USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK SEPATU MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI CV CANERA MULYA LESTARI CIBADUYUT *

dokumen-dokumen yang mirip
USULAN PERBAIKAN KUALITAS MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA UNTUK MENGURANGI JUMLAH CACAT PRODUK TAHU PADA PERUSAHAANPENGRAJIN TAHU BOGA RASA *

USULAN PERBAIKAN KUALITAS MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA UNTUK MENGURANGI JUMLAH CACAT PRODUK UBIN TERASO PADA PT. UBIN ALPEN *

Jurusan Teknik Industri Itenas No.01 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2015

USULAN PERBAIKAN KUALITAS MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA UNTUK MENGURANGI JUMLAH CACAT PRODUK RING STABIL PADA BENGKEL TEKNIK X *

USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK JAKET DI CV ASP *

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK KERUDUNG INSTAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA (STUDI KASUS DI CV X) *

Usulan Perbaikan Kualitas Menggunakan Metode Six Sigma dengan Mengurangi Jumlah Cacat Produk Sandal Pinewood Eiger S100 Velocity Pada CV.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Six Sigma untuk Mengurangi Jumlah Cacat di Stasiun Kerja Sablon (Studi Kasus: CV. Miracle)

USULAN PERBAIKAN PENINGKATAN KUALITAS PROSES PENGISIAN TABUNG GAS ELPIJI 3 KG MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA * (STUDI KASUS DI PT X)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB 2 LANDASAN TEORI

Analisis Six Sigma Untuk Mengurangi Jumlah Cacat Di Stasiun Kerja Sablon (Studi Kasus: CV. Miracle) *

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat

PENGURANGAN JUMLAH PRODUK CACAT KUE KERING NASTAR KEJU DI PT. BONLI CIPTA SEJAHTERA MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur

MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK MELALUI KONSEP DMAIC PADA SIX SIGMA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah siklus DMAIC telah diterapkan dan diperoleh hasilnya, tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK MILK CUP UNTUK MENGURANGI JUMLAH CACAT MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA *

MINIMASI NG BINTIK PADA PROSES PENGECATAN PART FRONT FENDER 1PA RED MET 7 DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PT. ABC

PENERAPAN KONSEP LEAN SERVICE DAN DMAIC UNTUK MENGURANGI WAKTU TUNGGU PELAYANAN *

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

PENGUKURAN KEMAMPUAN PROSES MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROSES PENCETAKAN PRODUK PAPERBAG (STUDI KASUS PT. X) Abstrak.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X)

ANALISIS KUALITAS PRODUK PUPUK ORGANIK DENGAN METODE SIX SIGMA DAN KAIZEN DI CV. FERTILINDO AGROLESTARI MOJOSARI SKRIPSI

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK KWH METER PRIMA 1110 DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA PADA PERUSAHAAN PT.INTI (PERSERO) *

Bab 2 Landasan Teori

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun

Usulan Perbaikan Untuk Mengurangi Jumlah Cacat pada Produk Sandal Eiger S-101 Lightspeed dengan Menggunakan Metode Six Sigma *

Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Mutu 2.2. Pengertian Pengendalian Mutu 2.3. Konsep dan Tujuan Pengendalian Mutu

3.1 Persiapan Penelitian

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Karakteristik lingkungan dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan

PENINGKATAN KUALITAS SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT. ECCO INDONESIA SIDOARJO

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma...

ANALISIS KUALITAS PRODUK GELAS KACA CROWN DENGAN METODE DMAIC DAN KAIZEN DI PT. SEMESTA RAYA ABADI JAYA, GRESIK SKRIPSI

Bab 3 Metodologi Penelitian

ABSTRACT. Keyword : Quality, Defect Product, Statistical Quality Control, and np Control Chart. Universitas Kristen Maranatha

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Tabel 4.29 Cara Memperkirakan DPMO dan Kapabilitas Sigma Variabel L. Pergelangan.. 90 Tabel 5.1 Kapabilitas Proses produksi Sarung Tangan Golf...

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

MINIMASI PENYEBAB PRODUK CACAT PADA WORKSTATION PRODUCTION DI PT. XYZ DENGAN PENDEKATAN METODE SIX SIGMA

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB I PENDAHULUAN I-1

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan mampu memenuhi keinginan dan kepuasan konsumen. Hal ini. sesuai dengan standar dan spesifikasi yang telah ditetapkan.

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI...

Perbaikan Produktivitas Perusahaan Rokok Melalui Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2773

Tabel I.1 Jumlah Permintaan Produk PT. Nikkatsu Electric Works Tahun (Sumber : Data PT. Nikkatsu Electric Works)

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri - Fakultas Teknik SKRIPSI Semester Ganjil 2005/2006

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BENANG COTTON DENGAN METODE SIX SIGMA

LYDIA ANGGARINI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini dijelaskan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukaan oleh

KUALITAS PRODUK BEDAK TWO-WAY CAKE DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN FMEA PADA PT UNIVERSAL SCIENCE COSMETIC

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...iii. HALAMAN MOTTO.. v. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL xiv. DAFTAR GAMBAR...xv. 1.1 Latar Belakang Masalah.

