BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan I- 1

PRARENCANA PABRIK. LEVULINIC ACID Kapasitas Produksi : ,94 ton GVL/tahun

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan I- 1. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pemanfaatan sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi untuk beberapa abad ke depan, semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. Ketersediaan sumber bahan bakar fosil yang terus menipis mendorong para

Alkena dan Alkuna. Pertemuan 4

PRARENCANA PABRIK METHYLTETRAHYDROFURAN (MTHF) DARI LEVULINIC ACID (LA) KAPASITAS PRODUKSI : ,404 TON/TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. desinfektan, insektisida, fungisida, solven untuk selulosa, ester, resin karet,

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Gambar 4.1. Perbandingan Kuantitas Produk Bio-oil, Gas dan Arang

BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kimia yang tidak berwarna dan berbau khas, larut dalam air, alkohol, aseton,

Senyawa Alkohol dan Senyawa Eter. Sulistyani, M.Si

Prarancangan Pabrik Asam Asetat dengan Proses Monsanto Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Katalis CaO Terhadap Kuantitas Bio Oil

Struktur Aldehid. Tatanama Aldehida. a. IUPAC Nama aldehida dinerikan dengan mengganti akhiran a pada nama alkana dengan al.

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri kimia yang membutuhkan adiponitril sebagai bahan baku di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Proyeksi tahunan konsumsi bahan bakar fosil di Indonesia

KIMIA. Sesi HIDROKARBON (BAGIAN II) A. ALKANON (KETON) a. Tata Nama Alkanon

Sumber:

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. perekonomian. Industrialisasi adalah salah satu metode untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

membantu pemerintah dalam menanggulangi masalah pengangguran dengan

BAB I PENDAHULUAN. gugus hidrofilik pada salah satu sisinya dan gugus hidrofobik pada sisi yang

Prarancangan Pabrik Diamil Phthalat dari Amil Alkohol dan Phtalic Anhidrid dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

MODUL SENYAWA KARBON ( Alkohol dan Eter )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Keunikan atom C?? Atom karbon primer, sekunder, tersier dan kuartener

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Prarancangan Pabrik Hidrorengkah Aspal Buton dengan Katalisator Ni/Mo dengan Kapasitas 90,000 Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Proplilen Oksida dan Air dengan Proses Hidrasi Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai bahan baku maupun bahan penunjang. Benzil alkohol banyak. solvent, dan sebagai bahan untuk industri kimia yang lain.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. Amar Ma ruf D

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

Prarancangan Pabrik Isooktan dari Diisobutene dan Hidrogen dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PRARANCANGAN PABRIK DIMETIL ETER DARI METANOL KAPASITAS TON/TAHUN

Prarancangan Pabrik Butanol dari Molasses Dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Dioctyl Phthalate dari Phthalic Anhydride dan 2-Ethyl Hexanol Kapasitas Ton per Tahun

BAB I PENGANTAR. Gambar I.1. Struktur Kimia Formamid

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55.

Prarancangan Pabrik 2-Etil Heksanol dari Propilen dan Gas Sintetis Kapasitas Ton/Tahun

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor

BAB I PENDAHULUAN. Industri bahan intermediate (setengah jadi) di Indonesia sedang

Prarancangan Pabrik Asam Asetat dari Metanol dan Karbon Monoksida Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2 O 3

BAB I PENDAHULUAN. Kiswari Diah Puspita D

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

2015 KONVERSI LIGNOSELULOSA TANDAN PISANG MENJADI 5-HIDROKSIMETIL-2-FURFURAL (HMF) : OPTIMASI KOMPOSISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1.3 Tujuan Percobaan Tujuan pada percobaan ini adalah mengetahui proses pembuatan amil asetat dari reaksi antara alkohol primer dan asam karboksilat

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Atom unsur karbon dengan nomor atom Z = 6 terletak pada golongan IVA dan periode-2 konfigurasi elektronnya 1s 2 2s 2 2p 2.

