BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

dokumen-dokumen yang mirip
Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan wawancara dan observasi. awal, yaitu pembelajaran yang berlangsung secara alamiah, kemudian dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. 1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. pelaksanaan pembelajaran dapat digunakan dengan revisi kecil.

BAB VI PENUTUP. 1. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Barisan dan Deret dengan. penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assited

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

ISSN Heri Sutarno Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI

BAB V PEMBAHASAN. A. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Teknik Bertukar Pasangan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN 1 Madajaya kelas IV

MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap. pembelajaran menuntut seorang guru melakukan inovasi-inovasi dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

Kata Kunci: Hasil Belajar, kesebangunan, simetri.

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII,

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. pengamat maupun dari peneliti sendiri berdasarkan fokus penelitian

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW

Suherman Guru Fisika SMA Negeri 1 Stabat dan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PKN MELALUI GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I WONOREJO KABUPATEN TRENGGALEK SEMESTER II TAHUN 2012/2013

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 15 Bandar lampung pada kelas X 2

BAB I PENDAHULUAN. biologi di sekolah. Oleh karena itu, para guru harus berusaha untuk memiliki

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 1, Tahun 2012 Yolanda Dian Nur Megawati & Annisa Ratna Sari Halaman

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Pardasuka Kabupaten Pringsewu semester

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum dilaksanakan proses pembelajaran siklus I, melalui pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad 21 ini, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam pembelajaran matematika. Matematika adalah ilmu

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

Model pembelajaran matematika di sd

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga siswa dapat berhasil dengan baik dalam belajarnya.

*

BAB I PENDAHULUAN. dengan tanggung jawab, sehigga kebebasan yang bertanggung jawab.

PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN MODEL STAD

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan pondasi bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang

Tiamsa Napitupulu Guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan

aspek saja, tetapi terjadi secara menyuluruh yang meliputi aspek kognitif, afektif,

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas dan keberhasilan suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas pendidikannya. Hal mendasar yang perlu

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Isak Ritonga Guru Mata Pelajaran Matematika SMP Negeri 4 Medan Surel :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. siswa dan interaksi antara keduanya, serta didukung oleh berbagai unsurunsur

Pembelajaran Kooperatif TAI dan Game Puzzle dalam Meningkatkan Motivasi Belajar dan Pemahaman Konsep Matematika

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA

Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning. NO Indikator Keterangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada

BAB II KAJIAN TEORI. melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami

BAB II LANDASAN TEORI. bagaimana pengetahuan disusun dalam diri manusia. Unsur-unsur konstruktivisme

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS ESKPLANASI SISWA KELAS XI SMA SWASTA BUDISATRYA MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan temuan penelitian dan pembahasan yang

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER TERMODIFIKASI DAN THINK-PAIR-SHARE

BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kelas dapat diketahui bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Universitas Sebelas Maret Surakarta. *Korespondensi, telp: , ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan secara rinci mengenai hasil penelitian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU No.20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB II KAJIAN TEORI. belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S 1. Diajukan Oleh: TUMIYATUN A.54A100051

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 10 Bandar Lampung pada kelas X 1

Fansuri Abdurrahim

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF DISERTAI METODE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DALAM MENINGKATKAN PERAN SERTA SISWA

Transkripsi:

72 A. Deskripsi Data 1. Aktivitas Siswa BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Aktivitas Siswa Siklus I Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada siklus I berlangsung dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Prosentase Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I No Jenis Aktivitas Prosentase (%) Kategori 1 Membaca 37,5 Rendah 2 Mencatat 33,59 Rendah 3 Bertanya 40,63 Sedang 4 Menjawab 35,15 Rendah 5 Presentasi 39,06 Rendah 6 Mendengar 42,19 Sedang 7 Partisipasi 38,28 Rendah 8 Antusiasme 40,63 Sedang Rata-rata 38,37 Rendah Gambar 4.1 Grafik Prosentase Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I

