Prarancangan Pabrik Hidrorengkah Aspal Buton dengan Katalisator Ni/Mo dengan Kapasitas 90,000 Ton/Tahun BAB I PENGANTAR
|
|
- Suhendra Dharmawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Dewasa ini permasalahan krisis energi cukup menjadi perhatian utama dunia, hal ini disebabkan menipisnya sumber daya persediaan energi tak terbarukan seperti minyak bumi dan batubara. Guna memenuhi kebutuhan bahan bakar yang semakin meningkat, perlu dilakukan usaha untuk memproduksi bahan bakar dari sumber energi alternatif. Aspal merupakan salah satu sumber energi alternatif yang cukup potensial untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi. Potensi batuan aspal yang terdapat di Indonesia cukup besar. Sumber batuan aspal terdapat di Pulau Buton, tepatnya di Kabupaten Buton dan Kota Bau Bau. Sumber daya aspal alam yang terdapat di Pulau Buton merupakan satu satunya endapan aspal yang terdapat di Indonesia. Aspal alam yang terdapat di Pulau Buton telah diketahui keberadaannya sejak awal abad ke- 20 dan sejak saat itu penambangan terhadap aspal ini terus dilakukan. Meskipun begitu, cadangan aspal buton yang belum ditambang masih cukup banyak dikarenakan jumlah awal aspal alam yang sangat besar. Kabupaten Buton memiliki potensi pertambangan yang cukup kaya. Total cadangan aspal adalah ton dengan rata rata kadar bitumen 15 30%. Kegiatan eksplorasi tambang telah dilakukan oleh 10 perusahaan dengan luas ,50 ha ( Pemerintah Kota Bau - Bau, 2007). Data perusahaan tersebut disajikan dalam tabel di bawah. Dari 10 perusahaan tersebut, yang mengolah hasil tambangnya menjadi aspal siap pakai adalah PT. Olah Bumi Elcipta. Dari data tersebut, dapat disimpulkan ketersediaan bahan baku perengkahan aspal buton sudah tercukupi dari hasil tambang yang terdapat di Kabupaten Buton. Suci Istiqomah (10/301462/TK/36999) 1
2 Tabel I. Perusahaan yang Melakukan Eksplorasi Tambang Aspal Buton No Nama Perusahaan Luas (Ha) Lokasi 1 PT Olah Bumi Elcipta 100 Lawele/Lasalimu 2 PT Putindo Bintech 3 PT Sumitama Indah 4 PT Mega Utama Indah Kabungka/Pasarwajo Lawele/Lasalimu Lawele/Lasalimu Kabungka/Pasarwajo Lawele/Lasalimu 500 Kabungka/Pasarwajo 114,5 Wakaokili/Pasarwajo 5 PT Metrix Elcipta Lapodi/Pasarwajo 740 Waesiu/Sampolawa 322 Lawele/Lasalimu 6 PT Karunis Alam Indonesia Kabungka/Pasarwajo Wolowa/Wolowa 7 PT Asin Mineral Samudera Kabungka/Pasarwajo Lawele/Lasalimu 8 PT Imperial Rescuces Indonesia Waanguangu/Pasarwajo Lawele/Lasalimu Wariti/Wolowa 9 PT Asbumix Adhi Perkasa Waesiu/Sampolawa 10 PT Sultra Raya Tambang Lawele/Lasalimu Sampolawa Jumlah ,5 Suci Istiqomah (10/301462/TK/36999) 2
3 Batuan aspal buton yang ditambang kemudian diolah untuk memenuhi kebutuhan aspal nasional. Berikut ini beberapa kegunaan olahan aspal buton, antara lain: 1. Pengeras/ pelapis permukaan jalan. 2. Asbuton tile (tegel asbuton). 3. Block asbuton untuk trotoar. 4. Ekstraksi bitumen dari asbuton. 5. Pelapis bendungan agar kedap air. (Widhiyatna dkk.) Pemanfaatan aspal buton dinilai kurang maksimal karena batuan aspal yang merupakan fraksi hidrokarbon rantai panjang dapat diproses lebih lanjut untuk dihasilkan fraksi hidrokarbon rantai pendek yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi, seperti nafta, diesel, solar, dan fraksi ringan lainnya. Proses untuk menghasilkan hidrokarbon rantai pendek dilakukan dengan cara memecah rantai panjang hidrokarbon menjadi berbagai macam hidrokarbon rantai pendek yang disebut sebagai proses perengkahan ( cracking). Sebagai senyawa hidrokarbon rantai panjang, aspal dapat dikonversi menjadi senyawa hidrokarbon ringan dengan rantai lebih pendek yang lebih bermanfaat dan memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Selain itu dengan adanya proses perengkahan diperoleh residu aspal lebih murni. Hal mendasar yang perlu diperhatikan dalam perancangan pabrik yaitu penentuan kapasitas produksi pabrik. Salah satu faktor yang mempengaruhi kapasitas produksi yaitu kebutuhan pasar akan produk yang dihasilkan. Produk utama yang dihasilkan dari pabrik perengkahan aspal buton berupa residu aspal yang lebih murni dengan kualitas yang lebih baik, serta produk samping berupa berbagai macam hidrokarbon rantai pendek yang umumnya dimanfaatkan sebagai bahan bakar, yaitu nafta, kerosin, solar, maupun minyak bakar. Sebagian kebutuhan aspal di Indonesia selama ini dipenuhi oleh PT. Pertamina dan beberapa perusahaan lain, namun produksi aspal masih belum Suci Istiqomah (10/301462/TK/36999) 3
