STUDI VARIASI TEMPERATUR DAN SALINITAS DI PERAIRAN DIGUL IRIAN JAYA, OKTOBER 2002

dokumen-dokumen yang mirip
2. KONDISI OSEANOGRAFI LAUT CINA SELATAN PERAIRAN INDONESIA

POLA DISTRIBUSI SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN PULAU BIAWAK DENGAN PENGUKURAN INSITU DAN CITRA AQUA MODIS

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3. No. 1, Maret 2012: 1-9 ISSN : ANALISIS MASSA AIR DI PERAIRAN MALUKU UTARA

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

SEBARAN HORIZONTAL SUHU, SALINITAS DAN KEKERUHAN DI PANTAI DUMOGA, SULAWESI UTARA

SIMULASI PENGARUH ANGIN TERHADAP SIRKULASI PERMUKAAN LAUT BERBASIS MODEL (Studi Kasus : Laut Jawa)

KONDISI OSEANOGRAFI FISIKA PERAIRAN BARAT SUMATERA (PULAU SIMEULUE DAN SEKITARNYA) PADA BULAN AGUSTUS 2007 PASCA TSUNAMI DESEMBER 2004

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Diagram TS

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise

Physics Communication

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

VARIABILITAS SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN CISADANE

KONDISI OSEANOGRAFI DI SELAT SUNDA DAN SELATAN JAWA BARAT PADA MONSUN BARAT 2012

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Keanekaragaman, Kemelimpahan, dan Sebaran Zooplankton di Perairan Digul Laut Arafura, Papua

Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu

Praktikum M.K. Oseanografi Hari / Tanggal : Dosen : 1. Nilai SUHU DAN SALINITAS. Oleh. Nama : NIM :

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MONSUN MUSIM PANAS LAUT CHINA SELATAN TERHADAP CURAH HUJAN DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA

Simulasi Pola Arus Dua Dimensi Di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Pada Bulan September 2004

SIFAT FISIK OSEANOGRAFI PERAIRAN KEPULAUAN TAMBELAN DAN SEKITARNYA, PROPINSI KEPULAUAN RIAU

Variabilitas Suhu dan Salinitas Perairan Selatan Jawa Timur Riska Candra Arisandi a, M. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b

KONDISI OSEANOGRAFIS SELAT MAKASAR By: muhammad yusuf awaluddin

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Variasi Cuaca di Daerah Jawa Barat dan Banten

JOURNAL OF OCEANOGRAPHY. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman Online di :

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK MASSA AIR PERAIRAN SELAT BANGKA BAGIAN SELATAN IDENTIFICATION OF WATER MASSES IN THE SOUTHERN OF BANGKA STRAIT

PERTEMUAN KE-5 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN SIRKULASI MASSA AIR (Bagian 2) ASEP HAMZAH

hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin dan intensitas

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MASSA AIR SUBTROPICAL DI PERAIRAN HAMAHERA SUBTROPICAL WATER MASSES IN HALMAHERA WATERS

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK MASSA AIR ARLINDO DI PINTASAN TIMOR PADA MUSIM BARAT DAN MUSIM TIMUR

4. HUBUNGAN ANTARA DISTRIBUSI KEPADATAN IKAN DAN PARAMETER OSEANOGRAFI

Suhu, Cahaya dan Warna Laut. Materi Kuliah 6 MK Oseanografi Umum (ITK221)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

PENDAHULUAN Latar Belakang

KARAKTERISTIK ARUS, SUHU DAN SALINITAS DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Horizontal. Kedalaman. Laut. Lintang. Permukaan. Suhu. Temperatur. Vertikal