I. PENDAHULUAN. sangat pesat. Setiap tahunnya berdiri industri-industri baru yang berskala besar.

BAB I PENDAHULUAN Kapasitas Pabrik Dalam pemilihan kapasitas pabrik acetophenone ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan yaitu:

industri farmasi dan makanan terutama untuk ekstrasi dan pemurnian pada

BAB I PENGANTAR I.1. Pemilihan Proses

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

PRA RANCANGAN PABRIK ETHYL ACRYLATE DARI ETHYL 3-ETHOXY PROPIONATE KAPASITAS TON / TAHUN

II. DESKRIPSI PROSES

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PRARANCANGAN PABRIK DIBUTYL PHTHALATE DARI PHTHALIC ANHYDRIDE DAN N-BUTANOL KAPASITAS TON/TAHUN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah produksi asam akrilat berikut esternya. Etil akrilat, jenis ester

Materi Penunjang Media Pembelajaran Kimia Organik SMA ALKENA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

Prarancangan Pabrik Gasoline dari Metanol dengan Fixed Bed MTG Process dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Kloroform dari Sodium hidroksida, Klorin, dan Aseton dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

SIFAT KIMIA DAN FISIK SENYAWA HIDROKARBON

BAB I PENDAHULUAN. Bab I. Pendahuluan I-1

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Asam Suksinat Dari Maleat Anhydride Dan Hidrogen dengan Kapasitas ton/tahun A.

Prarancangan Pabrik Alumunium Sulfat dari Asam Sulfat dan Kaolin Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

I. BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Metil Akrilat Dari Metanol Dan Asam Akrilat Dengan Proses Esterifikasi Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Biodiesel dari Biji Tembakau dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Monoethylamin dari Ethanol dan Amoniak Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

SAINS II (KIMIA) LEMAK OLEH : KADEK DEDI SANTA PUTRA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Menipisnya cadangan minyak bumi, masalah lingkungan yang terus memburuk (global warming), dan ketidakstabilan energi menyebabkan manusia harus mencari bahan bakar alternatif dari sumber terbarukan. Banyak penelitian telah dilakukan berfokus pada penggunaan biomassa sebagai sumber bahan bakar terbarukan yang menawarkan beberapa keunggulan dibandingkan minyak bumi. Biomassa lignoselulosa merupakan sumber terbarukan yang memiliki potensi untuk dikonversikan menjadi bahan kimia dan berbagai jenis bahan bakar dan ketersediannya yang sangat melimpah di seluruh dunia. Levulinic acid (LA) merupakan platform kimia utama dengan rantai pendek fatty acid yang terdiri dari kelompok keton karbonil dan asam karboksilat, dan kehadiran dari dua kelompok tersebut membuat senyawa ini memiliki sistem reaktifitas yang unik (Chun dkk, 2006; Weingarten dkk, 2013). Sebagai salah satu platform kimia utama, levulinic acid memiliki potensi sebagai senyawa kimia yang serbaguna untuk aditif bahan bakar, pembentukan polimer, herbisida, farmasi, intermediate kimia, penambah rasa, dan lain-lain yang dapat dilihat pada Gambar I.1 (Ren dkk, 2013). Gambar I.1 Levulinic acid sebagai platform bahan kimia I-1

BAB I PENDAHULUAN I-2 Salah satu senyawa yang merupakan turunan dari senyawa levulinic acid adalah γ-valerolactone yang dapat digunakan sebagai bahan bakar aditif potensial karena dapat meningkatkan nilai oktan bahan bakar hingga mencapai 94 (Yanowitz, 2011), sehingga menyebabkan nilai energy density bahan bakar menurun. Zat ini tersusun dari 5 karbon valero-siklik ester dengan 5 atom (4 karbon dan oksigen 1), GVL juga dapat dikonversi ke senyawa alkana untuk bahan bakar transportasi (Assary dan Curtiss, 2012). Ada beberapa jalur reaksi untuk membentuk GVL (Gambar I.2). Mulai dari hidrogenasi levulinic acid menghasilkan γ-hydroxyvaleric acid (i), proses dehidrasi LA untuk membentuk senyawa angelica lactone yang diikuti dengan hidrogenasi (ii), dan pembentukan levulinic acid ester (iii) (Alonso dkk, 2013). Gambar I.2 Tahapan reaksi pembentukan senyawa GVL Prarencana pabrik GVL dari LA ini menggunakan tahapan reaksi yang kedua dimana nantinya reaksi dijalankan dengan bantuan katalis Amberlyst 70 yang memberikan suasana asam. GVL ini nantinya akan dijadikan sebagai sumber bahan bakar terbarukan untuk menggantikan bensin konvensional yang ada saat ini.

