengkap dengan cara pengolahan makanan dan data paparan senyawa kimia pada populasi yang sangat terbatas, sehingga tidak dapat dihubungkan dan menjelaskan meningkatnya prevalensi PTM di Indonesia. Oleh karena itu untuk mendapatan data yang sangat penting ini, perlu dilakukan SDT tingkat nasional. SDT yang dilakukan pada tahun 2014-2015 mempunyai dua kegiatan yaitu kegiatan SKMI pada tahun 2014 bertujuan untuk mendapatkan data perubahan tingkat konsumsi gizi dan status gizi serta keragaman hidangan dan bahan makanan yang dikonsumsi penduduk dibandingkan dengan data Riskesdas 2010 dan kegiatan ACKM pada tahun 2015 untuk mengumpulkan data tingkat cemaran kimia dalam makanan yang dikonsumsi oleh penduduk. Oleh karena itu SDT dilaksanakan di Indonesia dimulai dengan kegiatan SKMI yang dilakukan di seluruh provinsi pada tahun 2014 termasuk di Provinsi Aceh. Perumusan masalah penelitian Seperti telah dikemukakan di atas bahwa kejadian PTM semakin meningkat dari tahun ke tahun, demikian juga halnya dengan angka kematian yang diakibatkan PTM. Prevalensi masalah gizi tidak banyak mengalami perbaikan dari tahun 2007 sampai tahun 2013. Ada kecenderungan peningkatan prevalensi pendek (stunting), gizi kurang (underweight) dan kegemukan (obesity). Gambaran kesehatan dan gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan jumlah, mutu dan keamanan makanan yang dikonsumsinya dikenal dengan istilah you are what you eat. Prinsip ketahanan pangan bertumpu pada tiga hal, yaitu: tersedianya jumlah pangan yang cukup, bermutu dan aman bagi penduduk. Meningkatnya kejadian PTM dan tetap tingginya masalah gizi di Indonesia memberikan indikasi adanya masalah dalam makanan yang dikonsumsi oleh penduduk Indonesia baik dari segi jumlah, mutu maupun keamanannya. Pertanyaan penelitian Pertanyaan penelitian untuk SKMI 2014 Provinsi Aceh yaitu : 1. Berapakah jumlah makanan dan bahan makanan yang dikonsumsi penduduk menurut jenis dan kelompok makanan di tingkat provinsi? 2. Berapa tingkat asupan zat gizi individu dari semua kelompok umur di tingkat provinsi? 3. Apa saja zat gizi yang konsumsinya kurang dan apa saja zat gizi yang konsumsinya lebih di tingkat provinsi? 4. Berapa jumlah garam, gula dan minyak yang dikonsumsi penduduk di tingkat propinsi? 5. Makanan apa saja yang merupakan komponen sedikitnya 90 persen dari diet yang dikonsumsi penduduk di tingkat provinsi? Tujuan penelitian Tujuan umum Tersedianya data tentang kecukupan dan keamanan makanan yang di konsumsi oleh penduduk di Provinsi Aceh. 2

Tujuan khusus 1. Memperoleh informasi rata-rata berat bahan makanan yang dikonsumsi individu menurut jenis makanan dan kelompok makanan (food group) di Provinsi Aceh 2. Memperoleh informasi tentang tingkat asupan zat gizi (makro dan mikronutrien) individu di Provinsi Aceh. 3. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan konsumsi zat gizi individu dibandingkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Provinsi Aceh. 4. Memperoleh konsumsi garam, gula dan minyak yang dikonsumsi penduduk di Provinsi Aceh 5. Memperoleh daftar makanan (food list) yang merupakan komponen sedikitnya 90 persen dari diet yang dikonsumsi penduduk Provinsi Aceh. Manfaat penelitian 1. Mendapat informasi pola konsumsi bahan makanan penduduk di wilayah Provinsi Aceh. 2. Mendapat informasi konsumsi zat gizi penduduk di wilayah Provinsi Aceh. 3. Memperoleh daftar makanan (foodlist) untuk keperluan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM) di Provinsi Aceh. 4. Mampu merencanakan penelitian lanjutan sesuai dengan permasalahan kesehatan 3

BAB 2. METODE PENELITIAN 2.1. Disain penelitian Penelitian ini merupakan survei berskala nasional. Oleh karena itu disain SKMI 2014 di Provinsi Aceh mengikuti disain nasional yaitu dengan disain potong lintang (cross-sectional), non-intervensi/observasi, deskriptif dan analitik. 2.2. Tempat dan waktu Di 18 kabupaten dan 5 kota di Provinsi Aceh, pelaksanaan pengumpulan data SDT dilaksanakan secara serentak mulai pada minggu ke-3 bulan Mei hingga akhir bulan Juni 2014. 2.3. Populasi dan sampel Populasi dalam SKMI Provinsi Aceh tahun 2014 adalah seluruh rumah tangga biasa yang mewakili provinsi tersebar di 18 kabupaten dan 5 kota. Besar sampel Provinsi Aceh berdasarkan kerangka sampling nasional terpilih 82 BS di 18 kabupaten dan 5 kota dan 2080 RT dengan perkiraan indiviidu sebesar 7.768. Kriteria inklusi dan eksklusi Sampel adalah semua rumah tangga yang sudah didatangi dan terdaftar pada data Riskesdas 2013 dan semua anggota rumah tangga yang ada pada saat pengumpulan data SKMI di Provinsi Aceh berlangsung. Kriteria eksklusi adalah rumah tangga tidak diambil datanya bila tidak memungkinkan untuk dikunjungi karena berbagai kendala; dan rumah tangga serta anggota rumah tangga yang menolak berpartisipasi dalam SKMI di Provinsi Aceh. Cara Pemilihan Sampel Rumah tangga yang akan dikunjungi adalah rumah tangga yang menjadi sampel dalam Riskesdas 2013 di Provinsi Aceh. Untuk mendapatkan sampel individu, rumah tangga di BS yang sudah dikunjungi Riskesdas 2013 akan diambil secara acak sebanyak 2080 rumah tangga. Dalam satu rumah tangga terdapat rata-rata 4,5 individu 4

2.4. Variabel dan definisi operasional Jenis data yang dikumpulkan secara lengkap dapat dilihat pada kuesioner, yaitu terdiri dari blok pertanyaan sebagai berikut: Tingkat Rumah Tangga Blok I Blok II Blok III Blok IV Blok V Blok VI : Pengenalan Tempat : Keterangan Rumah Tangga : Keterangan Pengumpul Data : Keterangan Anggota Rumah Tangga : Daftar Hidangan Makanan/Minuman yang Dimasak di RT (Quicklist) : Persiapan dan Cara Mengolah Makanan/Minuman di Rumat Tangga Tingkat Individu Blok VII Blok VIII Blok IX Blok X :Keterangan Pengumpul Data : Keterangan Individu : Daftar Makanan yang Dikonsumsi ART dalam Satu Hari Kemarin : Konsumsi Makanan Individu Recall 1 x 24 Jam 5

Tabel 2.1. Variabel dan Definisi Operasional SKMI No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian 1 Zat Gizi Diperoleh dari DKBM berdasarkan Berat bahan makanan yang dikonsumsi 2 Konsumsi serealia Berat bahan makanan kelompok serealia yang dikonsumsi Jenis serealia terdiri dari : Analisis DKBM Rasio Rata2 dan st.deviasi Rasio Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi 3 Konsumsi umbiumbian 4 Konsumsi kacangkacangan, biji Berat bahan makanan kelompok umbiumbian yang dikonsumsi Berat bahan makanan kelompok kacangkacangan yang dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi 5 Konsumsi sayuran Berat bahan makanan kelompok sayuran yang dikonsumsi 6 Konsumsi buah Berat bahan makanan kelompok buah yang dikonsumsi 7 Konsumsi daging Berat bahan makanan kelompok daging yang dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi 8 Konsumsi jeroan/non daging Berat bahan makanan kelompok jeroan, non daging yang dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi 9 Konsumsi ikan Berat bahan makanan kelompok ikan yang dikonsumsi 10 Konsumsi telur Berat bahan makanan kelompok telur yang dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi 6

No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian 11 Konsumsi susu Berat bahan makanan kelompok susu yang dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi 12 Konsumsi minyak, lemak 13 Konsumsi gula, sirop, konfeksionari Berat bahan makanan kelompok minyak, lemak yang dikonsumsi Berat bahan makanan kelompok gula, sirop.konfeksionari yang dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi 14 Konsumsi bumbu Berat bahan makanan kelompok bumbu yang dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi 15 Konsumsi minuman 16 Konsumsi makanan komposit Berat bahan makanan kelompok minuman yang dikonsumsi Berat bahan makanan kelompok makanan komposit yang dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi 17 Konsumsi air Berat bahan makanan kelompok air yang dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi 18 Konsumsi suplemen Berat bahan makanan kelompok suplemen yang dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi 19 Asupan energi Jumlah energi yang dikonsumsi Perhitungan berat bahan makanan yang dikonsumsi dengan kandungan zat gizinya 20 Asupan protein Jumlah protein yang dikonsumsi Perhitungan berat bahan makanan yang dikonsumsi dengan kandungan zat gizinya Rasio Rasio Rerata, standar deviasi dan proporsi Rerata, standar deviasi dan proporsi 7

No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian 21 Tingkat Kecukupan Asupan Energi 22 TingkatKecukupan Asupan Protein Persentase asupan energi per orang per hari terhadap Angka Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. AKE yang digunakan adalah didasarkan Permenkes no 75 tahun 2013. Persentase asupan proteinper orang per hari terhadap Angka Kecukupan Protein (AKP) yang dianjurkan untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. AKP yang digunakan adalah didasarkan Permenkes no 75 tahun 2013. 23 Asupan natrium Jumlah natrium yang dikonsumsiindividu sehari kemarin 24 Asupan lemak Jumlah lemak yang dikonsumsi individu sehari kemarin Dihitung berdasarkan kandungan natrium bahan makanan yang ada dalam Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) Dihitung berdasarkan kandungan lemak bahan makanan yang ada dalam Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) Ordinal Ordinal Rasio Rasio 1. < 70 % AKE 2. 70-100% AKE 3 100-120% AKE 4 >130% AKE 1. < 80 % AKP 2. 80-100% AKP 3 100-120% AKP 4 >120% AKP 25 Asupan karbohidrat Jumlah karbohidrat yang dikonsumsi individu sehari kemarin 26 Berat badan Berat badan seluruh responden, bayi,balita,remaja,dewasa dan lansia, Dihitung berdasarkan kandungan karbohidrat bahan makanan yang ada dalam Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) Dengan menggunakan timbangan badan dengan Rasio Ordinal 8

No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian baik perempuan dan laki-laki 27 Makanan yang Nama makanan dan minuman yang dikonsumsi ART dikonsumsi individu sesuai waktu dalam satu hari kemarin 28 Konsumsi Jenis bahan makanan/minuman yang makanan individu dikonsumsi individu anggota rumahtangga baik yang dimasak dirumah maupun yang diperoleh/dibeli diluar rumah selama sehari kemarin 29 Kode Hidangan Kode hidangan menurut daftar makanan yang telah disiapkan dalam buku pedoman SKMI ketelitian 0,1 kg Wawancara Wawancara dan penimbangan hidangan Buku kode hidangan Nominal Nominal Nominal 30 Asal hidangan Bagaimana cara mendapatkan hidangan Wawancara Nominal 1.Di rumah tangga 2. dibeli 3. diberi 31 Nama Nama produk atau pembuat Wawancara dan Nominal dagang/merek hidangan/makanan rumahtangga pengamatan maupun pabrikan 32 Spesifikasi rasa Rasa yang tertera dalam kemasan Wawancara dan Nominal pabrikan pengamatan 33 Alamat tempat makanan dijual Alamat tempat hidangan /makanan yang dikonsumsi individu di Wawancara Nominal 34. URT/porsi hidangan/makanan Ukuran yang dipakai rumahtangga untuk menyatakanjumlah hidangan atau bahan makanan Wawancara Ordinal sendok makan(sdm) sendok teh (sdt) centong, potong, biji, buah, piring 35. Sumber air Tempat memperoleh air yang digunakan untuk memasak dan minum Wawancara Nominal 1.Air kemasan 2.Air isi ulang 3.Air ledeng/pda 9

No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian 4.Air ledeng eceran/beli 5.Sumur bor/pompa 6.Sumur gali terlindung 7.Mata air tak terlindung 8.Penampungan air Hujan 9.Air danau/sungai/irigasi 10.Tidak tahu 36 Perlakuan pada bahan makanan mentah Tindakan yang dilakukan terhadap makanan yang dikonsumsi mentah Wawancara Nominal 1.Dicuci dan dikupas 2.Dicuci, tidak dikupas 3.Tidak dicuci, dikupas 4.Tidak dicuci dan tidak dikupas 8.Tidak berlaku 37 Cara pengolahan Bagaimana cara hidangan/makanan tersebut dimasak yang paling berisiko terhadap adanya cemaran. Wawancara Nominal 1.Bakar/asap 2.Goreng 3.Panggang/sangan/sangrai 4.Rebus/Ungkep/presto/ magic-jar 5.Tumis 6.Kukus 7.Seduh 9.Tidak diolah 38 Status responden terkini Informasi atau keberadaan responden (KRT dan ART) sebagai sampel individu SKMI 2014 pada saat pengumpulan data masih sama atau ada perubahan dibandingkan dengan data yang Wawancara Nominal 1.Tidak ada perubahan 2.Ada perubahan 3.Meninggal 4.Pindah 5.Lahir 10

No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian dikumpulkan dalam RIskesdas 2013. 6.Art baru 7.Tidak pernah ada dlm ruta (fiktif) 39 Umur Umur anggota rumahtangga Wawancara Nominal a. 1< 1 bln isikan hari b. < 5 thn isikan bulan c. >= 5 thn isikan tahun 40 Status Pekerjaan Pekerjaan utama anggota rumah tangga yang berumur diatas 10 tahun Wawancara Nominal 1.Tidak bekerja 2.Bekerja 3.Sekolah 41 Persiapan cara memasak makanan/minuman di rumahtangga 42 Bahan Dasar Alat Masak yang digunakan Diperoleh keterangan tentang asal, siapa yang memasak, beratbahan makanan, sumber air cara perlakuan dan pengolahan termasuk bahan bakar yang dipergunakan untuk memasak hidangan yang dimasak di rumah tangga Bahan dasar alat masak yang dipakai untuk memasak makanan dan minuman yang dikonsumsi keluarga. contoh aluminium, gerabah, gelas Wawancara Wawancara/pengamatan Nominal 1.Aluminium 2.Seng 3.Besi 4.Kaca 5.Tanah/gerabah 6.Plastik 7.Keramil 8.Tembaga 9.Stainless steel 10.Enamel 11.Tidak pakai alat 43 Asal hidangan Asal bahan makanan/minuman tersebutdiperoleh sebelum dimasak di Wawancara Nominal 1.Di rumah tangga 2. Dibeli 11

No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian rumahtangga 44 Air minum Jumlah air yang diminum individu selama satu hari (24 jam) kemarin 45 Perlakuan pada Perlakuan terhadap setiap rincian bahan bahan mentah makanan yang digunakan dalam proses pemasakan hidangan makanan/minuman di rumahtangga Wawancara 3. D1.iberi Ml (gram) Wawancara Nominal 1.Dicuci 2.Dikupas 3.tidak dicuci 4.Tidak dikupas 5.Tidak dicuci&tidak dikupas 7.Tidak berlaku 46 Pengolahan/pemas akan 47 Rincian bahan makanan 48 Siapa yang memasak Cara pengolahan dan pemasakan responden terhadap setiap hidangan yang dimasak di rumahtangga yang dapat menimbulkan cemaran dan rincian bahan makanannya Rincian bahan sesuai resep yang digunakan dalam memasak hidangan makanan/minuman di rumah tangga termasuk bumbu dan air. Orang yang memasak makanan atau minuman dari masing-masing makanan/minuman yang dimasak di rumahtangga Wawancara Nominal Nominal Wawancara Nominal 1. KK 2. istri/suami 3.anak kandung 4.anak angkat/atiri 5.menantu 6.Cucu 7.orangtua/mertua 8.Famili lain 9.pembantu 10.lainnya Kukus<tumis<rebus<panggang<goreng< bakar 12

No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian 49 Merek Pabrik dalam Kemasan Tulisan atau label yang dibuat oleh pabrik/industri yang berada pada pembungkus atau kemasan makanan jadi/pabrikan yang dikonsumsi responden yang dibuat di rumahtangga Wawancara pengamatan dan 13