KAITAN AKTIVITAS VULKANIK DENGAN DISTRIBUSI SEDIMEN DAN KANDUNGAN SUSPENSI DI PERAIRAN SELAT SUNDA

DISTRIBUSI, DENSITAS IKAN DAN KONDISI FISIK OSEANOGRAFI DI SELAT MALAKA

KAJIAN POLA ARUS DI PERAIRAN TELUK LAMPUNG MENGGUNAKAN PENDEKATAN MODEL HIDRODINAMIKA 2-DIMENSI DELFT3D

ANALISIS POLA SEBARAN DAN PERKEMBANGAN AREA UPWELLING DI BAGIAN SELATAN SELAT MAKASSAR

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS CAHAYA DENGAN KEKERUHAN PADA PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Massa Air Di Perairan Timur Laut Samudera Hindia

KONDISI HIDRO-OSEANOGRAFI PERAIRAN LAUT JAWA

Daftar Isi. 4 Kesuburan Biologi Lingkungan Laut Arafura

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

Studi Variabilitas Lapisan Atas Perairan Samudera Hindia Berbasis Model Laut

FENOMENA UPWELLING DAN KAITANNYA TERHADAP JUMLAH TANGKAPAN IKAN LAYANG DELES (Decapterus Macrosoma) DI PERAIRAN TRENGGALEK

KARAKTERISTIK OSEANOGRAFI FISIK PERAIRAN SELATAN KEPULAUAN LETI MOA LAKOR (LEMOLA)-TANIMBAR

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 1 (2014), Hal ISSN :

DIRECTORY PERALATAN PENELITIAN LAUT DALAM PUSAT PENELITIAN LAUT DALAM LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA BIDANG SARANA PENELITIAN

Variasi Temporal dari Penyebaran Suhu di Muara Sungai Sario

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI EDDY MINDANAO DAN EDDY HALMAHERA TESIS. Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung

PENGARUH DINAMIKA OSEANOGRAFI PERAIRAN INDONESIA TERHADAP PRODUKTIFITAS PRIMER PERIODE EL-NINO (AGUSTUS 2002) DAN LA-NINA (SEPTEMBER 1998)

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pola dan Karakteristik Sebaran Medan Massa, Medan Tekanan dan Arus Geostropik Perairan Selatan Jawa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perairan Laut Arafura di lokasi penelitian termasuk ke dalam kategori

STUDI PARAMETER OSEANOGRAFI DI PERAIRAN SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN

VARIABILITAS SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN BARAT SUMATERA DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANGIN MUSON DAN IODM (INDIAN OCEAN DIPOLE MODE)

KAJIAN ARUS PERAIRAN PANTAI SEMARANG PENDEKATAN PEMODELAN NUMERIK TIGA DIMENSI DISERTASI

BAB III METODOLOGI. Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian di Samudera Hindia bagian Timur

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Sebaran Nutrien dan Oksigen Terlarut (DO) di Teluk Jakarta

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di :

Kajian Lapisan Termoklin Di Perairan Utara Jayapura Herni Cahayani Sidabutar, Azis Rifai, Elis Indrayanti*)

2. TINJAUAN PUSTAKA. utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Kapal Survei dan Instrumen Penelitian

Arah Dan Kecepatan Angin Musiman Serta Kaitannya Dengan Sebaran Suhu Permukaan Laut Di Selatan Pangandaran Jawa Barat

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Definisi Arus. Pergerakkan horizontal massa air. Penyebab

PERUBAHAN KLIMATOLOGIS CURAH HU]AN DI DAERAH ACEH DAN SOLOK

KAJIAN DINAMIKA SUHU PERMUKAAN LAUT GLOBAL MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH MICROWAVE

Analisis Spasial dan Temporal Sebaran Suhu Permukaan Laut di Perairan Sumatera Barat

ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

DAERAH PERAIRAN YANG SUBUR. Riza Rahman Hakim, S.Pi

METODE PENELITIAN Bujur Timur ( BT) Gambar 5. Posisi lokasi pengamatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

STUDI PARAMETER OSEANOGRAFI DI PERAIRAN SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN

Kandungan Klorofil-a Fitoplankton di Sekitar Perairan Desa Sungsang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