BAB I PENDAHULUAN I-3 I.2. Sifat-Sifat Bahan Baku dan Produk I.2.1. Levulinic acid sebagai bahan baku pembuatan GVL Gambar I.3 Struktur molekul levulinic acid Levulinic acid adalah senyawa kimia yang potensial untuk dijadikan bahan utama dalam berbagai bidang industri mulai dari manufaktur parfum, food additive, fuel aditive, solder flux, herbisida, stabilizer, tinta percetakan, dan asidulan dalam industri makanan (Gambar I.1). Senyawa ini memiliki tampilan fisik flake semisolid (Gambar I.3) di mana titik lelehnya berada dekat dengan suhu kamar, yaitu 37 o C. Levulinic acid mudah larut pada air, etanol, dietil eter, aseton, dan berbagai pelarut organik lain (Timokhin dkk, 1999). Beberapa karakteristik fisika dari levulinic acid tercantum pada Tabel I.1 Tabel I.1 Karakteristik fisika levulinic acid Rumus Molekul Karakteristik Keterangan C 5 H 8 O 3 Berat molekul 116,1 Titik didih ( C) 246 Densitas (g/cm 3 ) 1,14 Kelarutan Larut dalam air, alkohol, eter dan kloroform I.2.2. Katalis Amberlyst 70 (Rohm dan Haas, 2006) Amberlyst 70 adalah katalis polimer berpori makro yang khusus dirancang untuk jenis reaksi suhu tinggi dan sangat cocok untuk hidrasi olefin, esterifikasi, dan alkilasi aromatik. Katalis ini merupakan katalis yang memiliki sifat keasaman tinggi, penggunaan katalis ini dalam proses pembentukan GVL sangat penting karena memiliki keuntungan dibandingkan jenis katalis lainnya yaitu aktifitas katalistik yang tinggi, selektifitas tinggi dan stabilitas suhu yang baik. Katalis ini memiliki spesifik luas area sebesar 36 m 2 /g dan diameter pori rata-rata 220 Å.

BAB I PENDAHULUAN I-5 I.2.3. γ-valerolactone (GVL) sebagai produk utama Gambar I.4 Struktur molekul GVL γ-valerolactone (Gambar I.4) merupakan salah turunan senyawa levulinic acid yang berbentuk cairan bening dan memiliki bau herbal yang harum, yang membuatnya cocok untuk produksi parfum dan aditif makanan. Sifat GVL (Tabel I. 2) sangat stabil dan bisa digunakan sebagai intermediate untuk menghasilkan berbagai senyawa kimia lainnya termasuk butena, asam valerat, dan 5-nonanone (Alonso dkk, 2013). Tabel I. 2 Properti utama dari GVL Sifat fisik Keterangan Rumus molekul C 5 H 8 O 2 Berat molekul (g/mol) 100,112 Massa jenis (g/ml) 1,05 Titik nyala ( o C) 96 Titik leleh ( o C) -31 Titik didih ( o C) 208 Senyawa ini juga memiliki banyak sekali manfaat lainnya yaitu sebagai bahan campuran dalam drug delivery system, sebagai aditif yang terbarukan pada bahan bakar transportasi, sebagai pengganti etanol pada campuran bahan bakaretanol (Chalid dkk, 2012). GVL memiliki karakteristik yang bisa dijadikan bahan blending bahan bakar, Nilai kalor dari GVL 24,2 MJ/kg, nilai RON sebesar 100 yang akan meningkatkan nilai RON premium sebesar 88 menjadi 94 (Yanowitz, 2011).

BAB I PENDAHULUAN I-5 I.2.4. 2-methyltetrahydrofuran (MTHF) sebagai produk samping Gambar I.5 Struktur molekul 2-methyltetrahydrofuran 2-methyltetrahydrofuran (Gambar I.) merupakan senyawa organik dengan rumus molekul C 5 H 10 O. Senyawa ini adalah cairan yang sangat mudah terbakar. Bahan ini merupakan hasil samping dari reaksi hidrogenasi secara katalitis dari GVL (lihat Gambar I.) yang berpotensi sebagai bahan bakar alternatif. Karakteristik senyawa ini dapat dilihat pada Tabel I.3 (Alonso dkk, 2013). Tabel I.3 Sifat fisik 2-methyltetrahydrofuran Sifat fisik Keterangan Berat molekul (g/mol) 86,13 Massa jenis (g/ml) 0,854 Titik leleh ( o C) -136 Titik didih ( o C) 80,3 Gambar I.6 Skema reaksi samping hidrogenasi GVL