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE ANALYSIS (FTA) DAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DI PABRIK ROTI BARITON 1

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Prosiding Teknik Industri ISSN:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut :

PENERAPAN ALAT BANTU UNTUK MEMINIMASI PRODUK DEFECT PADA PROSES PRODUKSI RUBBER BELLOW DI PT AGRONESIA (DIVISI INDUSTRI TEKNIK KARET)

PENERAPAN METODE SIX SIGMA DENGAN KONSEP DMAIC SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BUSI MOBIL KIJANG 2000cc

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IMPLEMENTASI KAIZEN DI CV. FERTILINDO AGROLESTARI MOJOSARI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control.

SKRIPSI. Disusun oleh : NAILATIS SHOFIA JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air

BAB I PENDAHULUAN I.1

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN:

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK TEH HIJAU MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

Transkripsi:

Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.04 Vol.02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 2014 USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK SEPATU MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI CV CANERA MULYA LESTARI CIBADUYUT * REZA MAULANA MALIK, AMBAR HARSONO, LISYE FITRIA Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung Email: rezamaulanamalik@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi jumlah cacat yang terjadi di perusahaan sepatu CV. Canera Mulya Lestari. Metode Six Sigma dipakai untuk mencari solusi dan memperbaiki kualitas proses produk agar jumlah produk yang cacat dapat dikurangi. Berdasarkan perhitungan terhadap data produk cacat, diketahui bahwa cacat lem terlihat pada bagian sepatu dan penyemprotan tidak rapih merupakan jenis cacat dengan jumlah tertinggi. Process Decision Program Chart (PDPC) digunakan sebagai alat analisa untuk melakukan identifikasi penyebab cacat dan usulan perbaikan. Berdasarkan analisa, ada 9 tindakan perbaikan yang diusulkan, namun hanya 3 usulan yang dapat diterapkan perusahaan. Setelah dilakukan implementasi, diperoleh kenaikan nilai sigma menjadi 3,474 σ, dari sebelum implementasi sebesar 3,227 σ. Kata kunci: Perbaikan Kualitas, SIX SIGMA, DMAIC, PDPC ABSTRACT This study aims to reduce the number of defects that occur in the shoe company CV. Canera Mulya Lestari. Six Sigma method is used to find solutions and improve the quality of the product so that the number of defective products can be reduced. Based on the calculation of the defective product data, it is known that the glue visible defects on the part of the shoe and spraying is not neat is a type of defect with the highest number. Process Decision Program Chart (PDPC) is used as an analytical tool for identifying the causes of disability and the proposed improvements. Based on the analysis, there are 9 of the proposed corrective actions, but only three proposals that can be applied to the company. The value of sigma before implementation is 3.227 σ and after implementation is 3.474 σ. Keywords: Quality Improvement, SIX SIGMA, DMAIC, PDPC * Makalah ini merupakan ringkasan dari Tugas Akhir yang disusun oleh penulis pertama dengan pembimbingan penulis kedua dan ketiga. Makalah ini merupakan draft awal dan akan disempurnakan oleh para penulis untuk disajikan pada seminar nasional dan/atau jurnal nasional. Reka Integra - 295

Malik, dkk. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian besar masyarakat modern menggunakan alas kaki sebagai kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari untuk melindungi kesehatan kaki khususnya sepatu. Kesesuaian desain dan bentuk sepatu memunculkan citra tersendiri bagi pemakainya. Kualitas sepatu menjadi sangat penting bagi konsumen dalam memilih produk dengan faktor harga yang bersaing. Perusahaan CV Canera Mulya Lestari merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur dalam bidang sepatu. Perusahaan tersebut sering mengalami penurunan kualitas akibat adanya produk cacat yang terjadi selama proses produksi. Untuk itu perusahaan membutuhkan analisis mengenai penyebab terjadinya produk cacat dan pengendalian yang harus dilakukan agar dapat meminimisasi produk cacat pada proses produksi selanjutnya. 1.2 Rumusan Masalah Dalam pemenuhan produksi perusahaan CV Canera Mulya Lestari mengalami penurunan kualitas, akibat adanya produk cacat yang terjadi selama proses produksi. Salah satu masalah tersebut adalah mengenai sistem pengendalian kualitas yang kurang baik, karena sehingga perusahaan CV Canera Mulya Lestari masih mengalami produk cacat dalam proses memproduksinya. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan akan sistem pengendalian kualitas produk dengan menggunakan metode six sigma. Metode Six Sigma adalah suatu visi peningkatan kualitas menuju target 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO) untuk setiap pemakai produk (barang atau jasa). 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah memberikan usulan perbaikan kualitas kepada perusahaan CV Canera Mulya Lestari dalam upaya peningkatan kualitas tahapan six sigma. 1.4 Pembatasan Masalah Pembatasan masalah pada penelitian ini, diantaranya: 1. Produk yang diteliti adalah sepatu kulit pria. 2. Penelitian dilakukan terhadap data periode Januari sampai dengan Desember tahun 2013. 2. STUDI LITERATUR 2.1 Pengendalian Kualitas Pengendalian kualitas adalah suatu bentuk pemeriksaan yang khusus dengan menggunakan metode tertentu yang digunakan untuk menganalisa, mengumpulkan data, pengendalian keputusan dalam proses produksi untuk mencapai kualitas produk berdasarkan spesifikasi yang telah ditentukan (Ishikawa, 1990). 2.2 Six Sgma Six Sigma merupakan metoda sistematis untuk mencapai suatu visi peningkatan kualitas menuju target 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO) untuk setiap pemakai produk (barang atau jasa). Terdapat 5 langkah operasional Six Sigma, yaitu Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control (DMAIC). Dilihat dari sudut pandang statistik istilah Six Sigma berasal dari ukuran statistik, sigma adalah standar deviasi dalam distribusi normal dengan probabilitas ± 6 (enam) dengan efektivitas sebesar 99,9996 %. Dalam Six Sigma hanya terdapat 3,4 kegagalan dalam sejuta kesempatan (Gasperz, 2002). Reka Integra - 296