73 Aktivitas belajar siswa selama mengikuti pembelajaran pada siklus I ini, berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa aktivitas belajar siswa seperti membaca, mencatat, menjawab, presentasi, dan partisipasi masih dalam kategori rendah. Sementara untuk bertanya, mendengar, dan antusiasme sudah dalam kategori sedang. Secara umum aktivitas belajar siswa pada siklus I ini termasuk rendah. b. Aktivitas Siswa Siklus II Hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada siklus II berlangsung dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.2 Prosentase Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus II No Jenis Aktivitas Prosentase (%) Kategori 1 Membaca 59,38 Sedang 2 Mencatat 55,47 Sedang 3 Bertanya 57,81 Sedang 4 Menjawab 57,03 Sedang 5 Presentasi 62,5 Tinggi 6 Mendengar 66,84 Tinggi 7 Partisipasi 58,59 Sedang 8 Antusiasme 56,25 Sedang Rata-rata 59,23 Sedang Gambar 4.2 Grafik Prosentase Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus II

74 Tabel 4.3 Perkembangan Aktivitas Belajar Siswa dari Siklus I ke Siklus II No Jenis Aktivitas Peningkatan (%) 1. Membaca 21,88 2. Mencatat 21,88 3. Bertanya 17,18 4. Menjawab 21,88 5. Presentasi 23,44 6. Mendengar 24,65 7. Partisipasi 20,31 8. Antusiasme 15,62 Rata-rata 20,86 Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat terlihat bahwa rata-rata aktivitas belajar siswa pada pembelajaran siklus II ini adalah sebesar 59,23% dan termasuk dalam kategori sedang. Aktivitas belajar siswa selama mengikuti pembelajaran pada siklus II ini berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat terjadi peningkatan pada semua jenis aktivitas dibandingkan pada pembelajaran siklus I. Rata-rata peningkatan aktivitas siswa adalah sebesar 20,86% dan perlu untuk ditingkatkan kembali. c. Aktivitas Siswa Siklus III Hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada siklus III berlangsung dapat dilihat pada tabel 4.4.

75 Tabel 4.4 Prosentase Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus III No Jenis Aktivitas Prosentase (%) Kategori 1 Membaca 75 Tinggi 2 Mencatat 77,34 Tinggi 3 Bertanya 77,34 Tinggi 4 Menjawab 78,91 Tinggi 5 Presentasi 77,34 Tinggi 6 Mendengar 75,78 Tinggi 7 Partisipasi 78,13 Tinggi 8 Antusiasme 81,25 Sangat tinggi Rata-rata 77,64 Tinggi Gambar 4.3 Grafik Prosentase Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus III Tabel 4.5 Perkembangan Aktivitas Belajar Siswa dari Siklus II ke Siklus III No Jenis Aktivitas Peningkatan (%) 1. Membaca 15,62 2. Mencatat 21,87 3. Bertanya 19,53 4. Menjawab 21,88 5. Presentasi 14,84 6. Mendengar 8,94 7. Partisipasi 19,54 8. Antusiasme 25 Rata-rata 18,40 Berdasarkan tabel 4.5 di atas, dapat terlihat bahwa rata-rata aktivitas belajar siswa pada pembelajaran siklus III ini adalah sebesar 77,64% dan termasuk dalam kategori tinggi. Aktivitas belajar siswa selama mengikuti

76 pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada siklus III ini berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat terjadi peningkatan pada semua jenis aktivitas dibandingkan pada pembelajaran siklus II. Rata-rata peningkatan aktivitas siswa adalah sebesar 18,40%. d. Perkembangan Aktivitas Siswa Selama 3 Siklus Gambaran peningkatan aktivitas belajar siswa pada setiap siklus ditunjukkan pada grafik di bawah ini : Gambar 4.4 Grafik Perkembangan Aktivitas Siswa pada Tiap Siklus

77 Gambar 4.5 Grafik Prosentase Rata-rata Aktivitas Belajar Siswa Tiap Siklus Berdasarkan grafik di atas diperoleh gambaran bahwa aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 38,38% dan termasuk dalam kategori rendah. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) belum berjalan dengan sebagaimana mestinya. Aktivitas belajar siswa pada siklus II meningkat menjadi 58,99% dan termasuk dalam kategori sedang. Rata-rata peningkatan aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II adalah sebesar 20,61%. Peningkatan ini dikarenakan guru telah belajar dari pengalaman pada siklus I dan melakukan perbaikan-perbaikan. Aktivitas siswa pada pembelajaran siklus III ini mengalami peningkatan sebesar 18,65% dibandingkan siklus II menjadi 77,64% dan tergolong kategori tinggi. Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) telah meningkatkan aktivitas belajar siswa.

