BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi dan perkembangan teknologi serta kebutuhan yang terus

dokumen-dokumen yang mirip
Botol Plastik. Sustainable Design Monica Tjenardi Putri Anastasia Sonia Olivia Sylvia Bellani

BOTOL PLASTIK. Gisca Agustia Citara Gusti Riri Arnold Constantine

PENCEMARAN TANAH LELY RIAWATI, ST., MT.

Ilmu Bahan. Bahan Polimer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan produk plastik pada saat ini cukup pesat dimana semakin

PLASTIK SEBAGAI BAHAN KEMASAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN (oleh: Bambang S. Ariadi)

Pertanyaan yang sering ditanyakan. Bagaimana cara menyusui yang yang baik dan benar agar produksi ASI bisa lancar dan banyak?

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak terhadap persaingan bisnis yang semakin tinggi dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Agronesia Divisi Industri Plastik

PEMILIHAN KEMASAN DAN PERALATAN MAKAN BERBAHAN PLASTIK YANG AMAN BAGI KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Pertumbuhan Industri Minuman Ringan Siap Saji di Indonesia Sumber: Asosiasi Industri Minuman Ringan, 2015

BAB I PENDAHULUAN. industri, konsumsi akan barang-barang berbahan plastik semakin meningkat. Menurut

PROSES PEMBUATAN CAPS SUNSILK 60 ml MENGGUNAKAN INJECTION MOLDING PADA PT. DYNAPLAST.TBK : DWI CAHYO PRABOWO NPM :

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011).

PLASTIK SEBAGAI KEMASAN PANGAN

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian mutu industri produk berbasis makanan dan minuman perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan merupakan sesuatu yang berada disekitar manusia secara

Segitiga pada Plastik. 5 April 2013 Linda Windia Sundarti

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN DAMPAK PENGGUNAAN PLASTIK PVC TERHADAP LINGKUNGAN DAN ALTERNATIFNYA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemui diantaranya adalah sampah plastik, baik itu jenis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daya alam, dan sebagainya sedang merebak di seluruh dunia. Menurut Green

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada cepatnya perubahan selera konsumen terhadap suatu produk. Oleh sebab

I. PENDAHULUAN. Saat ini, plastik banyak digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PENELITIAN AWAL PENGGUNAAN POLYETHYLENE STRAP SEBAGAI BAHAN PEMBUAT GABION

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

I. PENDAHULUAN. baku menjadi produk baru yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Pertumbuhan industri

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan bisnis yang semakin meningkat secara ketat berdampak

I. PENDAHULUAN. 2. Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. Populasi dunia meningkat dan dengan perkiraan terbaru akan

Polyvinyl chloride (PVC) merupakan termasuk salah jenis plastik yang paling

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN

1. PET Polyethylene Terephthalate

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK INJECTION MOULDING PRODUK CUP PLASTIK Ø 80 mm x 70 mm

BAB I PENDAHULUAN. diwarnai dengan revolusi di segala bidang, yang membuat faktor-faktor produksi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan-perusahaan makanan ringan baik skala kecil, menengah, maupun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari pembuangan kemasan plastik. Dengan keleluasaan yang diberikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. oleh aktivitas organisme pembusuk. Organisme pembusuk itu salah satunya

TINJAUAN PUSTAKA. Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa.

BAB 2 LANDASAN TEORI

PROSES PEMBUATAN BOTOL MILKY DI PT. LURINA PLASTIK INDUSTRIES, CIKARANG

Metodologi Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat

Jenis-jenis polimer. Berdasarkan jenis monomernya Polimer yang tersusun dari satu jenis monomer.

BAB I PENDAHULUAN. dan bersaing dalam memajukan usahanya. Bahkan banyak perusahaan yang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Oleh : Endang Warsiki

INTRODUCTION TO POLYMER. Oleh : LILIK MIFTAHUL KHOIROH, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. Di Provinsi Jawa Barat, terdapat sebuah BUMD yaitu PT Agronesia. PT Agronesia

BAB PEN EN A D HU LU N 1.1 Lat L ar B l e ak G mb m ar 1.1

BAB I PENDAHULUAN. maksimal. Dengan memperoleh laba yang maksimal, perusahaan dapat

Gambar 1.1 Produksi plastik di dunia tahun 2012 dalam Million tones (PEMRG, 2013)

