ANALISIS TREND PERMINTAAN, PENAWARAN, DAN HARGA GULA KRISTAL PUTIH DI PROVINSI SUMATERA UTARA

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS TREND PERMINTAAN, PENAWARAN, DAN HARGA GULA KRISTAL PUTIH DI PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH :

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA

FAKTOR YANG MENENTUKAN HARGA REFERENSI DAERAH (HRD) JAGUNG DI SUMATERA UTARA

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN GULA PASIR DI KOTA MEDAN ANALYSIS THE FACTORS THAT INFLEUENCE THE SUGAR DEMAND IN MEDAN CITY

DAMPAK IMPOR GULA TERHADAP HARGA GULA DOMESTIK SUMATERA UTARA

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN BERAS DAN JAGUNG DI PROVINSI SUMATERA UTARA

Teori & Hukum Permintaan & Penawaran + Kurva

ANALISIS FORECASTING KETERSEDIAAN PANGAN 2015 DALAM RANGKA PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

V. GAMBARAN UMUM KONDISI PERGULAAN NASIONAL, LAMPUNG DAN LAMPUNG UTARA

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN. Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

ANALISIS TIME SERIES PRODUKSI DAN KONSUMSI PANGAN UBI KAYU DAN UBI JALAR DI SUMATERA UTARA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN JAGUNG DI SUMATERA UTARA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MEMBELI SAYURAN DI PASAR TRADISIONAL

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

YOGYAKARTA, 9 SEPTEMBER 2017 FGD "P3GI" 2017

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER DI KOTA MEDAN Helmi Mawaddah *), Satia Negara Lubis **) dan Emalisa ***) *)

berbeda-beda dalam hal Elastisitas terdiri dari Elastis Linier E=1

ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditi strategis bagi perekonomian Indonesia, karena merupakan salah satu dari sembilan

ANALISIS KESEIMBANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG DI SUMATERA UTARA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat. Kegiatan

TINJAUAN PUSTAKA Situasi Penawaran dan permintaan Beras di Indonesia. Kondisi penawaran dan permintaan beras di Indonesia dapat diidentifikasi

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

Sartika Krisna Panggabean* ), Satia Negara Lubis** ) dan Thomson Sebayang** ) Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Unversitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari Sumber Daya Alam (SDA) dan iklimnya, Indonesia memiliki

Elastisitas Permintaan dan Penawaran. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA Apriyani Barus *), Satia Negara Lubis **), dan Sri Fajar Ayu **)

PERMINTAAN DAN PENAWARAN HASIL PERTANIAN

PENGARUH PEMBERLAKUAN PAJAK EKSPOR TERHADAP HARGA DOMESTIK BIJI KERING KAKAO SUMATERA UTARA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA JAGUNG PIPIL DITINGKAT PRODUSEN SUMATERA UTARA

STEVIA ISSN No Vol. III No. 01-Januari 2013

ANALISIS ELASTISITAS PENDAPATAN KONSUMEN TERHADAP PERMINTAAN TERHADAP DAGING SAPI DI KOTA MEDAN

Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp ,

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN CABAI MERAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS TERHADAP KEBIJAKAN PEMERINTAH DI BIDANG PANGAN

Pengantar Ekonomi Mikro

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN JERUK MANIS DI PASAR TRADISIONAL KOTA MEDAN

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN BERAS DAN UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN DI KABUPATEN SAMOSIR SKRIPSI

Harga (Pq) Supply (S)

PENERAPAN ISO 9001:2000 PADA TINGKAT PENJUALAN PRODUK CPO, HARGA PRODUK CPO DAN KEUNTUNGAN DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA V RIAU

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia gula merupakan komoditas terpenting nomor dua setelah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk menghasilkan suatu barang. Pentingnya masalah

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. beras, jagung dan umbi-umbian menjadikan gula sebagai salah satu bahan

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. tebu, tembakau, karet, kelapa sawit, perkebunan buah-buahan dan sebagainya. merupakan sumber bahan baku untuk pembuatan gula.

