BAB I PENDAHULUAN. urusan kependudukan). Belum ada political will dari pemerintah saat itu.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga bisa didapat dari tradisi (Prasetyo, 2007, hlm 3-4)

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga berencana merupakan upaya untuk mengatur jumlah anak

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE TERINTEGRASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

PENGARUH PEMBERIAN KONSELING TERHADAP PENGETAHUAN DAN MINAT PENGGUNA KONTRASEPSI MAL DI PONET GROBOGAN GROBOGAN JAWA TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Jumlah AKI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DENGAN KEBERHASILAN METODE MAL DI KELURAHAN RINGIN PUTIH KARANGDOWO KLATEN

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP WAKTU PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM

BAB 1 PENDAHULUAN. yang memaparkan tentang ASI eksklusif dan berbagai pilihan jenis

PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERSTRUKTUR TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA IBU MENYUSUI 0-6 BULAN

Keuntungan Nonkontrasepsi (cont)

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penjarangan kelahiran (Depkes RI, 1999; 1). dan jarak anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004; 78).

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANAJEMEN LAKTASI

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS PADA BAYI BARU LAHIR 0-7 HARI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

AMENORE LAKTASI SEBAGAI METODE BER KB SERTA URGENSINYA TERHADAP PP 33 TAHUN 2012 Oleh : Andang Muryanta

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

KARAKTERISTIK, STATUS GIZI DAN PRAKTIK MENYUSUI DENGAN POLA MENSTRUASI AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA DOMBO KECAMATAN SAYUNG DEMAK ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN SALURAN ASI DI BPM SUWARNI SIDOHARJO SRAGEN

LAMPIRAN I. A. Identitas Responden Mohon di isi sesuai jawaban anda: No. Responden 1. Nama Responden : 2. Alamat Responden : 3. Pendidikan Responden :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN PENGETAHUAN PUS TENTANG KB LENDIR SERVIKS DI DESA BALUNG TAWUN KECAMATAN SUKODADI KABUPATEN LAMONGAN

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

Yuyun Oktaviani Dano Nim: Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo

METODE AMENORE LAKTASI. Fonda Octarianingsih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian, 3.8) Alat Pengumpulan Data, 3.9) Metode Pengumpulan Data, 3.10)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK

Correspondence : Siti Rochimatul Lailiyah.,S.SiT.,MKes.*)Jl. R.E. Martadinata Bangkalan, Indonesia.

Hubungan Rawat Gabung Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Normal Di Irina D Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D.

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

BAB III KERANGKA PENELITIAN. membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel, baik variabel yang

PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN PELAKSANAAN PERAWATAN PAYUDARA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI DENGAN KELANCARAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BLANG BINTANG ACEH BESAR JURNAL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI YANG BENAR DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA MISRINA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI YANG BENAR DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA MISRINA

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

PENGETAHUAN DAN KECEMASAN IBU PENGGUNA KONTRASEPSI AKDR. Vera Virgia

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MENOPAUSE

BAB I PENDAHULUAN. maka 10 tahun lagi Indonesia akan mengalami ledakan penduduk. wilayah terpadat ke dua se-diy setelah Sleman (BPS, 2010).

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL. Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang

ARTIKEL AMENOREA LAKTASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JUMO KABUPATEN TEMANGGUNGG. OLEH : FERY ROFIATUN a019

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya yaitu melalui promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BAYI TENTANG POSYANDU DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU DAN BAYI DI POSYANDU

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

ABSTRAK. Referensi : 16 buku ( ) + 7 kutipan dari internet Kata Kunci : Pengetahuan, tingkat ekonomi, pemilihan alat kontrasepsi..

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas

BAB III KERANGKA KONSEP. Tahap yang penting dalam satu penelitian adalah menyusun kerangka

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian survei (Survey Research Method), yaitu suatu penelitian. (sampel) (Notoatmodjo,2010, pp.25-26).

GAMBARAN PENGETAHUAN SUAMI TERHADAP KONTRASEPSI KB PRIA DI LINGKUNGAN XVIII KELURAHAN TERJUN MEDAN MARELAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) Keluarga Berencana adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU MENYUSUI DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DI SURADADI TAHUN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana di Indonesia dimulai sekitar tahun 1957. Pada tahun tersebut didirikan Perkumpulan Keluarga Berencana (PKB). Pada saat itu program KB masuk ke Indonesia melalui jalur urusan kesehatan (bukan urusan kependudukan). Belum ada political will dari pemerintah saat itu. Program Keluarga Berencana masih dianggap belum terlalu penting. Kegiatan penyuluhan dan pelayanan masih terbatas dilakukan karena masih ada pelarangan tentang penyebaran metode dan alat kontrasepsi (Anggraini & Martini, 2011). Selama ini diakui bahwa program Keluarga Berencana di Indonesia merupakan contoh program yang paling berhasil didunia. Meski begitu ternyata laju pertumbuhan dan jumlah penduduk masih tinggi. Bila tingkat pencapaian Keluarga Berencana mencapai penurunan 0,5 persen saja, dikhawatirkan pada tahun 2015 mendatang penduduk Indonesia akan bertambah 50 juta jiwa. Karena itu, program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi ini harus terus dikembangkan (Anggraini & Martini, 2011). Keluarga Berencana (Family Planning) sangat bermanfaat bagi kesehatan ibu, dimana dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran anak, maka kesehatan ibu dapat terpelihara terutama kesehatan organ reproduksinya serta dapat meningkatkan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak dan beristirahat yang 1

2 cukup karena kehadiran akan anak memang diinginkan. Selain untuk ibu, Keluarga Berencana juga bermanfat bagi suami, anak, serta bangsa (Sulistyawati, 2011). Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah serta jarak kehamilan dengan menggunakan metode kontrasepsi. Salah satu sasaran program Keluarga Berencanayang tertuang dalam RPJMN 2004-2009 yaitu menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen per tahun (Anggraini & Martini, 2011). Metode kontrasepsi bekerja dengan cara mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi sel telur wanita, atau mencegah telur yang telah dibuahi untuk berimplantasi dan berkembang di dalam rahim (Sulistyawati, 2011). Metode Amenore Laktasi adalah alat kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI). Metode Amenorea Laktasi dapat dijadikan alat kontrasepsi, bila ibu menyusui secara penuh, belum menstruasi, usia bayi kurang dari 6 bulan dan harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya. Metode Amenorea Laktasi bekerja dengan cara menekan atau menunda terjadinya proses ovulasi, yaitu dengan peningkatan hormon prolaktin sebagai akibat respons terhadap stimulus pengisapan berulang pada saat menyusui. Penggunaan Metode Amenorea Laktasi bagi ibu postpartum sebagai metode kontrasepsi dapat diandalkan sepanjang ibu tidak mengalami ovulasi (Hidayati, 2009). Manfaat dari Metode Amenorea Laktasi sebagai kontrasepsi adalah mempunyai efektifitas tinggi (98%), apabila digunakan 6 bulan pertama pasca