Usulan Perbaikan Kualitas Produk Sepatu Menggunakan Metode Six Sigma di CV. Canera Mulya lestari Cibaduyut 2.3 Process Decision Program Chart (PDPC) Diagram untuk memetakan rencana kegiatan beserta situasi yang mungkin terjadi sehingga PDPC bukan saja dibuat untuk tujuan pemecahan akhir dari suatu masalah, tetapi juga untuk menanggulangi kejutan risiko yang mungkin terjadi (Mitra, 1989). PDPC digunakan untuk merencanakan skenario, jika pada situasi tertentu terjadi masalah. Contoh simbol-simbol yang umum digunakan untuk membuat PDPC dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Simbol-Simbol Process Decision Program Chart (PDPC) 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perumusan Masalah Dalam pemenuhan produksi perusahaan CV Canera Mulya Lestari masih terdapat beberapa kendala yang dapat menghambat perkembangan perusahaan secara keseluruhan. Salah satu masalah tersebut adalah mengenai sistem pengendalian kualitas yang kurang baik, karena perusahaan masih mengalami produk cacat dalam proses memproduksinya. Perusahaan menginginkan adanya peningkatan kualitas pada proses produksi, karena perusahaan menyadari bahwa cacat tidak dapat dihilangkan tetapi dapat diminimasi. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan akan sistem pengendalian kualitas produk dengan menggunakan implementasi six sigma. 3.2 Studi Literatur Studi literatur digunakan sebagai dasar teori pendukung yang akan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dalam penelitian. Studi literatur ini berisi tentang teori yang berhubungan dengan sistem pengendalian kualitas dengan metode Six Sigma. 3.3 Metode Pemecahan Masalah Metode Six Sigma dapat membantu pihak perusahaan dalam meningkatkan kualitas produknya. Penerapan metode Six Sigma dilakukan dengan tahapan Define, Measure, Analyze, Improve, Control (DMAIC) yang merupakan langkah dasar Six Sigma. 3.4 Pengumpulan Dan Pengolahan Data Pengumpulan dan pengolahan data merupakan proses mengumpulkan data yang dibutuhkan sebagai input dalam melakukan perhitungan pada penelitian. 3.4.1 Define Pada tahap define dilakukan identifikasi proses produksi dan jenis cacat. Di tahap ini dilakukan pengolahan data jumlah cacat dan perhitungan dari presentase jumlah cacat. Selain itu dapat ditentukan penentuan Critical to Quality (CTQ). Penentuan CTQ dilakukan berdasarkan proses yang dapat menyebabkan cacat atau mempunyai potensi untuk Reka Integra - 297

Malik, dkk. menimbulkan cacat produk. 3.4.2 Measure Tahap pengukuran adalah tahap kedua dalam metode peningkatan kualitas Six Sigma. Pada tahap ini dilakukan pengukuran performansi perusahaan dengan menghitung nilai DPMO dan Sigma Level dan penentuan target dan pengaruh dari proses perbaikan. Perhitungan Defect per Million Opportunities (DPMO) dan Sigma Level dilakukan untuk mengukur kinerja perusahaan pada saat ini, yaitu pada stasiun kerja yang menyebabkan ketidaksesuaian produk. Perhitungan DPMO dan nilai Sigma dilakukan berdasarkan penentuan CTQ. 3.4.3 Analyze Tahap analisis adalah tahap ketiga dalam metode peningkatan kualitas Six Sigma. Pada tahap ini akan dilakukan analisis terhadap penyebab akar masalah. Salah satu tool yang dapat digunakan dalam menentukan penyebab dan akar masalah adalah dengan menggunakan Process Decision Program Chart (PDPC) yang terdapat dalam New Seven Tools. 3.4.4 Improve Tahap perbaikan adalah tahap keempat dalam metode peningkatan kualitas Six Sigma. Pada tahap ini akan dilakukan identifikasi usulan pengambilan tindakan perbaikan, implementasi perbaikan, perhitungan DPMO dan Sigma Level setelah implementasi, dan menganalisis hasil perbaikan. 3.4.5 Control Tahap pengendalian bertujuan untuk memastikan bahwa hasil perbaikan yang telah diimplementasikan akan tetap bertahan dan tidak akan kembali ke kondisi awal sebelum perbaikan. Salah satu tool yang dapat digunakan dalam tahap control adalah check sheet yang terdapat dalam metode seven tools. 3.5 ANALISIS Pada tahapan ini adalah tahap setelah penerapan langkah-langkah Six Sigma, yaitu Define- Measure-Analyze-Improve-Control (DMAIC), maka dilakukan analisis terhadap hasil implementasi metode Six Sigma yang telah diperoleh. 3.6 Kesimpulan Dan Saran Pada tahap ini didapat kesimpulan berdasarkan hasil implementasi yang telah diperoleh dari keseluruhan penelitian di CV. Canera Mulya Lestari beserta saran yang berguna bagi CV. Canera Mulya Lestari sebagai masukan dan bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut dan demi perkembangan serta kemajuan perusahaan. 4. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tahapan Six Sigma Dalam metode Six Sigma terdapat 5 tahapan yang digunakan, yaitu tahap Define, Measure, Anlalyze, Improve, dan Control. Penggunaan kelima tahap ini dijelaskan pada penjelasan dibawah ini. 4.1.1 Tahap Define Pada tahap define dilakukan identifikasi proses produksi dan jenis cacat. Terdapat 9 Critical to Quality (CTQ) yang ditentukan berdasarkan jenis cacat, yaitu shading, wrinkle, scratched, Reka Integra - 298