2.5. Instrumen dan dan cara pengumpulan data Instrumen Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Daftar Sampel SDT (DS SDT) Provinsi Aceh (dari Daftar Sampel Rumah Tangga yang sudah tersedia pada saat Riskesdas 2013) 2. Kuesioner RT dan Kuesioner Individu 3. Buku foto makanan 4. Timbangan makanan dan penggaris 5. Peralatan antropometri timbangan berat badan digital Cara pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan penimbangan berat badan. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data : pengenalan tempat, keterangan rumah tangga dan anggota rumah tangga, daftar hidangan, keterangan individu, konsumsi makanan individu (recall 1x24 jam), Daftar makanan yang dikonsumsi 24 jam terakhir, URT/porsi serta sumber air. Wawancara dan penimbangan bahan makanan dilakukan untuk mengumpulkan data : berat rincian hidangan yang dimakan. Wawancara dan pengamatan dilakukan untuk mengambil data : persiapan, bahan dasar alat masak dan cara mengolah makanan dan keadaan biologis pada saat recall. Wawancara dan membeli bahan makanan dilakukan untuk mengambil data : jenis bahan makanan. Penimbangan menggunakan timbangan digital dilakukan untuk mengambil data berat badan dengan ketelitian 0,1 kg. Wawancara Pengumpulan data di tingkat rumah tangga dan individu dilakukan dengan metode wawancara secara tatap muka. Wawancara dilakukan oleh tenaga pengumpul data yang berlatar belakang pendidikan gizi dan telah mendapat pelatihan sebelum pengumpulan data dilakukan. Wawancara dengan menggunakan instrumen yaitu 2 kuesioner yang berbeda: a. Kuesioner rumah-tangga, terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi proses penyediaan makanan yang dikonsumsi keluarga. Mulai dari sumber bahan makanan diperoleh, proses persiapan sebelum pemasakan, cara pengolahan hingga alat masak dan bahan bakar yang digunakan dalam pemasakan. b. Kuesioner individu, terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi jenis dan kuantitas (berat) makanan dikonsumsi oleh setiap anggota rumah-tangga. Termasuk minuman, bumbu, suplemen makanan, gula, garam dan minyak individu juga dikumpulkan. Tehnik wawancara Tehnik wawancara untuk mengumpulkan data jenis dan kuantitas makanan yang dikonsumsi individu serta proses penyediaan makanan yang dikonsumsi keluarga, digunakan metode Recall 1 x 24 jam. Metode Recall adalah cara pengumpulan data individu dan keluarga yang prinsipnya meminta responden mengingat kembali semua makanan yang dikonsumsi selama 24 jam yang lalu dengan cara probing (penggalian). Tehnik metode Recall yang digunakan adalah 5-Step 14

Multiple-Pass Method secara detail diuraikan dalam buku pedoman umum dan buku pedoman pengisian kuesioner. Kunjungan ulangan Recall 1 x 24 jam hanya dipilih secara purposive 3 RT dalam 1 BS, RT yang dipilih yang dapat ditentukan dalam 3 hari pertama pengumpulan data dalam setiap BS. Proses wawancara Persiapan Satu hari sebelum tim turun ke lapangan, ketua tim pengumpul data berkewajiban untuk memeriksa ulang semua rumah tangga di BS sesuai dengan DS-SDT Provinsi Aceh, sedangkan anggota tim lainnya mempersiapkan instrumen dan peralatan serta kalibrasi alat. Apabila rumah tangga tersebut sudah tidak ada karena berbagai alasan dan tidak mungkin dikunjungi, tidak perlu dicarikan penggantinya.tim pengumpul data mengunjungi rumah tanggal terpilih untuk membuat janji kapan wawancara untuk pengumpulan data konsumsi dapat dilakukan. Hari Pengumpulan data Wawancara dilakukan sesuai dengan waktu yang telah disepakati antara tenaga pengumpul data dan ART yang akan diwawancarai. Setelah memperkenalkan diri, kemudian menjelaskan naskah penjelasan yang intinya menerangkan maksud dan tujuan survei dilakukan, penggunaan hasil, metoda yang digunakan, risiko yang ditimbulkan, manfaat termasuk kompensasi yang diberikan atau yang akan diterima sebagai pengganti terganggunya waktu responden karena harus diwawancarai, jaminan kerahasiaan, hak mengundurkan diri serta alamat kontak yang bisa dihubungi dan waktu yang dibutuhkan untuk wawancara. Setelah diberikan waktu responden berfikir menerima atau menolak, kemudian ditanyakan kesediaan responden untuk diwawancarai. Responden diminta untuk menanda tangai informed consent jika bersedia. Setelah itu apabila responden bersedia untuk diwawancarai, setiap responden diminta untuk menandatangani formulir persetujuan setelah penjelasan (informed consent) Pewawancara melakukan penggalian informasi (probing) makanan dan minuman yang dikonsumsi dan rinci, untuk mendapatkan data yang akurat dan lengkap dengan cara membantu mengingat kembali makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari kemarin dengan tidak mengarahkan pertanyaan yang dapat menggiring responden ke suatu jawaban. Wawancara dapat dilakukan secara serempak pada suatu rumah tangga dimanasetiap anggota tim bertanya pada masing-masing individu yang hadir secara bersamaan atau dapat dilakukan satu demi satu jika ART tidak hadir secara bersamaan. Mekanisme wawancara dapat disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang paling sesuai dilakukan pada rumah tangga tersebut. Seperti telah disebutkan di atas, ada dua kuesioner yang digunakan sebagai alat pengumpulan data, yaitu kuesioner yaitu rumah tangga dan individu. Untuk kuesioner rumah tangga, ART yang diwawancarai adalah ART yang paling mengerti tentang pengolahan makanan yang dilakukan di rumah tangga, biasanya adalah ibu. Untuk kuesioner individu, wawancara dilakukan kepada seluruh ART di dalam rumah tangga tersebut, termasuk bayi dan anak-anak. Untuk bayi, wawancara dilakukan terhadap ibu, sedangkan pada anak-anak berusia < 15 tahun, wawancara dilakukan dengan pendampingan.akan terdapat ARTyang diwawancarai lebih dari sekali,yaitu sebagai responden kuesioner rumah tangga dan sebagai responden kuesioner individu, atau sebagai responden yang mewakili bayi. 15

Keseluruhan proses pengambilan data akan memerlukan waktu selama kurang lebih 45 menit/orang untuk kuesioner individu, dan 45 menit untuk kuesioner rumah tangga, sehingga hal ini cukup menyita waktu responden. Setelah selesai wawancara, teliti lagi apa ada informasi yang kurang lengkap atau terlewatkan. Sebelum meninggalkan rumah responden, sebagai ucapan terima kasih dan pengganti terganggunya waktu responden, maka akan diberikan kompensasi (bahan kontak) berupa uang sebesar Rp.50.000 untuk setiap ART yang diwawancarai untuk kuesioner rumah tangga, dan Rp.20.000,- untuk setiap individu yang diwawancara. Partisipasi responden bersifat sukarela tanpa paksaan, dan bila tidak berkenan dapat menolak, dan sewaktu-waktu selama proses pengumpulan data dapat mengundurkan diri tanpa sanksi apapun. Penimbangan berat badan Penimbangan berat badan dilakukan dengan penimbangan berat badan dilakukan pada seluruh anggota rumah tangga menggunakan timbangan berat badan digital dengan tingkat ketelitian 0,1 Kg. Rincian cara penimbangan berat badan terdapat di buku pedoman pengisian kuesioner. Bahan dan prosedur pengumpulan data Bahan pengumpulan data yaitu berupa instrumen dan peralatan yang telah disebutkan diatas, dilengkapi juga dengan : 1. Daftar Sampel SDT (DS SDT) Provinsi Aceh (dari Daftar Sampel Rumah Tangga sudah tersedia pada saat Riskesdas 2013) 2. Kuesioner RT dan Kuesioner Individu 3. Buku pedoman umum 4. Buku pedoman kode bahan pangan 5. Buku pedoman pengisian kode hidangan 6. Buku pedoman perkiraan jumlah garam dan penyerapan minyak goreng 7. Buku pedoman konversi berat matang-mentah, berat dapat dimakan (BDD) dan resep makanan siap saji dan jajanan 8. Buku foto makanan 9. Buku pedoman pengisian kuesioner 10. Buku pedoman pengorganisasian dan manajemen 11. Buku pedoman manajeman data 12. Timbangan makanandan penggaris 13. Peralatan antropometri timbangan berat badan digital 14. Peralatan manajemen data: Laptop, CD, flashdisk, program data entri 15. Perlengkapan lapangan enumerator: tas, payung, alat tulis, rompi, topi. Rekrutmen petugas pelaksanaan pengumpulan data Data yang valid didapatkan dengan cara melakukan proses seleksi tenaga pengumpul data yang mempunyai keahlian khusus dengan latar belakang pendidikan ahli gizi (minimal D3 gizi). Proses seleksi tenaga enumerator bekerjasama dengan Poltekkes dan Perguruan Tinggi dibantu Dinas Kesehatan Provinsi Aceh. Persyaratan bagi petugas lapangan adalah sebagai berikut: 16

Laki-laki dan wanita lulusan D3 Gizi- S1 Gizi Diutamakan yang mempunyai dasar pendidikan D3 Gizi (menyertakan fotokopi ijazah) dan yang sudah berpengalaman melakukan wawancara recall 24 jam(menyertakan fotokopi sertifikat/tanda bukti) Mempunyai kemampuan mengoperasikan aplikasi office dan internet Menyerahkan fotokopi kartu tanda penduduk (KTP) Usia tidak lebih dari 40 tahun Menyertakan surat keterangan berbadan sehat dari dokter Menandatangani kontrak kerja (tidak hamil selama menjalani kontrak kerja) bersedia ditempatkan di lapangan. Satu tim pengumpul data menangani tiga BS, oleh karena Provinsi Aceh mempunyai 82 BS maka diperlukan sebanyak 28 tim dengan jumlah anggota 4 orang per tim atau total 112 enumerator. Proses rekrutmen: Proses rekrutmen di Provinsi Aceh dilakukan dengan koordinasi antara Korwil I dan Dinas Kesehatan Provinsi Aceh. Peminat/pelamar menyampaikan dokumen persyaratan tersebut diatas ke alamat: Dinas Kesehatan Provinsi Aceh untuk menjadi dokumentasi dan bahan dasar seleksi Pelamar yang telah memenuhi semua dokumen persyaratan akan diberitahu dan diseleksi oleh Dinas Kesehatan Provinsi Aceh. Dalam pelatihan tenaga, Dinas Kesehatan Provinsi Aceh berkoordinasi dengan Badan Litbang Kesehatan Tenaga enumerator yang telah terpilih dalam proses seleksi diharuskan mengikuti pelatihan selama 10 hari yang meliputi: Latar belakang dan tujuan Studi Diet Total (SDT) Metode SDT Cara wawancara dan mengisi formulir/kuesioner Penimbangan berat Praktek lapangan Cara kerja dan pembagian tugas di lapangan Menyusun jadwal pelaksanaan pengumpulan data Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) dilaksanakan tanggal 5-7 Mei 2014 diikuti 30 orang yang berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota di Banda Aceh 17

Training Center (TC) untuk pengumpul data rumah tangga dan individu dilaksanakan tanggal 14-23 Mei 2014 diikuti 112 orang di Banda Aceh. Pelaksanaan Pengumpulan Data Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 28 Mei sampai dengan 28 Juni 2014. Pengumpulan data yang dilakukan di BS dilakukan oleh tim yang terdiri dari 4 orang yaitu: 1 orang ketua tim sekaligus sebagai koordinator lapangan dan bertanggungjawab untuk melaksanakan data entry 3 orang pewawancara konsumsi makanan (recall 24 jam) sekaligus melakukan penimbangan berat badan Setiap tim bertanggung jawab pada tiga BS yang akan diselesaikan dalam waktu 30 hari hari. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengunjungi RT dan BS yang terpilih. tenaga pengumpul data di RT yang dikunjungi adalah : Kegiatan Melakukan wawancara dengan individu ART dari RT yang ada dalam daftar sampel Provinsi Aceh. Mengisi kuesioner/formulir wawancara individu sesuai dengan pedoman Melakukan konfirmasi komposit bahan makanan (jenis dan berat) Melakukan penimbangan berat badan individu yang di wawancara Melakukan data entry hasil wawancara Melakukan editing dan cleaning data yang telah di entry Mengirim data yang telah di edit/ di cleaning ke alamat yang telah ditetapkan oleh tim mandat Bertanggung jawab pada barang-barang perlengkapan penelitian Proses seleksi tenaga enumerator bekerjasama dengan Poltekkes, Perguruan Tinggi dan Dinas Kesehatan Provinsi Aceh Koordinator Klaster Petugas lapangan lainnya yang dibutuhkan adalah koordinator klaster, yang bertanggung jawab pada tim yang bertugas mengumpulkan data. Setiap koordinator klaster bertanggungjawab pada 2 kabupaten yang berdekatan. Tugas penanggungjawab klaster 18

Mengikuti pelatihan Training of Trainer (TOT) selama 10 hari. Melakukan pelatihan kepada tenaga pengumpul data Melakukan koordinasi dengan tenaga pengumpul data dalam pelaksanaan pengumpulan data di lapangan. Melakukan editing kuesioner yang telah diisi oleh petugas pengumpul data. Syarat-syarat koordinator klaster : Laki-laki atau perempuan Berpendidikan S1/S2/S3 menyertakan fotocopi ijazah Diutamakan yang berlatarbelakang pendidikan jurusan gizi dan atau yang sudah berpengalaman menjadi penanggungjawab teknis kabupaten/kota dalam Riskesdas Mempunyai kemampuan mengoperasikan aplikasi office dan internet Menyerahkan fotocopi KTP Usia tidak lebih dari 55 tahun Menyerahkan persetujuan/ijin atasan Dokumen berkas lamaran diserahkan kepada Kordinator Wilayah (Korwil) yang menjadi penanggungjawab di Provinsi Aceh dan Korwil akan berkoordinasi dengan Poltekkes Banda Aceh. Pelatihan petugas Pelatihan direncanakan secara berjenjang. Pelatihan pertama yaitu melatih para koordinator klaster, yaitu koordinator yang bertanggung langsung kepada tim. Pelatihan dilaksanakan selama 10 hari, dengan materi semua bahan yang diperlukan untuk mengumpulkan data. Metode yang digunakan adalah pemaparan materi, praktek dikelas dan praktek di lapangan. Koordinator klaster yang telah mendapatkan pelatihan (TOT) akan melakukan pelatihan kepada seluruh tim enumerator (TC) diwilayah kordinasinya. Selesai pelatihan tim enumerator langsung melaksanakan pengumpulan data. Pelatihan Pengumpul dan Manajemen Data 19

Pelatihan pengumpul data ditujukan kepada enumerator yang direkrut sebagai pengumpul data dan penimbang berat badan. Dalam pelatihan ini termasuk juga pelatihan ketua tim pengumpul data serta mekanisme kerjasama tim pengumpul data. Tujuan pelatihan pengumpul dan manajemen data di lapangan: 1. Untuk memperoleh keseragaman dalam pemahaman materi kuesioner, pemeriksaan, pengukuran, dan manajemen data. 2. Untuk memperoleh kesepakatan antar anggota tim mengenai pembagian tugas, jadual dan mekanisme pelaksanaan. 3. Untuk memperoleh kesepakatan tentang mekanisme pengelolaan data di lapangan. 4. Untuk memperoleh kesepakatan tentang mekanisme pengaturan administrasi dan logistik. Pelaksanaan di lapangan Pengumpulan data Provinsi Aceh dilakukan oleh enumerator yang terbagi menjadi 28 tim. Masing-masing tim terdiri dari empat orang enumerator yang bertanggung jawab terhadap tiga BS. Tiga orang sebagai pengumpul data, satu orang bertanggung jawab untuk data entry. Satu enumerator setiap hari bertanggung jawab mengumpulkan data di satu rumah tangga. Satu BS terdiri dari 25 rumahtangga dan dipilih secara acak 3 rumah tangga yang diwawancara ulang setidaknya satu minggu kemudian. Waktu yang diperlukan selama 8-10 hari. Dibutuhkan 12 Koordinator Klaster, masing-masing koordinator klaster bertanggung jawab terhadap 2 kabupatan/kota atau 5-6 BS. Sebelum tim dilepas untuk mengambil data, perlu dilakukan pengecekan ulang keberadaan RT (pemutakhiran), menyiapkan seluruh kelengkapan yang diperlukan yaitu kuesioner, alat tulis, perlengkapan lapangan, serta peralatan untuk menimbang. Setiap selesai pengumpulan data, tim harus melakukan pengecekan kelengkapan pengisian kuesioner; melakukan data editing, melakukan data entri ; mengirimkan data setiap selesai data entri di setiap BS. Supervisi substansi dan administrasi dilakukan oleh tim Pusat dan tim korwil. 20

2.6. Pengawasan kualitas data Untuk menjamin kualitas data yang dikumpulkan dilakukan beberapa kegiatan sebelum pengumpulan data (quality assurance), proses pengumpulan data (quality control) dan manjemen data sebagai berikut: 1. Penyediaan pedoman dan alat bantu wawancara, termasuk buku foto makanan, konversi bahan makanan matang ke mentah, perhitungan serapan minyak dan garam, perhitungan umur, timbangan makanan dan timbangan berat badan, serta pedoman editing dan entry data di lapangan 2. Pelatihan bagi ketua pelaksana provinsi, koordinator klaster, dan petugas pengumpul data (enumerator) dalam teknik wawancara dan penggunaan alat bantu wawancara 3. Koordinator klaster melakukan supervisi/pendampingan dalam proses pengumpulan data yang dilakukan oleh enumerator. 4. Dilakukan editing data setiap hari setelah selesai pengumpulan data oleh enumerator yang dikoordinir oleh ketua tim, agar bila diperlukan konfirmasi ulang maka enumerator masih bisa mengunjungi ulang responden. Sebelum dientry ke komputer data sudah harus melalui proses editing. 5. Dilakukan spot-check (validasi data isian kuesioner) oleh koordinator klaster terhadap 6 RT dalam 1 Tim pengumpul data. Dilakukan pemeriksaan terhadap konsistensi data, data yang tidak masuk akal, dan kelengkapan informasi dalam kuesioner. 6. Setelah data selesai di entry di lapangan untuk setiap BS, harus dikirim ke Mandat Badan Litbangkes untuk segera dilakukan cek receiving dan batching, dan data cleaning agar bila diperlukan konfirmasi dapat segera menghubungi petugas di lapangan. Selain itu entry data juga dikirimkan ke koordinator klaster. 7. Koordinator klaster melakukan supervisi dan pendampingan terhadap pengumpulan data yang dilakukan oleh enumerator. 8. Semua kegiatan koster : supervisi/pendampingan, validasi data isian kuesioner enumerator, mengecek hasil entry dan form kontrol yang dilakukan enumerator dicatat dalam log book yang dikirimkan setiap 5 hari sekali ke Ketua Pelaksana Provinsi dan Manajemen Data Pusat untuk dilakukan penggabungan, data cleaning dan pengolahan data. 2.7. Analisis data Analisis data dilakukan oleh Tim Manajemen Data (Mandat) di Laboratorium Manajemen Data, Jakarta. Tim Teknis melakukan analisis data didampingi oleh Tim Mandat untuk mengeluarkan output sesuai dengan dummy tables yang telah dibuat. 21