78 Secara keseluruhan proses pembelajaran yang berlangsung sudah menunjukkan karakteristik pembelajaran kooperatif, sebagaimana yang diungkapkan oleh Karli dan Yuliariatiningsih (2002:71) sebagai berikut: a. Individual Accountability, yaitu bahwa setiap kelompok mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi kelompok, sehingga keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh tanggung jawab anggota. b. Social Skill, meliputi seluruh kehidupan sosial, kepekaan sosial dan mendidik siswa untuk menumbuhkan pengekangan diri dan pengerahan diri demi kepentingan kelompok. Keterampilan ini mengajarkan siswa untuk belajar memberi dan menerima, mengambil dan menerima tanggung jawab, menghormati hak orang lain dan membentuk kesadaran sosial. c. Positif Interdependence, adalah sifat yang menunjukkan saling ketergantungan satu terhadap yang lain di dalam kelompok yang positif. Keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh peran serta setiap anggota kelompok, karena setiap anggota kelompok dianggap memiliki kontribusi. d. Group Processing, proses perolehan jawaban permasalahan dikerjakan oleh kelompok secara bersama-sama. Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) telah menempatkan siswa sebagai pusat kegiatan belajar mengajar (student centered). Hal ini sesuai indikator aktivitas siswa yang diungkapkan oleh Kunandar (2010:277) yaitu: Pertama, mayoritas siswa beraktivitas siswa dalam pembelajaran; kedua, aktivitas pembelajaran didominasi oleh siswa; ketiga, mayoritas siswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru melalui pembelajaran kooperatif.

79 2. Aktivitas Guru a. Aktivitas Guru Siklus I Hasil observasi terhadap aktivitas guru selama proses pembelajaran pada siklus I berlangsung dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.6 Aktivitas Guru selama Pembelajaran Siklus I NO Kegiatan Frekuensi 1 Membuka pelajaran 3 2 Mengecek kehadiran siswa 3 3 Memotivasi siswa 2 4 Membuka kaitan materi bahan ajar sebelumnya dengan materi yang 2 akan diajarkan 5 Kejelasan suara dalam berkomunikasi 3 6 Mobilitas posisi tempat dalam kelas 3 7 Kejelasan menerangkan berdasarkan aspek kompetensi 2 8 Kejelasan memberikan contoh 2 9 Penguasaan materi bahan ajar 2 10 Penggunaan media 2 11 Penjelasan metode pembelajaran 2 12 Teknik pembagian kelompok 2 13 Bimbingan kepada kelompok 2 14 Pengelolaan kegiatan diskusi 1 15 Pemberian pertanyaan 2 16 Kemampuan melakukan evaluasi 2 17 Pemberian penghargaan kepada kelompok 2 18 Pemberian nilai 2 19 Menyimpulkan materi pembelajaran 2 20 Menutup pembelajaran 2 Jumlah 43 Hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I ini tergolong kecil dengan frekuensi sebesar 43 atau 53,8 % dari frekuensi ideal sebesar 80. Hal ini dikarenakan guru masih canggung dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) ini. Guru kurang memberikan penjelasan mengenai teknis pelaksanaan pembelajaran sehingga siswa suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif. Berdasarkan tabel di atas terlihat dalam pembagian kelompok dan pengelolaan kegiatan diskusi