Presentase Cacat (%) Usulan Perbaikan Kualitas Produk Sepatu Menggunakan Metode Six Sigma di CV. Canera Mulya lestari Cibaduyut lem terlihat pada bagian sepatu, pengeleman sol, label tidak terpasang, salah ukuran, label cacat dan penyemprotan tidak rapih. 4.1.1.1 Data Jumlah Cacat Data jumlah cacat dari masing-masing jenis cacat dari pembuatan produk sepatu kulit pada bulan Januari-Desember 2013 yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data Jumlah Cacat (Januari-Desember 2013) No Bulan Jumlah Jenis Cacat Jumlah Produk Jumlah Produk Produksi Lem terlihat pada Pengeleman Label tidak Penyemprotan Persentase Cacat (%) Shading Wrinkle Scratched Salah ukuran Label Cacat yang Cacat yang Baik (unit) bagian sepatu tidak merata terpasang Tidak Rapih 1 Januari 2013 220 10 7 8 20 9 10 9 8 9 90 130 9.22 2 Februari 2013 210 8 5 6 15 7 8 8 8 8 73 137 7.48 3 Maret 2013 230 9 3 7 14 8 6 9 7 7 70 160 7.17 4 April 2013 200 8 5 7 15 8 5 9 9 3 69 131 7.07 5 Mei 2013 220 7 6 6 17 9 6 9 7 8 75 145 7.68 6 Juni 2013 190 6 4 8 18 8 7 10 6 9 76 114 7.79 7 Juli 2013 240 9 5 9 19 8 8 12 7 11 88 152 9.02 8 Agustus 2013 235 10 6 11 17 8 7 7 8 12 86 149 8.81 9 September 2013 220 8 7 12 21 9 9 8 6 16 96 124 9.84 10 Oktober 2013 210 8 8 8 20 10 6 5 7 9 81 129 8.30 11 November 2013 200 9 5 9 15 7 7 7 8 10 77 123 7.89 12 Desember 2013 195 9 5 14 20 6 8 9 9 15 95 100 9.73 TOTAL 2570 101 66 105 211 97 87 102 90 117 976 1594 100.00 4.1.1.2 Persentase Jenis Cacat Dari hasil pendataan jenis cacat, maka dapat dilakukan perhitungan persentase kumulatif untuk 9 jenis cacat yang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Persentase Cacat Kumulatif (Januari-Desember 2013) No Jenis Cacat Jumlah Cacat (unit) Presentase Cacat (%) Kumulatif 1 Lem terlihat pada bagian sepatu 211 21.619 21.619 2 Penyemprotan Tidak Rapih 117 11.988 33.607 3 Scratched 105 10.758 44.365 4 Salah ukuran 102 10.451 54.816 5 Shading 101 10.348 65.164 6 Pengeleman tidak merata 97 9.939 75.102 7 Label Cacat 90 9.221 84.324 8 Label tidak terpasang 87 8.914 93.238 9 Wrinkle 66 6.762 100.000 Total 976 100.000 Berdasarkan tabel pendataan jenis cacat dan perhitungan persentase kumulatif jenis cacat, maka dapat dibuat grafik 9 jenis cacat yang dapat dilihat pada Gambar 2. 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 0.000 Presentase Jumlah Cacat terhadap Jenis Cacat Gambar 2. Grafik Jenis Cacat Reka Integra - 299