STUDI TERHADAP TIMBULAN SAMPAH PLASTIK HDPE DAN LDPE SERTA UPAYA REDUKSI YANG DAPAT DITERAPKAN DI KECAMATAN SUKOLILO KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi yang begitu pesat, mendorong kecenderungan

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

karenanya perusahaan-perusahaan dituntut untuk meningkatkan kinerjanya dalam segala aspek kehidupan perusahaan tersebut serta berusaha untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2012

BAB I PENDAHULUAN. atau kualitas. Dalam dunia industri, kualitas barang yang dihasilkan merupakan

I. PENDAHULUAN. tanah memiliki kondisi yang ideal. Hal ini dikarenakan kondisi tanah yang. memiliki kuat dukung dan sifat tanah yang buruk.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. persaingan ketat antar industri khususnya industri rumahan atau home industry.

BAB I PENDAHULUAN. UMKM (Usaha Kecil Mikro dan Menengah) merupakan salah satu. rumahan. Peranan UMKM sejak krisis moneter tahun 1998 dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berubah; dan harganya yang sangat murah (InSWA). Keunggulan yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN. Dalam perkembangan ekonomi saat ini usaha tumbuh dengan pesat di

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat diketahui dari persaingan antar perusahaan yang semakin ketat, baik

PEMILIHAN MATERIAL DAN PROSES PADA PRODUK CONTAINER PLASTIK MENGGUNAKAN PENDEKATAN LIFE CYCLE ASSESSMENT (LCA)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini perekonomian di dunia telah memasuki era globalisasi. Semua

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BANTAL UNIK DARI SAMPAH PLASTIK

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan dalam bentuk apapun akan berorientasi pada pencarian laba

bahkan lebih bagus lagi jika kita dapat mendaur ulang plastik menjadi sesuatu yang lebih berguna (recycle). Bayangkan saja jika kita berbelanja

BAB I PENDAHULUAN I-1

ACTIVITY-BASED MANAGEMENT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. plastik sebagai kelengkapan kebutuhan sehari-hari. Di samping harganya yang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Globalisasi dan perkembangan teknologi serta kebutuhan yang terus meningkat telah menimbulkan perubahan dalam dunia industri di Indonesia. Industri yang berbasis teknologi dan pemenuhan keinginan konsumen telah menjadi landasan dasar demi kesuksesan suatu perusahaan. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan teknologi dan pemenuhan keinginan konsumen tersebut dilakukan dengan berbagai macam strategi fungsional baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek oleh berbagai perusahaaan untuk mencapai tujuannya masing-masing. Industri adalah kelompok perusahaan yang menghasilkan dan menjual barang atau jasa sejenis. Manufaktur adalah proses kegiatan yang mengubah bahan baku menjadi barang lain yang mempunyai nilai tambah (value added) lebih tinggi, sehingga industri manufaktur dapat didefinisikan menjadi kelompok perusahaan sejenis yang mengolah bahan-bahan menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang bernilai tambah lebih besar. Salah satu contoh paling riil dari industri manufaktur adalah industri plastik. Industri plastik secara umum dapat dibedakan menjadi thermoplastik dan thermosetting. Plastik thermoplastik adalah plastik yang dapat dicetak berulangulang dengan adanya panas. Sedangkan plastik thermosetting adalah plastik yang apabila telah mengalami kondisi tertentu tidak dapat dicetak kembali.