80 aktivitas guru masih rendah karena guru belum bisa mengkondisikan siswa sepenuhnya. b. Aktivitas Guru Siklus II Hasil observasi terhadap aktivitas guru selama pembelajaran pada siklus II berlangsung dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.7 Aktivitas Guru selama Pembelajaran pada Siklus II NO Kegiatan Frekuensi 1 Membuka pelajaran 3 2 Mengecek kehadiran siswa 3 3 Memotivasi siswa 3 4 Membuka kaitan materi bahan ajar sebelumnya dengan materi yang 3 akan diajarkan 5 Kejelasan suara dalam berkomunikasi 3 6 Mobilitas posisi tempat dalam kelas 3 7 Kejelasan menerangkan berdasarkan aspek kompetensi 3 8 Kejelasan memberikan contoh 2 9 Penguasaan materi bahan ajar 3 10 Penggunaan media 2 11 Penjelasan metode pembelajaran 3 12 Teknik pembagian kelompok 3 13 Bimbingan kepada kelompok 3 14 Pengelolaan kegiatan diskusi 2 15 Pemberian pertanyaan 2 16 Kemampuan melakukan evaluasi 3 17 Pemberian penghargaan kepada kelompok 3 18 Pemberian nilai 2 19 Menyimpulkan materi pembelajaran 2 20 Menutup pembelajaran 3 Jumlah 54 Hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran pada siklus II ini mengalami peningkatan sebesar 13,7% dibandingkan pada pembelajaran siklus I menjadi 67,5% dari frekuensi ideal sebesar 80, dan masih tergolong dalam kategori sedang. Guru pada siklus II ini sudah mampu mengkondisikan siswa selain itu pada pembelajaran siklus II ini guru lebih intensif lagi dalam membimbing kegiatan kelompok. Berdasarkan tabel 4.7 di atas

81 terlihat dalam melakukan bimbingan kepada kelompok dan pengelolaan kegiatan diskusi, guru telah melakukannya dengan lebih baik dibandingkan siklus sebelumnya. c. Aktivitas Guru Siklus III Hasil observasi terhadap aktivitas guru selama proses pembelajaran pada siklus III berlangsung dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.8 Aktivitas Guru selama Pembelajaran Siklus III NO Kegiatan Frekuensi 1 Membuka pelajaran 3 2 Mengecek kehadiran siswa 4 3 Memotivasi siswa 4 4 Membuka kaitan materi bahan ajar sebelumnya dengan materi yang 3 akan diajarkan 5 Kejelasan suara dalam berkomunikasi 4 6 Mobilitas posisi tempat dalam kelas 4 7 Kejelasan menerangkan berdasarkan aspek kompetensi 3 8 Kejelasan memberikan contoh 2 9 Penguasaan materi bahan ajar 3 10 Penggunaan media 2 11 Penjelasan metode pembelajaran 4 12 Teknik pembagian kelompok 4 13 Bimbingan kepada kelompok 4 14 Pengelolaan kegiatan diskusi 4 15 Pemberian pertanyaan 3 16 Kemampuan melakukan evaluasi 4 17 Pemberian penghargaan kepada kelompok 3 18 Pemberian nilai 2 19 Menyimpulkan materi pembelajaran 4 20 Menutup pembelajaran 4 Jumlah 68 Hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran pada siklus III menunjukkan frekuensi 68 atau 85% dari frekuensi ideal. Aktivitas guru pada pembelajaran siklus III ini menunjukkan peningkatan sebesar 17,5% dibandingkan pada pembelajaran siklus II sebesar 67,5% dari frekuensi ideal sebesar 80, dan tergolong dalam kategori sangat tinggi.

82 Guru pada siklus III telah mendapat banyak masukan baik dari observer maupun dari guru mata pelajaran sehingga performance guru pada pembelajaran siklus III ini mengalami perubahan yang lebih baik dibandingkan dengan siklussiklus sebelumnya. Selain itu pada pembelajaran siklus III ini, guru sudah lebih mengenal karakteristik dari siswa sehingga lebih mudah dalam mengkondisikan siswa. d. Perkembangan Aktivitas Guru Selama Tiga Siklus Gambaran peningkatan aktivitas guru pada setiap siklus pembelajaran ditunjukkan pada grafik di bawah ini: Gambar 4.6 Grafik Perkembangan Aktivitas Guru Berdasarkan grafik di atas diperoleh gambaran aktivitas guru pada siklus I sebesar 53,8% meningkat pada siklus II menjadi 67,5% dan pada siklus III kembali meningkat menjadi 85%. Peningkatan ini dikarenakan pada setiap kali selesai PBM, peneliti melakukan diskusi dengan observer dan guru mata pelajaran untuk meminta saran demi perbaikan pada siklus-siklus selanjutnya. Hasil observasi menunjukkan keseluruhan aspek guru dalam pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) ini sudah berjalan dengan baik. Aktivitas guru selama proses pembelajaran seperti

