TINJAUAN PUSTAKA. dan merupakan hasil domestifikasi dari Banteng liar (Bibos banteng) (Ngadiyono,

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. dari sapi liar yang disebut banteng ( Bos bibos atau Bos sundaicus) yang telah

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu jenis bangsa sapi asli Indonesia

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.)

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada (Mulyono dan Sarwono, 2004). K isaran volume semen per ejakulat

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

TINJAUAN PUSTAKA. domestik dari banteng ( Bibos banteng) adalah jenis sapi yang unik. Sapi asli

KAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan kambing Kacang (Devendra dan Burns, 1983). Menurut tipenya, rumpun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. kingdomanimalia, kelas:mammalia, subklas:ungulata, ordo: Artiodactila, sub

MATERI DAN METODE. Materi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Limousin merupakan keturunan sapi Eropa yang berkembang di Perancis.

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Volume Semen Domba

Tatap mukake 8&9. Universitas Gadjah Mada

Tatap muka ke 4&5 PENILAIAN ATAU EVALUASI SPERMA

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Simmental adalah bangsa Bos taurus yang berasal dari daerah Simme di

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA EVALUASI SEMEN Hari dan tanggal : Senin, 21 Desember 2015

MAKALAH BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN MEMBRAN PLASMA UTUH. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik semen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dalam saluran kelamin betina sewaktu kopulasi. Evaluasi semen segar yang telah

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana

PENDAHULUAN. Latar Belakang. setiap tahunnya, namun permintaan konsumsi daging sapi tersebut sulit dipenuhi.

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Statistik 2013 jumlah penduduk Indonesia mencapai jiwa yang akan bertambah sebesar 1,49% setiap tahunnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara kambing Kacang (lokal) dengan kambing Etawah (kambing

I. PENDAHULUAN. Perkembangan peternakan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan

TINJAUAN PUSTAKA. Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar

Tatap mukake 6 KUANTITAS DAN KUALITAS SPERMA

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

PENANGANAN SEMEN DARI TEMPAT KOLEKSI KE LAB HINDARI SINAR MATAHARI LANGSUNG USAHAKAN SUHU ANTARA O C HINDARI DARI KOTORAN TERMASUK DEBU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Reproduksi Lele dumbo. Tabel 4 Karakteristik fisik reproduksi lele dumbo

BAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. breeding station Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Domba jantan yang

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,

II. TINJAUAN PUSTAKA. animalia, kelas: mammalia, subklas: ungulata, ordo: artiodactila, sub ordo:

Spermatogenesis dan sperma ternak

PENDAHULUAN. sehingga dapat memudahkan dalam pemeliharaannya. Kurangnya minat terhadap

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

OBSERVASI KUALITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SIMMENTAL DAN PO DALAM STRAW DINGIN SETELAH PENYIMPANAN 7 HARI PADA SUHU 5 C

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit

TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang dapat menghasilkan wol

Pengaruh Penggunaan Tris Dalam Pengencer Susu Skim Terhadap Resistensi Spermatozoa Sapi Simmental Pasca Pembekuan

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di. Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan Inseminasi Buatan (IB)

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor

I. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada

PENGARUH UMUR PEJANTAN DAN FREKUENSI PENAMPUNGAN TERHADAP VOLUME DAN MOTILITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai

Pengaruh Bobot Badan Terhadap Kualitas dan Kuantitas Semen Sapi Simmental

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Etawah dengan kambing lokal (Kacang). Kambing Etawah sendiri

TUGAS AKHIR - SB Oleh: ARSETYO RAHARDHIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si Ir. Ninis Trisyani, MP.

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman bayam merupakan sayuran daun yang sudah lama dikenal dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

BAB I PENDAHULUAN. akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Sapi Bali Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi asli Indonesia dan merupakan hasil domestifikasi dari Banteng liar (Bibos banteng) (Ngadiyono, 2012). Menurut Susilorini et al. (2009) bangsa sapi Bali memiliki klasifikasi taksonomi sebagai berikut; Phylum: Chordata, Class: Mamalia, Ordo: Artiodactyla, Family: Bovidae, Genus: Bos, Subgenus: Bibovine. Menurut Sudarmono dan Bambang (2009) morfologi dan ciri-ciri sapi Bali bentuk tubuh menyerupai banteng, ukuran tubuh lebih kecil akibat proses domestifikasi, dada dalam padat, warna bulu pada saat masih pedet sawo matang atau merah bata, warna bulu pada betinanya bertahan merah bata dan jantan kehitam-hitaman, pada tempat-tempat tertentu baik jantan maupun betina di bagian keempat kakinya dari sendi kaki sampai kuku dan di bagian pantatnya berwarna putih, kepala agak pendek, dahi datar, tanduk pada jantan agak kebagian luar kepala sedangkan betina agak kebagian dalam, dan kakinya pendek sehingga menyerupai kaki kerbau. Sapi Bali dewasa dapat mencapai tinggi badan 130 cm dengan bobot badan jantan dewasa berkisar 350-400 kg, sedangkan betina dewasa berkisar 250-300 kg (Siregar, 2009). Sapi Bali telah tersebar hampir di seluruh daerah di Indonesia dengan konsentrasi penyebaran terutama di Pulau Lombok, Sulawesi Selatan, Kalimantan, Nusa Tenggara Timur, Sumbawa dan lampung, tetapi yang masih terjamin kemurnian genetiknya adalah yang ada di Bali (Sudarmono dan Bambang, 2009). Keungulan sapi Bali dapat beranak setiap tahun, mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, pertambahan berat badan harian jantan mencapai 0.7 kg/hari dan betina mencapai 0.6 kg/hari (Abidin, 2002).