I Ketut Ardana, Hendriadi A, Suci Wulandari, Nur Khoiriyah A, Try Zulchi, Deden Indra T M, Sulis Nurhidayati

ANALISIS KINERJA DAN PROSPEK SWASEMBADA KEDELAI DI INDONESIA. Muhammad Firdaus Dosen STIE Mandala Jember

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI LADA DI INDONESIA FACTORS THAT INFLUENCE THE PRODUCTION OF PEPPER IN INDONESIA

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN Pertemuan 9

BAB I PENDAHULUAN. Gula adalah salah satu komoditas pertanian yang telah ditetapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. di Pulau Jawa. Sementara pabrik gula rafinasi 1 yang ada (8 pabrik) belum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN

PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN BERAS KOTA BENGKULU. Sarina 1 dan Hermawati 2

ELASTISITAS PERMINTAAN & PENAWARAN

PENGARUH HARGA BAWANG MERAH IMPOR TERHADAP PERMINTAAN IMPOR BAWANG MERAH DI INDONESIA TAHUN

PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SAMARINDA

PENDAHULUAN. unik yang berbeda dengan komoditi strategis lain seperti beras. Di satu sisi gula

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan)

III. KERANGKA TEORITIS. adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan

ANALISIS HARGA DAN ELASTISITAS PEMASARAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN LANGKAT

Penetapan Harga ( Ceiling Price dan Floor Price )

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan

DAMPAK PRILAKU HARGA TERHADAP KETERSEDIAAN KEDELAI DI SAMARINDA

PPT 4 Elastisitas harga permintaan, silang permintaan & pendapatan permintaan serta penawaran

Permintaan Gula Kristal Mentah Indonesia. The Demand for Raw Sugar in Indonesia

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMBINAAN PERAN INDUSTRI BERBASIS TEBU DALAM MENUNJANG SWASEMBADA GULA NASIONAL.

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI PROPINSI JAMBI. Edison dan Pera Nurfathiyah

Kata Kunci: Nilai Ekspor, GDP Amerika Serikat, Kurs Nominal, Surpus Konsumen, Surplus Produsen

MIMPI MANIS SWASEMBADA GULA

ANALISIS PERKEMBANGAN HARGA GULA

3 KERANGKA PEMIKIRAN

KEBIJAKAN TATANIAGA GULA TERHADAP KETERSEDIAAN DAN HARGA DOMESTIK GULA PASIR

KEBIJAKAN GULA UNTUK KETAHANAN PANGAN NASIONAL

ELASTISITAS PERMINTAAN BERAS ORGANIK DI KOTA MEDAN

TINJAUAN PUSTAKA Teori Penawaran dan Kurva Penawaran. (ceteris paribus) (Lipsey et al, 1995). Adapun bentuk kurva penawaran dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris karena memiliki tanah yang subur. Karena

USAHA MIKRO GULA MERAH TEBU DI DESA MANGUNREJO KECAMATAN NGADILUWIH DAN DESA CENDONO KECAMATAN KANDAT KABUPATEN KEDIRI

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

Transkripsi:

ANALISIS TREND PERMINTAAN, PENAWARAN, DAN HARGA GULA KRISTAL PUTIH DI PROVINSI SUMATERA UTARA Samuel Noviantara Purba 1), Rahmanta 2) dan Satia Negara Lubis 3) 1) Alumni Departemen Agribisnis FP USU Program Studi Agribisnis, 2) dan 3) Staf Pengajar Departemen Agribisnis FP USU Jl. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP. 081371029891, E-mail: samuel.purba7@gmail.com ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis permintaan dan penawaran serta elastisitas gula kristal putih tahun 2001-2011, serta menganalisis dan meramalkan trend permintaan, penawaran, harga gula serta elastisitas gula kristal putih di Provinsi Sumatera Utara pada periode 2012-2020. Metode analisis yang digunakan adalah analisis peramalan trend linear dengan menggunakan software Minitab 16 dengan periode peramalan 2012 hingga 2020. Hasil penelitian menujukkan bahwa dari tahun 2001-2011 permintaan gula kristal putih mengalami penurunan sebesar 0,03% dan penawaran gula kristal putih juga turun hingga mencapai 0,09%. Trend permintaan dan trend harga gula kristal putih tahun 2012-2020 adalah meningkat sedangkan trend penawaran gula kristal putih adalah menurun. Elastisitas permintaan dan penawaran gula kristal putih tahun 2001-2011 adalah sebesar -0,0023 (inelastis) dan -0,0075 (inelastis). Sedangkan Elastisitas permintaan dan penawaran gula kristal putih tahun 2012-2020 diramalkan sebesar 0,0067 (inelastis) dan -0,1524 (inelastis). Kata kunci: Permintaan, Penawaran, Harga, Trend, Dan Elastisitas ABSTRACT The Objective of this research is to understand the development of demand and white crystal sugar supply in year 2001-2011 with its elasticity, and also to understand the development of demand trend, supply, and white crystal sugar s price in year 2012-2020 with its elasticity on North Sumatera Province. Methodology of this research have used and known as the smallest quadrate method with trend analysis also it helped with Minitab 16 software. Determination in this research area had used purposive method. Data collection method has become as a secondary data like time series data from year 2001-2011. The result of this researched showed that in year 2001-2011, the development of white crystal sugar demand has decreased in 0,03 % and for its supplies has decreased in 0,09%. The demand trend and the trend of white crystal sugar s price in year 2012-2020 had been increasing while the supply trend of white crystal sugar had been decreasing. The elasticity of demand and supply white crystal sugar in year 2001-2020 is -0,0023 (inelasticity) and -0,0075 (inelasticity). The elasticity of demand and white crystal sugar supply in year 2012-2020 is 0,0067 (inelasticity) and -0,1524 (inelasticity). Key words: Demand, Supply, Price, Trend and Elasticity

PENDAHULUAN Latar Belakang Gula terdiri dari beberapa jenis yang dilihat dari keputihannya melalui standar ICUMSA (International Commission For Uniform Methods of Sugar Analysis). ICUMSA merupakan lembaga yang dibentuk untuk menyusun metode analisis kualitas gula dengan anggota 30 negara. Mengenai warna gula, ICUMSA telah membuat rating atau grade kualitas warna. Sistem rating berdasarkan warna gula yang menunjukkan kemurnian dan banyaknya kotoran yang terdapat dalam gula tersebut (Krisnamurthi, 2012:294) Kementrian Pertanian (2011) menyatakan kebutuhan gula dalam sistem pergulaan nasional terbagi dua yakni untuk rumah tangga (konsumsi langsung) dengan kualitas Gula Kristal Putih (GKP) dan industri makanan, minuman serta farmasi (kebutuhan tidak langsung) dengan kualitas Gula Kristal Rafinansi (GKR) (Krisnamurthi,2012:260). Provinsi Sumatera Utara sendiri merupakan salah satu provinsi di Pulau Sumatera yang menghasilkan gula kristal putih dari industri pengolahan tebu yang dimiliki oleh BUMN. Tahun 2001, merupakan luas areal tebu Provinsi Sumatera Utara yang paling besar yakni sebesar 13.875 ha. Sementara produksi terbesar mencapai 665.270,1 ton pada tahun 2001 dan produktivitas paling tinggi yakni 63,8 ton/ha pada tahun 2011 ( Data sekunder, Hasil Perhitungan Produksi Tebu Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2011). Provinsi Sumatera Utara sebagai provinsi besar dengan jumlah penduduk yang padat tentunya mempunyai kebutuhan konsumsi gula kristal putih yang tinggi dalam penggunaan rumah tangga. Kebutuhan konsumsi ini dipenuhi oleh stok yang ada dan ditambah oleh impor gula Sebagai provinsi yang memproduksi gula kristal putih, harga gula kristal putih di Provinsi Sumatera Utara cenderung tidak stabil dan bahkan bergerak naik dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011, harga gula kristal putih di Provinsi Sumatera Utara bahkan mencapai Rp. 12.000,00/kg nya (BPS, 2012).