83 menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa, mengorganisasikan siswa, membimbing kelompok, dan mengelola kegiatan belajar mengajar sudah sesuai dengan pembelajaran kooperatif. Dalam proses pembelajaran, guru sebagai motivator dan fasilitator telah mampu menciptakan suatu kondisi dimana siswa dapat aktif dalam membangun pengetahuan melalui berbagai aktivitas belajarnya. Secara umum, guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan prinsip konstruktivisme sebagaimana yang diungkapkan oleh Driver dalam Suparno (1997: 4) yang menyatakan bahwa prinsip-prinsip konstruktivisme dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun sosial. 2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan keaktifan siswa. 3) Siswa aktif mengkontruksi terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap serta sesuai dengan konsep. 4) Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus.

84 3. Hasil Belajar a. Hasil Belajar Siklus I Nilai tes pada pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) siklus I apabila dikonversikan ke dalam standar nilai, maka hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.9 Prosentase Hasil Tes Siswa pada Siklus I Rentang Nilai Pre-test Post-test Kategori 90-100 0 0 A (Lulus Amat Baik) 80-89 0 0 B (Lulus Baik) 70-79 0 14 (43,75%) C (Lulus Cukup) 0-69 32 (100%) 18 (56,25%) D (Belum Lulus) Jumlah 32 32 (100%) Dari tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa pada saat pre test sebanyak 32 orang siswa atau 100% dari jumlah total siswa belum lulus. Untuk hasil post test, dapat dilihat sebanyak 14 orang siswa atau 43,75% dari jumlah total siswa lulus dengan kategori C (lulus cukup), dan sisanya sebanyak 18 orang siswa atau 56,25% dari jumlah total siswa belum lulus. Hasil belajar pada siklus I ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran belum berjalan dengan baik sehingga diperlukan perbaikan-perbaikan agar hasil pembelajaran dapat meningkat. Peningkatan hasil belajar siswa yang diukur melalui data pre-test dan post-test yang dinyatakan dalam N-gain, dapat dilihat pada tabel 4.10.

85 Tabel 4.10 Prosentase Normalisasi Gain pada Siklus I Rentang Kategori Prosentase 0,70 Tinggi 0 0,3 g < 0,70 Sedang 32 (100 %) < 0,30 rendah 0 Jumlah 32 (100%) Berdasarkan tabel 4.10 diperoleh gambaran sebanyak 32 orang siswa atau 100% dari jumlah total siswa mengalami peningkatan dalam kategori sedang. Rata-rata peningkatan N-gain pada pembelajaran siklus I ini adalah sebesar 0,48 dan termasuk dalam peningkatan dengan kategori sedang. b. Hasil Belajar Siklus II Hasil tes pada siklus II apabila dikonversikan ke dalam standar nilai, maka hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.11 Prosentase Hasil Tes Siswa pada Siklus II Rentang Nilai Pre-test Post-test Kategori 90-100 0 0 A (Lulus Amat Baik) 80-89 0 5 (15,6%) B (Lulus Baik) 70-79 0 23 (71,9%) C (Lulus Cukup) 0-69 32 (100%) 4 (12,5%) D (Belum Lulus) Jumlah 32 32 (100%) Dari tabel 4.11 di atas dapat dilihat bahwa pada saat pre test sebanyak 32 orang siswa atau 100% dari jumlah total siswa belum lulus. Untuk hasil post test, dapat dilihat sebanyak 5 orang siswa atau 15,6% dari jumlah total siswa lulus dengan kategori B (lulus baik), sementara 23 orang siswa atau 71,9% dari jumlah total siswa lulus dengan kategori C (lulus cukup), dan sisanya sebanyak 4 orang