POLA SEBARAN SALINITAS DAN SUHU DI PERAIRAN TELUK RIAU KOTA TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Oseanografi Fisika Perairan Utara Pulau Bengkalis Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

SEBARAN SEDIMEN DI DALAM KOLAM PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG

Transkripsi:

1 STUDI VARIASI TEMPERATUR DAN SALINITAS DI PERAIRAN DIGUL IRIAN JAYA, KTBER 2002 Ankiq Taofiqurohman S Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung 40600 ABSTRACT Ankiq Taofiqurohman S, 2004. Study variation of temperature and salinity in the Digul Waters, ktober 2002. Research on temperature and salinity condition in the Digul-Papua waters was done based on data taken by P2-LIPI on Indotropik II Cruise, ctober 2002 (second season s period of transition). The result of data processing identifies Banda sea water mass was found moving towards the Arafura shelf carried by seasonal current which then met the permanent current and moved together into the Digul Waters. Keywords : temperature, salinity, water mass ABSTRAK Penelitian mengenai keadaan temperature dan salinitas di Perairan Digul-Irian jaya dilakukan berdasarkan data hasil pengukuran P2-LIPI pada pelayaran Indotropik II bulan ktober 2002 (Musim Peralihan II). Hasil pengolahan data mengidentifikasikan adanya pengaruh massa air Laut Banda yang bergerak menuju ke Paparan Arafura oleh adanya arus musiman dan kemudian bertemu dengan arus permanen menuju ke Perairan Digul Kata kunci : temperature, salinitas, massa air PENDAHULUAN Perairan Indonesia yang terletak diantara dua samudera besar yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, menyebabkan tiap-tiap daerah perairan Indonesia mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu dengan lainnya. Posisi Perairan Digul yang merupakan bagian dari Laut Arafura, sebagai terusan dari Laut Banda, memungkinkan massa air yang ada di Perairan Digul dipengaruhi oleh massa air dari Laut Banda. Selain itu sebagai perairan dengan kondisi kedalaman yang relatif dangkal (kurang dari 40 m) memungkinkan daerah ini mempunyai potensi untuk eksploitasi. Pada Perairan Digul sering kali didominasi oleh proses percampuran dan penyebaran air tawar ke arah lepas pantai. Masukan air tawar selain datang dari curah hujan, juga berasal dari aliran sungai Digul. Kondisi demikian akan menyebabkan terjadinya interaksi antara air tawar dengan air laut. Interaksi ini akan sangat mempengaruhi sekali pada penyebaran suhu, salinitas, dan sebagainya. Perubahan suhu dapat menyebabkan terjadinya sirkulasi dan stratifikasi air yang secara langsung maupun tidak langsung akan

2 berpengaruh terhadap distribusi organisme perairan. BAHAN DAN METDE Data yang digunakan diperoleh dari hasil survey Pusat Penelitian seanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, pada pelayaran Indotropik II bulan ktober 2002, meliputi daerah Perairan Digul yaitu tersebar dari 137.5 BT 138.5 BT, dan 6.5 LS 7.5 LS. Selain pengkonversian ini dapat langsung dilakukan dengan software Seasoft. Dari data dalam bentuk ASCII, kemudian kita mengolahnya kembali menjadi data yang siap untuk dianalisa, tujuannya agar data dalam bentuk ASCII dapat tersusun berdasarkan kolom dan baris, sehingga nantinya kita akan mudah untuk mengklasifikasikan data dari CTD berdasarkan kedalaman dan jenisnya. 6 30 LS I R I A N J A Y A S. Mabur S. Uwamba S. dammun Ug. Digul 7 LS 1 20 m 10 m 5 m Ug Amman S. D i g u l Ug. Lumpur Ug Minggu P. Habeeaman P. Habeesilam 7 30 LS Yos Sudarso Selat Muli 137 30 BT 138 BT 138 30 BT 139 BT Gambar 1. Posisi Stasiun Pengambilan Data di Perairan Digul itu digunakan pula data dari NAA- CIRES/Climate Diagnostics Center), yang merupakan data temperatur dan salinitas rata-rata pada bulan ktober didaerah Perairan Digul dan sekitarnya. Metode pengolahan data yang dilakukan meliputi 1. Pengorganisasian data Data-data yang terekam pada CTD masih berupa file-file biner sehingga untuk itu perlu dilakukan konversi ke bentuk ASCII agar dapat diolah lebih lanjut dan 2. Membuat sebaran temperatur, dan salinitas secara horizontal Untuk mendapatkan pola salinitas dan temperatur pada daerah survey, maka datadata hasil seleksi kemudian dibuat kontur pada setiap stasiun berdasarkan persamaan posisi latitude dan longitudenya, secara horizontal dengan program cean Data View (DV). Kontur horizontal