Malik, dkk. Berdasarkan perhitungan persentase cacat dan grafik yang telah dibuat, dapat ditentukan 2 jenis cacat yang paling kritis dengan persentase paling besar yaitu jenis cacat lem terlihat pada bagian sepatu dan penyemprotan tidak rapih. Jenis cacat lem terlihat pada bagian sepatu diakibatkan karena operator terlalu banyak menggunakan lem dan lalai dalam membersihkan lem yang sudah dioleskan kepada sepatu. Sedangkan jenis cacat penyemprotan tidak rapih diakibatkan karena pada proses finishing yaitu pada saat penyemprotan cat, cat yang disemprotkan tidak merata dan tidak rapih. 4.1.2 Measure Tahap measure dilakukan dengan menghitung nilai DPMO serta nilai sigma berdasarkan jumlah cacat tiap periode dan jumlah cacat total selama 12 periode. Perhitungan DPMO dan nilai Sigma dilakukan berdasarkan penentuan CTQ. 4.1.2.1 Perhitungan DPMO dan Nilai Sigma Hasil perhitungan DPMO dan nilai sigma tiap periode dapat dilihat pada Tabel 3. No Tabel 3. Perhitungan Nilai DPMO dan Nilai Sigma Untuk Setiap Periode Bulan/Periode Jumlah Produksi Jumlah Produk Cacat CTQ Potensial DPO Rata-rata DPMO 1 Januari 2013 220 90 9 0.04545 45454.55 3.191 2 Februari 2013 210 73 9 0.03862 38624.34 3.267 3 Maret 2013 230 70 9 0.03382 33816.43 3.327 4 April 2013 200 69 9 0.03833 38333.33 3.270 5 Mei 2013 220 75 9 0.03788 37878.79 3.276 6 Juni 2013 190 76 9 0.04444 44444.44 3.201 42350.45 7 Juli 2013 240 88 9 0.04074 40740.74 3.242 8 Agustus 2013 235 86 9 0.04066 40661.94 3.243 9 September 2013 220 96 9 0.04848 48484.85 3.160 10 Oktober 2013 210 81 9 0.04286 42857.14 3.218 11 November 2013 200 77 9 0.04278 42777.78 3.219 12 Desember 2013 195 95 9 0.05413 54131.05 3.106 Rata-rata Pemeriksaan 42350.45 3.227 DPMO Nilai Sigma Rata-rata Sigma 3.227 4.1.3 Analyze Pada tahap analyze dilakukan analisa dan penentuan akar permasalahan dari suatu cacat atau kegagalan. Analisis dilakukan terhadap 2 jenis cacat yang paling kritis dengan persentase paling besar yaitu jenis cacat lem terlihat pada bagian sepatu dan penyemprotan tidak rapih. Identifikasi faktor penyebab cacat dilakukan dengan cara mengamati langsung proses produksi dan melakukan wawancara secara langsung dengan pemilik perusahaan dan operator di bagian produksi. Identifikasi penyebab cacat dijabarkan menggunakan Process Decision Program Chart (PDPC). PDPC digunakan untuk mengetahui akar permasalahan yang sedang dihadapi oleh perusahaan dan memberikan solusi terhadap masalah kualitas produk. Berikut ini Process Decision Program Chart (PDPC) terhadap faktor penyebab cacat produk pada lem terlihat pada bagian sepatu dan penyemprotan tidak rapih dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4. Usulan perbaikan berdasarkan Process Decision Program Chart (PDPC) terdapat dua jenis cacat yaitu lem terlihat pada sepatu dan penyemprotan tidak rapih. Usulan tindakan perbaikan cacat lem terlihat pada sepatu dan usulan tindakan perbaikan cacat penyemprotan tidak rapih dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan 4.5. Reka Integra - 300

Usulan Perbaikan Kualitas Produk Sepatu Menggunakan Metode Six Sigma di CV. Canera Mulya lestari Cibaduyut Lem terlihat pada bagian sepatu Kelebihan Lem Lem bersih Lem kotor Metode Kerja Lingkungan Alat Operator Lingkungan yang kotor Lingkungan yang tidak rapih Cara pengambilan lem Tidak ada pemeriksaan setelah pengeleman Keadaan operator yang kotor Membersihkan Lingkungan dan dan menata lingkungan kerja Memakai alat berupa kuas untuk pengambilan lem Menggunakan alat berupa kuas untuk pengambilan lem agar lebih teratur dalam pengambilan lem Melakukan pemeriksaan atau inspeksi Melakukan pemeriksaan setelah penjahitan berlangsung Memakai alat yaitu sarung tangan Menggunakan alat yaitu sarung tangan agar tangan operator tidak kotor dan terkena langsung dengan lem Memakai lap Menggunakan lap pada saat setelah pengeleman berlangsung agar membersihkan operator dari lem Membersihkan lingkungan sebelum melakukan pekerjaan dan sesudah melakukan pekerjaan dan juga menata lingkungan kerja X O O X Gambar 3. Process Decision Program Chart (PDPC) Lem Terlihat Pada Bagian Sepatu Penyemprotan tidak rapih O Operator Alat Kurang konsentrasi Kurangnya pemeliharaan alat Lingkungan Alat bantu Melakukan pengecekan alat Bau-bauan dari cat Kursi tempat duduk Alat penyangga sepatu Menggunakan penutup mulut atau masker Menggunakan kursi yang lebih nyaman Menggunakan alat penyangga sepatu yang dapat berputar untuk penyimpanan sepatu Melakukan pengecekan dan pembersihan alat setelah melakukan pemakaian agar alat dalam keadaan baik pada saat digunakan O Menggunakan masker untuk mengurangi terjadinya kontak langsung dengan bau-bauan dari cat Menggunakan kursi yang lebih nyaman untuk operator Menggunakan alat penyangga sepatu yang dapat berputar untuk penyimpanan sepatu agar pada saat penyemprotan tidak perlu dipegang dengan tangan O X X Gambar 4. Process Decision Program Chart (PDPC) Penyemprotan Tidak Rapih Reka Integra - 301