4 dapat memenuhi kebutuhan nasional sehingga sisanya diimpor. Berikut ini ditunjukkan data impor aspal. Tabel II. Impor Aspal di Indonesia Tahun Other natural bitumen and asphalt (kg) Bitominous mix (kg) ,091,866 5, ,560 4,350, ,700, , ,712,460 64, ,073 7, ,561, , ,235, , ,871, , ,365,220 84, ,202,096 86, ,547, , ,476, , ,893, ,951 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012 Dari data tersebut, diperoleh nilai rata-rata impor aspal per tahun sebesar 72, ton. Dimana kebutuhan aspal nasional sebesar 1.5 juta ton/ tahun(badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi,2012). Untuk mengatasi hal ini perlu dibangun pabrik aspal dengan kapasitas produksi sebesar 90,000 ton/tahun aspal residu yang dapat memenuhi % kebutuhan impor aspal nasional. Pemilihan kapasitas sebesar 90,000 ton/tahun dimasudkan untuk menekan impor aspal di Indonesia sehingga semua kebutuhan konsumsi aspal dapat terpenuhi. B. Tinjauan Pustaka Bahan baku dalam proses ini adalah Aspal Buton yang berasal dari Pulau Buton. Aspal Buton yang merupakan hasil tambang ini terdapat dalam batuan gamping. Suci Istiqomah (10/301462/TK/36999) 4
5 Batuan gamping yang berisi aspal dapat direngkah secara langsung atau melewati proses ekstraksi terlebih dahulu untuk kemudian direngkah. Tujuan dari proses ekstraksi adalah untuk memungut fraksi aspalten yang kemudian akan digunakan sebagai umpan pada reaktor cracking. Proses ekstraksi menghasilkan aspal yang lebih murni dan bebas dari pengotor seperti pasir, batuan gamping dan lain-lain sehingga kebutuhan energi untuk proses perengkahan dapat ditekan. Aspek penting dalam ekstraksi padat cair adalah pemilihan proses dan kondisi operasi. Pada pemilihan proses dan kondisi operasi yang perlu diperhatikan adalah pelarut yang digunakan, suhu, komposisi aliran dan kuantitasnya, daur operasi ( batch atau continue), metode pengontakkan, dan spesifikasi ekstraktor yang dipilih. Pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi harus memenuhi persyaratan menurut Treyball (1981) sebagai berikut: 1. Bersifat selektif (dapat melarutkan zat tertentu). 2. Koefisien distribusi tinggi, tetapi kurang dari Tidak larut dalam zat zat yang akan diekstraksi. 4. Dapat dipakai kembali (recovery mudah dilakukan). 5. Perbedaan massa jenis antara pelarut dengan zat yang akan dilarutkan cukup jauh. 6. Tegangan antar muka cukup besar sehingga pencampuran antara pelarut dan larutan lebih baik, tetapi jika terlalu besar maka akan mempersulit pada saat pemisahan larutan dengan pelarut. 7. Tidak terjadi reaksi kimia. 8. Viscosity, vapor pressure, dan freezing point rendah untuk memudahkan dalam penanganan dan penyimpanan. 9. Tidak beracun, tidak mudah terbakar, dan murah. Dari syarat tersebut, solven yang dipilih adalah nafta karena pelarut ini yang paling memenuhi persyaratan di atas dan mudah diperoleh. Dimana nafta merupakan hasil perengkahan Aspal Buton, sehingga kebutuhan untuk penambahan nafta dapat dikurangi dengan memanfaatkan hasil yang diperoleh. Suci Istiqomah (10/301462/TK/36999) 5
6 Perengkahan ( cracking) merupakan proses dekomposisi secara termal yang terjadi pada hidrokarbon rantai panjang yang memiliki titik didih relatif tinggi menjadi hidrokarbon dengan fraksi lebih ringan (titik didih lebih rendah) yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Proses cracking dapat dijalankan dalam 2 metode, yaitu thermal cracking dan catalytic cracking. a. Proses thermal cracking Proses thermal cracking pertama kali dijalankan secara komersial pada tahun 1913 dan disebut sebagai Proses Burton. Thermal cracking merupakan proses petrokimia dimana produk yang dihasilkan berupa olefin, seperti etilen, propilen, buten, butadien, dan juga aromatik seperti benzen, toluen, dan xylen. Pada proses perengkahan ini, umpan berupa hidrokarbon rantai panjang diinjeksi dengan steam untuk memecah molekul hidrokarbon. Campuran umpan dan steam setelah mengalami pemanasan awal kemudian diumpankan ke pemanas pada suhu tinggi pada kisaran o F. Pemanasan dengan suhu tinggi sering terjadi coking di dalam reaktor, dimana coke tertinggal dan menempel di permukaan drum bagian dalam. Produk yang dihasilkan dari perengkahan termal ini yaitu gas hidrokarbon dengan variasi atom karbon per molekul antara 1 sampai 35 (C 1 sampai C 35 ), dimana produk ini mengandung alifatik (alkana dan alkena), alisiklik, aromatik, dan molekul hidrogen. Perengkahan termal menggunakan bahan bakar untuk pemanasan suhu tinggi berupa gas alam maupun recycle dari fuel gas yang dihasilkan oleh plant ini (Kirk-Othmer). Suci Istiqomah (10/301462/TK/36999) 6