Hasil wawancara recall makanan yang dikonsumsi individu diberi kode pada tiap bahan makanan. Kemudian dihitung berat setiap jenis bahan makanan yang dikonsumsi dalam gram atau mililiter. Untuk melaksanakan SDT maka jenis bahan makanan dikelompokan dalam 17 grup makanan yaitu : 1. Sereal dan hasil olahannya 2. Umbi-umbian dan hasil olahannya 3. Kacang-kacangan, biji 4. Sayuran dan hasil olahannya 5. Buah dan hasil olahannya 6. Daging dan hasil olahannya 7. Jeroan/non daging dan olahannya 8. Ikan, hewan laut lainnya dan hasil olahannya 9. Telur dan hasil olahannya 10. Susu dan hasil olahannya 11. Minyak, lemak dan olahan 12. Gula, sirup, dan konfeksioneri 13. Bumbu dan olahannya 14. Minuman 15. Makanan komposit 16. Air 17. Suplemen Sehubungan terbatasnya data zat gizi pada daftar komposisi bahan makanan, maka hanya 5 jenis zat gizi yang dianalisi yaitu : 1. Energi 2. Protein 3. Lemak 4. Karbohidrat 5. Natrium Hasil analisis oleh tim mandat pusat dikirim ke masing-masing provinsi untuk penyusun laporan 2.8. Izin penelitian. Izin penelitian diajukan pada Depdagri Pusat diteruskan sampai Pemerintah Daerah di tingkat Provinsi dan Kabupaten sesuai dengan waktu penelitian. Surat dukungan dari Sekretriat Daerah Provinsi Aceh nomor: 440/19211 tanggal Mei 2014 yang ditujukan kepada Kementerian 22

Kesehatan RI, Balitbangkes (Ketua Tim Pelaksanaan Penelitian SDT menjadi dasar untuk melakukan pengumpulan data di Provinsi Aceh. 2.9. Pertimbangan etik penelitian Pelaksanaan SDT tahun 2014, telah memperoleh persetujuan etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK), Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI dengan nomorlb.02.01/5.2/ke.189/2014. Persetujuan etik, naskah penjelasan serta formulir Informed Consent (Persetujuan Setelah Penjelasan) dapat dilihat pada Lampiran. 23

BAB 3. HASIL 3.1. Gambaran umum Provinsi Aceh 3.1.1. Geografi dan wilayah administrasi Provinsi Aceh memiliki ibukota Banda Aceh, terletak antara 01o 58' 37,2" - 06o 04' 33,6" Lintang Utara dan 94o 57' 57,6" - 98o 17' 13,2" Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata 125 meter diatas permukaan laut. Luas Provinsi Aceh 5.677.081 Ha, dengan hutan sebagai lahan terluas yang mencapai 2.290.874 ha, diikuti lahan perkebunan rakyat seluas 800.553 Ha. Sedangkan lahan industry mempunyai luas terkecil yaitu 3.928 Ha. Batas wilayah sebelah Utara dantimur adalah dengan Selat Malaka, sebelah selatan dengan Provinsi Sumatera Utara dan sebelah Barat dengan Samudera Indonesia. Satu-satunya hubungan darat hanyalah dengan Provinsi Sumatera Utara, sehingga memiliki ketergantungan yang cukup tinggi dengan Provinsi Sumatera Utara. Dalam perkembangannya, Provinsi Aceh telah mengalami beberapa kali pemekaran wilayah administrasi dan saat ini terdiri dari 18 kabupaten dan 5 kota. Untuk pemerintahan di bawah kabupaten/kota, selain memiliki kecamatan dan gampong (wilayah setingkat desa) berdasarkan Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 4 Tahun 2003 dibentuk Mukim yang berkedudukan langsung dibawah camat dan wilayahnya terdiri atas beberapa gampong. Hingga saat ini Provinsi Aceh memiliki 289 kecamatan, 778 mukim dan 6.493 gampong atau desa. Wilayah dengan jumlah perangkat administratif paling besar adalah Kabupaten Aceh Utara yang memiliki 27 kecamatan, 67 mukim dan 853 gampong. Jumlah penduduk di Provinsi Aceh berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2012 sebanyak 4.693,9 ribu jiwa, terdiri atas 2.346,9 ribu jiwa laki-laki dan 2.347,0 ribu jiwa perempuan. Kepadatan penduduk di Provinsi Aceh tahun 2012 mencapai 83 orang per km2.namun, penduduk yang menyebar di dua puluh tiga kabupaten/kota berbeda kepadatanny aantar daerah. Daerah terpadat adalah Kota Banda Aceh yang rata-rata perkilometer wilayahnya dihuni oleh sekitar 4.251 jiwa. Lalu Kota Lhokseumawe dan Kota Langsa masing-masing 1.164 jiwa per km2 dan 761 jiwa per km2. Sebaliknya, daerah yang paling jarang penduduknya yaitu hanya 15 jiwa per km2 adalah Kabupaten Gayo Lues. 3.1.2. Pelayanan dan derajad kesehatan Provinsi Aceh memberikan perhatian serius terhadap pencapaian pembangunan bidang kesehatan. Beberapa hal yang dimaksud adalah mengenai sumber daya manusia kesehatan, persalinan oleh tenaga kesehatan, imunisasi, keluhan kesehatan dan pengobatan sendiri. Tenaga kesehatan yang tersedia di Provinsi Aceh tahun 2012 tercatat 840 dokter umum, 68 dokter spesialis, 178 dokter gigi, 142 tenaga kesehatan berpendidikan S-2. Persalinan oleh tenaga dokter, bidan atau tenaga medis lain relative lebih aman dibandingkan oleh dukun atau tenaga non medis lainnya. Pada tahun 2012, sekitar 91,7 persen persalinan balita ditolong oleh tenaga medis, dengan komposisi 11,8 persen oleh dokter, 79,5 persen oleh bidan, dan 0,34 persen oleh tenaga medis lainnya. Dibandingkan tahun 2011, penolong persalinan oleh tenaga medis meningkat 2,3 persen. Pemberian kekebalan, tubuh melalui imunisasi lengkap sebelum 1 tahun merupakan cara yang efektif untuk mencegah kesakitan dan kematian balita. Pada umumnya aimunisasi campak yang diberikan setelah bayi mendapatkan imunisasi BCG, DPT dan polio. Hasil Susenas 2012 menunjuk kanbalita yang pernah mendapat imunisasi: campak sebesar 75,43 persen, lebih tinggi diban ding 2011 yang mencapai 74,15 persen. Informasi mengenai keluhan kesehatan digunakan sebagai pendekatan untuk mengukur tingkat kesakitan. Proporsi 24

penduduk yang mengalami keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu pada tahun 2012 sebesar 30,71 persen, menurun dibandingkan 2011 yang sebesar 36,02 persen. Selama tahun 2011-2012, proporsi penduduk yang mengobati sendiri dengan cara modern menurun dari 88,98 persen menjadi 88,64 persen, sedangkan orang yang mengobati secara tradisonal mengalami peningkatan dari 35,77 persen menjadi 37,19 persen, sementara dengan cara lain menurun dari 5,14 persen menjadi 4,49 persen. 3.1.3. Kesehatan llingkungan Hasil Riskesdas 2013 mendapatkan bahwa rumah tangga yang memiliki akses terhadap sumber air minum di Provinsi Aceh adalah 47,1 persen di perkotaan 28,1 persen dan di perdesaan 54,8 persen. Kabupaten yang memiliki akses terhadap air minum tertinggi adalah Aceh Tenggara (67,5%) dan terendah adalah Banda Aceh (12,4%). Proporsi rumah tangga dengan kualitas air keruh adalah 8,4 persen, berwarna (6,4%), berasa (4,0%), berbusa (0,5%), dan bau (1,2%), Proporsi rumah tangga yang menggunakan fasillitas BAB milik sendiri adalah 64,6 persen, milik bersama 5,7 persen, dan fasilitas umum 7,0 persen. Masih terdapat rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas BAB sembarangan yaitu 22,7 persen. Rumah tangga yang memiliki fasilitas sanitasi berdasarkan kriteri JMP WHO-Unicef adalah sebanyak 53,4 persen. Sebanyak 45,5 persen rumah tangga membuang langsung limbah rumah tangga, 15,7 persen menggunakan penampungan tertutup dipekarangan dengan dilengkapi SPAL, 14,4 persen menggunakan penampungan terbuka di pekarangan dan 8,5 persen di tampung di luar pekarangan. 3.1.4. Status gizi Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi gizi buruk (BB/U) pada anak balita adalah 7,9 persen dan gizi kurang 18,4 persen. Jika total gizi buruk dan kurang antara 20-29,9 persen masuk kategori sebagai masalah kesehatan masyarakat. Prevalensi pendek (TB/U) adalah 20,1 persen sangat pendek dan 21,4 persen pendek. Sebagai masalah kesehatan mayarakat jika total pendek 30 39,9 persen. Prevalensi kurus (BB/TB) adalah 15,7 persen. 3.2. Jumlah sampel yang terkumpul (Response Rates) Dari 2080 BS terpilih untuk sampel SDT 2014, Sampel terpilih di Provinsi Aceh sebanyak 82 BS, yang berhasil ditemukan dan dikunjungi 82 BS (100%) tersebar di 18 kabupaten dan 5 kota (Tabel 3.2.1). Sampel RT sebanyak 2.048, yang berhasil ditemukan dan dikunjungi 1.868 RT (91.2%). Response rate (RR) rumah tangga yang tinggi ( 98%) adalah di Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Aceh Utara dan Kabupaten Nagan Raya. Sampel anggota RT sebanyak 7.768, yang berhasil ditemukan dan dikunjungi 6.611 ART (85.1%).Response rate anggota rumah tangga yang melampaui target (>100%) adalah di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Aceh Utara. 25

Kode Tabel 3.2.1 Distribusi BS, RT, dan ART yang dapat dikunjungi (response rate) menurut kabupaten/kota, Provinsi Aceh 2014 Kabupaten/Kota BS RT ART Target Dikunjungi Target RR (%) Target RR (%) 1101 Simeulue 3 1102 Aceh Singkil 3 1103 Aceh Selatan 3 1104 Aceh Tenggara 4 1105 Aceh Timur 4 1106 Aceh Tengah 4 1107 Aceh Barat 3 1108 Aceh Besar 4 1109 Pidie 5 1110 Bireuen 4 1111 Aceh Utara 4 1112 Aceh Barat Daya 4 1113 GayoLues 3 1114 Aceh Tamiang 4 1115 Nagan Raya 3 1116 Aceh Jaya 3 1117 BenerMeriah 4 1118 Pidie Jaya 3 1171 Kota Banda Aceh 5 1172 Kota Sabang 2 1173 Kota Langsa 4 1174 Kota Lhokseumawe 3 1175 Kota Subulussalam 3 Provinsi Aceh 82 3 75 86,7 305 81,3 3 75 94,7 317 92,7 3 75 94,7 295 82,7 4 100 79,0 360 76,4 4 100 98,0 403 85,1 4 100 93,0 324 101,9 3 75 89,3 260 90,0 4 100 95,0 362 80,7 5 125 92,0 462 81,4 4 100 92,0 435 79,1 4 100 98,0 289 104,2 4 100 92,0 395 83,3 3 75 86,7 286 78,0 4 100 91,0 351 92,0 3 75 98,7 279 92,5 3 73 93,2 257 85,6 4 100 93,0 393 85,0 3 75 92,0 300 84,0 5 125 73,6 465 71,6 2 50 96,0 193 96,9 4 100 92,0 410 80,5 3 75 92,0 286 83,2 3 75 94,7 341 88,6 82 2048 91,2 7768 85,1 26

Tabel 3.2.2 Distribusi ART yang dapat dikunjungi (response rate) menurut karakteristik, Provinsi Aceh 2014 Karakteristik Jumlah (N=6.023) N % Jenis kelamin Laki-laki 3.009 50,0 Perempuan 3.014 50,0 Kelompok umur 0 59 bln 370 6,1 5 12 thn 913 15,2 13 18 thn 780 13,0 19 55 thn 3.273 54,3 >55 thn 687 11,4 Kuintil indeks kepemilikan Terbawah 1.289 21,4 Menengah bawah 1.101 18,3 Menengah 1.344 22,3 Menengah atas 1.166 19,4 Teratas 1.124 18,7 Distribusi ART yang dapat dikunjungi (response rate) menurut karakteristik di Provinsi Aceh ditunjukkan dalam Tabel 3.2.2. Proporsi laki-laki dan perempuan yang dapat dikunjungi adalah sama yaitu laki-laki 50 persen dan perempuan 50 persen. Jumlah individu kelompok 0 59 bulan adalah 370 (6,1%). Kelompok umur yang terbanyak dapat dikunjungi adalah 19 55 tahun yaitu 3.273 (54,3%) dan terendah adalah 0 59 bulan yaitu 370 (6,1%). Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, kelompok menengah adalah yang terbanyak dikunjungi yaitu 1.344 (22,3%) dan terendah adalah kelompok menenghah bawah yaitu 1.101(18,3%). 3.3. Konsumsi bahan makanan menurut kelompok makanan Konsumsi bahan makanan individu diperoleh dari hasil wawancara terhadap responden, makanan apa saja yang dikonsumsi 24 jam yang lalu dengan menggunakan metode recall 1x 24 jam. Berat makanan yang dikonsumsi adalah berat bahan makanan mentah- bersih, artinya sudah diperhitungkan bagian yang tidak dapat dimakan (edible). Semua makanan matang yang dikonsumsi dikonversikan untuk mendapatkan bahan makanan mentah dengan menggunakan buku pedoman konversi. Pengelompokkan bahan makanan dapat dilihat dalam Daftar Operasional Bahan Makanan. 27

Tabel 3.3.1 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok serealia dan olahannya perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Jenis serealia dan olahan (g) Kelompok Beras Olahan beras Terigu Olahan terigu Mie Jagung dan umur olahan Lainnya Total Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata D 0 59 bln 102,5 78,0 1,8 7,9 3,1 10,8 16,2 27,6 13,3 38,5 0,9 6,8 0,2 1,7 138,0 0.4 5 12 thn 189,5 90,8 3,7 13,0 6,1 21,2 13,1 30,9 38,1 69,0 0,7 6,2 0,9 6,5 252,4 09,0 13 18 thn 222,6 100,6 2,7 13,2 5,5 14,1 8,2 26,3 43,6 77,6 0,5 10,2 0,2 2,1 283,3 17,9 19 55 thn 257,8 109,9 2,4 12,2 6,2 18,9 6,3 25,4 23,6 64,4 0,4 4,1 0,1 1,8 297,1 21,3 >55 thn 228,9 106,1 1,5 9,6 4,2 11,4 6,1 23,4 9,8 38,3 0,3 4,0 0,0 0,8 251,1 16.0 Semua umur 230,1 111,6 2,5 12,0 5,7 17,6 8,1 26,5 26,2 64,2 0,5 5,8 0,2 3,0 273,5 23,3 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok serealia dan hasil olahan perorang perhari di Provinsi Aceh adalah 373,5 gram perorang perhari. Beras merupakan bahan makanan kelompok serealia dan olahan paling tinggi dikonsumsi dengan rerata 230,1 gram perorang perharidiikuti oleh terigu dan produk terigu sebanyak 40,0 gram per orang per hari, diantaranya 26,2 gram adalah mie seperti ditunjukkan pada Tabel 3.3.1. Berdasarkan kelompok umur, rerata konsumsi beras yang tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu sebesar 257,8 gram perorang perhari diikuti oleh konsumsi mie dan olahan terigu pada kelompok umur 13-18 tahun (85,8 gram). Rerata konsumsi terigu tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu sebesar 6,2 gram. Tabel 3.3.2 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok serelia dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Jenis serealia dan olahan (%) Kelompok umur Beras Olahan Terigu Olahanterigu Mie Jagung dan Lainnya beras olahan 0-59 bln 89,2 6,5 13,0 39,2 15,1 3,5 1,6 5-12 thn 99,3 11,6 21,2 29,0 33,2 3,0 3,5 13 18 thn 99,9 7,9 21,0 16,5 32,9 1,4 1,0 19 55 thn 99,9 7,5 19,2 10,9 16,7 2,2 0,3 >55 thn 100,0 5,5 16,3 11,1 8,6 0,9 0,3 Semua umur 99,2 7,9 19,0 16,1 20,3 2,1 1,0 Proporsi penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok serelia dan olahan di Provinsi Aceh tertinggi adalah beras yaitu 99,2 persen, diikuti mie 20,3 persen dan terigu 19,0 persen. Berdasarkan kelompok umur, proporsi yang mengonsumsi beras tertinggi adalah kelompok umur > 55 tahun yaitu 100 persen dan terendah kelompok umur 0 59 bulan sebesar 89,2 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi mie tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 33,2 persen, terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 8,6 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi terigu tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 21,2 persen dan terendah 0-59 bulan sebesar 13,0 persen (Tabel 3.3.2). 28