Malik, dkk. Tabel 4. Usulan Tindakan Perbaikan Jenis Cacat Lem Terlihat Pada Sepatu No Faktor Penyebab Usulan X / O Keterangan 1 Alat Cara Menggunakan alat O Dapat diterapkan karena Pengambilan untuk pengambilan perusahaan menyetujui Lem lem agar lebih teratur menggunakan alat untuk lebih dalam pengambilan teratur dalam pengambilan lem lem 2 Operator Tidak ada Melakukan O Dapat diterapkan karena pemeriksaan pemeriksaan setelah perusahaan menyetujui agar lebih setelah penjahitan mudah membersihkan lem dan pengeleman berlangsung tidak hanya tergantung pada proses pemeriksaan terakhir Keadaan operator yang kotor 3 Lingkungan Lingkungan yang kotor dan tidak rapih Menggunakan sarung X Tidak dapat diterapkan karena tangan menurut perusahaan menggunakan sarung tangan tidaklah efektif. Memakai lap X Tidak dapat diterapkan karena karena implementasi telah dilakukan akan tetapi perusahaan menyetujui usulan. Membersihkan lingkungan dan juga menata lingkungan kerja X Tidak dapat diterapkan karena perusahaan telah melakukan pembersihan lingkungan dan penataan lingkungan tidak dapat dilakukan karena perusahaan tidak menyetujuinya. Tabel 5. Usulan Tindakan Perbaikan Jenis Cacat Penyemprotan Tidak Rapih No Faktor Penyebab Usulan X / O Keterangan 1 Lingkungan Bau-bauan dari Menggunakan masker O Dapat diterapkan karena cat untuk mengurangi perusahaan menyetujui terjadinya kontak menggunakan masker untuk langsung dengan baubauan melindungi operator dalam dari cat melakukan proses pengecetan. 2 Alat Bantu Tempat duduk Menggunakan kursi X Tidak dapat diterapkan yang tidak yang lebih nyaman karena perusahaan tidak nyaman untuk operator menyetujui dan juga keadaan lingkungan tempat kerja yang sudah disesuaikan oleh perusahaan. 3 Alat Bantu Tidak menggunakan alat penyangga sepatu 4 Alat Kurang pemeliharaan alat Menggunakan alat penyangga sepatu yang bisa berputar Melakukan pengecekan alat Keterangan: O = Praktis atau dapat dilakukan implementasi X = Tidak praktis atau tidak dapat dilakukan implementasi X Tidak dapat diterapkan karena perusahaan tidak menyetujui akan adanya biaya tambahan untuk membeli atau membuat alat tersebut. X Tidak dapat diterapkan karena implementasi telah dilakukan akan tetapi perusahaan menyetujui agar alat dalam keadaan baik pada saat digunakan. Reka Integra - 302

Usulan Perbaikan Kualitas Produk Sepatu Menggunakan Metode Six Sigma di CV. Canera Mulya lestari Cibaduyut 4.1.4 Improve Tahap improve dilakukan untuk mencari usulan dari akar permasalahan yang ada berdasarkan Process Decision Program Chart (PDPC) pada kedua jenis cacat tersebut. Usulan yang paling mungkin dan diterima oleh pihak perusahaan akan diimplementasikan sehingga menghasilkan kinerja proses dan hasil yang lebih baik. 4.1.4.1 Implementasi Usulan Tindakan Perbaikan Jenis Cacat Dengan melihat kondisi perusahaan dan atas persetujuan perusahaan, maka usulan tindakan perbaikan yang dapat diterapkan pada CV. Canera Mulya Lestari adalah: 1. Penyediaan alat berupa kuas untuk pengambilan lem 2. Pengadaan pemeriksaan setelah pengeleman berlangsung. 3. Penyediaan masker untuk perlindungan operator. 4.1.4.2 DPMO dan Sigma Level Setelah Implementasi Data pengecekan kualitas selama 2 minggu setelah implementasi dilakukan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Data Pengecekan Kualitas Setelah Implementasi No Periode pemeriksaan Jumlah Produksi (unit) Shading Wrinkle Scratched Lem terlihat pada bagian sepatu Jenis Cacat Label Pengeleman tidak tidak merata terpasan g Hasil perhitungan DPMO dan sigma level setelah implementasi selama 2 minggu dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Perhitungan DPMO dan Nilai Sigma Setelah Implementasi Salah ukuran Label Cacat Penyemprotan Tidak Rapih Jumlah Produk yang Cacat Jumlah Produk yang Baik Persentase Cacat (%) 1 2 Juli 2014 10 1 0 1 1 1 0 0 0 1 5 5 16.13 2 3 Juli 2014 11 1 1 1 0 1 0 1 0 1 6 5 19.35 3 4 Juli 2014 10 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 9 3.23 4 5 Juli 2014 10 1 0 1 0 0 1 0 0 0 3 7 9.68 5 6 Juli 2014 6 7 Juli 2014 10 0 1 1 0 0 0 0 0 0 2 8 6.45 7 8 Juli 2014 10 2 2 1 0 0 0 0 0 0 5 5 16.13 8 9 Juli 2014 12 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 11 3.23 9 10 Juli 2014 11 1 0 1 0 0 0 0 0 1 3 8 9.68 10 11 Juli 2014 12 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 11 3.23 11 12 Juli 2014 10 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 9 3.23 12 13 Juli 2014 13 14 Juli 2014 10 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 9 3.23 14 15 Juli 2014 10 0 1 1 0 0 0 0 0 0 2 8 6.45 TOTAL 126 8 6 7 1 2 1 1 2 3 31 78 Reka Integra - 303