Perumusan Masalah 1. Bagaimana perkembangan permintaan gula kristal putih pada tahun 2001-2011 di Provinsi Sumatera Utara? 2. Bagaimana trend permintaan gula kristal putih pada tahun 2012-2020 di Provinsi Sumatera Utara? 3. Bagaimana perkembangan penawaran gula kristal putih pada tahun 2001-2011 di Provinsi Sumatera Utara? 4. Bagaimana trend penawaran gula kristal putih pada tahun 2012-2020 di Provinsi Sumatera Utara? 5. Bagaimana trend harga gula kristal putih pada tahun 2012-2020 di Provinsi Sumatera Utara? 6. Bagaimana elastisitas penawaran dan permintaan gula kristal putih di Provinsi Sumatera Utara tahun 2001-2011? 7. Bagaimana elastisitas penawaran dan permintaan gula kristal putih di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012-2020? Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui perkembangan permintaan gula kristal putih pada tahun 2001-2011 di Provinsi Sumatera Utara. 2. Untuk mengetahui trend permintaan gula kristal putih pada tahun 2012-2020. 3. Untuk mengetahui perkembangan penawaran gula kristal putih pada tahun 2001-2011 di Provinsi Sumatera Utara. 4. Untuk mengetahui trend penawaran gula kristal putih tahun 2012-2020. 5. Untuk mengetahui trend harga gula kristal putih pada tahun 2012-2020. 6. Untuk mengetahui elastisitas permintaan dan penawaran gula kristal putih di Provinsi Sumatera Utara tahun 2001-2011. 7. Untuk mengetahui elastisitas permintaan dan penawaran gula kristal putih di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012-2020.

TINJAUAN PUSTAKA Teori permintaan dan penawaran menunjukkan kemungkinan pergeseran kurva permintaan dan penawaran yaitu (Kadariah, 1994): 1. Kenaikan dalam permintaan (pergeseran ke kanan kurva permintaan) 2. Penurunan dalam permintaan (pergeseran ke kiri kurva permintaan) 3. Kenaikan penawaran (pergeseran ke kanan kurva penawaran) 4. Penurunan dalam penawaran (pergeseran ke kiri penawaran) Untuk mengetahui kepekaan perubahan barang yang diminta terhadap perubahan harga maka perlu diukur derajat kepekaannya yang disebut elastisitas permintaan. Elastisitas penawaran mengukur derajat kepekaan perubahan penawaran atas harga dimana faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran seperti biaya produksi, teknologi, kebijakan pemerintah, dan lain sebagainya dianggap tetap (Putong, 2005). Keseimbangan harga merupakan titik temu antara permintaan dan penawaran yang merupakan proses alami mekanisme pasar. Harga keseimbangan atau harga pasar (equilibrium price) adalah tinggi rendahnya tingkat harga yang terjadi atas kesepakatan antara produsen (penawaran) dengan konsumen (permintaan). Gerakan/variasi data berkala (time-series) terdiri dari empat komponen yakni (Supranto, 2008): 1. Gerakan/trend jangka panjang yaitu gerakan yang menunjukkan arah perkembangan secara umum (kecenderungan menaik atau menurun). 2. Gerakan/variasi siklis adalah gerakan/variasi jangka panjang disekitar garis trend (berlaku untuk data tahunan). 3. Gerakan/variasi musiman adalah gerakan yang mempunyai pola tetap dari waktu ke waktu. 4. Gerakan/variasi yang tidak teratur adalah gerakan/variasi yang sifatnya sporadis. Trend melukiskan gerak data deret waktu selama jangka waktu yang panjang atau cukup lama. Gerak ini mencerminkan sifat kontinuitas atau keadaan yang terus-menerus dari waktu ke waktu selama kurun waktu tertentu, karena sifat kontinuitas inilah maka trend dianggap sebagai gerak yang stabil sehingga dalam