3 dibuat untuk semua stasiun berdasarkan pada lapisan permukaan, kedalaman 5 meter, kedalaman 10 meter dan kedalaman dekat dasar perairan. HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Horizontal Temperatur Pada Perioda Pasang Hasil pengukuran temperatur dipermukaan bulan ktober 2002 pada saat kondisi pasang (Gambar 2), tercatat temperatur berkisar antara 25.818 C 27.597 C dengan temperatur ratarata sebesar 26.829 C. Disini terlihat adanya desakan massa air dengan temperatur yang rendah dari arah barat laut. Nilai temperatur yang rendah ini menandakan adanya aliran massa air dari Laut Arafura yang merupakan terusan dari desakan massa air Laut Banda (Wenno, 2002). Nilai temperatur yang relatif rendah, kurang dari 26 C tercatat dibagian timur perairan, sebagai pengaruh dari temperatur Sungai Digul. Pada kedalaman 5 meter, distribusi temperaturnya hampir sama dengan distribusi temperatur di permukaan, namun dengan nilai temperatur yang berkurang sebesar 0.25 C. Nampak pula temperatur yang rendah keluar dari sungai-sungai disekitar perairan. Temperatur minimum terukur sebesar 25.221 C dan maksimumnya sebesar 27.448 C, sedangkan temperatur rata-ratanya adalah sebesar 26.423 C. Sebaran horizontal temperatur pada kedalaman 10 meter berada antara 24.55 C sampai dengan 27.024 C dengan rata-ratanya Gambar 2. Distribusi horizontal temperatur Perairan Digul di permukaan, kedalaman 5 meter, 10 meter dan di dasar perairan pada saat pasang ktober 2002

4 sebesar 25.874 C. Dibagian timur pada kedalaman ini, terlihat temperatur rendah yang keluar dari sungai-sungai disekitar perairan sudah mulai bercampur dengan temperatur yang datang dari arah utara. Temperatur yang rendah dipermukaan bagian utara mengindikasikan bahwa pada bulan ktober, upwelling telah bergerak jauh kearah utara dan melemah (Wrytki,1961). Untuk dasar perairan, temperatur terukur antara 23.36 C sampai dengan 26.787 C dengan rata-rata sebesar 24.52 C. Dibagian utara dari dasar perairan, Keadaan temperaturnya lebih rendah (<24 C) dan homogen dibandingkan dengan lapisan-lapisan sebelumnya. Keadaan yang homogen tersebut mengindikasikan massa air yang datang dari utara mulai mendominasi Perairan Digul pada saat pasang. Distribusi Horizontal Temperatur Pada Perioda Surut Selama periode air surut (Gambar 3) nampak bahwa pada lapisan permukaan perairan temperatur air berkisar antara 25.598 C sampai dengan 27.986 C dengan rata-rata sebesar 26.918 C. Desakan massa air dengan temperatur yang lebih tinggi mulai terlihat dari arah selatan, dan dibagian barat laut masih tetap diisi oleh temperatur yang lebih rendah.pada kedalaman 5 meter, Kita perhatikan temperatur dengan nilai kurang dari 26 C mulai mendominasi di bagian utara, sebagai pengaruh dari temperatur Laut Banda yang terbawa oleh arus permanen yang datang dari arah utara menuju keselatan (Wyrtki,1961). Disini temperatur rata-rata berkisar antara 25.509 C 27.359 C dengan Gambar 3. Distribusi horizontal temperatur Perairan Digul di permukaan, kedalaman 5 meter, 10 meter dan di dasar perairan pada saat surut ktober 2002