Malik, dkk. No Periode pemeriksaan Jumlah Produksi Jumlah Produk Cacat CTQ Potensial 1 2 Juli 2014 10 5 9 0.05556 55555.56 3.093 2 3 Juli 2014 11 6 9 0.06061 60606.06 3.050 3 4 Juli 2014 10 1 9 0.01111 11111.11 3.787 4 5 Juli 2014 10 3 9 0.03333 33333.33 3.334 5 6 Juli 2014 6 7 Juli 2014 10 2 9 0.02222 22222.22 3.510 7 8 Juli 2014 10 5 9 0.05556 55555.56 3.093 8 9 Juli 2014 12 1 9 0.00926 9259.26 29831.65 3.855 3.474 9 10 Juli 2014 11 3 9 0.03030 30303.03 3.376 10 11 Juli 2014 12 1 9 0.00926 9259.26 3.855 11 12 Juli 2014 10 1 9 0.01111 11111.11 3.787 12 13 Juli 2014 13 14 Juli 2014 10 1 9 0.01111 11111.11 3.787 14 15 Juli 2014 10 2 9 0.02222 22222.22 3.510 Rata-rata Pemeriksaan 29831.65 3.474 Hasil persentase untuk 9 jenis cacat setelah implementasi dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Persentase Cacat Kumulatif Setelah Implementasi No Jenis Cacat Jumlah Cacat (unit) Presentase Cacat (%) Kumulatif 1 Shading 8 25.806 25.806 2 Scratched 7 22.581 48.387 3 Wrinkle 6 19.355 67.742 4 Penyemprotan Tidak Rapih 3 9.677 77.419 5 Label Cacat 2 6.452 83.871 6 Pengeleman tidak merata 2 6.452 90.323 Lem terlihat 7 pada bagian 1 3.226 93.548 sepatu 8 Label tidak terpasang 1 3.226 96.774 9 Salah ukuran 1 3.226 100.000 Total 31 100.000 Setelah dilakukan perhitungan, maka dapat dibandingkan nilai DPMO dan nilai sigma sebelum dan sesudah implementasi yang dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil Perbandingan Nilai DPMO Dan Nilai Sigma IMPLEMENTASI SEBELUM SESUDAH DPMO NILAI SIGMA DPMO NILAI SIGMA 42350.45 3.226767515 29831.65 3.474 4.1.5 Control Tahap control atau tahap pengendalian merupakan tahap terakhir dalam peningkatan kualitas Six Sigma. Sasaran utama dalam tahap pengendalian adalah mengendalikan proses yang ada agar masalah yang timbul pada proses lama tidak terulang kembali. Tahap pengendalian yang dilakukan hanya berupa usulan untuk diimplementasikan oleh perusahaan. Kegiatan pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan DPO DPMO Rata-rata DPMO Nilai Sigma Rata-rata Sigma Reka Integra - 304

Usulan Perbaikan Kualitas Produk Sepatu Menggunakan Metode Six Sigma di CV. Canera Mulya lestari Cibaduyut monitoring dengan menggunakan lembar pengecekan (check sheet) dengan meninjau pada proses pemeriksaan. Berikut ini contoh check shee terdapat pada Gambar 5. CV. CANERA MULYA LESTARI CHECK SHEET Tanggal Pemeriksaan : Waktu Pemeriksaan : Produk ke 1 2 3 4 5... Total Kerapihan Kebersihan Rapih Tidak Rapih Bersih Tidak Bersih Gambar 5. Contoh Check Sheet 5. ANALISIS 5.1 Analisis Tahap Define Berdasarkan hasil perhitungan persentase cacat yang telah dibuat, terdapat 9 jenis cacat yaitu shading, wrinkle, scratched, lem terlihat pada bagian sepatu, pengeleman sol, label tidak terpasang, salah ukuran, label cacat dan penyemprotan tidak rapih. Dari hasil perhitungan 9 jenis cacat didapatkan 2 jenis cacat tertinggi yaitu lem terlihat pada bagian sepatu dan penyemprotan tidak rapih. Hasil presentase cacat yang didapat untuk lem terlihat pada bagian sepatu adalah 21,619%, sedangkan penyemprotan tidak rapih adalah 11.988%. 5.2 Analisis Tahap Measure Dari hasil perhitungan nilai DPMO secara keseluruhan selama 12 periode didapatkan hasil yaitu 42350,45 yang artinya terdapat 42350,45 kegagalan per sejuta kesempatan. Berdasarkan nilai sigma selama 12 periode didapatkan nilai 3,227σ yang artinya perusahaan belum menerapkan pengendalian kualitas dengan baik karena masih jauh dari target 6σ. 5.3 Analisis Tahap Analyze Pada analisis tahap analyze dilakukan analisis hasil identifikasi penyebab jenis cacat lem terlihat pada bagian sepatu dan penyemprotan tidak rapih. 5.3.1 Analisis Hasil Identifikasi Penyebab Cacat Lem Terjadinya cacat lem terlihat pada bagian sepatu disebabkan oleh terlalu banyaknya penggunaan lem, mengakibatkan lem terlihat pada sepatu dan membuat sepatu menjadi kotor karena lem tersebut. Jenis cacat tersebut dikategorikan menjadi dua jenis yaitu cacat akibat dari lem bersih dan akibat dari lem kotor. Cacat akibat lem bersih disebabkan oleh operator mengambil lem dengan jumlah berlebihan, karena itu diperlukan alat untuk mempermudah operator mengambil lem sesuai jumlah yang dibutuhkan. Selain itu cacat terjadi karena kurangnya pemeriksaan setelah proses penjahitan, sehingga perlu ditambahkan proses pemeriksaan agar jenis cacat berkurang ini dan tidak hanya satu kali pemeriksaan pada saat setelah digabungkan. Cacat akibat lem kotor dikarenakan tangan operator tidak bersih atau terkena lem, sehingga diusulkan menggunakan sarung tangan agar pada saat pengambilan lem tidak terkena sisa-sisa lem dan juga menggunakan lap untuk membersihkan diri dari lem yang terkena pada operator. Lingkungan yang kotor menyebabkan lem mudah terkontaminasi oleh pasir, sehingga sisa lem tersebut sedikit sulit untuk dibersihkan dan mengakibatkan produk cacat. Lingkungan yang tidak tertata dengan Reka Integra - 305