86 siswa atau 12,5% dari jumlah total siswa belum lulus. Hasil belajar yang dilihat dari hasil post test pada siklus II ini meningkat dibandingkan siklus I dengan ratarata kelas 70 dan nilai tertinggi yaitu 80. Peningkatan hasil belajar ini dikarenakan adanya perbaikan-perbaikan yang dilakukan berdasarkan refleksi pada siklus I, meskipun begitu masih terdapat beberapa siswa yang belum lulus sehingga menunjukkan masih diperlukannya perbaikan dalam proses pembelajaran. Peningkatan hasil belajar siswa yang diukur melalui data pre-test dan posttest yang dinyatakan dalam N-gain, dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.12 Prosentase Normalisasi Gain Siklus II Rentang Kategori Prosentase 0,70 Tinggi 0 0,3 g < 0,70 Sedang 32 (100%) < 0,30 rendah 0 Jumlah 32 (100%) Berdasarkan tabel 4.12 di atas, sebanyak 32 orang atau 100% dari jumlah total siswa mengalami peningkatan hasil belajar dalam kategori sedang. Rata-rata peningkatan N-gain adalah 0,58 termasuk dalam kategori sedang. c. Hasil Belajar Siklus III Nilai tes pada siklus III apabila dikonversikan ke dalam standar nilai, maka hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.13 Prosentase Hasil Tes Siswa pada Siklus III Rentang Nilai Pre-test Post-test Kategori 90-100 0 6 (18,75%) A (Lulus Amat Baik) 80-89 0 20 (62,5%) B (Lulus Baik) 70-79 0 6 (18,75%) C (Lulus Cukup) 0-69 32 (100%) 0 D (Belum Lulus) Jumlah 32 32 (100%)

87 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada saat pre test sebanyak 32 orang siswa atau 100% dari jumlah total siswa belum lulus. Untuk hasil post test, dapat dilihat sebanyak 6 orang siswa atau 18,75% dari jumlah total siswa lulus dengan kategori A (lulus amat baik), sementara 20 orang siswa atau 62,5% dari jumlah total siswa lulus dengan kategori B (lulus baik), dan sisanya sebanyak 6 orang siswa atau 18,75% dari jumlah total siswa lulus dengan kategori C (lulus cukup). Pembelajaran pada siklus III ini telah mencapai hasil yang baik dimana tingkat kelulusan siswa sebesar 100%. Hasil belajar pada siklus III ini meningkat dibandingkan siklus II, dengan rata-rata kelas 80 dan nilai tertinggi yaitu 90. Peningkatan hasil belajar ini dikarenakan guru telah melaksanakan perbaikanperbaikan berdasarkan hasil refleksi pada pembelajaran siklus II. Peningkatan hasil belajar siswa pada proses pembelajaran siklus III ini yang diukur melalui data pre-test dan post-test yang dinyatakan dalam N-gain, dapat dilihat pada tabel 4.14. Tabel 4.14 Prosentase Normalisasi Gain pada Siklus III Rentang Kategori Prosentase 0,70 Tinggi 26 (81,3%) 0,3 g < 0,70 Sedang 6 (18,8 %) < 0,30 rendah 0 Jumlah 32 (100%) Berdasarkan pada tabel 4.14 di atas, sebanyak 26 siswa atau 81,3% dari total siswa mengalami peningkatan hasil belajar dalam kategori tinggi dan sisanya sebanyak 6 siswa atau 18,8 % dari total siswa mengalami peningkatan dengan

88 kategori sedang. Rata-rata peningkatan N-gain dalam kelas adalah 0,718 dibulatkan menjadi 0,72 yang digolongkan dalam kategori tinggi. d. Perkembangan Hasil Belajar Siswa Selama 3 Siklus Gambaran peningkatan hasil siswa pada setiap siklus ditunjukkan pada grafik di bawah ini : Gambar 4.7 Grafik Perkembangan Hasil Belajar Siswa Selama 3 Siklus Sementara untuk peningkatan hasil belajar siswa yang dinyatakan dalam gain ternormalisasi untuk setiap siklus pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) diperlihatkan pada gambar 4.8.