Tabel.3.3.3 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok umbi dan olahannya perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Jenis umbi dan olahan (g) Kelompok umur Singkong dan Ubi jalar Kentang dan Sagu dan Umbi lainnya Total olahan olahan olahan Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0-59 bln 2,1 9,5 1,0 8,1 3,3 12,4 0,0 0,1 0,0 0,0 6,5 18,2 5-12 thn 3,0 16,2 1,8 19,5 3,7 23,9 0,2 3,4 0,0 0,0 8,8 35,4 13 18 thn 1,5 12,0 0,7 6,7 2,8 15,5 0,1 3,4 0,0 0,0 5,2 21,2 19 55 thn 1,4 10,8 1,2 11,9 3,9 23,1 0,2 3,5 0,0 1,0 6,7 28,5 >55 thn 2,0 15,0 1,0 9,7 3,2 26,4 0,1 1,6 0,0 0,0 6,3 32,3 Semua umur 1,8 12,4 1,2 12,4 3,6 22,3 0,1 3,2 0,0 0,7 6,8 28,8 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok umbi dan olahan di Provinsi Aceh adalah 6,8 gram perorang perhari. Kentang dan olahan adalah yang terbanyak dikonsumsi yaitu 3,6 gram perorang perhari diikuti singkong dan olahan 1,8 gram dan ubi jalar 1,2 gram seperti disajikan pada Tabel 3.3.3. Berdasarkan kelompok umur, rerata konsumsikentang dan olahan yang tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu sebesar 3,9 gram dan terendah kelompok umur 13-18 tahun yaitu 2,8 gram. Rerata konsumsi singkong dan olahan yang tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu 3,0 gram dan terendah kelompok umur 19-55 tahun yaitu 1,4 gram. Rerata konsumsi ubi jalar tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu 1,8 gram dan terendah kelompok umur 13-18 tahun yaitu 0,7 gram. Tabel 3.3.4. Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok umbi dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Jenis umbi dan olahan (%) Kelompok umur Singkong Ubi jalar Kentang dan Sagu dan Umbi lainnya dan olahan olahan olahan 0-59 bln 8,1 2,7 10,5 0,3 0,0 5-12 thn 7,4 1,6 8,0 1,0 0,0 13 18 thn 4,0 1,2 6,9 0,5 0,0 19 55 thn 3,3 1,5 7,3 0,5 0,1 >55 thn 3,1 1,3 5,7 0,4 0,0 Semua umur 4,3 1,5 7,4 0,5 0,0 Proporsi penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok umbi dan olahan di Provinsi Aceh tertinggi adalah kentang dan olahan yaitu 7,4 persen diikuti singkong dan olahanya sebesar 4,3 persen serta ubi jalar sebesar 1,5 persen. Berdasarkan kelompok umur, proporsi penduduk yang mengkonsumsi kentang dan olahan tertinggi adalah kelompok umur 0-59 bulan yaitu sebesar 10,5 persen dan terendah kelompok umur >55 tahun yaitu sebesar 5,7 persen. Proporsi penduduk yang mengonsumsi singkong dan olahan tertinggi adalah pada kelompuk umur 0-59 bulan sebesar 8,1 persen dan terendah kelompok umur >55 tahun sebesar 3,1 persen. Proporsi 29

penduduk mengonsumsi ubi jalar tertinggi pada kelompok umur 0-59 bulan yaitu sebesar 8,1 persen dan terendah pada kelompok umur >55 tahun sebesar 3,1 persen (Tabel 3.3.4). Tabel 3.3.5. Rerata konsumsi bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahannya perorang perhari menurut kelompok umur,provinsi Aceh 2014 Jenis kacang kacangan dan olahan (g) Kelompok Kacang tanah Kacang kedelai Biji-bijian dan Kacang lainnya Total umur dan olahan dan olahan olahan dan olahan Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0-59 bln 0,7 4,1 9,1 29,9 0,4 3,5 0,4 3,3 10,6 30,5 5-12 thn 2,1 10,5 11,5 32,7 0,8 10,5 0,5 3,7 15,0 36,4 13 18 thn 1,2 9,5 13,7 44,1 0,6 5,0 0,4 3,1 15,9 46,8 19 55 thn 0,8 5,5 13,3 42,9 0,7 6,6 0,5 4,6 15,4 44,0 >55 thn 0,3 2,2 11,8 43,2 0,4 3,7 0,8 5,6 13,3 43,8 Semua umur 1,0 6,8 12,7 41,0 0,6 6,8 0,5 4,4 14,9 42,6 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahan di Provinsi Aceh adalah 14,9 gram perorang perhari. Kacang kedelai dan olahan adalah yang tertinggi dikonsumsi yaitu 12,7gram perorang perhari diikuti kacang tanah dan olahan sebesar 1,0 gram serta bijibijian dan olahan sebesar 0,6 gram seperti ditunjukkan pada Tabel 3.3.5. Berdasarkan kelompok umur, reratakonsumsikacang kedelai dan olahan yang tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar 13,7 gram dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 9,1 gram. Rerata konsumsi kacang tanah dan olahan tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 2,1 gram dan terendah kelompok umur >55 tahun sebesar 0,3 gram. Rerata konsumsi biji-bijian dan olahan tertinggi pada kelompok umur5-12 tahun yaitu sebesar 0,8 gram dan terendah kelompok umur 0-59 bulan dan >55 tahun yaitu sebesar 0,4 gram. Tabel 3.3.6 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Kelompok umur Jenis kacang kacangan dan olahan (%) Kacang tanah dan olahan Kacang kedelai dan olahan Biji-bijian dan olahan 0-59 bln 3,8 14,3 1,9 1,9 5-12 thn 7,3 19,5 2,2 2,8 13 18 thn 4,5 19,9 2,3 2,8 19 55 thn 4,2 17,3 3,1 2,5 >55 thn 2,9 15,7 1,6 2,9 Total 4,5 17,6 2,6 2,6 Kacang lainnya dan olahan Proporsi penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahan di Provinsi Aceh tertinggi adalah kacang kedelai dan olahan sebesar 17,6 persen diikuti kacang tanah dan olahan sebesar 4,5 persen dan biji-bijian dan olahan sebesar 2,6 persen. Berdasarkan 30

kelompok umur, Proporsi penduduk yang mengkonsumsi kacang kedelai dan olahan tertinggi adalah pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar 19,9persen dan terendah kelompok umur 0 59 bulan sebesar 14,3 persen. Proporsi penduduk mengonnsumsi kacang tanah dan olahan tertinggi pada kelompuk umur 5-12 tahun sebesar 7,3 persen dan terendah kelompok umur >55 tahun yaitu sebesar 2,9 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi biji-bijian dan olahan tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu sebesar 3,1 persen dan terendah pada kelompok umur >55 tahun sebesar 1,6 persen (Tabel 3.3.6). Tabel 3.3.7 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok sayuran dan olahannya perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Kelompok umur Sayuran daun Sayuran buah/ sayuran akar Jenis sayuran dan olahan (g) Sayuran polong Sayuran lainnya Total Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0-59 bln 24,9 41,9 0,1 1,4 0,0 0,0 0,0 0,0 25,0 42,2 5-12 thn 46,2 70,2 0,1 1,7 0,0 0,0 0,0 0,6 46,3 70,3 13 18 thn 57,2 78,2 0,0 0,6 0,0 0,8 0,1 1,5 57,3 78,2 19 55 thn 68,0 71,1 0,1 1,1 0,0 0,1 0,0 0,6 68,1 71,2 >55 thn 59,3 72,4 0,3 3,8 0,0 0,0 0,0 0,0 59,6 72,3 Semua umur 59,7 71,6 0,1 1,7 0,0 0,3 0,0 0,8 59,8 71,7 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok sayuran dan olahan di Provinsi Aceh adalah 59,8 gram perorang perhari. Jenis sayuran daun merupakan yang tertinggi dikonsumsi yaitu 59.7 gram perorang perhari, diikuti sayuran buah dan akar sebesar 0,1 gram (Tabel 3.3.7). Berdasarkan kelompok umur, rerataberat sayuran daun yang dikonsumsi yang tertinggi adalah pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu sebesar 68.0 gram perorang perhari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 24.9 gram. Reratakonsumsi sayuran buah/sayuran akar tertinggi pada kelompok umur >55 tahun sebesar 0,3 gram dan terendah kelompok umur 13-18 tahun sebesar 0,0 gram. Tabel 3.3.8 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok sayur dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Jenis sayuran dan olahan (%) Kelompok umur Sayuran Sayuran buah/ Sayuran daun sayuran akar polong Sayuran lainnya 0-59 bln 63,5 0,3 0,0 0,0 5-12 thn 78,1 0,9 0,1 0,1 13 18 thn 83,1 0,9 0,0 0,3 19 55 thn 85,3 0,8 0,1 0,1 >55 thn 76,3 1,2 0,0 0,0 Semua umur 81,6 0,8 0,0 0,1 31

Proporsi penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok sayuran dan olahan di Provinsi Aceh tertinggi adalah sayuran daun sebesar 85,0 persen diikuti sayuran buah/sayuran akar 1,2 persen dan sayuran lainnya 0,9 persen. Berdasarkan kelompok umur Proporsi penduduk mengonsumsi sayuran daun tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu sebesar 89,4 persen dan terendah kelompok umur 0 59 bulan sebesar 64,6 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi sayuran buah/sayuran akar tertinggi pada kelompuk umur 5-12 tahun sebesar 3,6 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,0 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi sayuran lainnya tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 1,5 persen (Tabel 3.3.8). Kelompok umur Tabel 3.3.9 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok buah-buahan dan olahannya perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Jenis buah buahan dan olahan (g) Pisang Jeruk Mangga Pepaya Semangka Buah lainnya Buah olahan Total Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0-59 bln 5,4 22,6 2,0 11,5 6,2 33,9 1,9 17,8 3,6 24,0 2,4 13,4 0,0 0,0 21,4 56,7 5-12 thn 8,0 30,3 2,5 15,1 20,1 60,5 1,1 11,8 3,2 25,9 10,1 45,9 0,0 0,2 45,0 89,2 13 18 thn 6,6 27,4 3,4 27,2 24,5 75,2 0,4 7,8 2,8 26,8 8,0 43,2 0,0 0,0 45,7 103,3 19 55 thn 10,4 38,8 3,7 24,4 20,1 73,7 2,1 21,6 4,2 33,2 6,4 33,6 0,0 1,4 46,9 108,5 >55 thn 11,1 50,3 2,4 12,6 26,8 74,3 1,6 14,5 2,5 21,0 5,0 31,8 0,0 0,0 49,3 107,2 Semua umur 9,3 37,1 3,2 21,9 20,6 70,4 1,6 18,0 3,6 29,7 6,8 36,1 0,0 1,1 45,2 102,6 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok buah-buahan dan olahan di Provinsi Aceh 45,2 gram perorang perhari. Jenis mangga adalah yang terbanyak dikonsumsi yaitu 20,6 gram perorang perhari, diikuti pisang sebesar 9,3 gram serta buah lainnya 6,8 gram (Tabel 3.3.9). Berdasarkan kelompok umur, rerata berat mangga yang dikonsumsi yang tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun yaitu sebesar 26,8 gram dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 6,2 gram. Rerata konsumsi pisang tertinggi adalah pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 10,4 gram dan terendah kelompok umur >55 tahun sebesar 4,1 gram. Rerata konsumsi jeruk tertinggi pada kelompok umur 0-59 bulan yaitu sebesar 13,8 gram. Tabel 3.3.10 Propors ipenduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok buah dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Jenis buah buahan dan olahan (%) Kelompok umur Buah Pisang Jeruk Mangga Pepaya Semangka Buah lainnya olahan 0-59 bln 6,8 12,2 5,1 1,6 3,2 3,8 0,0 5-12 thn 9,4 15,2 14,1 1,4 2,0 8,2 0,0 13 18 thn 7,6 15,1 12,4 0,4 1,4 5,3 0,0 19 55 thn 10,3 16,2 10,1 1,7 2,3 5,5 0,1 >55 thn 10,6 17,0 14,8 1,5 1,5 5,4 0,0 Sema umur 9,6 15,8 11,3 1,5 2,1 5,8 0,1 32

Proporsi penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok buah-buahan dan olahan di Provinsi Aceh yang tertinggi adalah jeruk yaitu sebesar 15,8 persen diikuti mangga 11,3 persen dan buah lainnya 5,8 persen. Berdasarkan kelompok umur,proporsi penduduk yang mengonsumsi jeruk yang tertinggi adalah pada kelompok umur >55 tahun yaitu sebesar 17,0 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 12,2 persen. Proporsiyang mengonsumsi mangga yang tertinggi adalah pada kelompok umur >55 tahun sebesar 14.8 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan yaitu sebesar 5,1 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi buah lainnya tertinggi adalah pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 8,2 persen dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan yaitu sebesar 3,8 persen (Tabel 3.3.10). Tabel 3.3.11 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahannya perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Jenis daging dan olahan (g) Kelompok umur Daging unggas Daging api, kerbau Daging kambing, domba Olahan daging unggas Olahan daging sapi,kerbau Daging babi dan olahan Daging lainnya Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Total 0-59 bln 11,2 52,7 2,8 19,1 0,9 12,6 2,0 19,5 0,3 4,5 0,0 0,0 0,0 0,0 17,2 60,2 5-12 thn 17,9 65,7 3,1 29,0 0,7 10,2 2,1 14,1 2,8 18,1 0,0 0,0 0,0 0,0 26,6 77,1 13 18 thn 12,2 50,0 3,0 35,1 0,1 5,0 2,3 15,8 2,0 13,9 0,5 9,5 0,0 0,0 20,1 66,8 19 55 thn 16,5 64,4 6,8 48,0 0,6 11,5 0,6 8,9 0,7 9,7 0,3 9,6 0,3 8,9 25,7 84,6 >55 thn 11,2 50,2 4,0 28,9 2,0 31,9 0,1 2,1 0,0 0,9 0,6 13,8 0,6 14,2 18,5 73,2 Semua umur 15,2 60,8 5,2 40,7 0,7 14,7 1,1 11,4 1,1 11,3 0,3 9,2 0,2 8,1 23,8 78,8 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahan di Provinsi Aceh 23,8 gram perorang perhari. Daging unggas merupakan jenis yang terbanyak dikonsumsi yaitu 15,2 gram perorang perhari, diikuti daging sapi, kerbau yaitu sebesar 5,2 gram per hari serta olahan daging unggas yaitu sebesar 1,1 gram perhari sepeti ditunjukkan pada Tabel 3.3.11. Berdasarkan kelompok umur, rerata konsumsi daging unggas yang dikonsumsi yang tertinggi adalah pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu sebesar 17,9 gram per hari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 11,2 gram per hari. Reratakonsumsi daging sapi kerbau yang tertinggi adalah pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu sebesar 6,8 gram perhari dan terendah adalah pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 2,8 gram perorang perhari. Reratakonsumsi olahan daging unggas yang tertinggi adalah pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar 2,3 gram perorang perhari dan terendah pada kelompok umur >55 tahun sebesar 0,1 gram. 33

Tabel 3.3.12 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Kelompok umur Daging unggas Daging sapi, kerbau Jenis daging dan olahan (%) Daging kambing, domba Olahan daging unggas Olahan daging sapi,kerbau Daging babi dan olahan 0-59 bln 6,2 2,7 0,5 3,0 0,3 0,0 0,0 5-12 thn 10,5 1,6 0,4 3,4 3,8 0,0 0,0 13 18 thn 9,2 1,4 0,0 3,3 3,2 0,3 0,0 19 55 thn 9,6 3,0 0,4 0,7 0,7 0,1 0,1 >55 thn 6,7 2,5 0,7 0,4 0,0 0,1 0,1 Semua umur 9,1 2,5 0,4 1,5 1,4 0,1 0,1 Daging lainnya Proporsi penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahan di Provinsi Aceh yang tertinggi adalah daging unggas yaitu sebesar 9,1 persen diikuti olahan daging, kerbau yaitu2,5 persen dan olahan daging unggas yaitu 1,5 persen. Berdasarkan kelompok umur,proporsi penduduk mengonsumsi daging unggas tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu sebesar 10,5 persen dan terendah kelompok umur >55 tahun sebesar 6,7 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi olahan daging sapi kerbau tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu sebesar 3,0 persen dan terendah kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar 1,4 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi daging unggasyang tertinggi adalah pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu sebesar 3,4 persen,dan terendah pada kelompok umur >55 tahun sebesar 0,4 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi olahan daging sapi kerbau tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 3,8 persen dan terendah pada kelompok umur >55 tahun sebesar 0,0 persen.(tabel 3.3.12). Tabel 3.3.13 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahannya perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Kelompok umur Jeroan hewan berkaki empat Jenis jeroan dan olahan (g) Jeroan unggas Lainnya Total Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0 59 bln 0,1 1,1 0,0 0,0 0,1 1,2 0,1 1,6 5-12 thn 0,3 5,5 0,0 0,0 0,5 3,7 0,7 6,6 13 18 thn 0,0 0,4 0,0 0,0 0,2 2,6 0,2 2,6 19 55 thn 0,3 8,0 0,0 0,0 0,3 3,4 0,5 8,8 >55 thn 0,3 5,8 0,0 0,0 0,3 6,4 0,6 8,7 Semua umur 0,2 6,6 0,0 0,0 0,3 3,8 0,5 7,6 34