5 rata-rata sebesar 26.636 C. Dikedalaman 10 meter temperatur tinggi dari arah selatan sudah melemah, dan digantikan oleh temperatur rendah (<25 C) yang datang dari arah utara dan mulai mendominasi pada kedalaman ini.disini juga terlihat adanya perubahan kontur isohaline yang cepat dibagian barat, hal ini dapat disebabkan oleh karena temperatur rendah yang datang dari arah utara bertemu dengan temperatur relatif lebih tinggi, kurang lebih sebesar 26.5 C yang merupakan temperatur rata-rata dari Laut Arafura (data NAA-CIRES/Climate Diagnostics Center). Sebaran temperatur pada kedalaman 10 meter rata-rata terukur sebesar 25.467 C dengan temperatur minimumnya yaitu sebesar 24.575 C dan temperatur maksimumnya yaitu sebesar 26.801 C. Untuk dasar perairan terindikasi temperatur yang sangat rendah, yaitu kurang dari 23.5 C dan mendominasi di bagian barat laut. Pada kedalaman ini, temperatur terukur antara 23.65 C sampai dengan 26.787 C dan rataratanya yaitu sebesar 24.52 C. Distribusi Horizontal Salinitas Pada Perioda Pasang Keadaan salinitas dilapisan permukaan (Gambar 4) pada saat kondisi pasang di bulan ktober 2002, memperlihatkan bagian isohalin yang rendah dubagian timur, oleh karena pengaruh pengenceran oleh sungai-sungai disekitar daratan. Nilai salinitas pada lapisan Gambar 4. Distribusi horizontal salinitas Perairan Digul di permukaan, kedalaman 5 meter, 10 meter dan di dasar perairan pada saat pasang ktober 2002