7 Gambar 1. Skema Proses Thermal Cracking b. Proses catalytic cracking Proses catalytic cracking merupakan dekomposisi termal yang disertai dengan reaksi katalitik. Penggunaan katalis dalam perengkahan dapat mengurangi terjadinya reaksi samping yang tidak diinginkan. Proses catalytic cracking pertama kali diperkenalkan pada 1942, dimana proses dijalankan pada fluidized bed yang berisi katalis dengan umpan yang dialirkan terus menerus ( secara kontinyu). Dewasa ini proses catalytic cracking lebih umum diterapkan dibanding proses thermal cracking. Hal ini dikarenakan catalytic cracking memberikan lebih banyak produk berupa gasoline dengan nilai oktan yang lebih tinggi serta yield untuk produk gas dan minyak bakar (fuel oil) lebih kecil. Gas yang dihasilkan dari proses catalytic cracking lebih banyak mengandung olefin dibanding dengan hasil proses thermal cracking. Penggunaan hidrogen dalam reaksi perengkahan hidrokarbon dapat mengurangi terbentuknya coke dan dapat meningkatkan yield dari fraksi ringan, seperti gasoline, kerosin,dll. Umpan dipanaskan dengan hidrogen pada suhu dan Suci Istiqomah (10/301462/TK/36999) 7
8 tekanan tinggi (T > 350 o C, kpa). Proses ini disebut catalytic hydrocracking, yaitu proses perengkahan hidrokarbon secara katalitik dengan injeksi hidrogen pada suhu dan tekanan tinggi sehingga diharapkan dapat dihasilkan lebih banyak hidrokarbon fraksi ringan yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dan dapat dikurangi jumlah near-solid residue. Catalytic cracking yang disertai hidrogenasi ini biasa dijalankan dengan katalis nikel, tungsten, atau molibdenum sulfida dengan penyangga yang bersifat asam. Katalis yang dipilih untuk proses ini adalah Ni/ Mo karena katalis ini tersedia di pasaran dan lebih murah dibandingkan katalis yang lain. Suci Istiqomah (10/301462/TK/36999) 8
9 Prarancangan Pabrik Hidrorengkah Aspal Buton dengan Katalisator Gambar 2. Diagram Proses Catalytic Cracking Suci Istiqomah (10/301462/TK/36999) 9
10 Secara ringkas, proses - proses perengkahan yang telah dijelaskan di atas dapat dirangkum dalam daftar di bawah. Tabel III. Pertimbangan Pemilihan Proses Jenis Proses Thermal Cracking Catalytic Cracking Catalytic Hydrocracking Faktor Pertimbangan Ekonomi SHE Teknologi Proses Peralatan Kondisi Toxicitas Operasi Bahan Menghasilkan coke Suhu lebih banyak dan Reaktor fixed tinggi Tidak ada yield dari fraksi bed ( ringan kecil 1550 o F) - Adanya katalis dapat mempercepat Suhu reaksi. Reaktor lebih - Katalis dapat Katalis Ni fluidized bed rendah mengurangi reaksi (640 o F) samping yang tidak diinginkan Hidrogen dapat mengurangi Suhu terbentuknya coke Reaktor lebih Katalis Ni dan meningkatkan fluidized bed rendah yield dari fraksi (640 o F) ringan Berdasarkan uraian proses - proses perengkahan di atas maka pabrik perengkahan ini menggunakan proses perengkahan secara katalitik ( catalytic hydrocracking). Alasan pemilihan proses adalah sebagai berikut: 1. Penggunaan hidrogen dapat mengurangi terbentuknya coke dan meningkatkan yield dari fraksi ringan. Suci Istiqomah (10/301462/TK/36999) 10
11 2. Penggunaan katalis dapat menurunkan energi aktivasi dan memperkecil kemungkinan terjadinya reaksi samping yang tidak diinginkan. 3. Pada proses catalytic hydrocracking digunakan katalis Ni/Mo untuk mempercepat reaksi, dimana ketersediaan ( availability) katalis tersebut cukup banyak dan harga lebih murah apabila dibandingkan katalis lain. 4. Panas yang dibutuhkan lebih sedikit dibanding proses thermal cracking karena suhu operasinya lebih rendah. Kelemahan dari proses catalytic hydrocracking yaitu dibutuhkan peralatan yang lebih banyak dibandingkan dengan proses thermal cracking. Namun, biaya peralatan ini dapat diimbangi dengan biaya operasi lebih rendah yang mencakup kebutuhan panas (kondisi proses) lebih rendah dan reaksi lebih cepat. Selain itu terbentuknya produk hidrokarbon fraksi ringan lebih banyak yang mempunyai nilai jual yang lebih tinggi. Suci Istiqomah (10/301462/TK/36999) 11
BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pemenuhan energi semakin meningkat seiring dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan pemenuhan energi semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi, penduduk, pengembangan wilayah, dan pembangunan dari tahun ke tahun. Selama