1.2. Organ Reproduksi Jantan Organ reproduksi hewan jantan dapat di bagi atas tiga komponen yang pertama organ kelamin primer, yaitu gonad atau testes (kelenjar benih). Kedua saluran-saluran yang terdiri dari epididymis, vas deferens, uretra dan kelenjarkelenjar mani terdiri dari kelenjar vesikularis, kelenjar prostate dan kelenjar cowper. Ketiga alat kelamin bagian luar yaitu penis (Partodihardjo, 1987). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.1. dibawah ini. Gambar 2.1. Organ Reproduksi Sapi Jantan (Partodiharjo, 1987) 1.3. Semen Partodihardjo (1987) menyatakan semen adalah zat cair yang keluar dari tubuh melalui penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari bagian yang berupa sel dan bagian yang tidak bersel. Sel-sel itu hidup dan bergerak di sebut spermatozoa dan zat cair di dalam mana sel-sel itu berenang di sebut seminal plasma. Toelihere (1981) menambahkan komponen yang terpenting dari semen adalah spermatozoa, karena mempunyai fungsi utama dalam pembuahan ovum, sedangkan plasma semen berfungsi sebagai medium pembawa sperma dari saluran reproduksi jantan ke dalam saluran reproduksi betina.

1.3.1.Pemeriksaan Semen Toelihere (1993) menyatakan pemeriksaan dan evaluasi harus meliputi keadaan umum contoh semen, volume, konsentrasinya dan motilitas atau daya gerak. Observasi ini perlu untuk penentuan kualitas semen dan daya reproduksi pejantan dan lebih khusus lagi, untuk menentukan kadar pengenceran semen. Pemeriksaan lebih lanjut meliputi perhitungan jumlah sel-sel abnormal, pewarnaan diferential untuk menentukan sperma yang hidup dan yang mati, penentuan metabolisme spermatozoa, dan penentuan resistensi sel-sel sperma terhadap kondisi-kondisi merugikan. 1.3.2. Volume Menurut Partodiharjo (1987) volume semen yang tertampung dapat langsung terbaca pada tabung penampung yang berskala. Toelihere (1993) menyatakan bahwa volume semen sapi antara 5-8 ml, domba 0.8-1.2 ml, babi 150-200 ml dan kuda 60-100 ml. Hasil pengamatan Ratnawati et al. (2008 ) menunjukan volume semen sapi Bali 4,5 ml/ejakulasi, sedangkan Bardan et al. (2009) menunjukkan volume semen sapi Bali adalah 3,8 ml/ejakulasi. 1.3.3. Warna Semen sapi normal berwarna seperti susu atau kream keputih-putihan dan keruh. Derajat kekeruhannya tergantung pada konsentrasi sperma. Kira-kira 10% sapi-sapi jantan menghasilkan semen yang normal berwarna kekuning-kuningan; warna ini disebabkan oleh pigmen riboflavin yang dibawakan oleh satu gen autosomal resesif dan tidak mempunyai pengaruh terhadap fertilitas (Toelihere, 1993).