3 persalinan, segera efektif, tidak mengganggu senggama, tidak ada efek samping secara sistemik, tidak perlu pengawasan medis, tidak perlu obat atau alat dan tanpa biaya (Prawirohardjo, 2006). Menurut laporan Riskesdas (2010), presentasi perempuan kawin umur 10-49 tahun yang menggunakan alat/cara KB menurut tempat tinggal yaitu Sterilisasi Wanita 2,1 %, Sterilisasi Pria 0,1 %, Pil 12,8 %, AKDR/Spiral 5,1 %, Susuk 1,4 %, Suntik 32,3 %, Kondom 1,1 %, Diafragma 0,1 %, Amenorrhea Laktasi 0,1 %, Pantang Berkala 0,4 %, Senggama Terputus 0,3 %, Tidak ber KB 44,2 %). Hal ini menunjukkan bahwa metode amenorea laktasi masih sangat kurang digunakan dibandingkan dengan metode-metode KB lainnya. Berdasarkan hasil penelitian Purnamawati yang berjudul gambaran pengetahuan ibu menyusui bayi usia 0-6 bulan tentang metode amenorea laktasi (MAL) sebagai kontrasepsi di Polindes Lampineung Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011 bahwa dari 32 responden 22 diantaranya memiliki tingkat pengetahuan yang kurang tentang Metode Amenorea Laktasi, sehingga ibu tersebut tidak menggunakan Metode Amenorea Laktasi. Begitu juga dengan hasil penelitian Faridah yang berjudul gambaran pengetahuan dan sikap ibu post partum tentang penggunaan kontrasepsi metode amenorea laktasi (MAL) di BPS Siti Aminah Kecamatan Grong-Grong Kabupaten Pidie Tahun 2010 menunjukkan bahwa dari 40 responden 34 diantaranya memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang Metode Amenorea Laktasi. Dengan ini menunjukkan semakin baik tingkat

4 pengetahuan ibu tentang Metode Amenorea Laktasi maka semakin besar kemungkinan ibu memilih Metode Amenorea Laktasi, Sehingga menyatakan ada pengaruhnya pengetahuan ibu dengan penggunaan Metode Amenorea Laktasi. Berdasarkan hasil penelitian Purnamawati yang berjudul gambaran pengetahuan ibu menyusui bayi usia 0-6 bulan tentang metode amenorea laktasi (MAL) sebagai kontrasepsi di Polindes Lampineung Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011 bahwa dari 32 responden 22 diantaranya yang memiliki tingkat pendidikan dasar tidak menggunakan Metode Amenorea Laktasi, begitu pula dengan hasil penelitian Faridah yang berjudul gambaran pengetahuan dan sikap ibu post partum tentang penggunaan kontrasepsi metode amenorea laktasi (MAL) di BPS Siti Aminah Kecamatan Grong-Grong Kabupaten Pidie Tahun 2010 menunjukkan bahwa dari 40 responden 34 diantaranya yang memiliki tingkat pendidikan dasar tidak menggunakan Metode Amenorea Laktasi. Ini menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat pendidikan ibu maka semakin sedikit kemungkinan ibu untuk menggunakan Metode Amenorea Laktasi. Sehingga menyatakan ada pengaruhnya antara pendidikan terhadap penggunaan Metode Amenorea Laktasi. Berdasarkan hasil penelitian Purnamawati yang berjudul gambaran pengetahuan ibu menyusui bayi usia 0-6 bulan tentang metode amenorea laktasi (MAL) sebagai kontrasepsi di Polindes Lampineung Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011 menunjukkan bahwa dari 32

5 responden 22 diantaranya kurang mendapatkan informasi tentang Metode Amenorea Laktasi. Begitu pula hasil penelitian Rubiati yang berjudul gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang kontrasepsu metode amneorea laktasi (MAL)di wilayah kerja puskesmas Pidie tahun 2012 bahwa dari 40 responden 28 diantaranya kurang mendapatkan informasi tentang Metode Amenorea Laktasi, sehingga mereka tidak menggunakan Metode Amenorea Laktasi. Ini menunjukkan bahwa semakin kurang informasi yang didapatkan ibu tentang Metode Amenorea Laktasi, maka semakin sedikit kemungkinan ibu untuk menggunakan Metode Amenorea Laktasi, sehingga ada pengaruhnya antara informasi dengan penggunaan Metode Amenorea Laktasi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Krueng Mane Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 menunjukkan jumlah ibu yang menggunakan KB berdasarkan jenis metode KB adalah AKDR 14 dari 857 akseptor (1,6 %), Pil 208 dari 857 akseptor (24,2 %), Suntik 557 dari 857 akseptor (64,8%), Kondom 72 dari 857 akseptor (8,4 %) dan Metode Amenorea Laktasi 15 dari 857 akseptor (1,7 %), sedangkan jumlah ibu menyusui adalah sebanyak 536 jiwa. Berdasarkan hasil survey awal yang peneliti lakukan pada beberapa ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Krueng Mane Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 sebanyak 10 orang, 3 di antaranya mengetahui tentang Metode Amenorea Laktasi, sedangkan 7 orang tidak mengetahui tentang Metode Amenorea Laktasi, karena kurangnya pengetahuan, informasi serta rendahnya pendidikan ibu.

6 Berdasarkan data dan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Metode Amenore Laktasi Sebagai Kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Krueng Mane Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah "Apakah Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Metode Amenore Laktasi Sebagai Kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Krueng Mane Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Metode Amenore Laktasi Sebagai Kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Krueng Mane Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap pengetahuan ibu menyusui tentang metode amenore laktasi sebagai kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Krueng Mane Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013.