Rerata konsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahan di Provinsi Aceh adalah 0,5 gram perorang perhari. Jenis jeroan lainnya adalah yang dikonsumsi tertinggi yaitu 0,3 gram perorang perhari, diikuti jeroan hewan berkaki empat yaitu sebesar 0,2 gram(tabel 3.3.13). Berdasarkan kelompok umur, rerata konsumsijeroan lainnya yang dikonsumsi yang tertinggi pada kelompok umur 5-12tahun yaitu sebesar 0,5 gram perorang perhari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan yaitu sebesar 0,3 gram. Rerata konsumsi jeroan hewan berkaki empat yang tinggi adalah pada kelompok umur 5-12 tahun dan 19 keatasyaitu sebesar 0,3 gram dan terendah adalah pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 0,0 gram. Tabel 3.3.14 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Jenis jeroan dan olahan (%) Kelompok umur Jeroan hewan berkaki Jeroan unggas Lainnya empat 0-59 bln 0,3 0,0 0,8 5-12 thn 0,3 0,0 2,8 13 18 thn 0,3 0,0 0,8 19 55 thn 0,2 0,0 0,9 >55 thn 0,3 0,0 0,3 Semua umur 0,2 0,0 1,1 Proporsi penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahan di Provinsi Aceh yang tertinggi adalah jeroan lainnya yaitu sebesar 1,1 persen diikuti jeroan hewan berkaki empat 0,2 persen. Berdasarkan kelompok umur,proporsi penduduk mengonsumsi jeroan lainnya tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu sebesar 2,8 persen dan terendah kelompok umur >55tahun sebesar 0,3 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi jeroan hewan berkaki empat pada kelompok umur 0-18 tahun dan umur >55 tahun dalah sebesar 0,3 persen dan terendah pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 0,2 persen (Tabel 3.3.14). Kelompok umur Tabel 3.3.15 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahannya yang dikonsumsi perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Ikan laut Olahan Ikan Ikan air tawar Jenis ikan dan olahan (g) Udang, kepiting dan olahan Cumi, kerang, keong dan olahan Hewan air lainnya Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0-59 bln 100,1 122,9 5,1 23,0 13,2 68,1 2,9 16,5 1,8 16,9 0,0 0,0 123,0 131,2 5-12 thn 140,6 144,7 6,6 24,8 14,1 52,7 5,4 30,3 1,7 18,5 0,0 0,0 168,4 138,0 13 18 thn 138,2 139,6 6,4 20,6 17,9 77,8 4,5 24,7 0,4 5,8 0,0 0,0 167,4 139,4 19 55 thn 157,4 152,9 8,4 29,4 19,5 82,3 8,2 42,3 1,1 13,3 0,0 0,0 194,6 153,8 >55 thn 161,2 148,9 7,5 24,0 14,8 57,3 8,9 37,4 0,9 12,9 0,0 0,0 193,1 142,9 Semua umur 149,3 148,6 7,5 26,8 17,6 74,5 7,1 37,0 1,1 13,8 0,0 0,0 182,6 148,4 Total 35

Rerata konsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahan di Provinsi Aceh adalah 182,6 gram perorang perhari. Jenis ikan laut adalah yang terbanyak dikonsumsi yaitu 149,3 gram perorang perhari, diikuti ikan air tawar sebesar 17,6 gramdan olahan ikan sebesar 7,5 gram (Tabel 3.3.15). Berdasarkan kelompok umur, rerata konsumsiikan laut yang dikonsumsi yang tertinggi adalah pada kelompok umur >55 tahun yaitu sebesar 161,2 gram perorang perhari dan terendah kelompok umur 0-59bulan sebesar 100,1 gram. Rerata konsumsi ikan air tawar yang tertinggi adalah pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 19,5 gram dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 13,2 gram. Rerata konsumsi olahan ikan yang tertinggi adalah pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu sebesar 8,4 gram per hari dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 5,1 gram. Tabel 3.3.16 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Jenis ikan dan olahan (%) Kelompok Umur Ikan laut Olahan ikan Ikan air tawar Udang, kepiting dan olahan Cumi, kerang, keong dan olahan Hewan air lainnya 0-59 bln 50,3 10,0 5,9 4,3 1,4 5-12 thn 67,7 13,7 8,4 5,0 1,4 13 18 thn 65,5 15,8 8,6 4,9 0,6 19 55 thn 68,1 17,3 9,4 6,3 1,0 >55 thn 69,1 15,7 8,6 7,7 0,4 Semua umur 66,7 15,9 8,8 5,9 1,0 Proporsi penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahan di Provinsi Aceh yang tertinggi adalah ikan laut sebesar 66,7 persen diikuti olahan ikan sebesar 15,9 persen dan ikan air tawar sebesar 8,8 persen. Berdasarkan kelompok umur,proporsi penduduk mengonsumsi ikan laut yang tertinggi adalah pada kelompok umur >55 tahun yaitu 69,1 persn dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 50,3 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi olahan ikan yang tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 17,3 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan yaitu sebesar 10.0 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi ikan air tawr yang tertinggi adalah pada kelompok umur 19-55 tahun yaiu sebesar 9,4 persen dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 5,9 persen (Tabel 3.3.16). 36

Tabel 3.3.17 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahannya perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Jenis telur dan olahan (g) Kelompok umur Telur ayam Telur bebek Olahan telur Telurlainnya Total Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0-59 bln 20,1 36,8 0,3 4,7 0,2 3,3 0,0 0,9 20,6 37,1 5-12 thn 22,9 34,9 0,7 6,9 0,6 7,6 0,3 5,4 24,5 36,1 13 18 thn 21,2 33,4 0,4 6,3 0,1 2,2 0,1 2,0 21,8 34,1 19 55 thn 18,1 33,8 1,0 15,1 0,8 7,2 0,0 0,7 20,0 37,1 >55 thn 14,4 31,3 0,1 1,8 0,5 5,7 0,2 3,9 15,2 32,3 Semua umur 18,9 33,9 0,8 11,7 0,6 6,4 0,1 2,6 20,4 36,1 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahan di Provinsi Aceh adalah 20,4 gram perorang perhari. Jenis telur ayam adalah yang terbanyak dikonsumsi yaitu 18,9 gram perorang perhari, diikuti telur bebek yaitu 0,8 gram dan olahan telur sebesar 0,6 gram (Tabel 3.3.17). Berdasarkan kelompok umur, retata konsumsi telur ayam tertinggi adalah pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu sebesar 22,9gram dan terendah kelompok umur >55 tahun sebesar 14,4 gram. Rerata konsumsi olahan telur tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 0,46 gram dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,0 gram. Rata-rata konsumsi telur bebek tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar 0,63 gram dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,0 gram. Tabel 3.3.18 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Kelompok umur Jenis telur dan olahan (%) Telur ayam Telur bebek Olahan telur Telurlainnya 0-59 bln 35,4 0,5 0,3 0,3 5-12 thn 42,7 1,1 0,7 0,3 13 18 thn 40,5 0,5 0,4 0,3 19 55 thn 34,4 1,3 1,6 0,1 >55 thn 27,1 0,4 0,7 0,3 Semua umur 35,7 1,0 1,1 0,2 Proporsi penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahan di Provinsi Aceh yang tertinggi adalah telur ayam yaitu 35,7persen diikuti olahan telur sebesar 1,1 persen dan telur bebek sebesar 1,0 persen. Berdasarkan kelompok umur,proporsi penduduk mengonsumsi telur ayam tertinggi adalah pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu sebesar 37

42,7persen dan terendah kelompok umur >55 tahun sebesar 27,1persen. Proporsi penduduk mengonsumsi olahan telur yang tertinggi adalah pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 1,6persen dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,5 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi telur bebek yang tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun dan 13-18 tahun sebesar 0,5persen dan terendah pada kelompok umur >55 tahun sebesar 0,4 persen (Tabel 3.3.18). Kelompok umur Tabel 3.3.19 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahannya perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Jenis susu dan olahannya Susu kental manis Susu bubuk Susu formula balita Susu formula khusus Olahan susu Total Susu cair Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0-59 bln 1,1 8,8 1,8 13,7 13,1 33,0 0,0 0,0 1,6 11,5 37,6 62,5 5,6 47,1 5-12 thn 0,9 6,4 1,0 7,8 0,0 0,0 3,0 20,3 5,4 24,0 4,8 35,2 13-18 thn 1,2 8,8 0,0 0,8 0,0 0,0 0,9 10,2 2,1 13,6 1,6 15,2 19-55 thn 0,7 5,2 0,1 2,9 0,2 3,0 0,3 5,0 1,1 7,9 0,3 6,9 >55 thn 0,9 5,7 0,1 2,1 0,6 4,1 0,0 1,1 1,1 6,2 0,2 4,4 Semua umur 0,8 6,3 0,3 5,1 0,2 2,6 0,8 9,9 4,1 21,5 1,5 19,6 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahan di Provinsi Aceh, susu cair adalah yang terbanyak dikonsumsi yaitu sebesar 1,5 gram perorang perhari, diikuti susu formula balita yaitu sebesar 0,9 gram dan susu kental manis sebesar 0,8 gram (Tabel 3.3.19). Berdasarkan kelompok umur, rerata konsumsi susu cair tertinggi adalah pada kelompok umur 0-59 bulan yaitu sebesar 5,6mililiter perorang perhari dan terendah kelompok umur >55 tahun sebesar 0,2mililiter. Rerata konsumsi susu formula balita yang tertinggi adalah pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 13,1 gram perorang perhari dan terendah kelompok umur 19-55 tahun sebesar 0,0 gram. Rerata konsumsi susu kental manis yang tertinggi adalah pada kelompok umur 0-59 bulan yaitu sebesar 1,1 gram dan terendah pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 0,7 gram. Tabel 3.3.20 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Kelompok umur Susu kental manis Susu bubuk Jenis susu dan olahan (%) Susu cair Susu formula balita Susu formula khusus 0-59 bln 3,0 3,2 2,7 19,5 0,0 2,7 5-12 thn 3,6 3,8 2,4 0,0 2,8 13 18 thn 3,6 1,0 1,7 0,0 0,9 19 55 thn 3,1 1,5 0,5 0,6 0,4 >55 thn 3,6 0,6 0,4 2,3 0,0 Semua umur 3,3 1,8 1,0 0,6 0,9 Olahan susu 38

Proporsi penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahan di Provinsi Aceh tertinggi adalah susu kental manis sebesar 3,3 persen diikuti susu bubuk sebesar 1,8 persen dan susu formula balita sebesar 1,4 persen. Berdasarkan kelompok umur, proporsi penduduk mengonsumsi susu kental manis tertinggi adalah pada kelompok umur 5-18 tahun dan >55 tahun yaitu sebesar 3,6 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 3,0 persen. Proporsiyang mengonsumsi susu bubuk tertinggi adalah pada kelompok umur 0-59 bulan yaitu sebesar 3,2 persen dan terendah kelompok umur>55 tahun sebesar 0,6 persen. Proporsi yang mengonsumsi susu formula bayi tertinggi adalah pada kelompok umur 0-59 bulan yaitu sebesar 19,5 persen dan terendah pada kelompok umur 13-55 tahun yaitu 0,0 persen (Tabel 3.3.20). Tabel 3.3.21 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahannya perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Kelompok Umur Minyak kelapa sawit dan minyak olahan Minyak, lemak dan olahan (g) Kelapa dan olahan Minyak lainnya, lemak dan olahan Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0-59 bln 13,1 11,9 8,2 24,8 0,2 1,8 21,5 27,8 5-12 thn 19,4 14,8 20,5 45,8 0,3 2,8 40,2 47,3 13 18 thn 19,6 16,3 20,4 54,9 0,2 2,2 40,2 57,9 19 55 thn 19,8 16,9 21,4 44,5 0,3 2,6 41,5 47,4 >55 thn 16,5 15,4 20,4 46,6 0,2 1,3 37,0 48,2 Semua umur 18,9 16,2 20,2 45,6 0,3 2,4 39,4 48,2 Total Rerata konsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan yang dikonsumsi di Provinsi Aceh adalah 39,4 gram perorang perhari. Minyak kelapa dan olahan merupakan jenis yang terbanyak dikonsumsi yaitu 20,2 gram perorang perhari, diikuti minyak kelapa sawit dan minyak kelapa sebesar 18,9 gram dan minyak lainnya, lemak dan olahan sebesar 0,3 gram (Tabel 3.3.21). Berdasarkan kelompok umur, rerata berat minyak kelapa dan olahan yang dikonsumsi yang tertinggi adalah pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu sebesar 21,4 gram per hari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan yaitu sebesar 8,2 gram perorang perhari. Rerata konsumsi minyak kelapa sawit dan minyak kelapa yang tertinggi adalah pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 19,8 gram dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 13,1 gram. Rerata konsumsi minyak lainnya, lemak dan olahan yang tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun dan 19-55 tahun yaitu sebesar 0,3 gram dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan, 13-18 tahn dan umur > 55 tahun sebesar 0,2 gram. 39

Tabel 3.3.22 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Kelompok umur Minyak, lemak dan olahan (%) Minyakkelapa sawit dan minyak kelapa Kelapa dan olahan 0-59 bln 82,2 19,2 4,1 5-12 thn 96,1 32,2 4,8 13-18 thn 95,4 30,5 4,0 19 55 thn 93,8 36,3 4,7 >55 thn 90,0 33,8 3,2 Semua umur 93,2 33,6 4,4 MinyaklLainnya, lemak dan olahan Proporsi penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan di Provinsi Aceh yang terbanyak adalah minyak kelapa sawit dan minyak kelapa sebesar 93,2 persen diikuti kelapa dan olahan sebesar 33,6 persen dan minyak lainnya, lemak dan olahan sebesar 4,4 persen. Berdasarkan kelompok umur,proporsi penduduk mengonsumsi minyak kelapa sawit dan minyak kelapa yang tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu sebesar 96,1 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 82,2 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi kelapa dan olahan yang tertinggi adalah pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 36,3 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 19,2 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi olahan minyak lainnya, lemak dan olahan yang tertinggi adalah pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 4,8persen dan terendah pada kelompok umur >55 tahun sebesar 3,2persen (Tabel 3.3.22). Kelompok umur Tabel 3.3.23 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Gula dan konfeksionari (g) Gula Permen Sirup Coklat Lainnya (madu,selai agar-agar, jely) Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0-59 bln 5,8 10,5 0,4 3,3 0,0 0,4 0,2 1,9 0,5 3,7 7,0 12,3 5-12 thn 8,1 14,3 1,1 13,4 1,3 12,7 0,7 6,2 0,4 3,6 11,7 24,6 13 18 thn 7,8 13,4 0,3 1,6 0,8 9,8 0,1 1,4 0,3 2,1 9,3 17,1 19 55 thn 17,1 19,2 0,1 0,8 0,3 4,1 0,1 2,0 0,3 3,1 17,9 20,2 >55 thn 20,5 21,1 0,0 0,1 0,3 2,8 0,0 0,1 0,4 4,3 21,1 22,1 Semua umur 14,2 18,3 0,3 5,4 0,5 6,9 0,2 2,9 0,3 3,3 15,5 20,8 Total 40

Rerata konsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari di Provinsi Aceh 15,5 gram perorang perhari. Gula merupakan yang tertinggi yaitu 14.2 gram perorang perhari, d,ikuti sirup 0,5 gram, permen 0,3 gram dan coklat 0,2 gram (Tabel 3.3.23). Berdasarkan kelompok umur, rerata konsumsigula yang tertinggi adalah pada kelompok umur >55 tahun yaitu sebesar 20,5 gram perorng perhari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 5,8 gram. Rerata konsumsi sirup yang tertinggi adalah pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 0,8 gram dan terendah kelompok umur 0-59 bulan 0,0 gram. Rerata konsumsi permen yang tertinggi adalah pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu 1,1 gram dan terendah pada kelompok umur >55 tahun 0,0 gram. Tabel 3.3.24 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Kelompok umur Gula dan Konfeksionari (%) Gula Permen Sirup Coklat 0-59 bln 40,5 4,1 0,3 2,7 3,2 5-12 thn 47,4 6,2 3,3 2,2 2,2 13 18 thn 46,8 3,7 1,8 0,8 2,6 19 55 thn 70,7 0,7 1,2 0,8 1,8 >55 thn 77,6 0,0 1,2 0,0 1,7 Semua umur 63,0 2,1 1,5 1,0 2,0 Lainnya (madu,selai agaragar, jely) Proporsi penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari di Provinsi Aceh yang tertinggi adalah gula 63,0persen diikuti permen 2,1persen dan sirup sebesar 1,5persen. Berdasarkan kelompok umur,proporsi penduduk mengonsumsi gula yang tertinggi pada kelompok umur >55 tahun yaitu sebesar 77,6persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 40,5persen. Proporsi yang mengonsumsi permen yang tertinggi adalah pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 6,2persen dan terendah pada kelompok umur >55 tahun sebesar 0,0persen. Proporsi yang mengonsumsi sirup yang tertinggi adalah pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 3,3persen dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan yaitu sebesar 0,3persen (Tabel 3.3.24). 41