Malik, dkk. rapih mengakibatkan kecerobohan operator dalam melakukan pemeriksaan untuk setiap sepatu yang akan diperiksa. Maka dari itu perlu dilakukan pembersihan lingkungan kerja pada saat sebelum bekerja, sedang bekerja dan setelah bekerja. 5.3.2 Analisis Hasil Identifikasi Penyebab Cacat Penyemprotan Jenis cacat penyemprotan tidak rapih diakibatkan kurangnya kosentrasi operator, karena bau-bauan yang berasal dari cat pada saat penyemprotan berlangsung. Hal tersebut terjadi karena operator tidak menggunakan masker pada saat melakukan proses penyemprotan. Karena itu diusulkan agar operator mengenakan masker pada waktu bekerja. Selain itu kursi pasa setasiun kerja penyemprotan terlihat tidak nyaman digunakan oleh operator, sehingga diusulkan untuk mengganti dengan kursi yang standar agar operator dapat bekerja dengan lebih nyaman. Saat ini sepatu yang akan disemprot hanya dipegang dengan tangan yang menambah kemungkinan cacat karena cara memegang dengan tidak benar, sehingga diusulkan menggunakan meja putar agar sepatu dapat dikendalikan dengan sesuai keinginan operator. Penyebab ccat lainnya adalah kurangnya pemeliharaan alat semprot, yang dapat mengakibatkan keadaan alat tidak berfungsi secara optimal. Maka dari itu dibutuhkanlah pengecekan alat atau pemeliharaan alat secara berkala untuk menjaga kondisi alat tersebut. 5.4 ANALISIS TAHAP IMPROVE Usulan perbaikan pada cacat lem terlihat pada bagian sepatu yaitu digunakannya alat berupa kuas untuk mempermudah operator dalam bekerja, melakukan pemeriksaan setelah pengeleman berlangsung, agar lebih mudah dibersihkan. Usulan perbaikan pada cacat penyemprotan adalah menggunakan masker untuk mengurangi terjadinya kontak langsung dengan bau-bauan dari cat, agar konsentrasi operator tidak terganggu oleh bau-bauan dari cat. 5.5 Analisis Tahap Control Kegiatan pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan monitoring menggunakan check sheet dengan tujuan untuk merekap banyaknya cacat yang terjadi proses pemeriksaan. Pengisian check sheet dilakukan setiap hari guna mengetahui perubahan apa yang terjadi selama proses kontrol dilakukan. 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Usulan tindakan perbaikan yang diberikan kepada CV. Canera Mulya lestari adalah menggunakan alat untuk pengambilan lem, melakukan pemeriksaan setelah pengeleman berlangsung, membersihkan lingkungan dan juga menata lingkungan kerja, menggunakan masker, menggunakan kursi yang lebih nyaman untuk operator dan menggunakan alat penyangga sepatu yang bisa berputar. 2. Nilai DPMO mengalami penurunan sebesar 12518,80 dan nilai sigma mengalami peningkatan sebesar 0,247σ. Dengan meningkatnya nilai sigma dari 3,22σ menjadi 3,474σ dan berkurangnya jumlah cacat per sejuta kesempatan, menandakan bahwa implementasi yang dilakukan dapat dikatakan berhasil karena mampu meningkatkan performansi perusahaan. 6.2 Saran Perlu diadakannya display untuk mengingatkan standar bersih atau rapih dari sebuah sepatu. Dengan display standarisasi dari perusahaan dapat mempermudah operator untuk mengetahui standar yang ditentukan. Reka Integra - 306

Usulan Perbaikan Kualitas Produk Sepatu Menggunakan Metode Six Sigma di CV. Canera Mulya lestari Cibaduyut REFERENSI Gaspersz, Vincent. (2002). Pedoman Implementasi Program Six Sigma, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama. Ishikawa, Kaoru. (1989). Introduction to Quality Control. Jepang: Juse Press Ltd. Mitra, Amitava. (1989). Introduction of Quality Control and Improvement, 2 nd Edition, Mitra, Amitava. New Jersey: Auburn University. Reka Integra - 307