7 b. Untuk mengetahui pengaruh informasi terhadap pengetahuan ibu menyusui tentang metode amenore laktasi sebagai kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Krueng Mane Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013. D. Manfaat Penelitian 1. Untuk Peneliti Selanjutnya Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan untuk menambah informasi tentang metode amenorea laktasi sebagai kontrasepsi dan sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu menyusui tentang metode amenorea laktasi sebagai kontrasepsi. 2. Untuk Responden Sebagai informasi dan penambahan pengetahuan ibu-ibu tentang Keluarga Berencana khususnya tentang Metode Amenorea Laktasi sehingga dapat meningkatkan pandangan positif terhadap Keluarga Berencana. 3. Untuk Institusi Dinas Kesehatan. Sebagai tolak ukur dalam menilai tingkat pelayanan kesehatan dan bahan kajian serta informasi bagi tenaga kesehatan dalam upaya meningkatkan pelayanan pada ibu-ibu nifas dengan mengadakan konseling dan penyuluhan-penyuluhan agar ibu tahu keuntungan dan kerugian dari metode amenorea laktasi sabagai kontrasepsi.

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana 1. Pengertian Keluarga Berencana Menurut WHO, Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapat kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kehamilan dalam hubungan dengan umur suami istri, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Program Keluarga Berencana memiliki tujuan umum untuk membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan social ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Program Keluarga Berencana dapat memberikan beberapa dampak, diantaranya adalah penurunann angka kematian ibu dan anak, penanggulangan masalah kesehatan reproduksi, peningktan kesejahteraan keluarga, dan peningkatan derajat kesehatan (Anggraini & Martini, 2011). Metode Amenorea Laktasi dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila menyusui secara penuh, lebih efektif bila pemberian 8 x sehari, umur bayi kurang dari 6 bulan, efektifitas sampai 6 bulan, dan harus dilanjuutkan dengan pemakaian metode kontrasepssi lain (Prawirohardjo, 2006).

9 Tujuan Keluarga Berencana berdasar RENSTRA 2005-2009 (Anggraini & Martini, 2011), meliputi : a. Keluarga dengan anak ideal b. Keluarga sehat c. Keluarga berpendidikan d. Keluarga sejahtera e. Keluarga berketahanan f. Kelurga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya g. Penduduk tumbuh seimbang. Anggraini & Martini (2011), mengatakan dampak dari program Keluarga Berencana yaitu penurunan angka kematian ibu dan anak, penanggulangan masalah kesehatan reproduksi, peningkatan kesejahteraan keluarga, peningkatan derajat kesehatan, peningkatan mutu dan layanan KB- KR, peningkatan system pengolahan dan kapasitas SDM, pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan lancar. 2. Jenis-Jenis KB Menurut Anggraini & Martini (2011) KB terdiri dari beberapa jenis, diantaranya Metode Kontrasepsi Alamiah, Metode Barier Pria, Kontrasepsi Barier pada Wanita, Kontrasepsi Hormon, Kontrasepsi Hormon Oral (PIL), Kontrasepsi Amenorea Laktasi (MAL), Alat Kontrasepsi Dalam Rahim, Alat Kontrasepsi Implan, Vasektomi, dan Tubektomi.

10 3. Metode Amenorae Laktasi Metode Amenorea Laktasi adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif. Salah satu manfaat pemberian ASI secara eklsklusif adalah efek kontrasepsi, terutama pada bulan-bulan pertama pasca partum. Pemberian ASI eksklusif dianjurkan sebagai salah satu pilihan metode kontrasepsi yang dikenal dengan Metode Amenore Laktasi yang merupakan salah satu metode kontraspsi yang bersifat sementara yaitu enam bulan pertama pasca partum yang menunjang upaya promosi pemberian ASI. Metode ini mendasarkan pada infertilitas alamiah sebagai hasil pola tertentu pemberian ASI (Program Manajemen Laktasi Perkumpulan Perinatologi Indonesia, 2003). 4. Cara Kerja dan Efektifitas a. Cara Kerja Selama kehamilan hormon estrogen dan progesteron mengidentifikasi perkembangan alveolus dan duktus laktiferus didalam mammae/payudara dan juga merangsang produksi kolostrum. Namun, produksi ASI tidak berlangsung sampai sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormon estrogen menurun. Penurunan kadar estrogen ini memungkinkan kadar prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh menyusui ibu pada mammae ibu (Program Manajemen Laktasi Perkumpulan Perinatologi Indonesia, 2003). Kontrasepsi prolaktin meningkat sebagai respons terhadap stimulus pengisapan berulang ketika menyusui. Dengan intensitas dan frekuensi

11 yang cukup, kadar prolaktin akan tetap tinggi. Hormon prolaktin yang merangsang produksi ASI juga mengurangi kadar hormone LH yang perlukan untuk memelihara siklus menstruasi. Kadar prolaktin yang tinggi menyebabkan ovarium menjadi kurang sensitif terhadap perangsangan gonadotropin yang memang sudah rendah, dengan akibat timbulnya inaktivasi ovarium, kadar estrogen yang rendah dan anovulasi. Bahkan pada saat aktivitas ovarium mulai pulih kembali, kadar prolaktin yang tinggi menyebabkan fase luteal yang singkat dan fertilitas menurun. Jadi, intinya cara kerja Metode Amenorea Laktasi ini adalah dengan penundaan atau penekanan ovulasi (Hidayati, 2009). b. Efektifitas Menurut Konsensus Bellagio tahun 1988, untuk mencapai keefektifan 98%, maka Metode Amenorea Laktasi harus memenuhi persyaratan (Prasetyono, 2009) berikut : 1) Ibu harus menyusui secra eksklusif 2) Pendarahan pasca persalinan sebelum 56 hari belum dianggap haid 3) Bayi mengisap puting payudara ibu secara langsung 4) Aktivitas menyusui dimulai sejak 0,5-1 jam setelah bayi lahir 5) Kolostrum (ASI yang keluar pada tiga hari pertama setelah kelahiran bayi) diberikan kepadanya 6) Ibu menyusui sesuai kebutuhan bayi 7) Bayi disusui sesering mungkin selama 24 jam, termasuk malam hari 8) Hendaknya ibu menghindari jarak menyusui yang lebih dari empat