2 Material plastik telah berkembang pesat dan sekarang mempunyai peranan yang sangat penting dibidang elektronika, pertanian, tekstil, transportasi, furniture, konstruksi, kemasan kosmetik, kemasan makanan dan minuman, mainan anak-anak dan produk-produk industri lainnya. Tabel 1.1 memperlihatkan pembagian plastik dari material atau bahan baku yang digunakan. Tabel 1.1 Macam-Macam Plastik No Kode Tipe Plastik Sifat Kegunaan Didaur ulang menjadi PET Bening, tangguh, tahan terhadap larutan Botol air mineral dan softdrink, Bantal dan sleeping bag 1 Polyethylene kimia, kedap air dan gas, tahan terhadap plastik biskuit, botol selai (material pengisi), botol Terephthalate temperatur hingga 80 C softdrink, carpet mat 2 3 4 PE-HD High Density Polyethylene PVC Polyvinyl Chloride PE-LD Low Density Polyethylene Semi fleksibel - keras, tahan terhadap larutan kimia dan lembab, permukaan licin, buram, mudah diwarnai, tahan terhadap temperatur sampai 75 C PVC U (Unplasticised) Kuat, tangguh, tahan terhadap temperatur hingga 80 C PVC P (Plasticised) Fleksibel, tidak tahan larutan kimia jam Lunak, fleksibel, permukaan licin, bening, gampang tergores, tahan temperatur hingga 70 C Shopping bag, kotak es cream, gelas jus, botol kimia, bungkus detergent, ember Kotak kosmetik, pipa air - fitting, pelapis tembok (dempul) Selang air, sol sepatu, kantong darah, tubing, wire insulation, tali Plastik pembungkus nasi, plastik sampah, tempat sampah, selang irigasi, wrapping Tempat sampah, compost bins, ember, bungkus detergent, pipa plastik Film, bemper mobil, keset plastik Plastik wrapping, tempat sampah, pallet sheet 5 PP Poly Propylene Keras - fleksibel, permukaan licin, bening/jernih, tahan terhadap larutan kimia, tahan temperatur hingga 140 C Serbaguna, wadah untuk pemanasan microwaves, kotak makanan, botol isi ulang, tube Wadah plastik, corong oli, casing battery/accu, tray 6 PS Polystyrene Clear, seperti gelas, kaku, getas, CD case, plastic cutlery (sendok-gantungagarpu, pisau) stationery, accessories pakaian, alas, tray buram/berwarna, tahan temperatur hingga 95 C, tidak tahan terhadap gemuk dan larutan kimia Foamed, ringan, menyerap energi, heat insulting (menyimpan panas) Gelas foamed untuk minuman, alas daging, protective material, box makanan 7 Other Pada dasarnya, item ini merupakan kombinasi dari jenis-jenis plastik yang Sumber: http:// www.plastics.org.nz ada, contoh: SAN, ABS, PC SAN: Styrene Acrylonitrile ABS: Acrylonitrile Butadiene Styrene PC: Polycarbonate Part kendaraan, casing monitor, botol minuman, botol kecap, botol limun, packaging Part kendaraan, botol kecap, botol limun

3 Industri plastik di Indonesia terus mengalami perkembangan, yang ditandai dengan semakin banyaknya permintaan akan plastik dan bahan bakunya. Besarnya permintaan terhadap bahan baku plastik bergantung kepada fluktuasi kebutuhan dari industri pemakai utamanya yaitu industri plastik dan kemasan. Selama ini produk kemasan plastik cenderung meningkat seiring dengan semakin besarnya konsumsi masyarakat. Saat ini kemasan plastik masih menjadi bahan kemasan utama bagi industri makanan dan minuman karena praktis dan relatif murah. Menurut Asosiasi Industri Aromatik, Olefin, dan Plastik Indonesia (Inaplas), potensi pasar plastik Indonesia sangat besar diperkirakan akan mencapai 4 juta ton pada 2015. (http://www.inaplas.org). Perkembangan tersebut ternyata meningkatkan persaingan diantara pelaku industri plastik. Kualitas bersama dengan harga, ketersediaan produk di pasaran dan variasi produk yang ditawarkan merupakan alat yang dapat digunakan perusahaan untuk memenangkan persaingan. Menurut American Society for Quality dalam Render dan Heizer (2006:253) kualitas adalah keseluruhan fitur dan karakteristik produk atau jasa yang mampu memuaskan kebutuhan yang terlihat atau yang tersamar. Gaspersz (2002:3) menyatakan bahwa setiap perusahaan agar tetap eksis di dunia bisnis harus memperhatikan kualitas dari produk yang dihasilkan. Perhatian penuh terhadap kualitas akan memberikan dampak positif kepada bisnis melalui dua cara, yaitu terhadap biaya produksi dan terhadap pendapatan. Dampak terhadap biaya produksi dihasilkan dari proses pembuatan produk yang sesuai dengan standar sehingga meminimalkan tingkat kerusakan dan