menginterpretasikannya dapat digunakan model matematis, sesuai dengan keadaan dan deret waktunya itu sendiri. Menurut Hakim (2001), untuk menentukan model peramalan trend yang tepat, dapat digunakan kriteria sebagai berikut: 1. Membentuk analisis residual 2. Mengukur besar dari residual error 3. Prinsip parsimony METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan bahwa Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Pulau Sumatera yang juga memproduksi gula kristal putih dari perkebunan tebu. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data time-series yakni data jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara, Data Konsumsi Gula Kristal Putih Provinsi Sumatera Utara, Luas Areal Tebu, Produksi Tebu, Impor dan Ekspor Gula Kristal Putih, Rendemen Nyata, dan harga gula kristal putih di Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2001-2011. Metode Analisis Data Hipotesis 1 dianalisis dengan menggunakan tabulasi sederhana yaitu dengan menghitung perubahan permintaan gula kristal putih di Provinsi Sumatera Utara selama 11 tahun terakhir. Permintaan gula kristal putih diamati dari total konsumsi yang diketahui dengan mengalikan konsumsi gula kristal putih per kapita/tahun dengan jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara ( Husodo, 2004). Untuk hipotesis 2, 4, dan 5 yakni trend permintaan, penawaran, dan harga gula kristal putih akan dianalisis dengan menggunakan trend eksponensial. Trend eksponensial merupakan trend tidak linier yang dapat dibuat linier dengan melakukan transformasi (perubahan bentuk). Persamaan trend eksponensial adalah sebagai berikut: Y = ab x dapat diubah menjadi trend semi log: log Y =

log a + (log b) X; log Y = Y 0; log a = a0 dan log b = b0. Karena trend semi log memiliki bentuk linier, maka dapat digunakan metode kuadrat terkecil. Dengan demikian Y 0 = a0 + b0 X, dimana koefisien a0 dan b0 dapat dicari dengan persamaan normal (Supranto, 2008): a0n + b0 X = Y0 a0 X + b0 X 2 = X Y0 Dimana : Y X = Nilai trend untuk setiap unit X = Unit waktu tertentu Menurut Hakim (2001), nilai b0 merupakan perkiraan tahunan atas tingkat pertumbuhan gabungan (dinyatakan dalam persen) yang dapat dicari dengan cara (b0-1) x 100%. Untuk hipotesis 3, penawaran gula kristal putih didapat dari perkalian bobot tebu dikalikan dengan rendemen nyata. Dengan demikian perhitungan rendemen nyata dapat dilakukan dengan rumus: Bobot Hablur Rendemen nyata = ( ) 100% Bobot Tebu Jika dihitung dalam persentase, maka rendemen merupakan kristal nyata yang diperoleh dari % tebu yang digiling (Harisutji, 2001). Apabila rendemen nyata dan bobot tebu sudah diketahui, maka dengan rumus di atas dapat dicari bobot hablur nya, begitu juga sebaliknya. Setelah didapat produksi gula kristal putih, kemudian ditambah dengan impor gula kristal putih yang ada kemudian dikurangi dengan ekspor gula kristal putih lalu ditambah dengan stock yang ada untuk menjadi penawaran gula kristal putih di Provinsi Sumatera Utara. Untuk hipotesis 6 dan 7, akan dianalisis dengan rumus sebagai berikut (Sukirno, 2005): Elastisitas Permintaan (Ed) = Elastisitas Penawaran (Es) = % perubahan jumlah barang yang diminta % perubahan harga barang % perubahan jumlah barang yang ditawarkan %perubahan harga barang, sedangkan.

Penulis juga memanfaatkan bantuan software Minitab 16 dalam menganalisis trend baik untuk permintaan, penawaran, dan harga gula kristal putih. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penelitian ini, maka dibuat definisi sebagai berikut : 1. Gula Kristal Putih ( GKP ) adalah gula yang umum dikonsumsi oleh konsumen rumah tangga yang memiliki nama yang cukup beragam seperti gula pasir, gula putih, atau gula konsumsi. 2. Harga gula kristal putih adalah rata-rata harga gula kristal putih di 16 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. 3. Permintaan gula kristal putih adalah total konsumsi penduduk yang diperoleh dari jumlah penduduk dikalikan dengan konsumsi gula kristal putih per kapita/tahun penduduk Sumatera Utara. 4. Penawaran gula kristal putih adalah produksi gula kristal putih ditambah dengan impor gula kristal putih yang dikurangi ekspor gula kristal putih dan ditambah dengan stock gula kristal putih. 5. Trend adalah gerakan dan data deret berkala selama beberapa tahun dan cenderung menuju pada suatu arah, dimana arah tersebut bisa naik, turun, maupun mendatar yang dapat digunakan untuk memperkirakan keadaan dimasa yang akan datang berdasarkan pada data masa lalu. 6. Elastisitas Permintaan (Ed) adalah nilai bagi antara persentase perubahan jumlah gula kristal putih yang diminta dengan persentase perubahan harga gula kristal putih.