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Saat ini hidrogen diproyeksikan sebagai unsur penting untuk memenuhi kebutuhan clean energy di masa depan. Salah satunya adalah fuel cell. Sebagai bahan bakar, jika hidrogen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) saat ini terus mengalami peningkatan, baik bensin (gasoline), minyak solar (diesel), maupun minyak mentah (kerosene). Peningkaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar minyak bumi adalah salah satu sumber energi utama yang banyak digunakan berbagai negara di dunia pada saat ini. Menurut Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Gasoline dari Metanol dengan Fixed Bed MTG Process dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Energi merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia di samping sandang, pangan, dan papan. Keberlangsungan hidup manusia bergantung pada ketersediaan energi. Selama
Lebih terperinciPengolahan Minyak Bumi
Primary Process Oleh: Syaiful R. K.(2011430080) Achmad Affandi (2011430096) Allief Damar GE (2011430100) Ari Fitriyadi (2011430101) Arthur Setiawan F Pengolahan Minyak Bumi Minyak Bumi Minyak bumi adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berubah; dan harganya yang sangat murah (InSWA). Keunggulan yang dimiliki
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plastik berasal dari gas alam dan minyak bumi yang dibuat melalui proses polimerisasi. Plastik mempunyai beberapa sifat istimewa yaitu mudah dibentuk sesuai dengan
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Metilen Klorida dari Metil Klorida dan Klorin Kapasitas Ton/Tahun
BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Metilen klorida adalah salah satu senyawa klorometana dengan gugus molekul CH 2 Cl 2. Senyawa klorometana ini diproduksi dari reaksi klorinasi antara metil klorida (CH
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Etilena dari Propana Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN Etilena merupakan senyawa hidrokarbon dengan rumus kimia C 2 H 4. Senyawa ini memiliki nama IUPAC ethene, dan dikenal juga dengan nama elayl, acetene, bicarburetted hydrogen, olefiant
Lebih terperinciA. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi
A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi Istilah minyak bumi diterjemahkan dari bahasa latin (petroleum), artinya petrol (batuan) dan oleum (minyak). Nama petroleum diberikan kepada fosil hewan dan tumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan nasional dewasa ini dan semakin dirasakan pada masa mendatang adalah masalah energi. Perkembangan teknologi, industri dan transportasi yang
Lebih terperinciII. DESKRIPSI PROSES
II. DESKRIPSI PROSES A. Proses Pembuatan Trimetiletilen Secara umum pembuatan trimetiletilen dapat dilakukan dengan 2 proses berdasarkan bahan baku yang digunakan, yaitu pembuatan trimetiletilen dari n-butena
Lebih terperincikimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran
K-13 kimia K e l a s XI MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi dan pembentukan minyak bumi. 2. Memahami fraksi-fraksi
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Dodekilbenzena dari Dodeken dan Benzena Dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun memiliki dampak yang sangat besar terhadap berbagai aspek dalam kehidupan. Salah satu dampak yang dapat dirasakan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konsumsi plastik dalam kehidupan sehari-hari semakin meningkat selama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi plastik dalam kehidupan sehari-hari semakin meningkat selama tiga dekade terakhir. Sifat plastik yang ringan, transparan, mudah diwarnai, tahan terhadap korosi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tetradecene Senyawa tetradecene merupakan suatu cairan yang tidak berwarna yang diperoleh melalui proses cracking senyawa asam palmitat. Senyawa ini bereaksi dengan oksidan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bahan bakar yang berasal dari minyak bumi yang dikenal sebagai fossil fuel merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui dalam waktu yang cepat. Penggunaan
Lebih terperinciTugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Mulai dari industri makanan, tekstil, kimia hingga farmasi. Dalam proses produksinya, beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dietil eter merupakan salah satu bahan kimia yang sangat dibutuhkan dalam industri dan salah satu anggota senyawa eter yang mempunyai kegunaan yang sangat penting.