Tabel 3.3.25 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok bumbu perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Jenis Bumbu (g) Kelompok umur Vetsin/ MSG/ Bumbu Bumbu Bahan Garam Bumbu Instan Mecin Kering Basah Tambahan Total Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0-59 bln 2.2 2.7 0.1 0.6 0.5 6.6 0.3 1.3 9.0 14.2 0.0 0.0 12.1 17.9 5-12 thn 4.0 4.3 0.2 0.6 1.6 10.5 0.8 3.0 16.2 15.2 0.0 0.3 22.9 22.7 13 18 thn 4.0 6.9 0.1 0.9 2.0 20.9 0.7 2.1 17.6 18.3 0.0 0.1 24.4 30.5 19 55 thn 4.4 4.4 0.1 0.6 0.3 5.0 1.0 3.3 19.1 19.8 0.1 1.5 24.9 23.6 >55 thn 4.1 4.5 0.1 0.4 0.1 1.8 0.8 3.3 18.2 27.0 0.1 1.6 23.5 31.4 Semua umur 4.1 4.8 0.1 0.6 0.7 9.5 0.9 3.0 17.7 19.8 0.1 1.2 23.6 25.4 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok bumbu di Provinsi Aceh adalah 23,6 gram perorang perhari. Jenisbumbu basah adalah yang tertinggi yaitu 17,7 gram perorang perhari, diikuti garam sebesar 4,1 gram dan bumbu kering sebesar 0,9 gram (Tabel 26). Berdasarkan kelompok umur, rerata konsumsibumbu basah yang tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu 19,1 gram perorang perhari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 9,0 gram. Rerata konsumsi garam yang tertinggi adalah pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu sebesar 4,4 gram dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 2,2 gram. Rerata konsumsi bumbu kering yang tertinggi adalah pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu sebesar 1,0 gram dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan 0,3 gram. Tabel 3.3.26 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bumbu menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Kelompok Umur Jenis Bumbu (%) Garam Vetsin/ MSG/ Bumbu Bumbu Bumbu instan mecin kering basah 0-59 bln 85,1 16,8 4,3 22,2 68,6 0,0 5-12 thn 98,0 21,6 10,1 30,8 91,1 1,3 13 18 thn 98,5 20,0 8,7 31,2 91,3 1,3 19 55 thn 98,7 18,7 3,5 36,2 93,3 2,2 >55 thn 98,7 13,7 2,0 31,4 88,9 1,3 Semua umur 97,7 18,6 5,0 33,3 90,7 1,7 Bahan tambahan Proporsi penduduk yang mengkonsumsi bumbu di Provinsi Aceh yang tertinggi adalah garam sebesar 97,7persen diikuti bumbu basah sebesar 90,7persen dan bumbu kering sebesar 33,3persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi penduduk mengonsumsi garam tertinggi pada kelompok umur >19 tahun yaitu sebesar 98,7persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 85,1persen. Proporsi yang mengonsumsi bumbu basah yang tertinggi adalah pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu sebesar 93,3persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 68,6persen. Proporsipenduduk mengonsumsi bumbu kering yang tertinggi pada 42

kelompok umur 19-55 tahun sebesar 36,2persen dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 22,2persen (Tabel 3.3.26). Tabel 3.3.27 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok minuman perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Jenis minumanserbuk (g) Jenis minumancairan (ml) Kelompok umur Teh instan / daun kering Kopi bubuk Minuman serbuk Minuman kemasan cairan Minuman berkarbonasi Minuman beralkohol Minuman lainnya Total Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0-59 bln 0,8 11,1 0,3 4,5 0,1 0,7 1,1 12,0 7,7 37,6 0,0 0,9 0,0 0,0 2,1 17,8 9,8 41,5 5-12 thn 1,6 15,6 0,2 3,0 0,7 10,6 2,5 19,1 21,1 75,2 2,4 33,9 0,0 0,0 2,9 26,4 26,4 89,1 13-18 thn 1,2 12,1 1,1 4,9 0,2 3,8 2,5 13,7 17,7 71,5 3,4 35,5 0,4 11,7 1,6 15,5 23,1 81,1 Total 19-55 thn 0,9 8,4 4,7 11,2 0,1 3,1 5,7 14,2 3,7 30,9 2,1 25,7 1,6 25,8 2,0 20,7 9,4 51,6 >55 thn 1,1 9,0 5,1 9,7 0,0 0,1 6,1 13,0 1,0 14,3 0,1 1,4 2,0 21,4 0,6 8,6 3,8 27,0 Semua umur 1,0 10,6 3,3 9,4 0,2 4,9 4,6 14,8 8,1 46,9 2,0 26,4 1,2 20,8 1,9 19,9 13,1 61,2 Rerata konsumsi kelompok minuman jenis minuman serbuk di Provinsi Aceh adalah 4,6 gram perorang perhari. Kopi bubuk (3,3 g) adalah yang di konsumsi tertinggi dan terendah adalah minuman serbuk (0,2 g). Konsumsi kopi bubuk yang tertinggi pada kelompok usia >55 tahun (5,1 g) dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (0,3 g). Konsumsi teh instan/daun kering yang tertinggi adalah pada kelompok usia 5-12 tahun (1,6 g) dan terendah adalah pada kelompok usia 0-59 bulan (0,8 g). Sedangkan pada minuman serbuk, konsumsi tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (0,7 g) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (0,0 g) (Tabel 3.3.27). Rerata konsumsi kelompok minuman jenis minuman cairandi Provinsi Aceh adalah 13,1 ml perorang perhari. Minuman kemasan cairan (8,1 ml) adalah yang dikonsumsi tertinggi dan terendah adalah minuman beralkohol (1,2 ml). Berdasarkan kelompok umur, rerata konsumsi minuman kemasan cairan yang tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (21,1 ml) dan terendah pada kelompok usia >55 tahun (1,0 ml). Rerata konsumsi minuman berkarbonasi yang tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun pada kelompok usia 13-18 tahun (3,4 ml) dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (0,0 ml). Rerata konsumsi minuman lainnya yang tertinggi adalah pada kelompok usia 5-12 tahun (2,9 ml) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (0,6 ml) (Tabel 3.3.27). 43

Tabel 3.3.28 Proporsi penduduk yang mengonsumsi minuman menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Jenis minumanserbuk (%) Jenis minuman cairan (%) Kelompok umur Teh Instan / daun kering Kopi bubuk Minuman serbuk Minuman kemasan cairan Minuman berkarbonasi Minuman beralkohol 0-59 bln 17,3 3,0 0,8 4,9 0,3 0,0 3,8 5-12 thn 22,1 3,5 1,3 10,0 0,7 0,0 3,7 13 18 thn 21,2 9,6 0,8 7,7 1,2 0,3 2,8 19 55 thn 28,2 35,7 0,6 3,3 0,9 0,5 2,2 >55 thn 29,4 41,3 0,1 1,5 0,6 1,0 1,0 Semua umur 25,8 26,1 0,7 4,8 0,8 0,4 2,5 Minuman lainnya Proporsi penduduk yang mengonsumsi jenis minuman serbuk yang tertinggi adalah kopi bubuk (26,1%) dan terendah adalah minuman serbuk (0,7%). Proporsi penduduk yang kopi bubuk yang tertinggi adalah kelompok umur > 55 tahun yaitu 41,3 persen dan terendah adalah kelompok umur 0-59 bulan (3,0%). Proporsi yang mengonsumsi teh instan tertinggi adalah pada kelompok usia > 55 tahun (29,4%) dan terendah pada kelompok usia 0-59 bhulan (17,3%). Proporsipenduduk mengonsumsi minuman serbuk yang tertinggi adalah pada kelompok usia 5-12 tahun (1,3%), dan terendah adalah pada kelompok usia >55 tahun (0,1%) (Tabel 3.3.28). Proporsi penduduk mengonsumsi jenis minuman cairan yang tertinggi adalah minuman kemasan cairan (4,8%), disusul minuman lainnya (2,5%), sedangkam terendah adalah minuman beralkohol (0,4%). Proporsipenduduk mengonsumsi minuman kemasan cairan tertinggi adalah pada kelompok usia 5-12 tahun (10,0%), terendah pada kelompok usia >55 tahun (1,9%). Proporsipenduduk mengonsumsi minuman berkarbonasi tertinggi adalah pada kelompok usia 13-18 tahun (1,2%) dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (0,3%). Penduduk yang mengonsumsi minuman lainnya yang tertinggi adalah kelompok umur 0-59 bulan dan terendah adalah kelompok usia > 55 tahun (1,0%). Proporsi penduduk mengonsumsi minuman beralkohol tertinggi pada kelompok usia > 55 tahun (1,0%) dan terendah pada kelompok umur 0-12 tahun (0,0%) (Tabel 3.3.28). Tabel 3.3.29 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok masakan komposit dan olahannya perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Jenis makanan komposit (g) Kelompok Ayam goreng Pizza Burger Kentang umur goreng Total Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0-59 bln 0,99 11,68 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,99 11,68 5-12 thn 0,22 4,23 0,00 0,00 0,00 0,00 0,09 1,85 0,31 4,62 13 18 thn 0,88 13,18 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,88 13,18 19 55 thn 0,28 5,95 0,06 3,35 0,05 2,43 0,00 0,00 0,39 7,24 >55 thn 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Semua umur 0,36 7,27 0,03 2,47 0,03 1,79 0,01 0,72 0,43 7,91 44

Rerata konsumsi makanan komposit di Provinsi Aceh adalah 0,43 gram perorang perhari. Ayam goreng adalah yang dikonsumsi tertinggi yaitu 036 gramperorang perhari disusul pizza dan burger (0.03 g) dan terendah adalah kentang goreng (0,01 g) (Tabel 3.3.29). Berdasarkan kelompok umur, rerata konsumsiayam goreng tertinggi adalah pada kelompok umur 0-59 bln (0,99 g) dan terendah pada kelompok umur > 55 tahun (0,0 g). Sedangkan pizza (0,06 g) dan burger (0,05 g) yang mengonsumsi hanya kelompok umur 19-55 tahun. Demikian juga kentang goreng (1,85 g) hanya dikonsumsi oleh kelompok umur 5-12 tahun. Tabel 3.3.30 Proporsi penduduk yang mengonsumsi makanan komposit menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Jenis makanan komposit (%) Kelompok umur Ayam goreng Pizza Burger Kentang goreng 0-59 bln 0,8 0,0 0,0 0,0 5-12 thn 0,3 0,0 0,0 0,3 13 18 thn 0,4 0,0 0,0 0,0 19 55 thn 0,2 0,0 0,0 0,0 >55 thn 0,0 0,0 0,0 0,0 Semua umur 0,3 0,0 0,0 0,0 Proporsi penduduk yang mengonsumsi makanan komposit di Provinsi Aceh hanya pada ayam goreng (0,3%). Proporsi yang mengonsumsi ayam goreng tertinggi adalah pada kelompok 0-59 bulan (0,8%) dan terendah pada kelompok umur > 55 ahun (0,0%) (Tabel 3.3.30). Kentang goreng hanya dikonsumsi oleh kelompok umur 5-12 tahun (0,3%). Tabel 3.3.31 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok sumber air perorang perhari menurut kelompok umur,provinsi Aceh 2014 Kelompok umur Air minum Air Minum kemasan bermerek Sumber air (ml) Minuman cair kemasan pabrikan (jus cair, kopi cair, teh cair,,minuman berkarbonasi, berenergi, isotonik, beralkohol dan minuman lain) Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0-59 bln 605,3 412,9 13,1 110,0 7,8 37,6 626,1 413,9 5-12 thn 875,1 491,7 37,8 124,1 23,6 81,8 936,5 503,6 13-18 thn 992,5 509,1 69,9 224,9 21,6 79,8 1,083,9 522,1 19-55 thn 1,194,8 642,2 64,5 319,5 7,6 48,1 1,266,9 696,3 >55 thn 1,181,3 568,3 27,8 159,9 3,2 25,7 1,212,3 553,7 Semua umur 1,082,4 609,1 53,8 261,3 11,3 57,5 1,147,5 644,0 Total 45

Rerata konsumsi kelompok airdi Provinsi Aceh adalah 1.147,5 ml perorang perhari. Air minum adalah yang dikonsumsi tertinggi yaitu 1.082.4 ml perorang perhari dan paling rendah adalah minuman cair kemasan pabrikan (11,3 ml). Rerata konsumsi air minum terbanyak adalah kelompok umur 19-55 tahun (1.194,8 ml) dan terndah adalah kelompok umur 0-59 bulan (605,3 ml). Rerata konsumsi air minum kemasan terbanyak adalah kelompok umur 13-18 tahun (69,9 ml) dan terendah adalah kelompok umur 0-59 bulan (13,1 ml). Rerata konsumsi minuman cair kemasan pabrikan terbanyak adalah kelompok umur 5-12 tahun (23,6 ml) dan terendah adalah kelompok umur > 55 tahun (3,2 ml) (Tabel 3.3.31). Tabel 3.3.32 Proporsi penduduk yang mengonsumsi air menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Kelompok umur Air minum Air minum kemasan bermerek Sumber air (%) 0-59 bln 91,1 2,7 5,1 5-12 thn 99,7 11,6 10,8 13-18 thn 99,1 17,2 9,4 19-55 thn 99,7 8,4 5,0 >55 thn 99,1 4,9 3,1 Semua umur 99,0 9,3 6,2 Minuman cair kemasan pabrikan (jus cair, kopi cair, teh cair,,minuman berkarbonasi, berenergi, isotonik, beralkohol dan minuman lain) Proporsi penduduk yang mengonsumsi airdiprovinsi Aceh yang paling banyak adalah air minum (99,0%) dan terendah adalah minuman cair kemasan pabrikan (6,2%). Proporsi penduduk yang mengonsumsi air minum terbanyak adalah kelompok umur 19-55 tahun (99,7%) dan terendah adalah kelompok umur 0-59 tahun (91,1%). Proporsi penduduk yang mengonsumsi air minum kemasan bermerek.yang terbanyak adalah kelompok umur 13-18 tahun (17,2%) dan terendah adalah kelompok umur 0-59 bulan (2,7%). Proporsi penduduk yang mengonsumsi minuman cair kemasan pabrikan yang terbanyak adalah kelompok umur 5-12 tahun (10,8%) dan paling rendah adalah kelompok umur > 55 tahun (3,1%) (Tabel 3.3.32). Tabel 3.3.33 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok suplemen dan jamu perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Suplemen Kelompok umur Multi vitamin (mg) Non multi vitamin (mg) Minuman suplemen (ml) Jamu tradisional (ml) Jamu pabrikan (mg) Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0-59 bln 0,02 0,43 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5-12 thn 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 13-18 thn 0,00 0,04 0,00 0,00 0,72 12,51 0,00 0,00 0,00 0,00 19-55 thn 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,09 6,25 0,02 0,64 >55 thn 0,00 0,00 0,00 0,02 0,00 0,00 0,00 0,02 0,00 0,00 Semua umur 0,00 0,11 0,00 0,01 0,09 4,51 0,05 4,61 0,01 0,47 Jamu 46

Rerata konsumsi kelompok suplemen di Provinsi Aceh, jenis minuman suplemen adalah 0,09 ml perorang perhari.jenis multivitamin dan non multivitamin boleh dikatakan tidak dikonsumsi (Tabel 3.3.33). Sementara itu, konsumsi kelompok jamu di Provinsi Aceh, jenis jamu tradisional adalah 0,05 ml perorang perhari dan untuk jamu pabrikan adalah 0,01 mg perorng perhari. Kelompok umur yang mengonsumsi minuman suplemen hanya kelompok umur 13-18 tahun (0,72 ml). Kelompok umur yang mengonsumsi jamu tradisional hanya pada kelompok umur 19-55 tahun (0,09 ml) dan >55 tahun (0,02 ml). Demikian juga jamu pabrikan hanya dikonsumsi oleh kelompok umur 19-55 tahun. Tabel 3.3.34 Proporsi penduduk yang mengonsumsi suplemen dan jamu menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Kelompok umur Suplemen (%) Jamu (%) Multi vitamin Non multi vitamin Minuman suplemen Jamu tradisional 0-59 bln 0,27 0,00 0,00 0,00 0,00 5-12 thn 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 13-18 thn 0,13 0,00 0,38 0,00 0,00 19-55 thn 0,00 0,00 0,00 0,03 0,09 >55 thn 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Semua umur 0,03 0,00 0,05 0,02 0,05 Jamu pabrikan Proporsi penduduk yang mengonsumsi suplemen diprovinsi Acehyang terbanyak adalah minuman suplemen (0,05%) dan paling rendah adalah non-multi vitamin (0,%). Sementara pada kelompok jamu: jamu pabrikan (0,05%) lebih banyak dikonsumsi dibandingkan jamu tradisional (0,02%). Kelompok umur yang mengonsumsi minuman suplemen hanya pada kelompok umur 13-18 tahun (0,38%). Proporsi yang mengonsumsi multi vitamin tertinggi adalah kelompok umur 0-59 bulan (0,27%) dan terendah adalah tidak mengonsumsi. Sementara kelompok umur yang terbanyak mengkonsumsi jamu tradisional terdapat pada kelompok umur 5-12 tahun (0,7%) dan kelompok umur >55 tahun (0,7%), sedangkan kelompok umur 0-59 bulan dan 13-18 tahun tidak mengonsumsi.proporsi yang mengonsumsi jamu tradisional hanya kelompok umur 19-55 tahun (0,03%). Demikian juga yang mengonsumsi jamu pabrikan hanya kelompok umur 19-55 tahun (Tabel 3.3.34). 47