6 permukaan berkisar antara 26.7551 psu sampai dengan 34.0948 psu dengan rata-rata sebesar 32.5845 psu. Salinitas dibagian utara yang mencapai 34 psu menunjukan bahwa air naik di Laut Banda bisa meluas sampai ke tepian Perairan Arafura. Ini terlihat dari beberapa pertanda misalnya tirunnya suhu permukaan yang dibarengi dengan salinitas yang tinggi bisa diamati pada musim timur (Nontji,1993).Pada kedalaman 5 meter, nilai salinitas mulai bertambah, dimana salintas terendah terukur sebesar 31.1844 psu, sedangkan maksimumnya adalah sebesar 34.0936 psu.bila kita perhatikan dilapisan permukaan terlihat kontur-kontur isohalin dapat masuk sampai dengan Sungai Digul dibandingkan pada kedalaman 5 meter, ini disebabkan pada lapisan permukaan massa air dengan salinitas ini disebabkan karena pada lapisan permukaan massa air dengan salinitas lebih rendah bertemu dengan massa air di Perairan Digul yang jauh lebih tinggi. Sedangkan pada kedalaman 5 meter perbedaan salinitasnya antara perairan dengan sungai-sungai disekitarnya tidak sebesar didaerah permukaan, sehingga percampurannya lebih mudah. Pada kedalaman 10 meter, pola sebaran salinitasnya mulai berbeda dengan kedalaman 5 meter dan permukaan.ini disebabkan karena pengaruh salinitas sungai mulai berkurang pada kedalaman ini, sehingga sebaran salinitas lebih terlihat dari arah utara dan dari arah selatan.salinitasnya berkisar antara 33.747 psu sampai dengan 34.1871 dengan rata-ratanya sebesar 33.9955 psu. Di lapisan ini pula salinitas yang lebih besar dari 34 psu sudah mulai terukur. Sedangkan didasar perairan salinitas yang lebih besar dari 34 psu sudah mulai mendominasi di daerah ini. Salinitas sebesar 34 psu semakin mengindikasikan bahwa massa air Laut Banda telah mencapai perairan ini. Distribusi Horizontal Salinitas Pada Perioda Pasang Distribusi horizontal salinitas dilapisan permukaan oktober 2002 pada kondisi surut (Gambar 5) terukur salinitas minimumnya yaitu sebesar 27.6986 psu dan maksimumnya sebesar 34.1284 psu dengan rata-rata 32.7849 psu. Dibandingkan pada saat kondisi pasang, pada saat surut sungai-sungai disekitar perairan lebih besar melakukan pengenceran dan lebih homogen bila dibandingkan pada saat pasang. Sebaran salinitas pada kedalaman 5 meter polanya masih belum berbeda dengan keadaan dipermukaan, namun dibagian mulut sungai pada kedalaman ini, salinitasnya berbeda kurang lebih sekitar 2 psu. Dengan rata-rata sebesar 33.0592 psu. Salinitas minimumnya sebesar 29.1032 psu dan salinitas maksimumnya sebesar 34.1331 psu. Dari sebaran kontur salinitas dilapisan permukaan dan kedalaman 5 meter, bisa kita simpulkan bahwa pada bulan ktober 2002 debit airnya lebih besar dibandingkan dengan bulan Mei 2001. Berbeda dengan saat pasang, pada saat surut dikedalaman 10 meter, masih terlihat pergerakan salinitas rendah yang keluar dari mulut sungai, namun pengaruhnya tidak sekuat pada kedalaman-kedalaman sebelumnya. Disini juga nampak salinitas yang lebih besar dari 34 psu mulai mendominasi dibagian utara. Salinitas berkisar antara 33.2664 psu sampai dengan 34.2395 psu. Keadaan salinitas pada dasr perairan memperlihatkan keadaan yang

7 Gambar 5. Distribusi horizontal salinitas Perairan Digul di permukaan, kedalaman 5 meter, 10 meter dan di dasar perairan pada saat surut ktober 2002 homogen, dan salinitas yang datang dari utara sebagai pengaruh adanya upweeling di Laut Banda (>34 psu) mulai mendominasi pada kedalaman ini. SIMPULAN Pada bulan ktober 2002 (Musim Peralihan II) temperatur Perairan Digul rata-ratanya yaitu sebesar 25.36 C dengan salinitas rata-ratanya sebesar 33.80 psu. Selain itu arus permukaan yang datang dari utara dipengaruhi oleh arus musiman dari Laut Banda. Selama Musim Timur & Musim Peralihan II, di Laut Banda terjadi upwelling. Penelitian yang pernah dilakukan di Laut Arafura menunjukan bahwa air naik di Laut Banda bisa meluas sampai ketepian paparan Arafura. Maka dapat kita simpulkan bahwa pada bulan ktober 2002 salinitas dan temperatur Perairan Digul dipengaruhi oleh adanya upwelling di Laut Banda & Laut Arafura, sedangkan penurunan salinitas terjadi oleh pengaruh sungai-sungai disekitar perairan. DAFTAR PUSTAKA Hadikusumah dan L.F.Wenno. 2002. Penelitian Indotropik Interaksi Sungai Digul Dan Laut Arafura. Laporan Akhir, Jakarta Nontji,A.1993. Laut Nusantara. Djambatan, Jakarta. Soegiarto, A., Birowo, S.1975. Atlas seanologi dan Perairan Indonesia. Buku no. 1, Lembaga senologi Nasional-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta

8 Wyrtki, K.1961 Physical ceanography of the Southeast Asian Waters. Naga Report, vol. 2. The University of California