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pelajaran : SMA Kelas/Semester : X/2 Mata Pelajaran Materi Pokok Sub Materi Pokok Alokasi Waktu : Kimia : Hidrokarbon : Minyak Bumi : 2 x 45 menit Standar Kompetensi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alkena Alkena merupakan hidrokarbon tak jenuh yang mempunyai ikatan rangkap dua C=C. Suku alkena yang paling kecil terdiri dari dua atom C, yaitu etena. Jumlah atom H pada gugus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi di Indonesia secara umum meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan perekonomian maupun perkembangan teknologi. Pemakaian energi
Lebih terperinciBAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang
BAB 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essential oils, etherial oils, atau volatile oils adalah komoditas ekstrak alami dari jenis tumbuhan yang berasal dari daun,
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas utama yang dikembangkan di Indonesia. Dewasa ini, perkebunan kelapa sawit semakin meluas. Hal ini dikarenakan kelapa sawit dapat meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang menggalakkan pembangunan, termasuk di bidang industri. Pertumbuhan industri memiliki prospek untuk meningkatkan devisa
Lebih terperinciSintesis Biogasoline dari CPO Melalui Reaksi Perengkahan Katalitik pada Fasa Gas
ISBN 978-979-98300-2-9 EL-06 Sintesis Biogasoline dari CPO Melalui Reaksi Perengkahan Katalitik pada Fasa Gas Tri Hadi Jatmiko*, Qodri F. Errahman Jurusan Teknik Kimia, Institut Teknologi Medan, Medan,
Lebih terperinciII. DESKRIPSI PROSES. (2007), metode pembuatan VCM dengan mereaksikan acetylene dengan. memproduksi vinyl chloride monomer (VCM). Metode ini dilakukan
II. DESKIPSI POSES A. Jenis - Jenis Proses a) eaksi Acetylene (C2H2) dengan Hydrogen Chloride (HCl) Menurut Nexant s ChemSystem Process Evaluation/ esearch planning (2007), metode pembuatan VCM dengan
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kimia memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat dikarenakan industri kimia banyak memproduksi barang mentah maupun barang jadi untuk mencukupi kebutuhan
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Xylen dari Etil Benzen Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR
BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Pembangunan di bidang industri kimia di Indonesia semakin pesat perkembangannya. Hal ini dibuktikan dengan didirikannya beberapa pabrik kimia di Indonesia. Kegiatan pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi bahan bakar minyak tahun 2005 (juta liter) (Wahyudi, 2006)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan bahan bakar di Indonesia setiap tahun meningkat namun tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah produksi bahan bakar tersebut. Hal ini menyebabkan jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak krisis minyak pada pertengahan 1970-an, harga bahan bakar minyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak krisis minyak pada pertengahan 1970-an, harga bahan bakar minyak cenderung terus meningkat, sehingga mendorong praktisi dan akademisi bidang energi terus mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Padatan anorganik mesopori (2-50 nm) tergolong padatan berpori yang semakin banyak dan luas dikaji. Hal ini didasarkan pada kebutuhan riset dan industri akan material
Lebih terperinciAddres: Fb: Khayasar ALKANA. Rumus umum alkana: C n H 2n + 2. R (alkil) = C n H 2n + 1
ALKANA Rumus umum alkana: C n H 2n + 2 R (alkil) = C n H 2n + 1 Alkana Adalah rantai karbon yang memiliki ikatan tunggal (jenuh) A. Alkana 1. Alkana disebut juga senyawa hidrokarbon jenuh (senyawa parafin).
Lebih terperinciHIDRORENGKAH FRAKSI ASPALTEN DARI ASPAL BUTON MENJADI FRAKSI BENSIN DAN DIESEL MENGGUNAKAN KATALIS NI-MO/ZEOLIT ALAM AKTIF
HIDRORENGKAH FRAKSI ASPALTEN DARI ASPAL BUTON MENJADI FRAKSI BENSIN DAN DIESEL MENGGUNAKAN KATALIS NI-MO/ZEOLIT ALAM AKTIF Esis Witanto, Wega Trisunaryanti, Triyono Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, BATAN-Yogyakarta.
Lebih terperinciPROSES PEMISAHAN FISIK
PROSES PEMISAHAN FISIK Teknik pemisahan fisik akan memisahkan suatu campuran seperti minyak bumi tanpa merubah karakteristik kimia komponennya. Pemisahan ini didasarkan pada perbedaan sifat fisik tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian Katalis umumnya diartikan sebagai bahan yang dapat mempercepat suatu reaksi kimia menjadi produk. Hal ini perlu diketahui karena, pada dasarnya
Lebih terperinciII. DESKRIPSI PROSES
II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Proses 1-Butena atau butilen dengan rumus molekul C 4 H 8 merupakan senyawa berbentuk gas yang larut dalam senyawa hidrokarbon, alkohol, eter tetapi tidak larut dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Selulosa asetat merupakan ester asam organik dari selulosa yang telah lama dikenal di dunia. Produksi selulosa asetat adalah yang terbesar dari semua turunan selulosa.