BAB I PENDAHULUAN I-6 I.2.5. 1,4 pentanediol sebagai produk samping Gambar I.7 Struktur molekul 1,4 pentanediol 1,4 pentanediol (Gambar I.) adalah produk samping dari hasil reaksi hidrogenasi pembentukan GVL (lihat Gambar I.). Senyawa ini memiliki warna yang jernih seperti air dan dapat diaplikasikan untuk penggunaan plasticizer, pengemulsi dan intermediate resin. Berikut ini merupakan karakteristik fisik senyawa 1,4 pentanediol pada Tabel I. 4. Tabel I. 4 Karakteristik fisik 1,4 pentanediol (Alonso dkk, 2013) Sifat fisik Keterangan Rumus molekul C 5 H 12 O 2 Berat molekul (g/mol) 104,15 Massa jenis (g/ml) 1,1 Titik nyala ( o C) 112 Titik didih ( o C) 287 I.3. Kegunaan dan Keunggulan Produk I.3.1. Kegunaan produk GVL dapat digunakan secara langsung sebagai bahan bakar cair atau sebagai aditif untuk bahan bakar minyak yang sifatnya mirip dengan etanol. 10% volume GVL dicampur dengan 90% volume etanol memiliki tekanan uap lebih rendah, yang meningkatkan pembakaran angka oktan. Hingga saat ini GVL belum diuji sebagai bahan bakar murni, tetapi senyawa ini memiliki nilai pembakaran yang serupa dengan etanol (29,7 MJ/kg) dengan nilai kalor yang lebih tinggi (Alonso dkk, 2013). GVL dapat terhidrogenasi lebih lanjut untuk menghasilkan aditif bahan bakar, seperti 2-methyltetrahydrofuran (MTHF), atau bahan kimia seperti 1,4 pentanediol (Gambar I.) yang biasanya dimanfaatkan sebagai polimer. MTHF dapat dikonversi menjadi bahan bakar, C 4 -C 9 alkana, dengan adanya katalis asam atau logam pada tekanan tinggi. 5-nonanone yang dihasilkan dari GVL juga memiliki banyak kemungkinan untuk upgrading. Dengan proses hidrogenasi dan dehidrasi reaksi menggunakan

BAB I PENDAHULUAN I-7 katalis logam atau asam, 5-nonanone diubah menjadi nonane, sedangkan gugus keton pendek diproduksi sebagai produk sampingan dapat diubah menjadi alkana C 6 - C 7 (Alonso dkk, 2013). GVL sendiri juga bisa digunakan sebagai green solvent yang biasanya dimanfaatkan sebagai pelarut dalam proses pembentukan senyawa kimia lainnya seperti asam formiat, furfural, asam asetat, hidroksimetilfurfural (Alonso dkk, 2013). Gambar I.8 Reaksi konversi GVL menjadi bahan bakar dan kimia I.3.2. Keunggulan produk Produk GVL sebagai zat aditif bahan bakar memiliki kelebihan yaitu dapat meningkatkan nilai oktan bahan bakar hingga mencapai angka 94 (Yanowitz, 2011). Selain itu, keterbatasan energi yang bersumber dari turunan minyak bumi maupun gas alam merupakan permasalahan khalayak umum. Guna menyelesaikan masalah tersebut dibutuhkan sumber-sumber yang terdapat dalam angka yang melimpah dan juga dapat diperbaharui dalam waktu yang singkat. Bahan baku pembuatan GVL ini yaitu LA, berasal dari biomassa lignoselulosa yang jumlahnya sangat melimpah di dunia. Pembuatan GVL sendiri menggunakan katalis asam yaitu

BAB I PENDAHULUAN I-8 Amberlyst 70 yang harganya relatif murah untuk digunakan dalam skala industri, sehingga penggunaan katalis logam mulia yang mahal pada proses hidrogenasi dapat dihindari pada prarencana pabrik pembuatan GVL. Kemurnian GVL yang didapat pada proses ini memiliki konsentrasi di atas 90%, produk sampingan yaitu MTHF dan 1,4 pentanediol juga memiliki nilai jual yang tinggi dan berperan cukup penting di sektor industri kimia. I.4. Ketersediaan Bahan Baku dan Analisa Pasar I.4.1. Ketersediaan bahan baku Berdasarkan data dari Grand View Research produksi levulinic acid di dunia secara global terus meningkat sepanjang tahun, berikut ini dilampirkan data mengenai produksi levulinic acid secara global (Tabel I. 5). Tabel I. 5 Kapasitas produksi levulinic acid tahun 2008 2013 (Grand View Research, 2014) No. Tahun Kapasitas produksi levulinic acid global (ton/tahun) 1 2008 154.980 2 2009 298.121 3 2010 341.562 4 2011 482.591 5 2012 539.032 6 2013 623.696