Tabel 3.3.35 Rerata konsumsi serelia, umbi, kacang, sayur, buah, daging dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Bahan makanan (g) Kelompok Serealia dan Umbi dan Kacang dan Sayur dan Buah dan Daging dan umur olahan olahan olahan olahan olahan olahan Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0-59 bln 262,5 90,2 6,5 18,2 10,6 30,5 25,0 42,2 21,4 56,7 17,2 60,2 5-12 thn 375,1 109,1 8,8 35,4 15,0 36,4 46,3 70,3 45,0 89,2 26,6 77,1 13 18 thn 406,0 117,9 5,2 21,2 15,9 46,8 57,3 78,2 45,7 103,3 20,1 66,8 19 55 thn 420,6 120,9 6,7 28,5 15,4 44,0 68,1 71,2 46,9 108,5 25,7 84,6 >55 thn 375,5 116,0 6,3 32,3 13,3 43,8 59,6 72,3 49,3 107,2 18,5 73,2 Semua umur 396,9 123,0 6,8 28,8 14,9 42,6 59,8 71,7 45,2 102,6 23,8 78,8 Rerata konsumsi serealia, umbi, kacang, sayur, buah, daging dan olahan di Provinsi Aceh yang tertinggi adalah serealia dan olahan adalah 396,9 gram perorang perhari dan terendah umbi dan olahan 6,8 gram perorang perhari (Tabel 3.3.35). Rerata konsumsi seralia dan olahan tertinggi adalah pada kelompok usia 19-55 tahun (420,6 g) dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan (262,5 g). Rerata konsumsi sayur dan olahan yang tertingi pada kelompok umur 19-55 tahun (68,1 g) dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan (25,0 g). Rerata konsumsi buah dan olahan yang terbanyak pada kelompok >55 tahun (49,3 g) dan terendah pada kelompok 0-59 bulan (21,4 g). Rerata konsumsi daging dan olahan terbanyak adalah pada kelompok umur 5-12 tahun (26,6 g) dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan (17,2 g). Rerata konsumsi kacang kacangan dan olahan tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun (15,9 g) dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan. Tabel 3.3.36 Rerata konsumsi jeroan, ikan, telur, susu, minyak, olahannya, gula dan konfeksionari menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Bahan makanan Kelompok Jeroan dan Ikan dan Telur dan Susu bubuk Susu cair Minyak dan Gula dan umur olahannya olahannya olahannya olahannya olahannya konfeksionari Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0-59 bln 0,1 1,6 123,0 131,2 20,6 37,1 37,6 62,5 5,6 47,1 21,5 27,8 7,0 12,3 5-12 thn 0,7 6,6 168,4 138,0 24,5 36,1 5,4 24,0 4,8 35,2 40,2 47,3 11,7 24,6 13-18 thn 0,2 2,6 167,4 139,4 21,8 34,1 2,1 13,6 1,6 15,2 40,2 57,9 9,3 17,1 19-55 thn 0,5 8,8 194,6 153,8 20,0 37,1 1,1 7,9 0,3 6,9 41,5 47,4 17,9 20,2 >55 thn 0,6 8,7 193,1 142,9 15,2 32,3 1,1 6,2 0,2 4,4 37,0 48,2 21,1 22,1 Semua umur 0,5 7,6 182,6 148,4 20,4 36,1 4,1 21,5 1,5 19,6 39,4 48,2 15,5 20,8 48

Rerata konsumsi jeroan, ikan, telur, susu, minyak olahannya, gula dan konfeksionari di Provinsi Aceh: yang tertinggi adalah konsumsi ikan dan olahan 182,6 gram perorang perhari dan terendah adalah jeroan dan olahan 0,5 gram perorang perhari (Tabel 3.3.36). Rerata konsumsi ikan dan olahan tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (194,6 g) dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan (123 g). Rerata konsumsi minyak dan olahan tertinggi adalah pada kelompok umur 19-55 tahun (41,5 g) dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan (21,5 g). Rerata konsumsi telur dan olahan tertinggi adalah pada kelompok umur 5-12 tahun (24,5 g) dan terendah pada kelompok umur > 55 tahun (15,2 g). Rerata konsumsi gula dan konfeksionari tertinggi adalah pada kelompok umur > 55 tahun (21,1 g) dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan (7,0 g). Rerata konsumsi susu dan olahan yang tertinggi adalah pada kelompok umur 0-59 bulan (21,4 g) dan terendah pada umur > 19 tahun (0,9 g). Tabel 3.3.37 Rerata konsumsi bumbu, minuman, makanan komposit, air, suplemen dan jamu menurut kelompok umur, Provinsi Aceh 2014 Bahan makanan Kelompok umur Bumbu (g) Minuman serbuk (g) Minuman cair (ml) Makanan komposit (g) Air (ml) Suplemen (g) Jamu (g) Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0-59 bln 12,1 17,9 1,1 12,0 11,0 43,8 1,0 11,7 626 414 0,0 0,4 0,0 0,0 5-12 thn 22,9 22,7 2,5 19,1 28,9 90,7 0,3 4,6 936 504 0,0 0,0 0,0 0,0 13 18 thn 24,4 30,5 2,5 13,7 25,6 81,9 0,9 13,2 1.084 522 0,7 12,5 0,0 0,0 19 55 thn 24,9 23,6 5,7 14,2 15,0 53,7 0,4 7,2 1.267 696 0,0 0,0 0,1 6,3 >55 thn 23,5 31,4 6,1 13,0 9,9 29,9 0,0 0,0 1.212 554 0,0 0,0 0,0 0,0 Semua umur 23,6 25,4 4,6 14,8 17,7 62,8 0,4 7,9 1.148 644 0,1 4,5 0,1 4,6 Rerata konsumsi bumbu, minuman, makan komposit, air dan suplemen penduduk di Provinsi Aceh tertinggi adalah konsumsi air yaitu 1.148 ml perorang perhari disusul konsumsi bumbu 23,6 gram perorang perhari, minuman cair (17,7ml), minuman serbuk (4,6 g), makanan komposit (0,4 g), suplemen dan jamu (0,1 g) (Tabel 3.3.37).Rerata konsumsi air tertinggi adalah pada kelompok usia 19-55 tahun (1.267 ml) dan terendah pada kelompok 0-59 bulan (626 ml). Rerata konsumsi bumbu tertinggi adalah pada 19-55 tahun (24,9 g) danterendah pada kelompok umur 0-59 bulan (12,1 g). Rerata konsumsi minuman cair tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun ((28,9 ml) dan terendah umur > 55 tahun (9,9 ml). Rerata konsumsi minuman serbuk tertinggi adalah kelompok umur > 55 tahun (6,1 g) dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan (1,1 g). 3.4. Asupan dan kecukupan energi Asupan energi didapatkan dari hasil analisis bahan makanan yang dikonsumsi individu dengan menggunakan Database Komposisi Gizi Makanan-Minuman yang berasal dari berbagai database daftar komposisi makanan dari dalam dan luar negeri. Berdasarkan asupan energi yang diperoleh maka dapat dihitung kecukupan energi dengan menggunakan Angka Kecukupan Energi (AKE) dalam Angka Kecukupan Gizi (AKG) WNPG tahun 2013. Individu dikategorikan 49

sebagai mengkonsumsi energi dibawah kebutuhan minimal apabila mengkonsumsi energi kurang dari 70 persen dari AKE. Tabel 3.4.1 Rerata asupan energi penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan tempat tinggal, Provinsi Aceh 2014 Asupan energi (kkal) Kelompok umur Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan perdesaan Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0 59 bln 1149.6 391.6 1081.4 371.9 1100.9 378.4 Laki laki 5 12 thn 1723.4 482.7 1560.7 480.3 1602.1 485.6 13 18 thn 1668.6 597.6 1664.3 616.9 1665.5 610.9 19-55 thn 1929.2 644.0 1848.7 599.5 1872.5 613.9 >55 thn 1761.3 535.6 1738.8 623.8 1744.5 602.0 Perempuan 5 12 thn 1621.7 503.5 1552.4 507.6 1570.7 506.9 13 18 thn 1705.5 607.4 1512.9 528.7 1566.2 557.5 19-55 thn 1680.8 544.9 1622.0 559.1 1639.1 555.5 >55 thn 1512.8 558.0 1336.2 473.2 1380.7 501.1 Rerata asupan energi menurut kelompok umur, jenis kelamin dan tempat tinggal di Provinsi Aceh ditunjukkan pada Tabel 3.4.1. Secara umum, rerata asupan energi tertinggi baik laki-laki maupun perempuan ada pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu 1872,5 kkal dan 1639,1 kkal perhari. Rerata asupan energi kelompok usia 0-59 bulan, di perkotaan (1.149,6 kkal) lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan (1.081,4 kkal). Tabel 3.4.2 Rerata kecukupan energi penduduk menurut karakteristik, Provinsi Aceh 2014 Karakteristik Kecukupan energi (% AKE) Rerata SD Kelompok umur 0 59 bln 96.9 22.4 Laki laki 5 12 thn 84.1 26.9 13 18 thn 64.9 23.6 19-55 thn 71.7 23.8 >55 thn 82.0 27.6 Perempuan 5 12 thn 84.1 28.5 13 18 thn 73.7 26.2 19-55 thn 76.4 26.1 >55 thn 80.1 27.7 Tempat tinggal Perkotaan 78.6 27.0 Perdesaan 74.8 25.9 Kuintil indeks kepemilikan Terbawah 71.8 24.6 Menengah bawah 74.9 26.6 Menengah 74.3 25.6 Menengah atas 80.1 28.0 Teratas 79.3 25.8 50

Rerata kecukupan energi menurut karakterisitik di Provinsi Aceh ditunjukkan pada Tabel 3.4.2. Rerata kecukupan energi pada anak balita (0-59 bulan) adalah yang tertinggi yaitu diatas 95 persen AKE. Rerata kecukupan energi kelompok umur diatas 5 tahun baik laki-laki maupun perempuan berkisar antara 65-85 persen AKE. Rerata kecukupan energi di perkotaan (78,6%) sedikit lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (74,8%) walaupun sama-sama berada di kisaran 70persen AKE. Rerata kecukupan energi berdasarkan kuintil indeks kepemilikan menunjukkan adanya kecenderungan semakin tinggi kuintil semakin berkurang defisit energi walaupun tidak berada diatas 80 persen AKE. Proporsi penduduk menurut klasifikasi tingkat kecukupan energi dan karakterisitk di Provinsi Aceh ditunjukkan pada Tabel 3.4.3. Berdasarkan kelompok umur, proporsi tertinggi penduduk dengan tingkat kecukupan energi sangat kurang (< 70% AKE) pada kelompok umur 13-18 tahun (55,2%), pada laki-laki (46,3%) lebih tinggi dibandingkan perempuan (40,7%), di perkotaan (39,9%) lebih rendah dibandingkan dengan di perdesaan (44,9%) dan semakin tinggi kuintil semakin rendah proporsi penduduk dengan tingkat kekurangan energi. Proporsi tertinggi penduduk dengan tingkat kecukupan energi klasifikasi sangat kurang (<70% AKE) pada kelompok 13-18 tahun 55,2 persen, laki-laki (46,3%) lebih tinggi dibandingkan perempuan, perdesaan (44,9%) lebih tinggi dibandingkan perkotaan. Proporsi tertinggi penduduk dengan klasifikasi tingkat kecukupan energi klasifikasi kurang (70-<100% AKE) pada kelompok umur 0-59 bulan (52,8%), pada laki-laki (37,7%) lebih rendah dibandingkan perempuan (39,6%), di perkotaan (38,4%) tidak berbeda dengan di perdesaan (38,7%). Proporsi tertinggi penduduk dengan tingkat kecukupan energi klasifikasi cukup (100-<130% AKE) pada kelompok umur 0-59 bulan (29,3%), pada laki-laki (12,8%) lebih rendah dibandingkan perempuan (15,2%), di perkotaan (16,5%) lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan (13,1%) dan semakin tinggi kuintil semakin tinggi pula proporsi penduduk dengan energi cukup. Proporsi tertinggi penduduk dengan tingkat kecukupan energi klasifikasi risiko kelebihan ( 130% AKE) pada kelompok umur 0-59 bulan (10,3%), pada laki-laki (3,2%) lebih rendah dibandingkan perempuan (4,4%), di perkotaan (5,1%) lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan (3,3%). Tabel 3.4.3 Proporsi penduduk menurut klasifikasi tingkat kecukupan energi & karakteristik, Aceh 2014 Klasifikasi tingkat kecukupan energi Karakteristik < 70% AKE 70 - <100% AKE 100-<130% AKE 130% AKE Kelompok umur 0-59 bln 7,6 52,8 29,3 10,3 6-12 thn 30,3 45,0 16,8 7,8 13-18 thn 55,2 33,5 8,4 2,8 19-55 thn 47,9 37,0 12,5 2,6 >55 thn 35,8 40,2 19,7 4,3 Jenis kelamin Laki-laki 46,3 37,7 12,8 3,2 Perempuan 40,7 39,6 15,2 4,4 Tempat tinggal Perkotaan 39,9 38,4 16,5 5,1 Perdesaan 44,9 38,7 13,1 3,3 Kuintil indeks kepemilikan Terbawah 51,1 35,5 10,8 2,6 Menengah bawah 45,9 37,4 13,0 3,7 Menengah 44,5 40,0 12,7 2,8 Menengah atas 37,3 39,7 17,8 5,2 Teratas 37,9 40,7 16,4 5,0 51

3.5. Asupan dan kecukupan protein Asupan protein diperoleh dari hasil analisis bahan makanan yang dikonsumsi individu dengan menggunakan daftar komposisi bahan makanan. Berdasarkan asupan protein yang diperoleh maka dapat dihitung kecukupan proteinnya dengan menggunakan Angka Kecukupan Protein (AKP) dalam AKG WNPG tahun 2013. Individu dikategorikan sebagai mengkonsumsi protein dibawah kebutuhan minimal apabila mengkonsumsi protein kurang dari 80 persen dari AKP. Tabel 3.5.1 Rerata asupan protein penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan tempat tinggal, Provinsi Aceh 2014 Asupan protein (g) Kelompok umur Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan perdesaan Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0 59 bln 46.9 26.1 44.0 26.2 44.8 26.2 Laki laki 5 12 thn 68.0 23.4 63.7 27.1 64.8 26.2 13 18 thn 69.2 29.6 64.4 29.2 65.7 29.3 19-55 thn 74.1 30.2 75.2 32.9 74.9 32.1 >55 thn 74.9 27.9 70.5 30.3 71.6 29.7 Perempuan 5 12 thn 64.4 23.0 64.5 26.5 64.4 25.6 13 18 thn 66.7 30.6 61.6 27.6 63.0 28.5 19-55 thn 68.9 27.6 69.2 29.0 69.1 28.6 >55 thn 68.4 28.2 57.9 23.9 60.6 25.4 Rerata asupan protein menurut kelompok umur, jenis kelamin dan tempat tinggal di Provinsi Aceh ditunjukkan pada Tabel 3.5.1. Secara umum, rerata asupan protein laki-laki maupun perempuan tertinggi ada pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu 74,9 gram dan 69,1 gram perhari. Rerata asupan protein kelompok usia 0-59 bulan, di perkotaan yaitu 46,9 gram sedikit lebih tinggi dibandingkan di perdesaan yaitu 44,0 gram. 52

Tabel 3.5.2 Rerata kecukupan protein penduduk menurut karakteristik, Provinsi Aceh 2014 Karakteristik Kecukupan protein (% AKP) Rerata Kelompok umur 0 59 bln 161.6 86.1 Laki laki 5 12 thn 135.0 62.4 13 18 thn 95.2 43.2 19-55 thn 117.0 50.0 >55 thn 112.4 46.4 Perempuan 5 12 thn 128.3 57.9 13 18 thn 98.3 44.6 19-55 thn 121.8 50.4 >55 thn 107.2 44.7 Tempat tinggal Perkotaan 119.5 50.3 Perdesaan 116.1 52.1 Kuintil indeks kepemilikan Terbawah 107.1 47.5 Menengah bawah 114.0 50.9 Menengah 116.6 52.2 Menengah atas 121.9 52.3 Teratas 127.3 53.2 SD Rerata kecukupan protein menurut karakterisitik di Provinsi Aceh ditunjukkan pada Tabel 3.5.2. Rerata kecukupan protein yang tertinggi adalah pada kelompok 0-59 bulan yaitu 161,6 persen AKP. Rerata kecukupan protein yan terendah baik laki-laki maupun perempuan adalah pada kelompok 13 18 tahun yaitu 95,2 persen dan 98,3 persen AKP. Rerata kecukupan protein di perkotaan (119,5%) sedikit lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (116,1%). Rerata kecukupan protein berdasarkan kuintil indeks kepemilikan menunjukkan adanya kecenderungan semakin tinggi kuintil semakin bertambah kelebihan protein yaitu 107,1 persen AKP pada kuintil terbawah menjadi 127,3 persen AKP pada kuintil teratas. 53

Tabel 3.5.3 Proporsi penduduk klasifikasi tingkat menurut kecukupan protein dan karakteristik, Provinsi Aceh 2014 Klasifikasi tingkat kecukpan protein Karakteristik <80% AKP 80-<100% AKP 100-<120% AKP 120% AKP Kelompok umur 0-59 bln 18,9 5,8 6,5 68,7 5-12 thn 18,2 13,7 14,4 53,6 13-18 thn 40,1 19,6 15,5 24,8 19-55 thn 21,1 16,6 18,5 43,8 >55 thn Jenis kelamin Laki-laki 24,1 16,5 17,2 42,2 Perempuan 23,6 15,6 16,5 44,3 Tempat tinggal Perkotaan 21,5 17,4 16,3 44,8 Perdesaan 24,7 15,5 17,1 42,6 Kuintil indeks kepemilikan Terbawah 31,3 16,7 17,8 34,2 Menengah bawah 25,7 15,7 17,2 41,4 Menengah 23,8 17,7 17,1 41,4 Menengah atas 21,0 14,9 16,6 47,5 Teratas 16,3 15,0 15,7 53,0 Proporsi penduduk menurut klasifikasi tingkat kecukupan protein dan karakterisitk di Provinsi Aceh ditunjukkan pada Tabel 3.5.3. Berdasarkan kelompok umur, proporsi tertinggi penduduk dengan tingkat kekurangan protein klasifikasi berat (<80% AKP) pada kelompok umur 13-18 tahun (40,1%), pada laki-laki (24,1%) lebih tinggi dibandingkan perempuan (23,6%), di perkotaan (21,5%) lebih rendah dibandingkan dengan di perdesaan (24,7%) dan semakin tinggi kuintil semakin rendah proporsi penduduk dengan kekurangan protein sedang. Proporsi tertinggi penduduk dengan tingkat kekurangan protein ringan (80-<100% AKP) pada kelompok umur 13-18 tahun (19,6%), pada laki-laki (16,5%) lebih tinggi dibandingkan perempuan (15,6%), di perkotaan (17,4%) lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan (15,5%). Proporsi tertinggi penduduk dengan tingkat protein klasifikasi cukup ( 100-<120% AKP) pada kelompok umur 19-55 tahun (18,5%), pada laki-laki (17,2%) lebih tinggi dibandingkan perempuan (16,5%), di perkotaan (16,3%) lebih rendah dibandingkan dengan di perdesaan (17,1%). Proporsi tertinggi penduduk dengan tingkat kecukupan protein klasifikasi lebih ( 120% AKP) pada kelompok umur 0-59 bulan (68,7%), pada laki-laki (42,2%) lebih rendah dibandingkan perempuan (44,3%), di perkotaan (44,8%) lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan (42,6%). 3.6. Asupan lemak Data asupan lemak yang diperoleh dari konversi makanan yang dikonsumsi individu dengan menggunakan data base komposisi gizi makanan dan minuman, disajikan menurut kelompok umur 54