Lebih terperinciKOMPOSISI MINYAK BUMI
KOMPOSISI MINYAK BUMI Komposisi Elementer Minyak bumi dan gas alam adalah campuran kompleks hidrokarbon dan senyawa-senyawa organik lain. Komponen hidrokarbon adalah komponen yang paling banyak terkandung
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Metil Merkaptan dari Metanol dan Hidrogen Sulfida dengan Kapasitas ton /tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ekonomi suatu negara salah satu disokong oleh sektor industrinya. Semakin kuat sektor industiy, maka semakin kokoh ekonomi negara tersebut. Untuk mencapai suatu struktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertambahan jumlah kendaraan bermotor yang terus meningkat di Indonesia menyebabkan pula tingginya kebutuhan bahan bakar minyak (BBM). Sebagian besar kendaraan bermotor
Lebih terperinciARTIKEL ILMIAH. Oleh Lisa Purnama A1C112014
ARTIKEL ILMIAH PERENGKAHAN TERMAL (THERMAL CRACKING) CAMPURAN SAMPAH PLASTIK JENIS POLIPROPILENA (PP) DAN MINYAK PELUMAS (OLI) BEKAS UNTUK MENGHASILKAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) Oleh Lisa Purnama A1C112014
Lebih terperinciPengertian Cracking Perkembangan Catalytic Cracking Reaksi Perengkahan Katalis untuk Cracking Variabel Proses estimasi
Pengertian Cracking Perkembangan Catalytic Cracking Reaksi Perengkahan Katalis untuk Cracking Variabel Proses estimasi Pengertian Cracking Cracking merupakan proses perengkahan atau dekomposisi, penyusunan
Lebih terperinciPengolahan Kantong Plastik Jenis Kresek Menjadi Bahan Bakar Menggunakan Proses Pirolisis
EBT 03 Pengolahan Kantong Plastik Jenis Kresek Menjadi Bahan Bakar Menggunakan Proses Pirolisis Nasrun, Eddy Kurniawan, Inggit Sari Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Malilkussaleh Kampus
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Karbon Aktif Grade Industri Dari Tempurung Kelapa dengan Kapasitas 4000 ton/tahun BAB I PENGANTAR
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia mengalami peningkatan secara kualitatif maupun kuantitatif, khususnya industri kimia. Hal ini menyebabkan kebutuhan bahan baku dan bahan
Lebih terperinciGambar 1.1 Produksi plastik di dunia tahun 2012 dalam Million tones (PEMRG, 2013)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia saat ini banyak menggunakan peralatan sehari-hari yang terbuat dari plastik. Plastik dipilih karena memiliki banyak keunggulan yaitu kuat, ringan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia begitu kaya dengan hasil alam. Potensi ini seharusnya dimanfaatkan dalam proses transformasi Indonesia dari negara agraris menjadi negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian batubara sebagai sumber energi telah menjadi salah satu pilihan di Indonesia sejak harga bahan bakar minyak (BBM) berfluktuasi dan cenderung semakin mahal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Energi merupakan salah satu kebutuhan wajib bagi seluruh masyarakat dunia, khususnya masyarakat Indonesia. Bahan bakar minyak (BBM) menjadi salah satu
Lebih terperinciPENGOLAHAN LIMBAH KANTONG PLASTIK JENIS KRESEK MENJADI BAHAN BAKAR MENGGUNAKAN PROSES PIROLISIS
PENGOLAHAN LIMBAH KANTONG PLASTIK JENIS KRESEK MENJADI BAHAN BAKAR MENGGUNAKAN PROSES PIROLISIS Nasrun, Eddy Kurniawan, Inggit Sari Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Malilkussaleh Kampus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan saat ini bidang industri di negara Indonesia mengalami peningkatan salah satunya yaitu industri kimia. Tetapi Indonesia masih banyak mengimpor bahan-bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Energi berperan penting dalam kehidupan manusia yang mana merupakan kunci utama dalam berbagai sektor ekonomi yang dapat mempengaruhi kualitas kehidupan manusia. Kebutuhan
Lebih terperinciAPAKAH LUMPUR DI SIDOARJO MENGANDUNG SENYAWA HIDROKARBON?
APAKAH LUMPUR DI SIDOARJO MENGANDUNG SENYAWA HIDROKARBON? Oleh: Didi S. Agustawijaya dan Feny Andriani Bapel BPLS I. Umum Hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri dari unsur karbon (C) dan hidrogen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Menipisnya cadangan minyak bumi, masalah lingkungan yang terus memburuk (global warming), dan ketidakstabilan energi menyebabkan manusia harus mencari
Lebih terperinciHarry Rachmadi (12/329784/TK/39050) ` 1 Zulfikar Pangestu (12/333834/TK/40176) Asia/Pasific North America Wesern Europe Other Regions 23% 33% 16% 28%
BAB I PENGANTAR I.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan sumber daya energi yang terbarukan dan ramah lingkungan, pemanfaatan hidrogen sebagai sumber pembawa energi (energy carrier)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan BBM mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan kebutuhan masyarakat akan bahan bakar ini untuk kegiatan transportasi, aktivitas industri, PLTD, aktivitas
Lebih terperinciGambar 1.Diagram Alir Fraksinasi Arus Kaya Heksana
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Industri minyak atsiri merupakan salah satu industri yang sangat berkembang di Indonesia. Industri ini sudah ada di Indonesia sejak zaman dahulu, dan masih berkembang
Lebih terperinciBAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra
BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dimetil Eter Dimetil Eter (DME) adalah senyawa eter yang paling sederhana dengan rumus kimia CH 3 OCH 3. Dikenal juga sebagai methyl ether atau wood ether. Jika DME dioksidasi
Lebih terperinciRESIDU DAN FRAKSI-FRAKSI PETROLEUM CAIR
RESIDU DAN FRAKSI-FRAKSI PETROLEUM CAIR Fraksi-fraksi cair dari petroleum adalah nafta ringan, nafta berat, minyak-tanah, dan solar. Produk bawah dari unit distilasi adalah residu. Campuran-campuran ini
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Minyak bumi terutama terdiri dari campuran senyawa-senyawa hidrokarbon yang sangat kompleks, yaitu senyawa-senyawa organik yang mengandung unsurunsur karbon dan hidrogen. Di samping
Lebih terperinciMAKALAH KIMIA PEMISAHAN