12 jam untuk menjarangkan kehamilan. Setelah bayi berumur 6 bulan, kembalinya kesuburan mungkin didahului haid, tetapi dapat juga tanpa didahului haid. Efek ketidaksuburan karena menyusui sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek, diantaranya cara menyusui, seringnya menyusui, lamanya setiap kali menyusui, jarak antara menyusui, kesungguhan menyusui (Anggraini & Martini, 2011). Laktasi dapat diandalkan sepanjang ibu tidak mengalami ovulasi, ibu-ibu yang sedang menyusui tidak akan mengalami ovulasi, sedangkan ibu-ibu yang tidak menyusui dapat mengalami ovulasi sedini 1-2 bulan setelah melahirkan. Makin ibu menyusui bayinya, makin cenderung bahwa akan terjadi kembali selama masa menyusui tersebut, dan makin cenderung timbul ovulasi yang mendahului haid pertama post partum tadi. Makin sering bayinya mengisap ASI, maka lama kembalinya tertundanya haid ibu (Anggraini & Martini, 2011). Faktor-faktor yang mungkin dapat menjelaskan efektifitas kontrasepsi yang lebih besar dari laktasi pada ibu-ibu di daerah pedesaan (Anggraini & Martini, 2011) antara lain : 1) Kurangnya pemberian makanan/minuman tambahan 2) Masa laktasi yang lebih lama 3) Lebih sering menyusui berdasarkan tuntutan bayinya 4) Abstinens selama masa laktasi 5) Cara hidup yang lebih banyak membutuhkan tenaga fisik.

13 Laktasi dapat menjadi suatu metode efektif untuk mengatur fertilitas bagi suatu populasi, tetapi efektivitas laktasi tidak dapat ditentukan/diramalkan untuk seorang wanita secara individual, terutama bagi wanita-wanita dengan pola laktasi dan pemberian minuman suplementasi seperti di Negara-negara maju (Anggraini & Martini, 2011). 5. Keuntungan dan Kerugian Metode Amenorea Laktasi a. Keuntungan Kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi memiliki keuntungan efektifitas tinggi (keberhasilan 98% pada 6 bulan pertama setelah melahirkan), segera efektif, tidak mengganggu senggama, tidak ada efek samping secara sistemik, tidak perlu pengawasan medis, tidak perlu obat atau alat dan tanpa biaya (Anggraini & Martini, 2011). b. Keuntungan dan Kerugian Nonkontrasepsi Keuntungan untuk kesehatan bayi adalah mendapat antibody perlindungan lewat ASI (kekebalan pasif), sumber asupan gizi terbaik, sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang optimal, dan tidak terpapar dengan air, susu formula, atau alat minum yang dipakai.keuntungan bagi ibu adalah mengurangi pendarahan post partum, mengurangi resiko anemia, meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi. Kerugian metode amenore laktasi adalah perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan, tidak melindungi terhadap infeksi menular seksual, dan efektifitas tinggi hanya

14 sampai kembalinya haid (Prawirohardjo, 2006). 6. Hal-hal yang Mendukung Ibu menggunakan Metode Amenorea Laktasi sebagai salah satu Metode Kontrasepsi a. Metode Amenorea Laktasi dapat digunakan, oleh : 1) Ibu yang menyusui secara eksklusif Bayi disusui secara on demand (menurut kebutuhan bayi). Biarkan bayi menyelesaikan menghisap dari satu payudara sebelum diberikan pada payudara yang lain, supaya bayi mendapat cukup banyak susu akhir (hind milk). Bayi hanya mendapatkan sedikit AS1 dari payudara berikut sehingga ibu dapat memulai menyusui pada payudara berikutnya. Semakin sering bayi mengisap ASI maka produksi ASI dikedua payudara semakin banyak hingga dapat menekan ovulasi (Prawirohardjo, 2006). 2) Bayinya berumur kurang dari 6 bulan. Jika dipakai secara benar, Metode Amenorea Laktasi merupakan metode kontrasepsi yang dapat dipercaya, yaitu jika ibu tersebut penuh atau hampir penuh menyusui siang dan malam dan mengalami amenore selama 6 bulan pertama sampai ibu memberikan makanan pendamping (Prawirohardjo, 2006). 3) Belum mendapatkan haid setelah melahirkan Wanita yang tidak menyusui bayinya biasanya mendapat periode menstruasi pertamanya 6 minggu setelah persalinan. Namun wanita yang menyusui secara teratur mengalami amenore 25 sampai

15 30 minggu. Menyusui merangsang sekresi prolaktin dan terdapat bukti bahwa prolaktin menghambat sekresi GnRH pada hipofise dan melawan efek gonadotropin pada ovarium. Ovulasi dihambat dan ovarium menjadi tidak aktif, sehingga pengeluaran estrogen dan progesterone twain kekadar rendah (Prawirohardjo, 2006). b. Antisipasi dalam Menggunakan Metode Amenorea Laktasi 1) Sudah mendapat haid setelah bersalin. Sudah mendapatkan haid setelah bersalin menandakan bahwa ovulasi sudah kembali sehingga jika ibu tersebut tidak menggunakan alat kontrasepsi yang dianjurkan, maka kemungkinan kehamilan dapat terjadi (Prawirohardjo, 2006). 2) Tidak menyusui secara eksklusif. Ada kemungkinan menjadi hamil pada masa menyusui, terutama sebelum haid kembali. Resiko kehamilan meningkat jika frekwensi menurun, jika menyusui pada malam hari, dan jika ada diberikan makanan pendamping ASI atau jika bayi telah berusia 6 bulan (Prawirohardjo, 2006). 3) Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan Setelah 6 bulan kemungkinan pengaruh pemberian ASI sebagth pencegahan yang efektif terhadap kehamilan telah menurun bersamaan dengan pemberian makanan tambahan sehingga tidak efektif lagi menjadi suatu metode kontrasepsi (Prawirohardjo, 2006).