Tabel 3.6.1 Rerata asupan lemak penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan tempat tinggal, Provinsi Aceh 2014 Asupan lemak (g) Kelompok umur Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan perdesaan Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0 59 bln 41.1 25.2 33.5 21.9 35.7 23.1 Laki laki 5 12 thn 65.9 30.3 43.4 27.0 49.1 28.1 13 18 thn 52.4 34.3 48.2 28.1 49.4 31.0 19-55 thn 55.7 31.8 42.2 28.9 46.2 30.1 >55 thn 43.0 26.7 40.0 20.2 40.8 22.3 Perempuan 5 12 thn 54.9 37.4 46.5 25.8 48.7 30.0 13 18 thn 58.0 34.3 39.1 34.4 44.3 34.8 19-55 thn 50.1 34.7 40.8 28.9 43.5 31.2 >55 thn 39.3 25.9 30.8 27.3 33.0 27.1 Rerata asupan lemak menurut kelompok umur, jenis kelamin dan tempat tinggal di Provinsi Aceh ditunjukkan pada Tabel 3.6.1. Secara umum, rerata asupan lemak tertinggi pada laki-laki adalah pada kelompok umur 13 18 tahun yaitu 49,4 gram perhari dan pada perempuan pada kelompok umur 5 12 tahun yaitu 48,7 gram. Rerata asupan lemak kelompok usia 0-59 bulan, di perkotaan 41,1 gram perhari lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (33,5 g). 3.7. Asupan karbohidrat Data asupan karbohidrat diperoleh dari konversi makanan yang dikonsumsi individu dengan menggunakan data base komposisi gizi makanan dan minuman, disajikan menurut kelompok umur Rerata asupan karbohidrat menurut kelompok umur, jenis kelamin dan tempat tinggal di Provinsi Aceh ditunjukkan pada Tabel 3.7.1. Secara umum, rerata asupan karbohidrat pada laki-laki maupun perempuan yang tertinggi adalah pada kelompok umur 19 55 tahun yaitu 292,4 gram dan 246,3 gram perhari. Rerata asupan karbohidrat kelompok usia 0-59 bulan, di perkotaan (140,1 gram) lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan (136,0 g). 55

Tabel 3.7.1 Rerata asupan karbohidrat penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan tempat tinggal, Provinsi Aceh 2014 Asupan karbohidrat (g) Kelompok umur Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan perdesaan Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0 59 bln 140.1 76.1 136.0 72.5 137.2 73.5 Laki laki 5 12 thn 224.3 71.7 232.8 80.6 230.6 78.4 13 18 thn 232.7 89.0 249.4 94.1 244.8 92.9 19-55 thn 286.6 101.2 294.9 99.8 292.4 100.2 >55 thn 271.3 90.2 278.1 107.4 276.4 103.2 Perempuan 5 12 thn 221.1 76.1 223.3 86.6 222.7 83.9 13 18 thn 233.4 82.1 232.3 84.4 232.6 83.6 19-55 thn 242.4 82.6 247.9 89.4 246.3 87.5 >55 thn 223.3 90.2 208.3 83.1 212.1 85.1 3.8. Asupan natrium Asupan natrium dari makanan diperoleh dengan menggunakan data base komposisi gizi makanan dan minuman dari bahan makanan yang dikonsumsi individu sehari-hari termasuk dari garam. Sumber utama asupannatrium berasal dari garam yang dikonsumsi di rumah tangga atau dari makanan pabrikan. Asupan natrium dianggap penting, karena asupan yang berlebihan berisiko terhadap penyakit hipertensi. Tabel 3.8.1 Rerata asupan natrium penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan tempat tinggal, Provinsi Aceh 2014 Asupan natrium (mg) Kelompok umur Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan perdesaan Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0 59 bln 735.0 1976.2 715.0 685.2 720.7 1201.7 Laki laki 5 12 thn 1338.1 2094.7 1228.2 1018.1 1256.2 1372.5 13 18 thn 984.3 827.2 1206.9 1278.0 1145.8 1174.8 19-55 thn 975.6 881.5 1049.5 1072.6 1027.7 1020.1 >55 thn 906.0 575.8 1185.6 2065.7 1114.9 1811.6 Perempuan 5 12 thn 1282.1 3536.0 1104.5 1136.5 1151.5 2061.0 13 18 thn 1657.8 4005.0 1196.8 1465.4 1324.4 2450.0 19-55 thn 896.7 725.5 1036.7 1116.6 996.1 1020.3 >55 thn 743.8 474.2 796.6 687.1 783.3 640.0 56

Rerata asupan natrium menurut kelompok umur, jenis kelamin dan tempat tinggal di Provinsi Aceh ditunjukkan pada Tabel 3.8.1. Secara umum, rerata asupan natrium pada laki-laki adalah pada kelompok umur 5 12 tahun yaitu 1256,2 miligram perhari sedangkan pada perempuan pada kelompok umur13 18 tahun yaitu 1324,4 miligram. Rerata asupan natrium kelompok usia 0-59 bulan, di perkotaan yaitu 735,0 miligram lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan (715.0 mg). 3.9. Asupan gula, garam/natrium dan lemak Informasi kandungan gula, garam dan lemak dalam Permenkes nomor 30 tahun 2013 diperlukan karena dianggap dapat berisiko penyakit tidak menular yaitu hipertensi, stroke, diabetes dan serangan jantung. Risiko itu tinggi jika konsumsi gula total lebih 50 gram, natrium lebih 2000 miligram atau lemak lebih 67 gram perorang perhari. Rerata konsumsi gula, garam dan minyak/lemak perorang perhari di Provinsi Aceh ditunjukkan pada Tabel 3.9.1. Rerata konsumsi gula menurut kelompok umur, tertinggi pada kelompok umur >55 tahun (20,5 g) dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan (5,8 g) dan di perkotaan (15,1 g) lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan (13,9 g). Rerata konsumsi garam menurut kelompok umur sekitar 4 gram kecuali pada kelompok umur 0-59 bulan 2,2 gram dan konsumsi di perkotaan sama dengan di perdesaan yaitu 4 gram. Rerata konsumsi minyak/lemak menurut kelompok umur tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (20,1 g) dan terendah pada kelomp 0-59 bulan (13,3 g) dan di perkotaan (21,8 g) lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan (18,2 g). Proporsi penduduk yang mengonsumsi gula 50 gram atau lebih tertinggi pada kelompok umur >55 tahun (8,3%) dan terendah pada kelompok 0-59 bulan (0,3%), di perkotaan (5,2%) lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (4,5%) seperti ditunjukkan pada Tabel 3.9.2. Proporsi penduduk dengan asupan natrium 2000 miligram di perkotaan (8,9%) lebih rendah dibandingkan dengan di perdesaan (11,5%) dan tertinggi pada kuintil terbawah (12,3%) dan terendah pada kuintil teratas (8,7%). Proporsi penduduk yang mengonsumsi lemak 67 gram di perkotaan (25,0%) lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan (13,5%) dan terendah pada kuintil terbawah (9,9%) dan tertinggi pada kuintil teratas (24,1%). Tabel3.9.1 Rerata konsumsi gula, garam, minyak/lemak perorang perhari menurut karakteristik, Provinsi Aceh 2014 Bahan makanan (g) Karakteristik Gula Garam Minyak/lemak Rerata SD Rerata SD Rerata SD Kelompok umur 0 59 bln 5,8 10,5 2,2 2,7 13,3 12,0 5-12 thn 8,1 14,3 4,0 4,3 19,7 15,0 13 18 thn 7,8 13,4 4,0 6,9 19,8 16,4 19 55 thn 17,1 19,2 4,4 4,4 20,1 17,1 >55 thn 20,5 21,1 4,1 4,5 16,6 15,5 Tempat tinggal Perkotaan 15,1 18,0 4,1 4,9 21,8 17,6 Perdesaan 13,9 18,5 4,1 4,7 18,2 15,7 Kuintil indeks kepemilikan Terbawah 14,4 18,1 3,7 6,0 16,1 15,3 57

Menengah bawah 12,6 17,1 4,4 3,8 17,8 15,9 Menengah 15,1 18,7 3,9 4,0 18,3 14,9 Menengah atas 15,2 20,6 4,0 3,6 21,4 16,8 Teratas 13,6 16,7 4,6 5,7 22,9 18,0 Tabel 3.9.2 Proporsi penduduk mengonsumsi gula, natrium dan lemak melebihi pesan kesehatan menurut karakteristik, Provinsi Aceh 2014 Bahan makanan (%) Karakteristik Gula 50 gram Natrium 2000 mg Lemak 67 gram Kelompok umur 0-59 bln 0,3 9,0 9,3 6-12 thn 2,0 19,3 19,4 13-18 thn 2,2 18,4 19,4 19-55 thn 5,9 17,5 17,2 >55 thn 8,3 14,1 10,3 Tempat tinggal Perkotaan 5,2 8,9 25,0 Perdesaan 4,5 11,5 13,5 Kuintil indeks kepemilikan Terbawah 4,5 12,3 9,9 Menengah bawah 4,0 11,7 13,8 Menengah 5,1 10,2 13,9 Menengah atas 5,8 10,7 23,0 Teratas 4,0 8,7 24,1 58

DAFTAR PUSTAKA ATSDR (Agency for Toxic Substances and Disease Registry). 1995. Public Health Statement Polycyclic Aromatic Hydrocarbon. CDC. Tersedia pada [www.atsdr.cdc.gov/toxprofiles/tp69-c1- b.pdf]. Beaglehole R, Bonita R, Horton R, Adams C, Alleyne G, Asaria P, et al. 2011. Priority actions for the non-communicable crisis. Lancet377: 1438-47. Kementerian Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007: Laporan Nasional. Jakarta: Balitbangkes Kemenkes, 2008. Djaja S, Irianto J, Mulyono L, Soemantri S. Pola Penyakit Penyebab Kematian di Indonesia: Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001. Jakarta: Balitbangkes Depkes, 2002. Duffey KJ, Gordon-Larsen P, Steffen LM, Jacobs Jr DR, Popkin BM. 2010. Drinking caloric beverages increases the risk of adverse cardiometabolic outcomes in the Coronary Artery Risk Development in Young Adults (CARDIA) Study. Am J Clin Nutr 92: 954-9. EFSA, 2009. General Principles for the collection of national food consumption data in the view of a pan European dietary survey. EFSA Journal 2009, 7(12): 1435. IFST (Institute of Food Science and Technology). 3-MCPD and Glycidyl ester. 2014. Tersedia pada [www.ifst.org/science_technology_resources/for_food_professionals/information_ statements/3mcpd/]. Islam MR, Khan I, Hassan SMN, McEvoy M, D Este C, Attia J, et al. 2012. Association between type 2 diabetes and chronic arsenic exposure in drinking water: a cross sectional study in Bangladesh. Environ Health. 11: 38-45. Jorhem L. Chapter 9: Heavy Metals. In: D Mello JPF, editor. 2003. Food Safety: Contaminants and Toxins. Wallingford: CABI Publishing, p. 199-215. Kementerian Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010: Laporan Nasional. Jakarta: Balitbangkes Kemenkes, 2010. Larsson SC, Bergkvist L, Wolk A. 2006. Consumption of sugar and sugar-sweetened foods and the risk of pancreatic cancer in a prospective study. Am J Clin Nutr 84: 1171-6. Montonen J, Järvinen R, Knekt P, Heliövaara M, Reunanen A. 2007. Consumption of sweetened beverages and intakes of fructose and glucose predict type 2 diabetes occurrence. J Nutr 137: 1447-54. Smith LE, Stoltzfus RJ, Prendergast A. 2012. Food chain mycotoxin exposure, gut health, and impaired growth: a conceptual framework. Adv Nutr 3: 526-31. Soetrisno USS, Atmarita, Jahari AB, Sandjaja, Mudjianto TT, Almasyhuri,et al. 2008. Total Diet Study: Pengembangan di Indonesia. Laporan Akhir Penelitian. Bogor: Puslitbang Gizi dan Makanan Balitbangkes Depkes, 2008. 59

Takachi R, Inoue M, Shimazu T, Sasazuki S, Ishihara J, Sawada N, et al. 2010. Consumption of sodium and salted foods in relation to cancer and cardiovascular disease: the Japan Public Health Center-based Prospective Study. Am J Clin Nutr 91: 456-64. Williams JH, Phillips TD, Jolly PE, Stiles JK, Jolly CM, Aggarwal D. 204. Human aflatoxicosis in developing countries: a review of toxicology, exposure, potential health consequences, and interventions. Am J Clin Nutr 80: 1106-22. World Health Organization (WHO) &Food and Agriculture Organization (FAO) of the United Nations andeuropean Food Safety Authority (EFSA). 2011. Towards a Hormonised Total Diet Study approach: a Guidance document. Geneva: WHO. Ferraro, P. M., et al. 2013. "Soda and Other Beverages and the Risk of Kidney Stones."Clinical Journal of the American Society of Nephrology.doI: 10.2215/CJN/11661112 Malik, V. S., et al. 2010. "Sugar-sweetened beverages and risk of metabolic syndrome and type 2 diabetes: a meta-analysis." Diabetes Care 33(11): 2477-2483. Grace Wyshak, Rose E. Frisch, Carbonated beverages, dietary calcium, the dietary calcium/phosphorus ratio, and bone fractures in girls and boys, 1994. Journal of Adolescent Health, Volume 15, Issue 3, May, Pages 210-215, ISSN 1054-139X, http://dx.doi.org/10.1016/1054-139x(94)90506-1. World Health Organization (WHO) &Food and Agriculture Organization (FAO) of the United Nations andeuropean Food Safety Authority (EFSA). 2011. Towards a Hormonised Total Diet Study approach: a Guidance document. Geneva: WHO. Almatsier Sunita. 2006. Prinsip dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Nyoman Supariasa, Bakri Bachyar, Fajar Ibnu. 2002. Penilaian Status Gizi. ECG, Jakarta. Gibson Rosalind S. 2006. Principles of Nutritional Assessment. Second Edition. 60

61

62

63

64

KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN RISET KESEHATAN NASIONAL 2014 STUDI DIET TOTAL NASKAH PENJELASAN Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI akan mengadakan Riset Konsumsi Makanan, Studi Diet Total (SDT) di seluruh wilayah Indonesia sebagai bahan untuk melakukan Studi Diit Total (SDT) di seluruh wilayah Indonesia yang dimulai bulan Februari sampai dengan Agustus 2014. Dilakukan dua tahap kegiatan yaiu Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) dan AnalisisCemaran Kimia Makanan. SKMI bertujuan untuk mendapatkan data mengenai konsumsi baik yang ada di rumah tangga maupun individu. Hasil dari riset ini akan didapatkan daftar makanan/minuman yang banyak dikonsumsi oleh individu di Indonesia. Sasaran dari riset ini adalah rumah tangga yang terpilih beserta seluruh anggota rumah tangga. Pengambilan data dilakukan oleh tenaga pengumpul data yang sudah terlatih. Terhadap keluarga Bapak/Ibu/Sdr/Sdri akan dilakukan wawancara dan menimbang berat badan (BB). Manfaat surei ini adalah diketahuinya konsumsi makanan/minuman Bapak/Ibu Sdr/Sdri berdasarkan hasil wawancara, dan tidak ada risiko yang ditimbulkan. Wawancara, dan penimbangan BB kan memerlukan waktu selama kurang lebih 45 menit/orang sehingga hal ini cukup menyita waktu Bapak/Ibu/Sdr/Sdri. Oleh karena itu kami akan memberikan kompensasi berupa uang pada tiap rumah tangga sebesar Rp.50.000,-/RT dan Rp.20.000,-/orang yang diwawancara. Partisipasi Bapak/Ibu/Sdr/Sdri bersifat sukarela tanpa paksaan dan bila tidak berkenan dapat menolak dan sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri tanpa sanksi apapun. Semua informasi wawancara dan pengukuran yang Bapak/Ibu/Sdr/Sdri berikan kepada kami akan dijaga kerahasiaannya dan apabila ada pertanyaan yang terkait survei ini dapat menghubungi : 1. DR. Ir. Dewi Permaesih, M.Kes (HP 08129090334) 2. DR. Astuti Lamid, MCN (HP.085282844196) 3. Yuniar Rosmalina, M.Sc. (HP.08568603999) 4. DR.Fitrah Ernawati, M.Sc (HP082110069069). 5. Drs.Almasyhuri, Apt. M.Si (HP.081310650750) 6. DR. Nelis Immaningsih,STP,MSc (HP.08121017565) 7. Dinas Kesehatan Provinsi setempat 65