MAKALAH KIMIA PEMISAHAN Destilasi Bertingkat DISUSUN OLEH : Nama :1. Shinta Lestari ( A1F014011) 2. Liis Panggabean ( A1F014018) 3. Dapot Parulian M ( A1F014021) 4. Wemiy Putri Yuli ( A1F014022) 5. Epo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah pembangunan industri kimia di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia saat ini sedang berusaha untuk tumbuh dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki negara agar dapat mengurangi ketergantungan terhadap negara lain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama ini penanganan sampah kota di negara-negara berkembang seperti Indonesia hanya menimbun dan membakar langsung sampah di udara terbuka pada TPA (Tempat Pembuangan
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan BAB I PENGANTAR Metil salisilat merupakan turunan dari asam salisat yang paling penting secara komersial, disamping
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Vinyl Chloride Monomer dari Ethylene Dichloride dengan Kapasitas Ton/ Tahun. A.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vinyl chloride monomer (VCM) merupakan senyawa organik dengan rumus molekul C 2 H 3 Cl. Dalam perkembangannya, VCM diproduksi sebagai produk antara dan digunakan untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum mengenal bahan bakar fosil, manusia sudah menggunakan biomassa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biomassa Sebelum mengenal bahan bakar fosil, manusia sudah menggunakan biomassa sebagai sumber energi. Biomassa mengacu pada material yang berasal dari makhluk hidup, tidak
Lebih terperinciPrarancangan pabrik sikloheksana dari benzena Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara berkembang sedang menggalakkan pembangunan di bidang industri. Dengan program alih teknologi, perkembangan industri di Indonesia khususnya industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi meningkat seiring dengan meningkatnya perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi meningkat seiring dengan meningkatnya perkembangan penduduk di dunia. Sumber energi utama yang digunakan sebagian besar bersumber dari fosil antara
Lebih terperinciRE-EKSTRAKSI ASPAL BUTON KABUNGKA DENGAN MENGGUNAKAN SOLVEN KONDENSAT BENSIN
RE-EKSTRAKSI ASPAL BUTON KABUNGKA DENGAN MENGGUNAKAN SOLVEN KONDENSAT BENSIN Rengga Chrisdian Aji Darma dan Ganjar Andaka JurusanTeknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND
Lebih terperinciPRARANCANGAN PABRIK SIKLOHEKSANA DENGAN PROSES HIDROGENASI BENZENA KAPASITAS TON PER TAHUN
LAPORAN TUGAS PRARANCANGAN PABRIK PRARANCANGAN PABRIK SIKLOHEKSANA DENGAN PROSES HIDROGENASI BENZENA KAPASITAS 91.509 TON PER TAHUN Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan
Lebih terperinciII. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES
II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES.1 Jenis-jenis bahan baku dan proses Proses pembuatan VAM dapat dibuat dengan dua proses, yaitu proses asetilen dan proses etilen. 1. Proses Dasar Asetilen Reaksi yang terjadi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Distribusi Temperatur Pirolisis Terhadap Waktu Pirolisis dilakukan dengan variasi tiga temperatur yaitu 400 C, 450 C, dan 500 C pada variasi campuran batubara dan plastik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Proyeksi tahunan konsumsi bahan bakar fosil di Indonesia
Prarancangan Pabrik Etil Alkohol dari Molase BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Harga minyak dunia yang melambung, sudah lama diprediksi. Logikanya, minyak bumi (fossil fuel) adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak bumi di dunia. Namun, sampai saat ini masih mengimpor Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk mencukupi kebutuhan bahan
Lebih terperinciBAH 11 TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengolahan minyak mentah di Pertamina UP II Dumai, melalui dua
BAH 11 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Green petroleum coke. Proses pengolahan minyak mentah di Pertamina UP II Dumai, melalui dua tahapan, tahapan pertama menghasilkan produk naphta 8%, kerosene dan solar 29%,
Lebih terperinciGambar 4.1. Perbandingan Kuantitas Produk Bio-oil, Gas dan Arang
Persentase hasil BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Persentase Plastik dan Cangkang Sawit Terhadap Kuantitas Produk Pirolisis Kuantitas bio-oil ini menunjukkan seberapa banyak massa arang, massa biooil, dan
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Etilen Glikol dari Etilen Oksida dan Air Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN
Kapasitas 50.000 ton/tahun BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan industri di Indonesia khususnya industri kimia terus mengalami peningkatan. Meskipun sempat dilanda krisis ekonomi sampai saat
Lebih terperinciPROBLEM OPEN-ENDED OSN PERTAMINA 2014 BIDANG KIMIA
PROBLEM OPEN-ENDED OSN PERTAMINA 2014 BIDANG KIMIA TOPIK 1 BIOMASSA SEBAGAI SUMBER ENERGI Biomasa merupakan bahan organik yang tersedia secara terbarukan, umumnya berasal dari tumbuhan yang digunakan sebagai
Lebih terperinciButadiena, HCN Senyawa Ni/ P Adiponitril Nilon( Serat, plastik) α Olefin, senyawa Rh/ P Aldehid Plasticizer, peluas
Katalis adalah suatu zat yang ditambahkan pada sistem reaksi untuk meningkatkan laju reaksi tanpa ikut berubah secara kimia pada akhir reaksi. Dan menurut Oswald (1902) mendefinisikan katalis sebagai suatu
Lebih terperinciPengantar Edisi Kedua
Pengantar Edisi Kedua Edisi pertama Chemistry of Petrochemical Processes (Ilmu Kimia Proses Petrokimia) ditulis dengan tujuan untuk mengenalkan kepada pembaca melalui pendekatan sederhana mengenai beragam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Salah satu tantangan besar yang dihadapi secara global dewasa ini adalah krisis
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tantangan besar yang dihadapi secara global dewasa ini adalah krisis energi, karena semakin menipisnya cadangan energi fosil sementara kebutuhan akan energi
Lebih terperinciII. DESKRIPSI PROSES. MEK mulai dikembangkan pada tahun 1980-an sebagai pelarut cat. Dalam pembuatan
II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis Proses MEK mulai dikembangkan pada tahun 1980-an sebagai pelarut cat. Dalam pembuatan MEK dikenal 3 macam metode pembuatan berdasarkan perbedaan bahan bakunya (Ullman, 2007).