16 Table 2.1 Keadaan yang memerlukan perhatian terhadap Metode Amenorea Laktasi Keadaan Ketika mulai memberikan makanan pendamping secara teratur (menggantikan satu kali menyusui) Anjuran Membantu klien memilih metode lain. Walaupun metode kontrasepsi lain dibutuhkan, klien harus didorong untuk tetap melanjutkan pemberian ASI. Ketika haid sudah kembali Membantu klien memilih metode lain. Walaupun metode kontrasepsi lain dibutuhkan, klien harus didorong untuk tetap melanjutkan pemberian ASI. Bayi mengisap susu tidak sering atau kurang dari 8 kali sehari Membantu klien memilih metode lain. Walaupun metode kontrasepsi lain dibutuhkan, klien harus didorong untuk tetap melanjutkan pemberian ASI. Bayi berumur 6 bulan atau lebih Membantu klien memilih metode lain. Walaupun metode kontrasepsi lain dibutuhkan, klien harus didorong untuk tetap melanjutkan pemberian ASI. Sumber : Prawirohardjo (2006).

17 7. Instruksi yang Harus Disampaikan Kepada Klien yang Menggunakan Metode Amenorea Laktasi a. Seberapa sering harus menyusui Bayi disusui secara in demend (menurut kebutuhan bayi). Bayi dibiarkan mengisap pada satu payudara sebelum memberikan payudara yang lain supaya bayi mendapat cukup banyak susu. Bayi mungkin hanya membutukan sedikit ASI atau sama sekali tidak dari payudara berikutnya. Tetapi pada waktu menyusui berikutnya, mulai memberikan ASI dengan memberikan payudara memproduksi banyak susu (Pinem, 2009). b. Kapan mulai memberikan makanan padat sebagai makanan pendamping ASI. Selama bayi tumbuh dan berkembang dengan baik (berat badan naik sesuai usia, sebulan minimal berat badan naik 0,5 kg, ngompol sedikitnya 6x sehari, bayi tidak memerlukan makanan selain ASI sampai usia 6 bulan (Pinem, 2009). c. Untuk kontrasepsi dan kesehatan Ibu memerlukan metode kontrasepsi lain ketika mulai haid lagi dan tidak lagi menyusui secara eksklusif atau bila bayi sudah berusia 6 bulan, konsultasi dengan bidan/dokter dan di klinik puskesmas sebelum mulai memakai kontrasepsi lain, jika suami/pasangan beresiko tinggi terpapar Infeksi Menular Seksual, termasuk AIDS, maka istri harus memakai kondom ketika memakai Metode Amenorea Laktasi (Pinem, 2009).

18 d. Bila ibu menyusui tidak secara eksklusif atau berhenti menyusui Ibu perlu memakai kondom atau kontrasepsi lain, melakukan kunjungan ke klinik KB untuk mendapatkan bantuan atau mendapatkan kontrasepsi yang sesuai (Pinem, 2009). B. Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya, segala apa yang diketahui berdasarkan pengalamannya yang didapatkan oleh setiap manusia. Pengetahuan juga merupakan mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahit, 2011). Berdasarkan hasil penelitian Purnamawati (2010) dan Susanti (2011) yang menunjukkan hasil bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang tidak menggunakan Metode Amenorea Laktasi, semakin menunjukkan bahwa pengetahuan sangatlah berpengaruh terhadap penggunaan Metode Amenorea Laktasi.

19 Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu : a. Tahu ( know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima oleh sebab itu Tahu ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang yang rendah. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebuat secara benar. Orang yang telah paham tentang materi atau objek harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi yang benar. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

20 e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaiaan terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Nursalam (2003) menyatakan tingkat pengetahuan dibagi dalam 3 katagori, yaitu: 1) Baik (76% - 100%) 2) Cukup (56% - 75%) 3) Kurang (<56%). Mubarak (2011), mengatakan bahwa pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu : a. Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami suatu hal.

21 b. Kebudayaan lingkungan sekitar Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat hidup seseorang dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap orang tersebut (Mubarak, 2011). c. Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung (Mubarak, 2011). d. Umur Dengan bertambahnya umur seseorang maka orang tersebut akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologi (mental). Perubahan aspek psikologis atau mental seseorang akan membuat tarif berpikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa (Mubarak, 2011). e. Minat Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam (Mubarak, 2011). f. Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Jika seseorang memiliki pengalaman menyenangkan, maka secara psikologis mampu

22 menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan seeorang. Pengalaman baik ini akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam kehidupan seseorang (Mubarak, 2011). g. Kebudayaan lingkungan sekitar Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat hidup seseorang dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap orang tersebut (Mubarak, 2011). h. Informasi Informasi adalah keterangan, gagasan maupun kenyataankenyataan yang perlu diketahui oleh masyarakat. Menurut Depkes informasi adalah pesan yang disampaikanoleh tenaga kesehatan kepada masyarakat (Anggraini & Martini, 2011). Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru. Informasi yang didapat oleh seseorang akan merangsang pikiran dan kemampuan seseorang serta menambah pengetahuannya (Mubarak, 2011). C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Akseptor KB menggunakan Metode Amenorea Laktasi Mubarak (2011), mengatakan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan lingkungan sekitar, dan informasi. Teori tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnamawati, Susanti, dan Asma yang

23 menunjukkan hasil bahwa pendidikan dan informasi mempengaruhi pengetahuan ibu tentang Metode Amenorea Laktasi. Namun dalam profosal ini peneliti hanya membahas tentang pendidikan dan informasi yang mempengaruhi pengetahuan ibu Tentang Metode Amenorea Laktasi. 1. Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami suatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan mengahambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai nilai yang baru diperkenalkan. (Mubarak, 2011). Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. (Notoadmojdo,2007) UU, No. 20 tentang Pendidikan, 2003 tingkat pendidikan di bagi dalam 3 katagori, yaitu : a. Tinggi apabila responden telah menamatkan pendidikan Diploma atau Sarjana b. Menengah apabila responden telah menamatkan pendidikan di Sekolah

24 lanjutan atas atau sederajat c. Dasar apabila responden telah menamatkan pendidikan SMP, SD, atau tidak menamatkan sekolah. 2. Informasi Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru (Mubarak, 2011). Informasi adalah keterangan, gagasan maupun kenyataan-kenyataan yang perlu diketahui oleh masyarakat. Menurut Depkes informasi adalah pesan yang disampaikanoleh tenaga kesehatan kepada masyarakat (Anggraini & Martini, 2011). Salah satu langkah dalam memberikan informasi kepada masyarakat yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan ialah dengan cara memberikan penyuluhan kepada masyarakat secara intensif, terutama yang ditujukan kepada masyarakat yang datang keklinik dan masyarakat di lingkungan klinik (Sulistyawati, 2011). Tujuan umum dilakukannya penyuluhan kesehatan dalam rangka memberikan informasi tentang Keluarga Berencana ialah agar masyarakat dapat menjadikan Keluarga Berencana sebagai pola kehidupan, artinya masyarakat mengetahui, memahami, serta menyadari pentingnya Keluarga Berencana sehingga mau melaksanakannya untuk kesehatan dan kesejahteraan bagi keluarga, masyarakat, serta Negara pada umumnya (Anggraini & Martini, 2011).