4 menghindarkan perusahaan dari pemborosan dan inefisiensi. Dampak terhadap pendapatan terjadi melalui peningkatan penjualan akibat baiknya kualitas produk yang dihasilkan dan harga yang bersaing. Kualitas merupakan aspek yang penting untuk memperbaiki operasi perusahaan. Mengelola kualitas membantu membangun strategi yang sukses akan differensiasi, biaya rendah, dan respon yang cepat. Tidak hanya melihat harga, konsumen juga sangat mementingkan kualitas produk tersebut. Salah satu cara yang dapat digunakan oleh perusahaan agar menghasilkan produk yang berkualitas adalah dengan pelaksanaan pengendalian kualitas. Cara ini merupakan suatu sistem kontrol guna menjamin agar kualitas bahan baku dan bahan pembantu, proses produksi serta produk jadi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Seringkali para manajer berusaha menghindari upaya-upaya peningkatan kualitas dari produksi yang dihasilkan karena menganggap bahwa peningkatan kualitas produk akan meningkatkan juga biaya produksi. Hal ini tidaklah benar berdasarkan pernyataan Philip B. Crosby dalam Render dan Heizer (2006:259) Quality is free. (kualitas itu gratis). Sama sekali tidak ada alasan untuk memiliki kesalahan atau kecacatan pada produk atau jasa. Menurut Assauri (2008:299) pengendalian kualitas merupakan usaha untuk mempertahankan mutu / kualitas dari barang yang dihasilkan, agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijakan pimpinan perusahaan. Pengendalian kualitas diharapkan mampu meminimalkan jumlah produk cacat (defects) pada sebuah perusahaan. Pada saat terjadi produk cacat, karyawan

5 pada proses berikutnya akan menciptakan pemborosan dengan menunggu serta menambah biaya pada produk. Jika cacat terjadi pada proses pemasangan, diperlukan tambahan karyawan untuk membongkarnya kembali dan tambahan komponen untuk mengganti yang rusak. Pemisahan material buruk dan material bagus juga membutuhkan tenaga, hal ini juga menimbulkan pemborosan pada material dan sejumlah karyawan yang digunakan. Bahkan jika produk cacat ditemukan oleh pelanggan setelah dikirim, hal tersebut malah lebih buruk lagi. Tidak hanya biaya jaminan dan tambahan biaya pengiriman tetapi nama baik perusahaan di pasar bisnis akan hilang. Pemborosan berupa produk cacat ini berdampak langsung kepada kelangsungan hidup perusahaan dimana produk cacat mengakibatkan kerja ulang atau bahkan harus dibuang (scrap), biaya yang dikeluarkan pun luar biasa besar. Setiap produk ataupun jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi tidak akan 100% sama, hal ini terjadi karena adanya variasi selama proses produksi berlangsung. Banyak sekali metode yang mengatur atau membahas mengenai kualitas dengan karakteristiknya masing-masing. Untuk mengukur seberapa besar tingkat kerusakan produk yang dapat diterima oleh suatu perusahaan dengan menentukan batas toleransi dari produk cacat yang dihasilkan tersebut dapat menggunakan pengendalian kualitas dengan metode statistik, yaitu metode pengendalian kualitas yang dalam aktifitasnya menggunakan alat bantu statistik yang terdapat pada Statistical Quality Control (SQC) serta Statistical Process Control (SPC), dimana proses produksi dikendalikan kualitasnya mulai dari awal produksi, pada saat proses produksi berlangsung sampai dengan produk

6 jadi. Dengan menggunakan SQC, variasi buatan yang dapat menimbulkan produk cacat bisa dikendalikan dan ditelusuri penyebabnya, sehingga jumlah produk cacat dapat diminimalkan. Menurut Assauri (2008:312) SQC merupakan penggunaan metode statistik untuk mengumpulkan dan menganalisis data dalam menentukan dan mengawasi kualitas hasil produksi. SQC dapat diterapkan untuk semua jenis industri, termasuk industri plastik. PT. Agronesia Divisi Industri Plastik (selanjutnya disebut PT. Agroplas), adalah salah satu unit usaha dari PT. Agronesia yang merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi Jawa Barat. PT. Agroplas bergerak dalam industri kemasan plastik yang memproduksi kemasan plastik botol air minum dengan menggunakan bahan baku Polyethylene Terephthalate (PET). Untuk memenuhi kebutuhan konsumen, PT. Agroplas telah dilengkapi dengan fasilitas produksi berupa lima unit Polyethylene Terephthalate (PET) Injection Mould Machine dengan kapasitas 250 ton sebanyak empat unit dan kapasitas 300 ton sebanyak satu unit untuk memproduksi preform (produk setengah jadi dari kemasan botol), serta empat unit Blow Moulding Machine untuk memproduksi produk kemasan botol. Produk utama yang dihasilkan oleh PT. Agroplas adalah PF 12,5 (produk setengah jadi untuk kemasan botol air minum 330 ml), PF 16 (produk setengah jadi untuk kemasan botol air minum 600 ml), dan PF 31 (produk setengah jadi untuk kemasan botol air minum 1500 ml). Toleransi produk cacat yang diterapkan di PT. Agroplas adalah sebesar 1% dari jumlah total realisasi produksi. Dalam menjalankan proses produksi, PT. Agroplas tidak terlepas dari