7. Elastisitas Penawaran (Es) adalah nilai bagi antara persentase perubahan jumlah gula kristal putih yang ditawarkan dengan persentase perubahan harga gula kristal putih. HASIL DAN PEMBAHASAN Permintaan Gula Kristal Putih Di Provinsi Sumatera Utara Permintaan gula kristal putih di Provinsi Sumatera Utara dihitung dari konsumsi gula kristal putih Sumatera Utara yang didapat dari perkalian konsumsi gula kristal putih per kapita penduduk Sumatera Utara dengan jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara. Tabel 1. Permintaan Gula Kristal Putih Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2011 Permintaan Permintaan Gula Kristal Gula Kristal TAHUN Putih Putih (Kg) (Ton) Perkembangan Dari Tahun Sebelumnya (%) 2001 123.085.168,50 123.085,17 0 2002 123.209.590,40 123.209,59 0,10 2003 123.999.200,00 123.999,20 0,64 2004 124.870.608,00 124.870,61 0,70 2005 117.103.441,00 117.103,44-6,22 2006 120.113.193,00 120.113,19 2,57 2007 123.209.961,00 123.209,96 2,57 2008 131.466.555,36 131.466,56 6,70 2009 123.209.989,80 123.209,99-6,28 2010 123.460.760,04 123.460,76 0,20 2011 121.863.442,80 121.863,44-1,29 Rata-rata 123.235.628,23 123.235,63-0,03 Sumber : Data Sekunder, Hasil Perhitungan Permintaan Gula Kristal Putih Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2011. Dari Tabel 1, selama kurun waktu 11 tahun dari tahun 2001-2011, perkembangan permintaan gula kristal putih di Provinsi Sumatera Utara mengalami penurunan rata-rata sebesar 0,03%. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis 1 yang menyatakan bahwa perkembangan permintaan gula kristal putih dari tahun 2001-2011 meningkat. Oleh karena itu, hipotesis 1 ditolak.

Trend Permintaan Gula Kristal Putih Tahun 2012-2020 Trend permintaan gula kristal putih tahun 2012-2020 adalah sebagai berikut: Y = (123.196,96)(1,0009 X ), dari persamaan yang diperoleh maka dapat diketahui permintaan gula kristal putih untuk tahun 2012-2020 dengan menggantikan nilai X yang telah ditetapkan untuk tahun tersebut. Tingkat pertumbuhan permintaan gula kristal putih Sumatera Utara pada tahun 2012-2020 adalah sebesar 0,09% per tahunnya. Ini berarti hipotesis 2 yang menyatakan bahwa trend permintaan gula kristal putih tahun 2012-2020 adalah meningkat diterima. Penawaran Gula Kristal Putih Provinsi Sumatera Utara Penawaran gula kristal putih dicari dari hasil produksi hablur gula kristal putih yang diketahui dengan mengalikan produksi tebu dengan rendemen nyata gula serta ditambah dengan impor gula kristal putih serta stock yang ada. Tabel 2. Penawaran Gula Kristal Putih Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2011 TAHUN Penawaran Gula Kristal Putih Perkembangan Dari Tahun Sebelumnya (%) 2001 495.118,032 0 2002 561.315,430 13,37 2003 455.916,173-18,78 2004 369.463,021-18,96 2005 330.627,451-10,51 2006 286.630,104-13,31 2007 472.015,760 64,68 2008 424.792,854-10,00 2009 435.828,294 2,60 2010 377.366,660-13,41 2011 389.924,090 3,33 Rata-rata 418.090,715-0,09 Sumber : Data Sekunder, Hasil Perhitungan Penawaran Gula Kristal Putih Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2011 Dari Tabel 2, selama kurun waktu 11 tahun dari tahun 2001-2011, perkembangan penawaran gula kristal putih mengalami penurunan rata-rata sebesar 0,09%. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis 3 yang menyatakan