25 Sulistyawati (2011), menyatakan bahwa tujuan khusus memberikan informasi tentang Keluarga Berencana kepada masyarakat ialah agar : a. Sasaran menggunakan salah satu metode (alat kontrasepsi) yaitu dasar kebutuhan karena adanya pengertian pengetahuan dan kesadaran akan kegunaan atau manfaatnya. b. Sasaran menggunakan metode Keluarga Berencana dalam waktu yang cukup lama sehingga berpengaruh terhadap jumlah kelahiran, taraf kesehatan ibu dan keluarga, serta tingkat kesejahteraan keluarga. c. Keluarga Berencana merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan keluarga. Informasi Keluarga Berencana yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada masyarakat diharapkan mampu membantu masyarakat dalam mengambil keputusan untuk dapat memilih kontrasepsi yang paling sesuai dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam memberikan informasi tentang Keluarga Berencana ialah memberikan informasi yang jelas, benar, lengkap, serta menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien. Dengan mendengarkan apa yang disampaikan klien, petugas kesehatan akan dapat memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan sikap klien karena tidak semua klien dapat menangkap semua informasi tentang berbagai jenis kontrasepsi sehingga menyebabkan kesulitan bagi klien dalam mengingat informasi yang penting yang telah disampaikan. Setelah selesai memberikan informasi, petugas juga perlu melakukan penilaian bahwa klien telah mengerti sehingga dapat

26 membantu klien mengingat apa yang harus dilakukan dan juga berbagi informasi kepada orang lain (Sulistyawati, 2011). D. Kerangka Teoritis Mubarak (2011), mengatakan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan lingkungan sekitar, dan informasi. Begitu pula dengan teori Notoatmodjo (2007) yang mengatakan bahwa pendidikan mempengaruhi pengetahuan. Menurut Mubarak (2011) - Pendidikan - Pekerjaan - Umur - Minat - Pengalaman - Kebudayaan lingkungan sekitar - Informasi Menurut Notoatmodjo (2007) - Pendidikan Pengetahuan Gambar 2.1 Kerangka Teoritis.

27 BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN A. Kerangka Konsep Penelitian Mubarak (2011), mengatakan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan lingkungan sekitar, dan informasi. Teori tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnamawati, Faridah, dan Rubiati yang menunjukkan hasil bahwa pendidikan dan informasi mempengaruhi pengetahuan ibu tentang Metode Amenorea Laktasi. Karena keterbatasan waktu dalam penelitian ini, penulis hanya membahas tentang pendidikan, dan informasi dalam mempengaruhi pengetahuan ibu tentang Metode Amenorea Laktasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema berikut : Variabel Independent Pendidikan Informasi Variabel Dependent Pengetahuan ibu tentang Metode Amenorea Laktasi Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

28 B. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional Variabel Dependen Pengetahuan ibu Hal-hal yang tentang Metode diketahui ibu Amenorea Laktasi tentang Metode Amenorea Laktasi, mencakup : - Efektivitas - Keuntungan - Efek samping Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Kuesioner Membagikan kuisioner dengan kriteria : Baik jika 76%- 100% Cukup jika 56%- 75% - Baik - Cukup - Kurang Ordinal Variabel Independen Pendidikan Tingkat pendidikan yang diselesaikan oleh ibu dan mendapatkan ijazah. Kuesioner Kurang jika 56% Membagikan kuesioner dengan kriteria : Tinggi, jika Diploma atau Sarjana - Tinggi - Menengah - Dasar Ordinal Menengah, jika SMA/sederaja Informasi Informasi yg didapatkan ibu tentang Metode Amenorea Laktasi dari : - Petugas kesehatan - Media - Keluarga Kuesioner Dasar, jika SD/sederajat Membagikan kuesioner dengan kriteria : Pernah bila ibu ada mendapat informasi Tidak pernah bila ibu tidak mendapatkan informasi - Pernah - Tidak pernah Ordinal

29 C. Hipotesa Penelitian adalah: Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka, maka hipotesis penelitian ini c. Ada pengaruh pendidikan terhadap pengetahuan ibu menyusui tentang metode amenore laktasi sebagai kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Krueng Mane Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013. d. Ada pengaruh informasi terhadap pengetahuan ibu menyusui tentang metode amenore laktasi sebagai kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Krueng Mane Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013.

30 BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu dimana data yang menyangkut variabel bebas dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu menyusui tentang metode amenorea laktasi sebagai kontrasepsi. B. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitan ini adalah seluruh ibu menyusui sebanyak 536 jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Krueng Mane Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013. 2. Sampel Cara pengambilan sampel menggunakan teknik Random Sampling, dimana sampel dipilih secara acak dan setiap anggota populasi itu mempunyai kesempatan untuk diambil sebagai sampel (Notoadmodjo, 2010). Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah ibu menyusui, umur bayi dibawah 6 bulan dan beralamat di wilayah kerja Puskesmas Krueng Mane. Perhitungan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin (Notoadmodjo, 2005) sebagai berikut:

31 Keterangan: n N : Jumlah sampel : Jumlah populasi d : Tingkat kepercayaan/ketetapan yang di gunakan (0,1). 84,27 Maka sampel dalam penelitian ini berjumlah 85 orang. C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Krueng Mane Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 11 sampai dengan 25 Juli 2013.