7 adanya produk cacat yang timbul selama proses produksinya. Hal ini dapat terlihat dari tabel 1.2. Tabel 1.2 Realisasi Produksi PT. Agroplas Realisasi Produksi PT. Agronesia Divisi Industri Plastik Januari 2011 PF 12,5 PF 16 PF 31 Tanggal Barang Jadi Produk Cacat Barang Jadi Produk Cacat Barang Jadi Produk Cacat Rasio Rasio (pcs) (pcs) (pcs) (pcs) (pcs) (pcs) Rasio 03/01/2011 42.500 588 1,4% 63.000 169 0,3% 31.500 241 0,8% 04/01/2011 40.000-0,0% 87.000 137 0,2% 29.070 369 1,3% 05/01/2011 42.500-0,0% 99.000-0,0% 29.150 393 1,3% 06/01/2011 35.000-0,0% 96.000 530 0,5% 33.680 350 1,0% 07/01/2011 28.750-0,0% 86.000-0,0% 29.160 423 1,4% 08/01/2011 41.250 511 1,2% 97.000 438 0,4% 34.580 513 1,5% 09/01/2011 40.262 847 2,1% 39.093 275 0,7% 32.180 357 1,1% Sumber: Laporan Produksi PT. Agroplas 2011 Dari tabel 1.2 di atas terlihat bahwa produk cacat dari PF 31 banyak yang melebihi batas toleransi yang diterapkan oleh PT. Agroplas. Hal ini lah yang menjadi dasar penelitian ini difokuskan untuk meneliti kualitas produk PF 31. Suatu produk PF 31 dikategorikan cacat apabila produk tersebut memiliki salah satu ciri-ciri produk cacat sebagai berikut: kotor, terdapat bintik hitam, warnanya tidak bening, terdapat goresan, bentuknya tidak sempurna, ataupun memiliki gelembung udara. Adapun realisasi produksi untuk produk PF 31 diperlihatkan pada tabel 1.3.

8 Tabel 1.3 Realisasi Produksi PF 31 Januari 2011 Realisasi Produksi PF 31 Januari 2011 (Toleransi Produk Cacat 1%) Barang Produk Total Rasio Tanggal Jadi (pcs) Cacat Produksi (%) 1 - - - - 2 22.500 149 22.649 0,7 3 31.500 241 31.741 0,8 4 29.070 369 29.439 1,3 5 29.150 393 29.543 1,3 6 33.680 350 34.030 1,0 7 29.160 423 29.583 1,4 8 34.580 513 35.093 1,5 9 32.180 357 32.537 1,1 10 20.900 345 21.245 1,6 11 35.500 264 35.764 0,7 12 35.030 403 35.433 1,1 13 35.250 422 35.672 1,2 14 26.500 354 26.854 1,3 15 26.000 172 26.172 0,7 16 26.040 174 26.214 0,7 17 26.100 290 26.390 1,1 18 26.200 110 26.310 0,4 19 26.500 69 26.569 0,3 20 23.260 264 23.524 1,1 21 26.050 218 26.268 0,8 22 25.150 163 25.313 0,6 23 27.090 78 27.168 0,3 24 25.600 164 25.764 0,6 25 26.000 196 26.196 0,7 26 25.580 348 25.928 1,3 27 24.000 162 24.162 0,7 28 25.500 142 25.642 0,6 29 25.500 255 25.755 1,0 30 24.250 339 24.589 1,4 31 12.500 3 12.503 0,0 Sumber: Laporan Produksi PT. Agroplas 2011