penawaran gula kristal putih dari tahun 2001-2011 meningkat. Oleh karena itu, hipotesis 3 ditolak. Trend Penawaran Gula Kristal Putih Tahun 2012-2020 Trend penawaran gula kristal putih tahun 2012-2020 adalah sebagai berikut: Y = (411.339,106)(0,9795 X ), dari persamaan yang diperoleh maka dapat diketahui penawaran gula kristal putih untuk tahun 2012-2020 dengan menggantikan nilai X yang telah ditetapkan untuk tahun tersebut. Tingkat penurunan penawaran gula kristal putih Sumatera Utara pada tahun 2012-2020 adalah sebesar 2,05% tiap tahunnya. Ini berarti hipotesis 4 yang menyatakan bahwa trend penawaran gula kristal putih tahun 2012-2020 adalah meningkat ditolak. Harga dan Trend Harga Gula Kristal Putih Provinsi Sumatera Utara Harga Gula Kristal Putih di Provinsi Sumatera Utara diperoleh dari data harga gula kristal putih di 16 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2001-2011. Trend harga gula kristal putih tahun 2012-2020 di Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut: Y = (6.237,35)(1,1345 X ), dari persamaan yang diperoleh maka dapat diketahui harga gula kristal putih untuk tahun 2012-2020 dengan menggantikan nilai X yang telah ditetapkan untuk tahun tersebut. Tingkat pertumbuhan harga gula kristal putih Sumatera Utara pada tahun 2012-2020 adalah sebesar 13,45% tiap tahunnya. Ini berarti hipotesis 5 yang menyatakan bahwa trend harga gula kristal putih tahun 2012-2020 adalah meningkat diterima. Elastisitas Permintaan dan Elastisitas Penawaran Gula Kristal Putih Di Provinsi Sumatera Utara Pada kurun waktu 11 tahun, yakni dari tahun 2001-2011, elastisitas permintaan (Ed) gula kristal putih sebesar -0,0023 (inelastis) sedangkan elastisitas penawaran gula kristal putih sebesar -0,0075 (inelastis).ini berarti hipotesis 6 yang menyatakan elastisitas permintaan gula kristal putih tahun 2001-2011 adalah inelastis dan elastisitas penawaran gula kristal putih tahun 2001-20011 adalah elastis ditolak.

Perkiraan pada masa yang akan datang berdasarkan trend permintaan, penawaran, dan harga gula kristal putih maka diperkirakan elastisitas permintaan (Ed) sebesar 0,0067 (inelastis), sedangkan elastisitas penawarannya (Es) sebesar - 0,1524 (inelastis). Ini berarti hipotesis 7 yang menyatakan elastisitas permintaan gula kristal putih tahun 2012-2020 adalah inelastis dan elastisitas penawaran gula kristal putih tahun 2012-20020 adalah elastis ditolak. Strategi Pemerintah Dalam Permintaan, Penawaran, Dan Harga Gula Kristal Putih Di Provinsi Sumatera Utara Strategi yang perlu dilakukan pemerintah dalam permintaan (konsumsi) gula kristal putih di Provinsi Sumatera Utara yakni: 1. Mampu mengatur pertumbuhan penduduk dengan Program Keluarga Berencana karena semakin tingginya permintaan gula kristal putih bukan karena semakin tingginya daya beli masyarakat, tetapi karena jumlah penduduk yang terus bertambah. 2. Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan mengenai bahaya konsumsi gula kristal putih yang berlebihan sehingga diharapakan mampu mendorong konsumsi gula kristal putih perkapita hingga batas normal. Strategi yang perlu dilakukan pemerintah dalam penawaran (produksi, impor, dan stok) gula kristal putih di Provinsi Sumatera Utara yakni: 1. Membuka lahan perkebunan tebu yang baru (ekstensifikasi) atau meningkatkan produktivitas tebu (intensifikasi) dan produktivitas hablurnya agar tercapai peningkatan rendemen. 2. Pemberian pinjaman kredit dan bantuan sarana produksi kepada produsen kecil seperti petani TRI guna memacu produksi tebu mereka. 3. Menjaga kuantitas gula kristal putih di pasaran agar tidak mengalami kelebihan atau kekurangan. 4. Pemerintah diharapkan membeli kelebihan gula kristal putih yang ada di pasaran untuk menjaga stok gula kristal putih pemerintah. Strategi yang perlu dilakukan pemerintah dalam harga gula kristal putih di Provinsi Sumatera Utara yakni: 1. Bila penawaran tidak mencukupi permintaan yang ada, pemerintah dirasa perlu melakukan impor gula kristal putih namun dengan tarif dan kuota yang