32 D. Pengumpulan Data Data yang di kumpulkan adalah data primer. Data diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden yaitu ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Krueng Mane Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara untuk mendapatkan data pengetahuan ibu tentang metode amenorea laktasi, pendidikan dan informasi. E. Instrumen Penelitian Instrumen0 yang digunakan adalah kuesioner yang dibagikan kepada responden, yang berjumlah 12 pertanyaan, yang terdiri 10 pertanyaan tentang pengetahuan, 1 pertanyaan tentang pendidikan dan 1 pertanyaan tentang informasi. F. Metode Pengolahan Data Metode pengolahaan data dilakukan melalui suatu proses dengan tahapan seperti yang dilakukan oleh (Arikunto, 2006) sebagai berikut : 1. Editing adalah data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dikumpulkan, kemudian dilakukan pemeriksaan pada lembar kuesioner untuk memastikan bahwa semua jawaban telah terisi 2. Coding adalah melakukan pengkodean dengan memberikan penomoran pada setiap kuesioner atau memberikan kode berupa angka-angka untuk setiap hasil jawaban pada kuesioner 3. Trasfering adalah memindahkan data dalam bentuk tabulating 4. Tabulating adalah memasukkan data yang telah diperoleh kedalam tabel.

33 G. Analisa Data 1. Analisa Univariat Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik satiap variabel penelitian. Pada umunya data analisa univariat hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Kemudian ditentukan persentase (P) dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi menurut Budiarto (2004), yaitu sebagai berikut : P : x 100% Keterangan : P F N = Persentase = Jumlah jawaban yang benar = Jumlah soal 100% = Bilangan tetap. 2. Analisis Bivariat Analisisa bivariat merupakan analisisa hasil dari variabel independen yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel dependen. Untuk menguji hipotesis dilakukan analisis computer dengan uji chi-square dengan menggunakan program system computer yaitu program SPSS (Sistem Product and Service Solusion) pada tingkat kepercayaan α = 0,05. 1) Ha di tolak : jika p value > 0,05 artinya tidak ada pengaruh variabel independen dengan variabel dependen.

34 2) Ha di terima : jika p value < 0,05 artinya ada pengaruhs antara variabel independen dengan variabel dependen. Untuk menentukan p-value Chi-Square Tes (X 2 ) tabel, memiliki ketentuan sebagai berikut (Hastono, 2006) : 1. Bila Chi-Square Tes (x 2 ) tabel terdiri dari tabel 2x2 dijumpai nilai ekspantasi (E) < 5, maka p-value yang digunakan adalah nilai yang terdapat pada nilai Fisher Exact Test. 2. Bila Chi-Square Tes (x 2 ) tabel terdiri dari tabel 2x2 tidak dijumpai nilai ekspantasi (E) < 5, maka p-value yang digunakan adalah nilai yang terdapat pada nilai Continuity Correction. 3. Bila Chi-Square Tes (x 2 ) tabel terdiri dari tabel 2x2, contohnya tabel 3x2, 3x3 dan sebagainya, maka p-value yang digunakan adalah nilai yang terdapat pada nilai Pearson Chi-Square.

35 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Secara geografis Wilayah Kerja Puskesmas Krueng Mane Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara memiliki luas Kecamatan 39,47 3947 Ha, tinggi tempat dengan permukaan laut 4,3 m, dengan jumlah pemukiman 1 mukim, jumlah penduduk 12.655 jiwa dan terdiri dari 13 desa binaan. Wilayah Kerja Puskesmas Krueng Mane Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara memiliki batasan sebagai berikut : 1. Sebelah Utara : berbatasan dengan Selat Malaka 2. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Sawang 3. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Bireuen 4. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Dewantara. B. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Krueng Mane Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara pada tanggal 11 sampai 25 Juli 2013 terhadap 85 responden maka diperoleh hasil sebagai berikut :

36 1. Analisa Univariat a. Pengetahuan Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pada Responden Di Wilayah Kerja Puskesmas Krueng Mane Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) 1 Baik 18 21,2 2 Cukup 26 30,6 3 Kurang 41 48,2 Jumlah 85 100% Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 85 responden mayoritas berada pada kategori pengetahuan kurang yaitu sebanyak 41 responden (48,2%). b. Pendidikan Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Pada Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Krueng Mane Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 No Pendidikan Frekuensi Persentase (%) 1 Tinggi 15 17,6 2 Menengah 16 18,8 3 Dasar 54 63,5 Jumlah 85 100% Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 85 responden mayoritas berada pada kategori pendidikan dasar yaitu sebanyak 54 responden (63,5%).

37 c. Informasi Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Informasi Pada Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Krueng Mane Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 No Informasi Frekuensi Persentase (%) 1 Pernah 32 37,6 2 Tidak Pernah 53 62,4 Jumlah 85 100% Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 85 responden mayoritas berada pada kategori tidak pernah mendapatkan informasi yaitu sebanyak 53 responden (62,4%). 2. Analisa Bivariat a. Pengaruh Pendidikan Terhadap Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Metode Amenorea Laktasi Sebagai Kontrasepsi. Tabel 5.4 Pengaruh Pendidikan Terhadap Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Metode Amenorea Laktasi Sebagai Kontrasepsi Pada Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Krueng Mane Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 No. Pendidikan Pengetahuan Baik Cukup Kurang Jumlah f % f % f % f % 1 Tinggi 12 80 1 6,7 2 13,3 15 100 2 Menengah 3 18,8 11 68,8 2 12,5 16 100 3 Dasar 3 5,6 14 25,9 37 68,5 54 100 P_ Value 0,000

38 Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 54 responden yang berpendidikan dasar ternyata mayoritas berpengetahuan kurang yaitu 68,5%, dari 16 responden yang berpendidikan menengah ternyata mayoritas berpengetahuan cukup yaitu 68,8% dan dari 15 responden yang berpendidikan tinggi ternyata mayoritas berpengetahuan baik yaitu sebanyak 80%. Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square menghasilkan nilai p value = 0,000. Sehingga didapatkan bahwa p < 0,05 yang artinya Ha diterima atau ada pengaruh pendidikan terhadap pengetahuan ibu menyusui tentang metode amenorea laktasi sebagai kontrasepsi. b. Pengaruh Informasi Terhadap Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Metode Amenorea Laktasi Sebagai Kontrasepsi. Tabel 5.5 Pengaruh Informasi Terhadap Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Metode Amenorea Laktasi Sebagai Kontrasepsi Pada Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Krueng Mane Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 No. Informasi Pengetahuan Baik Cukup Kurang Jumlah f % f % f % f % 1 Pernah 14 43,8 13 40,6 5 15,6 32 100 2 Tidak Pernah 4 7,5 13 24,5 36 67,9 53 100 P_value 0,000 Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 53 responden yang tidak pernah mendapatkan informasi ternyata mayoritas berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 67,9% dan dari 32 responden yang pernah