89 Gambar 4.8 Grafik Perkembangan Hasil Belajar Siswa dalam N-gain Berdasarkan grafik perkembangan hasil belajar siswa selama tiga siklus diperoleh gambaran bahwa pada siklus I nilai rata-rata pre-test siswa sebesar 29,38 dan mengalami peningkatan pada post-test sebesar 33,72 poin menjadi 63,1 dengan normalisasi gain sebesar 0,48 yang termasuk kategori sedang. Pada siklus I hasil belajar siswa dapat dikatakan belum baik, hal ini dikarenakan cara belajar siswa atau dengan kata lain aktivitas belajar siswa pada siklus I ini masih dalam kategori rendah. Pada siklus I ini siswa belum melaksanakan tahapan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan baik, dimana hanya sebagian siswa di dalam kelompok yang bekerja dalam pembahasan materi, sementara anggota kelompok yang lainnya pasif. Hal ini yang membuat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan menjadi belum maksimal. Pada siklus II nilai rata-rata pre-test sebesar 29,69 mengalami peningkatan sebanyak 40,93 poin menjadi 70,62 pada saat post-test dengan normalisasi gain sebesar 0,58 yang termasuk dalam kategori sedang. Pada pembelajaran siklus II ini tahapan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) sudah mulai terlihat baik dimana setiap anggota kelompok mulai menunjukkan tanggung jawab pribadinya dengan melaksanakan tugasnya. Setiap anggota

90 kelompok terlihat membaca modul untuk memahami bahasan yang menjadi bagiannya dan didiskusikan bersama anggota kelompok lain. Pada siklus III nilai rata-rata pre-test sebesar 29,38 meningkat sebanyak 50,62 poin pada saat post-test menjadi 80 dengan normalisasi gain sebesar 0,72 yang termasuk dalam kategori tinggi. Pada pembelajaran siklus III ini hasil belajar siswa mengalami peningkatan dibandingkan siklus II dikarenakan pada pembelajaran siklus III ini setiap anggota kelompok sudah melaksanakan tanggung jawab pribadinya dengan baik dan mampu bekerjasama secara lebih baik bersama kelompoknya dalam memahami materi-materi yang diajarkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Slavin (2009:41) bahwa, pembelajaran kooperatif yang menggunakan tujuan kelompok dan tanggung jawab individual akan meningkatkan pencapaian prestasi siswa. B. Pembahasan Hasil Penelitian Secara umum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) ini telah berhasil memperbaiki motivasi siswa, cara belajar siswa, sikap dan kebiasaan siswa, maupun ketekunan siswa dalam belajar. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Nana Sudjana dalam Priambodo (2006: 12) bahwa hal-hal yang mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut : Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa itu seperti faktor kemampuan yang dimilikinya dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti; motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

91 Pada umumnya proses pembelajaran sudah menunjukkan adanya perbaikan dan berhasil menciptakan suatu kondisi sedemikian rupa sehingga terjadi peningkatan aktivitas maupun hasil belajarnya. Dan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) ini bisa diterapkan di mata diklat keteknikan seperti DKKTM mengingat model pembelajaran ini jarang sekali diterapkan di mata diklat keteknikan, didukung dari aktivitas guru yang semakin meningkat dan mampu melaksanakan langkahlangkah penerapan model pembelajaran ini sehingga mampu membuat siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Peningkatan hasil belajar siswa ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) ini bisa membuat materi pelajaran yang menurut siswa termasuk sukar menjadi mudah untuk dipahami oleh siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat yang diungkapkan oleh Trianto (2007: 41) bahwa Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Sependapat dengan itu, Lie (2004:31) mengungkapkan bahwa, banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru. Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada kompetensi dasar mengenal komponen roda gigi di kelas XI TGM, telah berhasil meningkatkan aktivitas sekaligus hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan apa yang

92 diungkapkan oleh Sanjaya (2006:247) mengenai kelebihan pembelajaran kooperatif sebagai berikut : 1) Siswa tidak terlalu bergantung pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan bepikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa lain. 2) Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkan dengan ide-ide orang lain. 3) Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. 4) Dapat meningkatkan prestasi akademik. 5) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.