BAB I PENDAHULUAN I-9 Gambar I.9 Kurva produksi levulinic acid tahun 2008-2013 Dengan banyaknya aplikasi dari senyawa levulinic acid ini maka produksi senyawa ini akan terus meningkat sepanjang tahunnya. Dari hasil regresi linear Gambar I., diperkirakan kapasitas produksi levulinic acid pada tahun 2017 akan meningkat sampai dengan 1.002.309 ton/tahun, angka ini didapat dari persamaan regresi linear, y= 91638.x + 85929, dimana y merupakan data produksi levulinic acid (ton/tahun) dan x merupakan tahun ke-, dengan nilai r 2 =0,9813. Harga levulinic acid sendiri untuk per ton nya mencapai USD 514,3. Penggunaan levulinic acid pada pembuatan GVL ini menggunakan kemurnian levulinic acid dengan kemurnian 99,8%, dengan bahan baku yang digunakan diimport dari China. I.4.2. Analisa pasar Dalam produksi GVL, produk dapat mengarah pada berbagai sektor industri polimer, biofuel, dan lain-lain. Salah satu permasalahan yang dihadapi saat ini adalah masalah bahan bakar minyak yang lama kelamaan cadangannya akan habis. Melalui reaksi dehidrasi dan hidrogenasi levulinic acid mampu menghasilkan GVL yang memiliki sifat fisika yang hampir serupa dengan etanol, dimana nantinya GVL akan dijadikan campuran bensin konvensional. Kebutuhan akan bensin dalam negeri sampai saat ini masih belum dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri sehingga sebagian kebutuhan tersebut dipenuhi dengan adanya impor bahan bakar minyak. Dapat dilihat pada Tabel I.6 bahwa konsumsi bensin di Indonesia terus mengalami peningkatan sedangkan produksi bensin memberikan pertumbuhan angka

BAB I PENDAHULUAN I-10 yang tidak terlalu signifikan tiap tahunnya. Dapat disimpulkan dari Tabel I.6, maka Indonesia harus impor bensin untuk mencukupi kebutuhan bensin tiap tahunnya. Tabel I.6 Konsumsi dan produksi bensin di Indonesia (BPS, 2013) Tahun Produksi (juta liter/tahun) Konsumsi (juta liter/tahun) Impor (juta liter/tahun) 2008 11.511,315 12.512,018 1000,703 2009 11.574,115 14.642,344 3068,229 2010 10.623,530 16.540,386 5916,856 2011 10.248,320 17.385,388 7137,068 2012 10.760,895 19.555,778 8794,883 2013 11.096,019 21.199,907 10.103,89 Gambar I.10 Impor bensin di Indonesia tahun 2008-2013 Guna memprediksi nilai impor pada tahun 2017, digunakan persamaan regresi linear untuk menggambarkan fenomena statistik dari nilai impor bensin (Gambar I.). Persamaan tersebut adalah y= 1826,2.x 387,99 dengan nilai r 2 = 0,9802, dimana y adalah jumlah impor bensin (juta liter/tahun) dan x adalah tahun ke-. Dari hasil perhitungan di atas maka dapat diperikirakan kebutuhan impor bensin pada tahun 2017 adalah sebesar 17.874,01 juta liter/tahun.

BAB I PENDAHULUAN I-11 Dengan adanya produksi GVL diharapkan bisa menekan sebagian jumlah impor bensin di Indonesia, produksi GVL dari prarencana pabrik ini dibatasi oleh keterbatasan bahan baku levulinic acid yang jumlahnya secara global sebesar 1.002.309 ton/tahun. Oleh karena itu penggunaan bahan baku levulinic acid pada pabrik ini adalah 9,01% dari ketersediaan bahan baku yang ada yaitu sejumlah 100.230,9 ton/tahun, konversi pembuatan GVL dengan adanya katalis Amberlyst 70, suhu dan tekanan proses yang tinggi dapat mencapai 90% (% berat) dari levulinic acid yang ada (Wright dan Palkovits, 2012).