39 mendapatkan informasi ternyata mayoritas berpengetahuan baik yaitu 43,8%. Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square menghasilkan nilai p value = 0,000. Sehingga didapatkan bahwa p < 0,05 yang artinya Ha diterima atau ada pengaruh informasi terhadap pengetahuan ibu menyusui tentang metode amenorea laktasi sebagai kontrasepsi. C. Pembahasan 1. Pengaruh Pendidikan Terhadap Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Metode Amenorea Laktasi Sebagai Kontrasepsi Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 54 responden yang berpendidikan dasar ternyata mayoritas berpengetahuan kurang yaitu 68,5%, dari 16 responden yang berpendidikan menengah ternyata mayoritas berpengetahuan cukup yaitu 68,8% dan dari 15 responden yang berpendidikan tinggi ternyata mayoritas berpengetahuan baik yaitu sebanyak 80%. Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square menghasilkan nilai p value = 0,000. Sehingga didapatkan bahwa p < 0,05 yang artinya Ha diterima atau ada pengaruh pendidikan terhadap pengetahuan ibu menyusui tentang metode amenorea laktasi sebagai kontrasepsi. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan

40 seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. (Notoadmojdo, 2007). Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Mubarak (2011) yaitu semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan mengahambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai nilai yang baru diperkenalkan. Berdasarkan hasil penelitian Purnamawati yang berjudul gambaran pengetahuan ibu menyusui bayi usia 0-6 bulan tentang metode amenorea laktasi (MAL) sebagai kontrasepsi di Polindes Lampineung Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011 menunjukkan bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan dasar mayoritas tidak menggunakan metode amenorea laktasi sebagai kontrasepsi. Hasil penelitian Faridah yang berjudul gambaran pengetahuan dan sikap ibu post partum tentang penggunaan kontrasepsi metode amenorea laktasi (MAL) di BPS Siti Aminah Kecamatan Grong-Grong Kabupaten Pidie Tahun 2010 yang menunjukkan bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan dasar mayoritas tidak menggunakan metode amenorea laktasi sebagai kontrasepsi. Menurut asumsi peneliti, semakin tinggi pendidikan seseorang, maka pengetahuan yang dimilikinya akan semakin baik. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi pendidikan seseorang maka orang tersebut akan semakin

41 mudah menyerap informasi yang diterimanya. Begitu pula halnya dalam menyerap informasi tentang metode amenorea laktasi sebagai kontrasepsi sehingga meningkatkan pengetahuan ibu tentang metode KB tersebut. Dengan tingginya pengetahuan ibu tentang metode KB amenorea laktasi diharapkan keinginan ibu untuk menyusui akan semakin tinggi serta meningkatkan pula keinginan ibu untuk menjadi akseptor KB dengan metode Amenorea laktasi. 2. Pengaruh Informasi Terhadap Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Metode Amenorea Laktasi Sebagai Kontrasepsi Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 53 responden yang tidak pernah mendapatkan informasi ternyata mayoritas berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 67,9% dan dari 32 responden yang pernah mendapatkan informasi ternyata mayoritas berpengetahuan baik yaitu 43,8%. Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square menghasilkan nilai p value = 0,000. Sehingga didapatkan bahwa p < 0,05 yang artinya Ha diterima atau ada pengaruh informasi terhadap pengetahuan ibu menyusui tentang metode amenorea laktasi sebagai kontrasepsi. Informasi adalah keterangan, gagasan maupun kenyataan-kenyataan yang perlu diketahui oleh masyarakat. Menurut Depkes informasi adalah pesan yang disampaikanoleh tenaga kesehatan kepada masyarakat (Anggraini & Martini, 2011).

42 Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Mubarak (2011) bahwa kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru. Informasi yang didapat oleh seseorang akan merangsang pikiran dan kemampuan seseorang serta menambah pengetahuannya. Berdasarkan hasil penelitian dari Purnamawati yang berjudul gambaran pengetahuan ibu menyusui bayi usia 0-6 bulan tentang metode amenorea laktasi (MAL) sebagai kontrasepsi di Polindes Lampineung Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011 menunjukkan bahwa responden yang kurang mendapatkan informasi tentang Metode Amenorea Laktasi mayoritas tidak menggunakan metode amenorea laktasi sebagai kontrasepsi. Hasil penelitian dari Rubiati yang berjudul gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang kontrasepsi metode amneorea laktasi (MAL) di wilayah kerja puskesmas Pidie tahun 2012 menunjukkan bahwa responden yang kurang mendapatkan informasi tentang metode amenorea laktasi mayoritas tidak menggunakan metode amenorea laktasi sebagai kontrasepsi. Menurut asumsi peneliti, informasi adalah kunci utama untuk menyampaikan suatu pesan kepada responden, begitu pula halnya dalam hal keluarga berencana. Semakian banyak informasi tentang metode KB yang disampaikan kepada responden maka pengetahuan responden tentang metode KB tersebut akan semakin baik sehingga dapat meningkatkan minat responden terhadap penggunaan KB tersebut. Informasi yang diperoleh oleh

43 responden dapat berasal dari tenaga kesehatan maupun dari media cetak dan elektronik. Seluruh informasi tentang keluarga berencana yang disampaikan kepada responden bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan responden tentang keluarga berencana dengan harapan responden tersebut akan menjadi akseptor keluarga berencana.

44 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Metode Amenorea Laktasi Sebagai Kontrasepsi Di Wilayah Kerja Puskesmas Krueng Mane Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Ada Pengaruh Pendidikan Terhadap Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Metode Amenore Laktasi Sebagai Kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Krueng Mane Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013. 2. Ada Pengaruh Informasi Terhadap Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Metode Amenore Laktasi Sebagai Kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Krueng Mane Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013. B. Saran 1. Untuk Peneliti Selanjutnya Diharapkan dengan adanya penelitian ini, dapat mengembangkan ilmu pengetahuan untuk menambah informasi tentang metode amenorea laktasi sebagai kontrasepsi dan sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu menyusui tentang metode amenorea laktasi sebagai kontrasepsi. 2. Untuk Responden Diharapkan agar terus dapat meningkatkan informasi dan penambahan