Adanya kuman-kuman pseudomonas aeruginosa di dalam semen sapi dapat menyebabkan warna hijau kekuning-kuningan apabila semen dibiarkan di suhu kamar. Gumpalan-gumpalan, bekuan, keeping-kepingan didalam semen menunjukan adanya nanah yang umumnya berasal dari kelenjar-kelenjar pelengkap atau dari ampula. Semen yang berwarna gelap sampai merah muda menandakan adanya darah segar dalam jumlah berbeda dan berasal dari saluran kelamin uretra atau penis. Warna kecoklatan menunjukan adanya darah yang telah mengalami dekomposisi. Warna coklat muda atau warna kehijau-hijauan menunjukan kemungkinan kontaminasi dengan feses (Toelihere, 1993). Hasil pengamatan Ratnawati et al. (2008) sapi Bali menunjukkan warna kream. 1.3.4. Konsistensi Konsistensi atau derajat kekentalan dapat di periksa dengan menggoyangkan tabung berisi semen secara berlahan (Toelihere, 1981). Pada sapi dan domba mempunyai konsistensi kental berwarna krem mempunyai konsentrasi 1000 juta sampai 2000 juta atau lebih sel spermatozoa/ml, konsistensi encer berwarna susu memiliki konsentrasi 500 sampai 600 juta sel sperma/ml, semen yang cair berawan atau sedikit kekeruhan memiliki konsentrasi sekitar 100 juta sel sperma/ml dan yang jernih seperti air kurang dari 50 juta/ml (Toelihere, 1993 ). Berdasarkan hasil pengamatan Arifiantini et al. (2006) pada sapi Bali mendapatkan konsistensi kental dan konsentrasi 1.340 10 6 spermatozoa/ml, sedangkan Siahaan et al. (2012) mendapatkan konsistensi kental dan konsentrasi 1.310 10 6. 2.3.5. ph Kisaran ph menurut Toelihere (1993) yaitu antara 6,2-7,5. ph dapat dilihat dengan mencocokan warna dari kertas lakmus yang telah ditetesi semen dengan

warna pada tabung kemasan kertas lakmus. Hasil pengamatan Bardan et al. (2009) pada sapi Bali menunjukan ph 6,95. 1.4. Motilitas dan Penilaian Semen 1.4.1.Gerak Masa Menurut Toelihere (1993) menyatakan gerakan massa spermatozoa dapat dilihat dengan jelas di bawah mikroskop dengan pembesaran kecil (10x 10) dan cahaya yang di kurangi. Berdasarkan penilaian gerakan massa, kualitas semen dapat ditentukan sebagai berikut: a. Sangat baik (+++), terlihat gelombang-gelombang besar, banyak, gelap, tebal, dan aktif bagaikan gumpalan awan hitam saat akan turun hujan yang bergerak cepat berpindah-pindah tempat. b. Baik (++), bila terlihat gelombang-gelombang kecil, tipis, jarang, kurang jelas dan bergerak lamban. c. Lumayan (+), jika tidak terlihat gelombang melainkan hanya gerakan-gerakan individual aktif progresif. d. Buruk (N, necrospermia atau 0), bila hanya sedikit atau tidak ada gerakangerakan individual. 1.4.2.Gerak Individu Di bawah pembesaran 45 x 10 pada selapis tipis semen di atas gelas objek yang ditutupi gelas penutup akan terlihat gerakan-gerakan individual spermatozoa. Pada umumnya yang terbaik adalah pergerakan progresif atau gerakan aktif maju ke depan. Gerakan melingkar dan gerakan mundur sering merupakan tanda-tanda cold shock atau media yang tidak isotonic dengan semen. Gerakan berayun atau berputar ditempat sering terlihat pada semen yang tua.

apabila kebanyakan spermatozoa telah berhenti bergerak maka di anggap mati (Toelihere, 1993). 1.4.3. Penilaian Toelihere (1981) menyatakan kualitas semen dapat ditentukan dengan nilai 0 sampai 5 sebagai berikut: 0 : Spermatozoa immotil atau tidak bergerak; 1 : Gerakan berputar di tempat; 2 : Gerakan berayun atau melingkar, kurang dari 50% bergerak progresif dan tidak ada gelombang; 3 : Antara 50% sampai 80% spermatozoa bergerak progresif dan menghasilkan gerakan massa; 4 : Pergerakan progresif yang gesit dan segera membentuk gelombang dengan 90% sperma motil; 5 : Gerakan yang sangat progresif, gelombang yang sangat cepat, menunjukkan 100% motil aktif. 2.5. Penampungan Semen Menurut Partodihardjo (1987) s emen yang digunakan untuk keperluan inseminasi buatan pada umumnya ditampung menggunakan vagina tiruan (VT). Selain dari pada itu dikenal pula cara penampungan dengan jalan mengurut-urut vesicula seminalis dan ampula uretra sapi jantan dengan tangan yang disebut dengan cara massage atau palpasi dalam. Disamping itu dikenal pula cara yang lain yang mempergunakan alat elektroejakulator. 2.6. Pengenceran Semen