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Asam Oksalat dari Tetes dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Produksi gula indonesia dari tahun 2010 2012 terus mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan kebutuhan nasional akan gula, seperti tergambar dalam tabel di bawah
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Katalis CaO Terhadap Kuantitas Bio Oil
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Katalis CaO Terhadap Kuantitas Bio Oil Kuantitas bio oil ini menunjukkan bahwa banyaknya dari massa bio oil, massa arang dan massa gas yang dihasilkan dari proses pirolisis
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Xylidine Dari Nitroxylene Dengan Proses Hidrogenasi Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR
A. LATAR BELAKANG BAB I PENGANTAR Sebagai negara berkembang diharapkan Indonesia dapat memproduksi banyak senyawa-senyawa strategis demi kemandirian dan kesejahteraan bangsa. Pertumbuhan industri Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan segala aktivitasnya akan meningkatkan kebutuhan energi di semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pertumbuhan ekonomi dunia dan populasi manusia dengan segala aktivitasnya akan meningkatkan kebutuhan energi di semua sektor pengguna energi. Peningkatan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Yogyakarta, September Penyusun,
KATA PENGANTAR Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya kepada penyusun, sehingga penyusunan Tugas Akhir dengan judul Pra Rancangan Pabrik Aseton dari
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Batu bara merupakan mineral organik yang mudah terbakar yang terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap dan kemudian mengalami perubahan bentuk akibat proses fisik
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Sorbitol dari Tepung Tapioka dan Gas Hidrogen dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi, penting bagi Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang untuk meningkatkan pembangunan di segala bidang termasuk dari sektor industri. Salah
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
1 No. Dokumen : F/751/WKS1/P/5 No. Revisi : 1 Tanggal Berlaku : 1 Juli 2016 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Godean Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/ Gasal
Lebih terperinciMINYAK BUMI DAN GAS ALAM
2013 MINYAK BUMI DAN GAS ALAM Di susun Oleh : Nama : RUSMIYATI NPM : 0221 12 326 1i Akuntansi Universitas Pakuan 1.Latar Belakang Penulisan MAKALAH MENGENAI MINYAK BUMI DAN GAS ALAM BAB 1 PENDAHULUAN Sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kiswari Diah Puspita D
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak dulu manusia di seluruh dunia tidak pernah lepas dari penggunaan sesuatu yang berbahan kimia dalam kehidupan sehari-hari Hal ini harus diperhatikan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi merupakan faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis industri didirikan guna memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar yang berasal dari fosil dari tahun ke tahun semakin meningkat, sedangkan ketersediaannya semakin berkurang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Ketersediaan Minyak Bumi Di Indonesia. Cadangan (proven+posibble) Produksi per tahun Ketersediaan (tanpa eksplorasi)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar fosil merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan manusia,tidak terkecuali di Indonesia. Hampir seluruh aktivitas manusia berkaitan dengan
Lebih terperinciOleh : ENDAH DAHYANINGSIH RAHMASARI IBRAHIM DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ir. Achmad Roesyadi, DEA NIP
Oleh : ENDAH DAHYANINGSIH 2311105008 RAHMASARI IBRAHIM 2311105023 DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ir. Achmad Roesyadi, DEA NIP. 19500428 197903 1 002 LABORATORIUM TEKNIK REAKSI KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Kalsium Klorida dari Kalsium Karbonat dan Asam Klorida Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Seiring dengan berkembangnya globalisasi, produk industri setiap negara dapat keluar masuk dengan lebih mudah yang menyebabkan persaingan antar setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amar Ma ruf D
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu bidang yang dapat menunjang perkembangan negara Indonesia adalah bidang industri, terutama industri kimia. Namun industri kimia dalam negeri masih
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Nitrometana Nitrometana merupakan senyawa organik yang memiliki rumus molekul CH 3 NO 2. Nitrometana memiliki nama lain Nitrokarbol. Nitrometana ini merupakan
Lebih terperinci