9 Dalam usahanya untuk meminimalkan produk cacat PF 31, saat ini PT. Agroplas menerapkan pengendalian kualitas dengan metode inspeksi, yaitu dengan cara memeriksa bahan baku, memeriksa proses produksi, dan menyortir produk hasil produksi kemudian memisahkan produk yang cacat dengan produk yang baik. Dari tabel 1.3 terlihat jumlah produk cacat untuk PF 31 masih banyak yang melebihi batas toleransi produk cacat yang diterapkan oleh PT. Agroplas. Dengan demikian berarti metode pengendalian kualitas produksi yang diterapkan PT. Agroplas belum optimal sehingga perlu dilakukan analisa mengenai upaya pengendalian kualitas yang diterapkan oleh PT. Agroplas dan mencari sebab masih terjadinya produk cacat serta mencari solusi perbaikan dengan menggunakan metode statistik sehingga persentase produk cacat dapat ditekan sekecil mungkin. Dengan mempertimbangkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, maka sangat relevan apabila dilakukan penelitian mengenai Analisis Pengendalian Kualitas dengan Metode Statistik untuk Meminimalkan Jumlah Produk Cacat PF 31 pada PT. Agronesia Divisi Industri Plastik (Agroplas). 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah PT. Agroplas adalah salah satu perusahaan dalam industri plastik yang memproduksi kemasan botol air minum dengan menggunakan bahan baku Polyethylene Terephthalate (PET). Produk utama yang dihasilkan oleh PT. Agroplas adalah PF 12,5 (produk setengah jadi kemasan botol air minum 330 ml),

10 PF 16 (produk setengah jadi kemasan botol air minum 600 ml), dan PF 31 (produk setengah jadi kemasan botol air minum 1500 ml). Dalam penelitian ini, produk yang diteliti adalah PF 31 yang merupakan produk setengah jadi dari kemasan botol air minum 1500 ml. Dalam menjalankan proses produksi, PT. Agroplas tidak terlepas dari adanya produk cacat yang timbul selama proses produksinya. Hal ini juga terjadi dalam proses produksi PF 31, seperti yang diperlihatkan tabel 1.3 di atas. Dari latar belakang masalah di atas, diketahui bahwa permasalahan yang dihadapi oleh PT. Agroplas adalah belum optimalnya pelaksanaan pengendalian kualitas yang diperlihatkan dengan masih banyaknya jumlah produk cacat PF 31 yang melebihi batas toleransi sebesar 1% dari jumlah realisasi produksi, seperti yang telah ditetapkan oleh PT. Agroplas. Produk cacat ini berdampak langsung kepada kelangsungan hidup perusahaan dimana produk cacat mengakibatkan kerja ulang atau bahkan harus dibuang (scrap), biaya yang dikeluarkan pun luar biasa besar. Oleh karena itu perusahaan memerlukan pengendalian kualitas yang berguna untuk mengurangi atau menekan terjadinya produk cacat sehingga mencapai standar kualitas sesuai dengan yang diharapkan. Kegiatan pengendalian kualitas dilakukan mulai dari penerimaan bahan baku, proses produksi sampai dengan produk akhir dan menekan terjadinya produk cacat dengan filosofi zero defect. Kegiatan pengendalian kualitas tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode statistik atau biasa disebut Statistical Quality Control (SQC).

11 1.2.2 Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang dan identifikasi masalah, dapat dirumuskan pokok masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran pengendalian kualitas di PT.Agroplas saat ini? 2. Bagaimana gambaran produk cacat PF 31 di PT. Agroplas saat ini? 3. Bagaimana analisis pengendalian kualitas dengan metode statistik untuk meminimalkan jumlah produk cacat PF 31? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui gambaran pengendalian kualitas di PT. Agroplas. 2. Mengetahui gambaran produk cacat PF 31 di PT. Agroplas. 3. Mengetahui analisis pengendalian kualitas dengan metode statistik untuk meminimalkan jumlah produk cacat PF 31.

12 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan-kegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu manajemen, khusunya manajemen operasional yang berkaitan dengan pengendalian kualitas. Penelitian ini juga dapat dijadikan dasar bagi peneliti lainnya yang tertarik untuk meneliti mengenai permasalahan yang sama. 2. Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberi masukan dan bahan pertimbangan bagi PT. Agroplas dalam merancang dan menerapkan metode pengendalian kualitas untuk meminimalkan jumlah produk cacat.