Pemeriksaan mengenai motilitas dan konsentrasi spermartozoa, biasanya hanya diperlukan waktu 10 sampai 15 menit. Jika kualitasnya memuaskan, semen segar diencerkan dengan suatu pengencer pada suhu antara 21 sampai 32, ditempatkan dalam bejana berisi air dengan suhu yang sama, kemudian dimasukan dan disimpan dalam lemari es untuk didinginkan perlahan-lahan sampai mencapai suhu 5 dalam waktu 1 sampai 1.5 jam. Semen tersebut dapat langsung dipakai sebagai semen cair ( chilled semen; liquid semen) dalam waktu 3-4 hari atau dapat dibekukan menjadi semen beku (frozen semen) untuk disimpan dalam waktu yang jauh lebih lama (Toelihere, 1981). 2.6.1. Fungsi Pengencer Toelihere (1993 ) menyatakan spermatozoa tidak dapat tahan hidup untuk waktu yang lama kecuali bila ditambahkan berbagai unsur ke dalam semen unsurunsur ini yang membentuk suatu pengencer yang baik, mempunyai fungsi berikut: 1. Menyediakan zat-zat makanan sebagai sumber energi bagi spermatozoa. 2. Melindungi sperma terhadap cold shock; 3. Menyediakan suatu penyanggah untuk mencegah perubahan ph akibat pembentukan asam laktat dari hasil metabolism sperma; 4. Mempertahankan tekanan osmotic dan keseimbangan elektrolit yang sesuai; 5. Mencegah pertumbuhan kuman; dan 6. Memperbanyak volume semen sehingga lebih banyak hewan betina dapat di inseminasikan dengan satu ejakulat. 2.6.2. Syarat Pengencer Menurut Partodiharjo (1987) menyatakan suatu pengencer yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Bahan pengencer hendaknya murah, sederhana dan praktis di buat, tetapi mempunyai daya preservasi yang tinggi. 2. Pengencer harus mengandung unsur-unsur yang hampir sama sifat fisik dan kimianya dengan semen dan tidak boleh mengandung zat-zat yang toksin atau bersifat racun terhadap spermatozoa maupun terhadap saluran kelamin hewan betina. 3. Pengencer harus tetap mempertahankan dan tidak membatasi daya fertilisasi spermatozoa. Pengencer tidak boleh terlampau kental sehingga nmenghalangi pertemuan antara spermatozoa dan ovum dan menghambat fertilisasi. 4. Pengencer harus memberi kemungkinan penilaian spermatozoa sesudah pengenceran. Sebaiknya sesudah pengenceran, pergerakan spermatozoa masih dapat terlihat dengan mudah agar dapat ditentukan nilai semen tersebut. Salisbury dan Vandemark (1985) menyatakan pengencer yang baik harus mempunyai tekanan osmosa isotonis dan dapat mempertahankan tekanan isotonis itu selama penyimpanan, memberikan imbangan unsur mineral yang dibutuhkan untuk kehidupan spermatozoa, menyediakan bahan makanan bagi spermatozoa untuk proses metabolismenya, memiliki lipoprotein atau lesitin untuk melindungi sel spermatozoa terhadap kejutan dingin (cold shock), menyediakan pennyanggah terhadap produksi akhir metabolisme yang bersifat racun terhadap spermatozoa, merupakan sumber bahan reduksi untuk melindungi enzim seluler yang mengandung sulfhydryl dan bebas dari subtansi produk kuman-kuman atau organisme penyakit menular yang berbahaya terhadap spermatozoa, alat-alat reproduksi betina, proses fertilisasi, implantasi, pengembangan ovum yang difertilisasi. 2.7. Sari Wortel

Wortel merupakan salah satu jenis sayuran yang mudah ditemui dan mengandung zat penting yang dibutuhkan oleh sel, diantaranya karbohidrat yang digunakan oleh spermatozoa sebagai subtrat energi, vitamin C dan karoten sebagai senyawa antioksidan, dan berbagai mineral (Parera et al., 2009). Menurut Ahmad (2012) Wortel memiliki klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Divisi: Spermatophyta, Class: Angiospermae, Subkelas: Dicotyledone, Ordo: Umbellales, Family: Umbelliferae /Apiaceae /Ammiaceae, Genus: Daucus, Spesies: Raphanus sativusl. Menurut Astawan (2008) ciri -ciri dan morfologi wortel memiliki daun bergaris-garis, tangkai daun kaku dan tebal dengan permukaan halus, batang pendek dan tidak bercabang, akar tunggang dan serabut, bunga berwarna putih, biji tertutup dan berkeping dengan warna coklat dan umbi berbentuk akar tunngang. Selain vitamin A dan C Wortel tercantum dalam daftar komposisi bahan makanan yang disusun Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. Kandungan gizi wortel dapat dilihat pada Tabel 2.1. dibawah ini. Tabel 2.1. Kandungan Gizi Wortel Per 100 gram Bahan Penyusun Kalori (Kal) Karbohidrat (g) Lemak (g) Protein (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Vitamin A Vitamin B (mg) Vitamin C (mg) Air (g) Bagian Yang dapat dimakan (%) Kandungan Gizi 42,00 9,30 0,30 1,20 39,00 37.00 0.60 12.000 0,08 600 88,20 88,00 Sumber : Direktoral Gizi (Departemen Kesehatan RI, 1979) dalam (Ali dan Rahayu, 1994)