telah ditetapkan sehingga tidak membanjiri pasar dan mampu melindungi produsen lokal. 2. Pemerintah melakukan operasi pasar guna meninjau perkembangan harga gula kristal putih yang ada di pasaran. 3. Pemerintah melalui BULOG dapat membeli hasil pelelangan gula kristal putih dari perusahaan swasta atau BUMN lainnya dan menyimpan hasil penjualan serta menyalurkannya ke daerah yang memiliki penawaran rendah (namun permintaannya tinggi) agar harga gula kristal putih tidak melambung tinggi. 4. Pemerintah dapat menetapkan kebijakan harga minimun (floor price) dan harga maksimum (ceiling price). Harga minimum ditentukan oleh pemerintah guna melindungi produsen agar produsen tidak mengalami kerugian. Sementara harga maksimum ditentukan pemerintah supaya produsen tidak sembarangan dalam menaikkan harga jual gula kristal putih sehingga terjangkau oleh daya beli masyarakat. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Perkembangan permintaan gula kristal putih di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2001-2011 mengalami penurunan rata-rata sebesar 0,03%. 2. Trend permintaan gula kristal putih pada tahun 2012-2020 di Provinsi Sumatera Utara adalah meningkat dengan tingkat pertumbuhan sebesar 0,09%. 3. Perkembangan penawaran gula kristal putih di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2001-2011 mengalami penurunan rata rata sebesar 0,09%. 4. Trend penawaran gula kristal putih pada tahun 2012-2020 di Provinsi Sumatera Utara adalah menurun dengan tingkat penurunan sebesar 2,05%. 5. Trend harga gula kristal putih pada tahun 2012-2020 di Provinsi Sumatera Utara adalah meningkat dengan tingkat pertumbuhan 13,45%. 6. Tahun 2001-2011, elastisitas permintaan gula kristal putih adalah inelastis dan elastisitas penawaran gula kristal putih adalah inelastis 7. Tahun 2012-2020, elastisitas permintaan gula kristal putih adalah inelastis dan elastisitas penawaran gula kristal putih adalah inelastis.

Saran 1. Kepada pemerintah sebaiknya melakukan strategi yang ada guna pemenuhan permintaan gula kristal putih dan juga dalam pencapaian swasembada gula kristal putih nasional. 2. Kepada produsen baik Perusahaan BUMN yang ada di Provinsi Sumatera Utara dan petani tebu agar mampu meningkatkan produksinya baik tebu maupun hablur sehingga penawaran yang ada mampu mencukupi permintaan yang ada. 3. Kepada masyarakat agar mampu mengatur pola konsumsi gula kristal putih dalam batas normal sehingga tercapai konsumsi gula kristal putih yang ideal. 4. Kepada peneliti selanjutnya agar juga meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi data time-series dalam meramalkan trend serta pengaruh elastisitas permintaan dan penawaran dalam kebijakan pemerintah khususnya dalam komoditi gula kristal putih. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2012. Sumatera Utara Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. Medan. Hakim, Abdul. 2001. Statistik Deskriptif untuk Ekonomi dan Bisnis. Penerbit Ekonisia Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta. Harisutji, 2001. Permasalahan Rendemen Tebu. Diakses pada www. repository.ipb.ac.id tanggal 28 Oktober 2013. Husodo, Siswono Yudo. 2004. Membangun Kemandirian Pangan. Jakarta. Yayasan Padamu Negeri. Kadariah. 1994. TEORI EKONOMI MIKRO: EDISI REVISI. Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Krisnamurthi. 2012. EKONOMI GULA. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Putong, Iskandar. 2005. Teori Ekonomi Mikro. Penerbit Mitra Wacana Media. Jakarta.

Sukirno, Sadono. 2005. MIKROEKONOMI TEORI PENGANTAR EDISI KETIGA. Rajawalin Pers. Jakarta. Supranto, J. 2008. Statistik Teori dan Aplikasi. Penerbit Erlangga. Jakarta.